Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persuteraan alam adalah kegiatan agro-industri yang meliputi pembibitan ulat sutera,
budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, pertenunan,
pembatikan/ pencelupan/ pencapan/ penyempurnaan, garmen dan pembuatan barang jadi lain
termasuk pemasarannya. Pengembangan persuteraan alam pada tingkat hulu diarahkan pada
pemanfaatan lahan produktif, lahan kritis (murbei sebagai tanaman konservasi tanah dan air)
dan lahan yang belum dimanfaatkan secara komersial, baik milik masyarakat maupun
pemerintah. Dalam budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera diperlukan
dukungan sarana dengan teknologi tepat guna agar menghasilkan kokon berkualitas tinggi
sehingga mampu menghasilkan benang sutera bermutu tinggi pula.
Kegiatan persuteraan alam bersifat padat karya yaitu menyerap tenaga kerja banyak dan
dapat dilakukan oleh laki-laki, perempuan, dewasa maupun anak-anak. Selain itu alam dapat
menjadi sumber pendapatan masyarakat dan menggerakan ekonomi kerakyatan di pedesaan
melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan di
pedesaan.
Budidaya tanaman murbei merupakan dasar dari persuteraan alam, karena budidaya
murbei menghasilkan pakan ulat sutera. Budidaya tanaman murbei merupakan kegiatan usaha
dari mulai pembibitan, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen
tanaman murbei yang dilakukan secara intensif dengan memperhatikan konservasi tanah dan
air. Tujuannya adalah memproduksi daun murbei untuk pakan ulat sutera dengan produksi
daun banyak dan kualitas nutrisi/ gizi tinggi. Sistem penanaman yang dilakukan monokultur
atau polikultur/ tumpang sari
Kondisi Pertanaman Murbei di lapangan antara lain :Tanaman kurang perawatan,
Produksi daun rendah, dan Kualitas daun kurang optimal, sedangtkan potensinya antara lain :
Tanaman murbei harus dipelihara secara intensif, Produksi\daun mampu mencapai 2 3
kg/tanaman/ pangkasan dan Kualitas daun baik. Tanaman murbei jika dibudidayakan tidak
intensif maka produksi dan kualitas daun murbei kurang optimal, perkembangan tanaman
lambat, kapasitas pemeliharaan ulat sedikit dan produksi dan kualitas kokon kurang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha persuteraan alam salah
satunya budidaya murbei. Budidaya murbei menghasilkan pakan yang mempengaruhi 38,2 %
keberhasilan usaha pemeliharaan ulat sutera selain jenis ulat 4,2%, klimat: 37,0%, kualitas
telur: 3,1%, teknik pemeliharaan ulat: 9,3% dan faktor lain: 8,2%

1.2 Tujuan Budidaya Murbei


a) Meningkatkan produktivitas tanaman agar/pakan ulat sutera tersedia secara rutin
b) Meningkatkan kualitas pakan ulat sutera
c) Meningkatkan pendapatan petani
1.3 Sasaran
a) Persediaan pakan ulat sutera banyak
b) Daun/ pakan berkualitas
c) Kandungan nutrisi/ protein tinggi
d) Umur daun cukup
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Tanaman Murbei


