Anda di halaman 1dari 3

SANITASI

Tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan oleh peternak biasanya adalah


membersihkan kandang (sanitasi kandang) dan lingkungan sekitar kandang. Pencegahan yang
dilakukan peternak dengan sanitasi kandang yang dilakukan 1 minggu 4 kali. Sanitasi
sebaiknya dilakukan untuk mencegah terjadinya perkembangan penyakit (Alam, dkk. 2014)
Sanitasi kandang dilakukan satu kali sehari yaitu pada sore hari, dan sanitasi peralatan
setiap hari (setelah peralatan selesai digunakan alat dibersihkan). Sanitasi kandang pada sore
hari dilakukan pukul 16.00 WIB yaitu dengan membersihkan kandang dan sekelilingnya dari
kotoran-kotoran yang berasal dari feses dan sisa pakan. Selain sanitasi kandang, juga
dilakukan sanitasi ternak sekali dalam sehari, apabila kekurangan air sapi dimandikan dua
hari sekali (Handayani, dkk. 2010)
Sanitasi kandang dilakukan beberapa tahap setelah pembersihan kandang meliputi
membersihkan tempat makan dan tempat minum dan membersihkan kotoran sapi potong
yang berada di dalam kandang. Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
peternak untuk kebersihan kandang dan lingkungannya (Qomarudin dan Purnomo. 2011)
Hal dilakukan dengan membuat kondisi kandang tetap bersih, kebersihan halaman
kandang, kebersihan tempat pakan dan minum, serta kebersihan sumber air yang diberiakan,
menghindari lingkungan kandang lembab, ventilasi udara lancar dan sinar matahari cukup
(Suyasa, dkk. 2016)
Sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang adalah penting untuk membantu
mencegah penyebaran virus. Melakukan pembersihan rutin dengan desinfektan terutama
peralatan kandang (Primawidyawan, dkk. 2016)
Tingkat pengetahuan peternak mengenai sanitasi kandang dan manajemen padang
penggembalaan ternak masih tergolong rendah, yang terlihat dari lingkungan kandang yang
kotor oleh tumpukan sisa pakan, feses, urine dan sistem penggembalaan yang menetap pada
suatu kawasan (Yuliani, dkk. 2015)
PENYAKIT
Penyakit yang paling umum dan luas adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
cacing. Parasit cacing dapat ditemukan pada hampir semua bagian dari tubuh induk
semangnya, akan tetapi sebagian besar dari jenis parasit cacing tinggal di saluran pencernaan
atau dalam tubuh yang berhubungan dengan saluran pencernaaan. Kejadian penyakit cacing
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara kondisi lingkungan, pakan dan tata laksana
(Paramitha, dkk. 2017)
Usaha pencegahan penyakit dilakukan dengan pemberian obat cacing untuk masing-
masing ternak dan pemberian suntikan secara rutin setiap bulannya untuk memberikan
kekebalan tubuh bagi ternak terhadap berbagai yang akan timbul (Handayani, dkk. 2010)
Melalui perbaikan kesehatan ternak dengan pemberian obat parasit cacing dan
ektoparasit serta pemberian pakan suplemen dapat meningkatkan produktifitas sapi (Ahmad,
dkk. 2004)
Tindakan kesehatan ternak pencegahan penyakit dan yang dilakukan oleh peternak
pada umumnya adalah dengan membersihkan kandang dan lingkungannya serta memandikan
ternak sehingga ternak jarang terkena penyakit (Idris, dkk. 2017)
Untuk menjaga kesehatan sapi maka secara teratur dilaksanakan vaksinasi. Tujuan
vaksinasi adalah untuk memberikan kekebalan (antibodi) pada ternak sehingga dapat
melawan antigen atau mikroorganisme penyebab penyakit. Penanganan terhadap kesehatan
hewan bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan medis pada ternak yang
sakit sehingga ternak yang sakit secepatnya dapat ditangani sesuai dengan gejala klinis yang
timbul. Salah satu penanganan kesehatan hewan adalah pemberian vitamin B kompleks dan
suplemen kesehatan kepada ternak sapi yang kondisi kurang baik seperti menurnya nafsu
makan ternak dan pemberian obat cacing untuk mengantisipasi terjadinya infeksi dan
berkembang biaknya cacing dalam tubuh ternak (Suyasa, dkk. 2016)
Pembersihan kandang dan dilanjutkan dengan pemandian sapi ini bertujuan untuk
menjaga kebersihan kandang dan menjaga kesehatan sapi agar sapi tidak mudah terjangkit
penyakit (Raines et al,2008)

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. N., Deddy D., Siswansyah., dan Dewa K.S. Swastika. 2004. Kajian Sistem Usaha
Ternak Sapi Potong Di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 7(2) : 155-170
Alam, Asmirani., S. Dwijatmiko., dan W. Sumekar. 2014. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Aktivitas Budidaya Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Buru.
Agrinimal : 4(1) : 28-37
Handayani, M,, Mukson., dan R. Yulianingsih. 2010. Revenue Analysis Of Cattle Farmer In
Sub District Patebon Kendal Regency. Mediagro. 6(2) : 1 - 8
Idris, N., Afriani H., dan Fatati. 2017. Analisis Tingkat Kemandirian Peternak Pada Pola
Integrasi Ternak Sapi Dengan Perkebunan Kelapa Sawit Di Provinsi Jambi.
Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi. 1(2) : 162 – 169
Paramitha, R. P., Rahaju E., dan Setiawan K,. 2017. Prevalensi Helminthiasis Saluran
Pencernaan melalui Pemeriksaan Feses pada Sapi di Lokasi Pembuangan
Akhir (LPA) Kecamatan Benowo Surabaya. Journal of Parasite Science. (J.
Parasite Sci.). 1(1) : 23 – 32
Primawidyawan, Aditya., Agustin I., dan Denny W. L. 2016. Deteksi Penyakit Bovine Viral
Diarrhea pada Sapi Potong Impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Acta
Veterinaria Indonesiana. 4(1) : 7-13
Qomarudin, Muridi., dan A. N. Purnomo. 2011. Studi Manajemen Pemberian Pakan Pada
Ternak Sapi Potong Di Kelompok Tani Ternak Mekar Sari Desa Tambak
Rigadung Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Jurnal Ternak. 2(1) : 21 –
23
Rainess,C.R.,Dikeman,M.E.,Unruh,J.A.2008.Predicting cattle age from eye lens weight and
nitrogen content, dentition, and UnitedStates Department of Agriculture maturity
score. J Anim Sci.86(1) :3557–3567
Suyasa, I K. G., N. P. Sarini, dan S. A. Lindawati. 2016. Penerapan Manajemen Pencegahan
Penyakit Di Peternakan P4s Mupu Amerta, Banjar Sale, Desa Abuan, Bangli.
Jurnal Peternakan Tropika : 4(1) : 1 – 6
Yuliani, Ni Sri., I Gusti K. O. W., Erda E. R. H,. 2015. Pengendalian Thelaziasis Pada
Ternak Sapi Dengan Menggunakan Rebusan Daun Sirih Di Desa Oefafi. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Peternakan. 1(2) : 48 – 50

Anda mungkin juga menyukai