BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, serta menjadi salah satu
faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi,
keamanan, politik dan sosial. Pada KTT pangan sedunia tahun 1966 di Roma,
para pemimpin negara dan pemerintah telah mengikrarkan kemauan politik dan
pangan. Hal ini menggambarkan bahwa apabila suatu negara tidak mandiri dalam
1
MewaAriani,DifersifikasiKonsumsiPangan:AntaraHarapanDanKenyataan,
Bogor:PusatAnalisisSosialDanKebijakanPertanian,2010,hal.2.
2
Slogan diversifikasi pangan bahkan telah dicanangkan sejak tahun 1970, jauh
sebelum kita meraih swasembada beras. Bahkan pada Repelita IV, pemerintahan
Indonesia.
melalui berbagai kegiatan dan dilakukan oleh banyak instansi. Sebagai contoh
gerakan sadar pangan dan gizi yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan,
(1993 - 1998) dan lain lain. Dari sisi kelembagaan, tahun 1989 pada Kabinet
meluncurkan Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI). Pada tahun 1996 telah
lahir Undang Undang nomor 7 tentang Pangan, Tahun 2001, pada era kabinet
Gotong Royong telah dibentuk Dewan Ketahanan Pangan (DKP) yang dipimpin
2
Lassa,J.A.,MemahamiKebijakanPanganDanNutrisiIndonesia,JournalOfNTT
Studies,2009,hal.28.
3
Ibid.,hal.4143
mempunyai salah satu tujuan yaitu menjamin peningkatan produksi dan konsumsi
yang lebih beragam.4 Namun, hingga kini keinginan untuk menekan konsumsi
pemberian beras bagi keluarga miskin (Raskin) juga ikut mendorong masyarakat
menjadikan beras sebagai primadona dalam hal konsumsi pokok sehari hari,
serta belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber pangan pokok
bagi masyarakat setempat menjadi salah satu faktor penunjang yang tidak dapat
tunggal dapat diibaratkan seperti bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak
kapan saja.
yang merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri Pertanian dengan
4
Krisnamurthi,PenganekaragamanPangan:Pengalaman40tahundan
tantangankedepan,JurnalEkonomiRakyat,2003,Hal.5.
4
merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini menjadi acuan untuk
basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara Pemerintah, Pemerintah
tidak harus difokuskan hanya pada beras padi. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
tetapi juga mendiversifikasikan produk satu komoditi (vertikal) misalnya dari padi
5
Samhadi,Kompas,24Februari2007,hal.7.
5
Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosi P2KP.6 Melalui tiga
masyarakat untuk membentuk pola konsumsi pangan yang baik. Disamping itu
perlu dijalin kerja sama kemitraan dengan pihak swasta yang antara lain bisa
berupa Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina
pendidikan, dengan sosialisasi baik kepada anak usia dini maupun ke kelompok
kini program P2KP dianggap belum berhasil mencapai tujuannya untuk menekan
yang relevan dan konstruktif bagi dunia pertanian, khususnya bidang ketahanan
pangan. Pada tataran yang lebih luas, hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan telaah secara riil tentang sebuah produk politik di bidang ketahanan
6
DPPKKabupatenSleman,PedomanUmumPercepatanPenganekaragaman
KonsumsiPangan(P2KP)KabupatenSleman,2013,hal.2.
6
penelitian ini.
2. Rumusan Masalah
Kabupaten Sleman?
3. Tujuan Penelitian
dimensi lokal.
7
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini akan menjadi referensi keilmuan dan langkah awal
untuk mengkaji suatu konsep tentang implementasi kebijakan, dalam hal ini
2. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini dapat memberi input atau kontribusi
secara lebih dalam. Melalui penelitian ini masyarakat menjadi familiar dengan
5. Kerangka Teori
A. Kebijakan
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
8
kegiatan tertentu. Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif
B. Kebijakan Publik
latar belakang yang berbeda-beda. Sementara di sisi lain, pendekatan dan model
yang digunakan para ahli pada akhirnya juga akan menentukan bagaimana
lain9:
lingkungannya;
7
BudiWinarno,KebijakanPublik,TeoridanProses,Yogyakarta:MediaPresindo,
2002,hal.1415.
8
HarbaniPasolong,TeoriAdministrasiPublik,Jakarta:Alfabeta,2008,hal.38.
9
BudiWinarno,Op.Cit.hal.1516.