Tanaman Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m
di atas ppermukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman ini mempunyai
banyak jenis. Tinggi pohon sekitar 9 m. dan mempunyai percabangan banyak. Daun tunggal,
letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai daun bulat telur, berjari atau
berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk
tandan, keluar dari ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada
jenis murbei. Juga warna buah ada yang putih, putih kemerahan, ungu atau ungu tua sampai
hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai pohon di belakang rumah dengan tujuan
untuk buah yang enak dan harum.
Tanaman murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai tanaman konservasi
tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di Indonesia dan mempunyai banyak
nama antara lain : Besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Kertu (Sumatra Utara), Gertu
(Sulawesi) Kitaoc (Sumatra Selatan), Kitau (Lampung), Ambatuah (Tanah Karo), Moerbei
(Belanda), Mulberry (Inggris), Gelsa (Italia) dan Murles (Perancis).
Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain
sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai bahan
obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam berbagai bagian
tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit.
Daun rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati.
Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), eluruh kencing
(diuretik ), mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan.
Buah rasanya manis, dingin dan masuk ke dalam meridian jantung, hati dan ginjal.
Fungsinya memelihara darah, ginjal, diuretik, peluruh dahak (ekspektoran), hipotensif,
penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan efek tonik pada jantung.
Kulit akar rasanya manis, sejuk dan masuk ke dalam meridian paru. Khasiatnya sebagai
antiasmatik, ekspektoran, diuretik dan menghilangkan bengkak (detumescent).
Ranting rasanya pahit, netral dan masuk ke dalam meridian hati.. Khasiatnya sebagai
karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang pembentukan kolateral.
a. Bentuk Tanaman
Tanaman murbei berbentuk semak/ perdu, tingginya dapat mencapai 5 m 6 m,
tetapi bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 20 m 25 m.
b. Batang dan daun
Batang tanaman murbei warnanya bermacam-macam, tergantung speciesnya,
yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Percabangannya banyak dengan
arah dapat tegak, mendatar dan menggantung. Batang, cabang dan ranting tumbuh dari
ketiak daun dan berbentuk bulat.
Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun
sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam, tergantung
jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, ada yang berlekuk dan tidak
berlekuk. Tepi daun bergerigi dengan ujung daun meruncing atau membulat.
Permukaan daun ada halus mengkilap, ada juga yang kasab dan agak kasab.
c. Akar
Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang
berasal dari stek perakarannya mampu tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang
hingga mencapai ke dalaman 10 cm 15 cm dari permukaan tanah, sedangkan akar
tanaman murbei yang berumur tua mampu menembus ke dalaman lebih dari 300 cm
3.1.1 Sistematika Tanaman Murbei :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Urticalis
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Species : Morus sp.
3.1.2. Vaietas Murbei
Di Indonesia ada kira-kira 100 lebih jenis/ varietas murbei, tetapi yang dikenal ada 6
jenis yaitu :
a. Morus cathayana
b. Morus alba
c. Morus multicaulis
d. Morus nigra
e. Morus australis
f. Morus macruora
g.
Tabel 1. Varietas Tanaman Murbei di Jawa Barat
No Varietas Species Negeri asal Tinggi dpl
1 Kanva-2 India 400 1200
M. BOMBYCIS
2 Cathayana M. alba Jepang 200 500
3 Multicaulis M. multicaulis Jepang 700 1200
4 Lembang M. bombycis Indonesia 200 500
5 Khunpai M. bombycis Tahilan 200 500

Tabel 2. Kapasitas Produksi Beberapa Jenis Tanaman Murbei


No. Varitas Prod (ton/ha) Sebaran Asal
1. Multicaulis 10-12 Jabar Jepang
2. Kanva 2 12-18 Jabar dan Sulsel India
3. Nigra 5-8 Sulsel Indonesia
4. Katayana 12-15 Jabar sulsel Indonesia
5. Alba 8-10 Sulsel Indonesia

3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Murbei


3.2.1. Tanah
Tanaman murbei tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
Tinggi tempat antara 300 s/d 800 meter dpl.
Tanah subur, pH tanah 6,5 7
Aerasi dan drainase tanah baik dengan solum tanah minimum 50 cm
Dapat diairi, tapi tidak ada genangan air.
3.2.2. Iklim
Sinar Matahari penuh dari pagi hingga sore.
Curah hujan antara 2.500 s/d 3.000 mm/ tahun terbagi merata yaitu 8 bulan basah 4
bulan kering.
Temperature 23 o C 30 o C.
Kelembaban udara 65 90 %

