Pendahuluan
II. Hasil dan Pembahasan
2.1 Manajemen pemilihan bibit dan pemeliharaan
2.1.1 Pemilihan bibit
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa sifat genetik sangat berpengaruh terhadap keturunan ternak. Hal ini
sesuai dengan penjelasan Gunawan dan Putera (2016) yang menyatakan
bahwa sifat pertumbuhan dipengaruhi beberpa faktor diantaranya faktor
genetik, manajemen pemeliharaan, lingkungan sekitar dan ketersediaan pakan.
Kaitan dengan faktor genetik, seleksi terhadap bibit sapi PO yang baik
merupakan salah satu strategi dalam upaya mengembangkan sapi PO yang
unggul dan berkualitas.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa bahwa
cara terbaik untuk pemilihan bibit adalah dengan melakukan seleksi. Hal ini
sesuai dengan penjelasan bahwa Kutsiyah (2012) yang menyatakan bahwa
meningkatkan mutu genetik sapi Madura adalah dengan mengadakan seleksi
dalam populasi atau kelompok sapi Madura sendiri. Perbaikan performans sapi
melalui seleksi memang hasilnya tidaksecepat dengan cara kawin silang.
Namun seleksi dapat menjaga kemurnian sapi Madura.
Seleksi Bibit adalah suatu tindakan memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik
baik untuk dikembangbiakkan lebih lanjut serta memilih ternak yang dianggap kurang baik untuk
disingkirkan . seleksi dapat diartikan juga untuk memperkenankan sekelompok ternak menjadi
penurun dari generasi berikutnya dan menghilangkan kesempatan dari kelompok lain untuk
memperoleh penurun dari generasi berikutnya pula. (Rasyid dkk, 2012)
Pada Peternakan Bapak Suwadji memilih peranakan limousin sebagai bibit. Dimana Bapak
Suwadji memelihara mulai dari lahir sampai umur 6 bulan dan di ikutkan kontes ternak dengan
kategori calon induk. Pedet tersebut hasil dari perkawinan silang sapi lokal dengan limousin. Hal ini
sesuai dengan Cole et al (2016) bahwa Pemilihan genomik dengan cepat diadopsi secara bibit murni
populasi ternak , namun ada banyak populasi yang termasuk ternak dengan kawin silang yang dapat
berkontribusi terhadap kemajuan genetik, termasuk pejantan silang yang digunakan di Selandia Baru
Upaya peningkatan produksi susu di Indonesia negara ini hampir seluruhnya didasarkan
pada pengembangan selektif di dalam ternak asli dengan ketakutan bahwa keturunan eksotis itu
kemungkinan akan terpengaruh oleh iklim yang berlaku (diternakkan pada daerah dataran tinggi).
Menyadari itu selektif Pembibitan dengan populasi ternak lokal akan terlalu lambat untuk
mencocokkan laju perkembangan pertanian Uganda, pengenalan sapi tipe Eropa dan AI asli Ternak
dengan semen eksotis dimulai pada tahun dan sejak saat itu Lalu terus ada impor semen.
(Mugishaet al, 2014)
Webb, E.C and L.J.Erasmus. 2013. The Effect Of Production System And Management Practices On
The Quality Of Meat Products From Ruminant Livestock. South African Journal Of Animal Science.
43(3): 413-423
Ada beberapa peternakan domba atau sapi potong khusus di Selandia Baru. Seorang petani
memiliki domba dan sapi potong di Pertanian yang sama meningkatkan kelenturan manajemen
melalui kemampuan untuk secara istimewa memberi makan beberapa ternak sambil
mempertahankan tinggi tingkat tekanan penggembalaan dengan kelas ternak lainnya. Itu Peran
peternakan sapi telah, dan terus menjadi, penting dalam keberlanjutan peternakan pegunungan di
mana konturnya mensyaratkan bahwa kontrol padang rumput - pemeliharaan spesies di dalam
sward, dan pencegahan kerusakan dan gulma padang rumput masuknya - terutama merupakan
fungsi dari tekanan ternak dan penggembalaan pengelolaan. Hal ini mengharuskan sapi potong
merumput dengan domba dan ini jarang untuk manfaat jangka pendek dari ternak, tapi sering
meningkatkan kinerja domba dan padang rumput. (Morris,2013)
Morris,S.T. 2013.Sheep And Beef Cattle Production System. Sheep And Beef Cattle Production.
35(2):79-84