9
dapat dikeluarkan oleh pemerintah, tidak oleh badan lain, walaupun kebijakan
tersebut mungkin diambil atas desakan pihak lain diluar pemerintah. Aspek paling
hubungan yang sangat erat. Suatu kebijakan tidak akan menjadi kebijakan publik
lembaga pemerintah merupakan pola - pola perilaku yang tersusun dari individu
individu dan kelompok kelompok. Pola pola perilaku individu dan kelompok
kepentingan lain.
pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat. Oleh karena itu, sangat mungkin
pelaksana. Kepentingan itu berasal dari pola perilaku individu individu dan
C. Implementasi Kebijakan
Tahap implementasi terjadi hanya setelah keputusan hukum ditetapkan dan dana
melainkan juga terkait dengan masalah konflik keputusan dan bagaimana suatu
karena suatu kebijakan hanya sekedar susunan peraturan yang sempurna dan
ingin dicapai dari suatu kebijakan. Seperti yang dikemukakan oleh Pressman dan
Sedangkan Van Meter dan Carl Horn, Dalam The Policy Implementation
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan tujuan yang telah
11
S.A.Wahab,AnalisisKebijaksanaan:DariFormulasikeImplementasiKebijaksanaan
Negara,Jakarta:BumiAksara,2008,hal.21.
12
C.Jones,PengantarKebijakanPublik.Jakarta:RajawaliPress,1999,hal.295296)
12
perlu ditekankan bahwa tahap implementasi tidak akan dimulai sebelum tujuan
: What happen after a bill become a Law?, berpendapat bahwa proses politik
dalam suatu policy tidak berhenti hanya pada saat penyusunannya, tapi juga
sampai pada tahap implementasi. Berbagai trik politik berlangsung saat sebuah
pengaruh mereka. Hal ini terjadi karena kontrol rasional organisasi tidak dapat
berjalan dengan sendirinya pada kebijakan yang dijalankan oleh berbagai aktor
dan institusi, atau dengan kata lain, proses implementasi itu sudah dengan
para aktor pelaksananya. Permainan yang demikian tentu bisa berakibat tidak
harus tunduk kepada instruksi instruksi legal yang dibuat oleh pembuat
harus mengetahui dan memahami apa yang harus mereka lakukan. Karena itu
aktor atau badan badan dalam implementasi program dengan memfokuskan diri
pemerintah dan pihak pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan program
kebijakan. Suatu program kebijakan akan berhasil bila penafsiran oleh badan
badan eksekutif, birokrat dan beberapa pihak lain yang terlibat apa adanya.
dalam dua jenis; pertama, kegagalan program (program failure), yaitu kegagalan
teori (theory failure), yaitu jika kebijakan dapat dilaksanakan tetapi tidak
13
C.Jones.Op.Cit.hal.18.
14
RiantNugroho,Op.Cit,hal.84.
14
dalam masyarakat.15
empat kelompok variabel yang dapat mempengaruhi kinerja dan dampak suatu
program,16 yaitu:
a. Kondisi lingkungan
program.
15
Ibid.,hal.8586.
16
A.Subarsono,AnalisisKebijakanPublik:Konsep,TeoridanAplikasi.
Yogyakarta:PustakaPelajar,2005,hal.100.
15
sumberdaya politik instansi; sifat komunikasi internal; hubungan yang baik antara
implementasi dalam proses politik dan administrasi, yaitu contens of policy dan
kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan
17
Ibid.,hal.101102.
18
S.Wibawa,StudiImplementasiKebijakan.Yogyakarta:Laporanpenelitianpada
jurusanAdministrasiNegaraFisipolUGM,tidakditerbitkan,1992,hal.26.
16
implementation)
kekurangan, seperti yang diungkapkan Patton dan Savicky bahwa tidak ada satu
suatu kebijakan tergantung pada jenis kebijakan itu sendiri. Hal ini senada dengan
19
A.Subarsono.Op.Cit,hal.87.
20
RiantNugroho,Op.Cit,hal.85
21
Ibid.,hal.9192.
17
konsistensi tujuan.
yang lebih tinggi, serta komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat
pelaksana.
implementasi kebijakan yang dilihat sebagai suatu proses politik dan administrasi
Gambar 1.