3.3. Mutu Daun Murbei


Kualitas daun murbei sebagai makanan ulat sutera sangat dipengaruhi antara lain :
a. Jenis Murbei
Masing-masing jenis murbei mempunyai kandungan unsur kimia yang berbeda
secara alami, untuk itu ada jenis yang diunggulkan.
b. Kesuburan Tanah dan Derajat Keasaman Tanah.
Kesuburan tanah jelas akan sangat berpengaruh terhadap mutu daun murbei
yang dihasilkan. Derajat keasaman tanah (pH) < 6,5 perlu diberi kapur supaya pHnya
mendekati 7. Pada tanah-tanah yang pHnya 7 (nentral) atau basa, jika ditanam murbei
untuk pemeliharaan ulat sutera, ulatnya akan mempunyai ketahanan terhadap penyakit
yang lebih baik.
c. Lama Sinar Matahari Menyinari Kebun Murbei
Kebun murbei yang mendapat sinar matahari sepanjang hari dari pagi sampai
sore akan menghasilkan daun murbei yang berkualitas baik.

3.4 Pembibitan Tanaman Murbei


Tanaman murbei pada umumnya diperbanyak dengan stek batang, walaupun dapat
dilakukan pula dengan biji, tetapi di Indonesia jarang dilakukan.

3.4.1 Syarat Stek Murbei Bermutu :


a. Umur pohon induk minimal 1 tahun ( matang fisiologis)
b. Umur cabang atau ranting 4 6 bulan
c. Diameter 1 cm 2 cm
d. Warna batang coklat
e. Panjang stek 20 cm
f. Memiliki 3 - 4 mata tunas
3.4.2 Persemaian dalam kantong plastik polibag
a. Polibag yang digunakan berukuran panjang 25 0 cm dan lebar 15 cm.
b. Polibag dilubangi pada sudut kiri bawah dan kanan bawah serta tengah.
c. Polibag diisi dengan campuran tanah dan pupuk kandang sampai 1 2 cm dari
bagian atas kantong.
d. Polibag diletakan dan diatur dalam bedengan berukuran 5 x 1 m.
e. Stek ditanam dalam polibag dan baru dipindahkan ke lapangan sesudah + 3
bulan.
3.4.3 Persemaian dengan Bedengan
a. Tanah diolah se dalam 30 cm, satu atau dua kali.
b. Bersihkan rumput dan tanaman lain kemudian tanah diratakan
c. Dibuat bedengan ukuran ( 1 x 5 m )
d. Tanamkan stek pada tanah yang telah diolah
e. Setelah berumur 2 3 bulan bibit dapat dipindahkan ke lapangan dengan cara
diputar.
Syarat-syarat persemaian
a. Iklim dan ketinggian (di atas permukaan laut) sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman murbei.
b. Tanah subur, dengan temperatur optimum, agregat tidak liat dan bebas dari batu
serta kerikil.
c. Tersedia air yang cukup dan mengalir sepanjang tahun.
d. Lapangan datar atau landai.
Pemeliharaan Pesemaian
a. Stek disiram setiap hari dengan sistem curah
b. Berikan pupuk NPK atau Urea satu sendok makan per 10 liter air untuk 1.000
batang dengan frekuensi 4 5 hari sekali atau 2 gram/ tanaman
c. Bersihkan rumput atau tanaman pengganggu di sekitar tanaman.
d. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida

3.5 Penanaman Dan Pemeliharaan


3.5.1 Persiapan Lahan
A. Pembersihan Lahan Tanaman Murbei
Lahan untuk areal tanaman murbei harus dibersihkan dengan cara membongkar
tanaman dan akar tanaman yang ada.
B. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara
Mencangkul tanah sedalam 20 30 cm
Dibuat lubang tanam atau rorak-rorak untuk penanaman
Pemberian pupuk kandang dengan dicampur secara merata
C. Pembuatan Larikan
Larikan tanaman perlu di atur supaya pertumbuhan tanaman merata dan
mempermudah pemeliharaan serta pemanenan daun. Larikan disesuaikan dengan jarak
antar tanam yang diinginkan. Larikan tanaman ditinggikan dari tanah disekitarnya
dengan ketinggian 5-10 cm. Pada setiap larikan dibuat parit sedalam 30 cm dengan
lebar 30 cm. Penanaman murbei bisa dibuat lubang tanam dengan ukuran panjang
20cm, lebar 20 cm dengan kedalaman 20-40 cm (sistem cemplongan) apabila lahan
yang akan ditanami murbei tidak memungkinkan.

Jarak tanam Jarak tanam Jarak tanam


1,0 X 0,5 m 1,0 X 1,0 m 0,5 X 0,5 m
20.000 pohon/ Ha. 10.000 pohon/ Ha. 40. 000 pohon/ Ha.

D. Pemberian pupuk dasar


Untuk memperbaiki struktur, aerasi, kapasitas menahan air tanah dan
menyediakan unsur hara, pada parit yang telah dibuat dapat ditaburkn pupuk kandag
atau humus. Jumlah pupuk kandang yang diberikan 10-25 ton per hektar lahan. Jika
tanah bersifat asam dapat dicampurkan kapur pertanian secukupnya.
3.5.2 Penanaman
a. Waktu tanam
Waktu tanam untuk setiap daerah akan berbeda tergantung kondisi iklim setempat.
Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada permulaan sampai dengan pertengahan musim
hujan. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan akar dan tanaman cukup kuat
menghadapi musim kemarau.
b. Pola tanam
- Murni
Pola tanam murbei murni berupa suatu hamparan yang hanya terdiri dari tanaman
murbei saja, tidak dicampur dengan tanaman lain. Pola tanaman ini dilakukan untuk
pengeloaan kebun murbei secara intensif.
- Campuran (tumpang sari)
Tanaman murbei dapat dicampur dengan tanaman semusim atau tanaman
tahunan yang intensitas naungannya rendah, karena tanamn murbei memerlukan
cahaya matahari yang cukup. Tanaman murbei tidak dapat dicampur dengan
tanaman tembakau, karena daunnya dapat menyebabkan keracunan pada ulat sutera.
Tanaman murbei juga tidak disarankan untuk dicampur dengan ketela pohon, karena
tanaman ini banyak menyerap hara sehingga produksi daun murbei relatif rendah.
- Jarak tanam
Jarak tanam murbei tergantung dari jenis murbei, kondisi lahan tanam dan
sistem pengelolaan tanaman murbei selanjutnya. Apabila tanaman murbei dikelola
secara manual jarak tanam bisa lebih kecil, sedangkan apabila dikelola secara
mekanis atau akan dilakukansecara campuran (tumpang sari) maka jarak tanam
dibuat lebih besar. Beberapa pilihan jarak tanam yang dapat digunakan antara lain :
1,0 x 0,5 ; 1,5 x 0,5 m ; 1,0 x 1,0 m dan 2,0 x 0,5 m. Pada sat penanaman murbei
juga perlu diperhatikan adanya naungan pada areal atau sekitar areal tanaman
murbei. Tanaman murbei merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap naungan,
oleh karena itu apabila terdapat naungan jarak antara tanaman murbei dengan
tanaman penaung perlu diperlebar.
- Teknik penanaman murbei
Untuk penanaman stek murbei secara langsung (tanpa polybag), stek murbei
ditancapkan pada jalur atau tempat yang telah ditentukan. Stek ditanam dengan 2
mata stek tertanam dan 2 lainnya diatas permukaan tanah. Usahakan agar pada saat
penanaman stek tidak terbaik.
Untuk penanaman murbei menggunakan stek yang telah disemaikan dalam
polybag terlebih dahulu kantong plastik dibuka dengan hati-hati agar tidak merusak
akar yang telah tumbuh. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang yang telah
disiapkan dan lubang tanam ditutup kembali dengan tanah.
c. Sistem Lubang
Pasang ajir dengan jarak tanam misalnya : 1 x 0,5 m, 1 x 0,4 m, 0,5 x 0,5 m
tegantung pilihan.
Lubang tanam berukuran 40 x 40 x 40 cm atau 50 x 50 x 50 cm.
Dasar lubang diberi pupuk kompos/ kandang/ organik dengan dosis 2 kg/ lubang.
Di tutup tanah ( top soil ) sedikit.
Kantong plastik dirobek, bibit berisi tanah dalam plastik dimasukkan ke dalam
lubang tanam kemudian ditimbuni dengan tanah top soil dan ditekan. Selanjutnya