Model Implementasi Menurut Mazmanian & Sabtier
Variabel Independen:
1. Tingkat kesulitan masalah teknis yang ada
2. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran
3. Prosentase kelompok sasaran terhadap total populasi
4. Derajat perubahan perilaku yang diharapkan
yang sesuai untuk menganalisis implementasi kebijakan P2KP. Hal ini disebabkan
yang memiliki kepentingan cukup beragam dan sifat kebijakan ini yang begitu
Sabtier dinilai tepat untuk mengkaji faktor faktor yang berpengaruh dalam
19
penjelesannya.
program. Hal-hal yang dapat mempengaruhi program dari sudut pandang ini
adalah:
masalah biaya yang biasanya dikumpulkan dari wajib pajak serta dari
bahwa telah tersedia sarana atau teknologi yang dapat menjamin efektifitas
dalam pengimplementasiaannya.
21
tertentu atau hanya sebagian kecil dari semua populasi yang ada ketimbang
kecil dan semakinjelas yang perilakunya akan diubah, maka semakin besar
dan dengan demikian akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan
kebijakan.
tujuan formal adalah fungsi dari jumlah total orang yang menjadi kelompok
sasaran dan jumlah perubahan yang dituntut dari mereka. Semakin besar
implementasi)
22
sumber dukungan bagi tujuan itu sendiri. Tujuan yang jelas dapat pula
berperan selaku sumber-sumber bagi para aktor yang terlibat, baik yang ada
didalam lembaga maupun yang ada diluar lembaga. Semakin baik suatu
usaha pembaharuan itu akan tercapai. Dalam kaitan ini harus diakui bahwa
regulatif dana juga diperlukan untuk menggaji atau menyewa tenaga dan
tertentu dan diantara sejumlah besar badan-badan lain yang telibat. Masalah
24
daerah. Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan
badan-badan pelaksana.
e. Direksi pelaksana
implementasi)
pejabat pelaksana.
waktu yang sama masih ada masalah lain yang harus ditanggulangi maka
26
kelompok sasaran dan kelompok lain yang memiliki posisi strategis dalam
b. Dukungan publik
dukungan publik bagi posisi mereka dan lingkup perubahan perilaku yang
d. Dukungan kewenangan
lama.
6. Kerangka Berpikir
krusial, mengingat isu pangan sendiri memiliki keterkaitan erat dengan kestabilan
satu bangsa. Kebijakan atau program secara langsung ataupun tidak langsung
Sebagai contoh gerakan sadar pangan dan gizi yang dilakukan oleh Departemen
Pangan (P2KP). Ironisnya, pada tingkat lokal pun belum dapat dirasakan dampak
pangan tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh instansi yang bertugas menjalankan
konsumsi pangan.
pemikiran yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori
ketahanan pangan melalui program P2KP dengan mengkaji dari beberapa dimensi
Identifikasi Masalah:
1. Masih tertanamnya pola pikir yang kuno pada masyarakat setempat, yang
menjadikan beras sebagai satu-satunya konsumsi pokok
2. Masyarakat lokal cenderung tertutup oleh masuknya pengetauan atau budaya baru
terkait konsumi pangan, karena kurangnya inforasi yang berkenaan dengan hal
tersebut.
3. Sarana dan prasarana yang kurang memadai di Desa Wonokerto untuk menciptakan
pengenakaragaman konsumi pangan yang baik.
4. Pemerintah, dalam hal ini instansi yaang bertugas menjalankan Program P2KP,
belum cukup serius dalam menggalakan program ini.
(Sumber: Peneliti,2013)
A. Definisi Konseptual
a. Kebijakan P2KP adalah keputusan yang dibuat oleh negara atau pemerintah
B. Definisi Operasional
konsistensi tujuan.
yang lebih tinggi, serta komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat
pelaksana.
8. Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian
makna yang ada di balik realitas dan terungkap lewat data yang terkumpul.22
22
J.W.Creswell.,EducationalResearch:Planning,Conducting,andEvaluating
QuantitativeandQulitativeResearch.NewJersey:PretinceHall,2008,hal.42.
32
Metode penelitian ini terfokus pada kualitatif studi kasus (case study),
menurut Creswell23 metode studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan
terhadap suatu kesatuan sistem. Dalam suatu kasus, dapat terdiri atas satu unit
atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Misalnya kasus dapat
satu orang, satu komunitas, satu desa, beberapa desa tetapi dalam satu kantor
B. Instrumen Penelitian
Menurut Nasution24 peneliti adalah key instrument atau alat penelitian utama.
Oleh karena itu instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
dengan menggunakan buku catatan, tape recorder, kamera dan lainnya. Peneliti
muka, serta mengetauhi makna yang terkandung dalam ucapan atau perbatan
informan.
Penelitian ini dilakukan di dua instansi yang terkait dengan penelitian ini
yaitu, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman dan Kantor
23
Ibid.,hal.44.