lubang tanam ditutup dengan tanah subsoil hingga permukaannya lebih tinggi dari
top soil.
d. Sistem Rorakan
Dibuat rorakan-rorakan dengan jarak 1m lubang memanjang seperti menanam
tebu, dengan ukuran rorakan se dalam 50 cm lebar 40 cm.
Ajir dipasang sepanjang rorakan dengan jarak 0,5 m atau 0,4 m.
Pupuk dasar ( kandang, buatan ) dimasukkan ke dalam rorakan-rorakan (dosis 20
25 ton/ hektar ), pupuk kandang/ kompos ditambah pupuk TSP 1 Kw/ Ha.
3.5.3 Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan yang harus dikerjakan dalam pemeliharaan tanaman antara lain :
A. Penyulaman tanaman mati
Penyulaman dilaksanakan apabila terdapat stek yang tidak tumbuh atau terdapat
tanaman murbei yang mati. Segera setelah diketemukan stek yang tidak tumbuh atau
tanaman murbei yang mati, bibit sulaman ditanam pada lokasi tersebut. penyulaman
perlu dilakukan agar produktivitas kebun murbei yang telah dibuat mampu
berproduksi sesuai dengan yang telah direncakan.
B. Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan pembersihan kebun murbei dari tanaman pengganggu
(gulma). Tumbuhnya gulma disekitar tanaman murbei akan mengganggu pertumbuhan
tanaman, karena gulma turut menghisap zat hara d sekitar perakaran tanaman murbei.
Oleh karena itu penyiangan perlu dilakukan secara periodik agar tanaman murbei dapat
tumbuh dengan baik.
Penyiangan dapat dilakukan secara manual mengguakan cangkul atau secara mekanis
menggunakan traktor. Gulma yang telah disiangi dikumpulkan dan dibuang atau
dikubur bersamaan dengan kegiatan pendangaran kebun. Cara lain untuk
menghilangkan gulma adalah menggunakan herbisida. Herbisida disemprotkan pada
gulma, sehingga pertumbuhan gulma terhambat dan mati. Penggunaan herbisida perlu
dibatasi mengingat herbisida adalah racun yang dapat membahayakan manusia dan
lingkungan sekitarnya.
C. Pendangiran
Tanaman murbei peka terhadap pendangiran, pelaksanaan pendangiran jangan
terlambat, terutama setelah pemangkasan. Pendangiran dilakukan untuk memperbaiki
aerasi. Caranya tanah dicangkul dan dibalikan sambil membuat guludan pada larikan
tanaman murbei. Setelah pendangiran dilakukan pemupukan.
D. Pemupukan
Pemeliharaan kebun dilakukan dari mulai tanam sampai berproduksi dilakukan
terus menerus agar produksinya tetap berkesinambungan dengan memperhatikan
prinsip efisiensi penggunaan sinar matahari.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemupukan tanaman murbei
Usahakan agar pH tanah mendekati 7 atau netral. Tanah yang terlalu masam
(pH 4 atau kurang), perlu diberi kapur secara berangsur-angsur sebanyak 500
kg/ Ha agar tidak berpengaruh jelek terhadap akar murbei.
Untuk mempertahankan struktur tanah pada kebun murbei, diperlukan humus
yang cukup oleh karena itu dianjurkan pemberian pupuk hijau, pupuk kandang,
dan bahan-bahan organik lain sebanyak mungkin pada kebun murbei sebagai
sumber humus. Untuk perimbangan, maka sebaiknya pemberian kapur
dilakukan bersama-sama bahan-bahan organik, baik sebagai pupuk kandang,
pupuk hijau atau bahan-bahan lainnya.
Berdasarkan keadaan pada umumnya tanaman murbei di Indonesia rendah mutu
daunnya, terlebih-lebih pada tanah Laterite dimana unsur-unsur phosfor dan
kalium sangat kurang. Akibatnya sering terjadi kematian ulat sutera yang
dipelihara karena kurang daya tahan terhadap penyakit terutama
penyakit Grasseri (Virus). Oleh karena itu dianjurkan sekali pemakaian pupuk
yang mengandung tidak hanya unsur N tapi juga unsur-unsur P dan K.
Pupuk Compound merupakan pupuk yang cukup baik karena sudah
mengandung unsur-unsur N, P & K, sehingga dapat dipergunakan pada tanaman
murbei untuk meningkatkan produksi daun yang bermutu sebagai makanan ulat
sutera.
1. Unsur pemupukan pada tanaman murbei
Tanaman murbei seperti tanaman lainnya membutuhkan unsur-unsur makro dan
mikro. Unsur-unsur makro seperti : N (nitrogen), P 9Phospor) dan K (Kalium) dan
unsur mikro terdapat secara alami dalam tanah.
2. Jenis pupuk
Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan pupuk nonorganik
(buatan). Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang maupun kompos yang dapat
dibuat sendiri dari rumput dan bahan lainnya. Pupuk anorganik (pupuk buatan)
banyaak jenisnya dan dapat diperoleh dengan mudah dipasaran. Pupuk anorganik
mempunyai kelebihan dibanding pupuk organik karena pengaruhnya terhadap
kandungan hara dalam tanah lebih cepat tetapi pupuk anorganik tidak dapat
memperbaiki keadaan struktur tanah.
3. Cara Pemupukan
- Sebelum pemupukan dilakukan pendangiran dan penggemburan tanah
disekitar tanaman.
- Pupuk dalam jumlah tertentu dibenamkan melingkar pada tiap tanaman murbei
dengan jarak 20 cm dari pangkal batang.
- Setelah dibenamkan pupuk ditimbun kembali dengan tanah.
4. Waktu Pemupukan
- Dalam setahun dilakukan 3 x, awal musim hujan, pertengahan musim hujan dan
akhir musim hujan.
- Pada tiap kali habis dipungut daun dan + seminggu setelah pemangkasan.
5. Dosis Pemupukan
- Tiap tahun : 450 kg/ Ha. Urea, 300 kg/ Ha. SP-56 dan 150 kg/ Ha. KCl.
- Tiap pemupukan + 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl.
- Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos diberikan 1 tahun 10 20 ton/
Ha.
E. Pengairan
Tanaman murbei memerlukan pengairan tetapi tidak tergenang. Pengairan
diperlukan terutama pada saat musim kemarau agar produksi daun stabil. Apabila
tanaman murbei ditanam pada tanah yang tidak dapat di airi, maka pada saat kemarau
produksi daunnya tidak dapat diharapkan atau tidak ada pemeliharaan ulat.
F. Pemangkasan
Pemangkasan tanaman murbei berujuan utuk membentuk tanaman dan
mengatur produksi daun murbei pada waktu dan tingkat produksi tertentu. Apabila
tanaman murbei tidak dipangkas akan menyulitkan dalam proses pengaambilan daun
karena tanaman akan tumbuh lagi. Melalui pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas
baru yang mampu menghasilkan daun dengan kualitas yang sesuai juntuk pakan ulat
sutera.
Pemangkasan pertama kali dilakukan pada umur 6 bulan setelah tanam. Pada
saat itu daun hasil pangkasan dapat diberikan sebagai pakan ulat sutera. Pada umur
tersebut pangkasan dilakukan untuk membentuk batang pokok (1 batang saja).
Selanjutnya pada umur 9 bulan dilakukan pemangkasan untuk menentukan bentuk
pangkasan. Hal ini dimaksudkan agar perakaran tanaman telah kuat sehingga apabila
dipangkas tanaman tidak terganggu pertumbuhannya. Waktu dan metode
pemangkasan selanjutnya dilakukan sesuai dengan tujuan pemangkasan.
Untuk selanjutnya tiap 2 3 bulan sekali, setelah panen/ pungutan daun
dilakukan pangkas produksi.

3.6 Pengendalian Hama dan Penyakit


A. Pengendalian hama :
Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman murbei antara lain :
Hama pucuk, kutu daun, kutu batang penggerek batang dan rayap. Hama pucuk dan
kutu daun merusak pertumbuhan daun, sehingga produksi dan kualitas duan murbei
menurun. Sedangkan rayap, kutu batang dan penggerek batang merusak akar dan
batang murbei yang berakibat tanaman murbei menjadi mati.
Pengendalian dan pemeberantasan hama tanaman murbei dapat dilakukan
secara mekanis, secara biologis dan secara kimia.
- Pengendalian hama secara mekanis
Pengendalian hama secara mekanis dilakukan dengan cara mengambil
atau menangkap hama atau melalui pemangkasan (pemotongan) bagian tanaman
yang terserang. Bagian tanaman yang terserang hama harus dibuang jauh taua
dibakar untuk memutus siklus hama.
- Teknik pengendalian hama secara biologis
Teknik pengendalian hama secara biologis dilakukan dengan
menggunakan predator.
- Pemberantas hama secara kimia
Pemberantasan hama secara kimia dilakukan dengan memakai bahan kimia
berupa insektisida melalui teknik penyemprotan. Perlu diperhatikan dalam
pengunaan insektisida , mengingat daun murbei adalah pakan ulat sutera. Pilih
insektisisda yang memiliki residual toksiditas dan hindari penggunaan insektisida
sisttemik.
Apabila intensitas serangan hama atau penyakit cukup berat, pengendalian dapat
ditambah frekuensinya dalam satu siklus pangkasan, yaitu sebanyak 3 kali dengan tenggang
waktu penyemprotan I, II, dan III antara 10 - hari.
B. Pengendalian penyakit
Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman murbei diantaranya :
Penyakit tepung, penyakit bintik daun, penyakit karat, penyakit plasta, penyakit bercak
daun dan penyakit karena bakteri. Kerusakan tanaman murbei karena penyakit
dipengaruhi oleh cara pengelolaan atau pemeliharaan tanaman murbei, oleh karena itu
perlu diperhatikan jarak tanam, pemangkasan, pemanenan daun, pemupukan dan
pengelolaan tanah. Beberapa hal tersebut hendaknya dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang telah ada agar kebun murbei terpelihara dengan baik sehingga tanaman
murbei terhindar dari serangan penyakit.
C. Penyakit yang umum pada Tanaman Murbei
1. Penyakit pucuk daun
Penyebab : ngengat Glyphoides pulverulensis
Pucuk daun tidak tumbuh sempurna, tepi daun bersatu, banyak ditemui pada musim
kemarau.
2. Kutu daun : Mealy bug
Daun bercak hitam, mengkerut dan sulit tumbuh
3. Penggerek batang
Oleh kumbang, larva makan daun dan menjelang pupa masuk kedalam batang
murbei. Tanaman dapat layu dan mati
4. Rayap : Macrotermes gilvus
Makan batang dan pangkal akar = tanaman layu, mudah dicabut dan mati
3.7 Pemanenan
a. Panen Daun untuk Kebun Ulat Kecil
Kebun murbei untuk ulat kecil hasilnya tidak perlu banyak, tetapi kualitasnya
harus sesuai dengan kebutuhan ulat kecil agar pertumbuhan dan kesehatan ulat
terjamin. Lokasi kebun harus berdekatan dengan tempat pemeliharaan ulat kecil.
Keadaan tanahnya baik dan mendapat sinar matahari penuh sepanjang hari dari pagi
hingga sore hari.
Pada musim kemarau diperlukan mulching jerami atau sekam padi untuk
mempertahankan kelembaban tanah dan mengurangi penguapan, sehingga daun yang
dihasilkan lunak atau tidak mengeras. Kebun ulat kecil dipanen pada umur 1,5 2 bulan
setelah pangkas.
b. Panen Daun untuk Ulat Besar
Tanaman murbei yang tumbuh di daerah tropis tidak mengalami masa istirahat,
sehingga panen daun dapat dilaksanakan secara terus menerus. Hal tersebut
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik dan hasil daunnya menurun.
Oleh karenanya pada musim kemarau sebaiknya tanaman murbei diistirahatkan jangan
dilakukan pemangkasan.
Tanaman murbei untuk ulat besar harus dipangkas 60 90 hari sebelum
pemeliharaan ulat atau 50 70 sejak keluar tunas. Semua daun dapat digunakan sebagai
pakan ulat besar. Waktu Panen Daun Murbei untuk Ulat Besar dengan Siklus
Pemeliharaan tiap bulan.
Setelah panen tanaman harus dipangkas dan dilakukan pemeliharaan secara
intensif :
Penyiangan dan pendangiran
Pemupukan
Pengendalian hama dan penyakit
Pengairan
c. Peremajaan Tanaman
Peremajaan tanaman adalah cara mengembalikan kesehatan tanaman murbei
setelah panen daun terus menerus atau tanaman tua.
Tanaman murbei semakin tua semakin banyak cabang yang mati, tanaman akan
terserang hama penggerek batang yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang
baik, sehingga hasil daunnya menurun. Untuk memperbaiki kondisi tersebut dilakukan
pemangkasan cabang yang mati agar tumbuh cabang-cabang baru.
1) Semua cabang dipotong
2) Bagian cabang tertentu saja yang dipotong
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Budidaya tanaman murbei produktif akan menentukan kuantitas dan kualitas daun
sebagai pakan ulat sutera.
Peningkatan kuntitas dan kualitas daun dapat meningkatkan jumlah pemeliharaan per
periode dan meningkatkan produksi serta kualitas kokon.
Budidaya tanaman murbei produktif sebagai dasar untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas kokon dan benang sutera
DAFTAR PUSTAKA

Kardinan, A, 2002. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasinya. Penerbit Swadaya, Jakarta

Bank Indonesia, 1999. Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon. Model Kelayakan Proyek Kemitraan
Terpadu. Proyek Pengembangan Usaha Kecil (PPUK). Jakarta.
Djoko Sasmito, 1998. Pakan Ulat Sutera. Materi Pelatihan Persuteraan Alam. Kerjasama antara Perum
Perhutani dengan Masyarakat Persuteraan Alam Indonesia. Madiun.
FAO, 1990. Sericulture Training Manual. Food And Agriculture Organization of The United Nation.
Roma
Goeswono Soepardi, 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor.
Hatta Sunanto, 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Soekiman Atmosoedarjo, Junus Kartasubrata, Mien Kaomeni, Wardono Saleh dan Wibowo Moerdoko,
2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Saeffudin Sarief, 1994. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Bandung
Setiawan Dalimartha, 1999. Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. ATLAS. Trubus Agriwidya, Jakarta
Simamarmata , Sitanggang dan Ridwan, 1998. Aplikasi Pupuk Multihara Lengkap Tablet. Terobosan
Teknologi Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Produktivitas Lahan di Indonesia.
Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Pajajaran. Bandung.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton, 1990. Soil Fertility and Fertilizer, Fourth Edition, Mac
Milan Publishing Co. New York.
Japan International Cooperation Agency. 1985. Proyek Pengembangan Persuteraan Alam di Indonesia.

Jolly, M. S. 1987. Approriate Sericulture Techniques. International Centre for Training & Research in
Tropical Sericulture, India.

Lim, S., Y. Kim, I. Rhee, J. Kim and B. Kim. 1990. Sericulture Training Manual. FAO, Rome.

Omura. S. 1980. Silkworm Rearing Technics in the Tropics (revised edition). Japan International
Cooperation Agency, Japan.

Pallavi, S.N. and C. K. Kamble. 1997. Disinfection and hygiene in sericulture - a Review. Sericologia
37(3): 401-415.

Ramanathan, A. 1997. New Illustrated Sericulture Reader. Central Silk Board, Bangalore, India.

Anda mungkin juga menyukai