24
A.Prastowo,MetodePenelitianKualitatif:dalamPerspektifRancanganPenelitian.
Yogyakarta:ArRuzzMedia,2011,hal.43.
33
penelitian karena melihat Yogyakarta sebagai salah satu propinsi yang fokus
menciptakan ketahanan pangan yang baik dan cukup. Kabupaten Sleman dengan
dari berbagai desa di kabupaten Sleman sebagai penerima manfaat P2KP melalui
KWT Muda Jaya sebagai masyarakat desa yang diberdayakan untuk menunjang
P2KP, maka yang menjadi unit analisis dalam penelitiannya, antara lain:
lain yakni panitia kecamatan, panitia desa, BKPP tingkat kabupaten dan
provinsi
D. Jenis Data
Jenis data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data primer yang
langsung dari informan di lapangan dan data sekunder yang bersumber dari
a. Data Primer, dalam penelitian ini, yaitu hasil wawancara dengan masyarakat
b. Data sekunder, yang akan menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah
laporan, hasil pembahasan, opini dan petunjk teknis kegiatan tersebut. Data
4) Laporan dari kecamatan dan kepala desa, serta lembaga lain yang memuat
tanpa peran serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan
25
J.L.Moeloeng.(2006).MetodePenelitianKualitatif.Bandung:PT.RemajaRosdakarya,
Hal.176.
36
kegiatan P2KP. Para pihak di sini tidak hanya pemberi tetapi juga penerima
lebih reliable.
mengenai hal hal yang nantinya aka ditanyakan kepada para informan
melaksanakan suatu
kebijakan
d) Ruang lingkup
perubahan perilaku
masyarakat yang
diharapkan
Karakeristik a) Tujuan kebijakan - Pegawai
kebijakan dalam bidang
penganekaragaman ketahanan
konsumsi pangan pangan
b) Sumber daya yang - Aparat pe
dibutuhka dalam merintah desa
mengimplementasikan - Masyarakat
kebijakan desa
c) Koordinasi bidang Wonokerto
ketahanan pangan
dalam
mengimplementasikan
kebijakan
d) Aturan-aturan
keputusan yang dibuat
implementor
e) Lembaga pemerintah
yang terkait dengan
implementasi
kebijakan
f) Akses kelompok luar
untuk berpartisipasi
dalam impleme ntasi
kebijakan
Lingkungan a) Kondisi sosial, - Pegawai
kebijakan ekonomi masyarakat bidang
dan kemajuan ketahanan
teknologi. pangan
b) Dukungan masyarakat - Aparat pe
terhadap sebuah merintah desa
kebijakan - Masyarakat
c) Sikap dan sumber desa
yang dimiliki Wonokerto
masyarakat dalam
mempegaruhi suatu
kebijakan
d) Komitmen dan
keterampilan para
implementor
(Sumber, Peneliti 2013)
38
dengan berdasarkan apa yang nantinya akan peneliti kaji dan temukan saat
dalam bentuk deskriptif, sehingga menjadi suatu hasil penelitian yang paten
berupa buku buku, laporan penelitian terkait, berita dan artikel dalam
media cetak. Di samping itu, dokumen internet dalam bentuk berita dan
F. Penentuan informan
informasi utama yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Informan adalah orang
yang dimanfaatkan untuk me mberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
(lokasi atau tempat) penelitian. Adapun teknik yang digunakan untuk menentukan
informan dalam penelitian kualitatif ini dijelaskan oleh Sugiyono (2011), yaitu
26
Ibid.,hal.132.
39
informan dibagi menjadi dua yaitu key informan dan secondary informan. Key
informan sebagai informan utama yang lebih mengetaui situasi fokus penelitian
sebagai berikut:
No Informan Keterangan
teknik kualitatif. Adapun langkah langkah yang akan ditempuh sebagai berikut:
a. Reduksi data, yaitu memilih dan memilah data mentah yang masih beragam
penelitian. Tujuannya agar data yang sama segera terkelompok pada bagian
b. Display data, yaitu penampilan data sistematis yang sudah diolah. Data
data yang display dapat berupa table, matriks, chart atau grafik dan lain
mudah.
penelitian. Data data yang telah disusun sedemikian rupa dikaitkan dengan
pola, model, hubungan sebab akibat dan persamaan dengan pendapat lain
akan muncul kesimpulan dari apa yang telah diteliti. Seandainya kesimpulan
maka akan diadakan verifikasi dengan mencari data data baru yang
relevan.
41
Data
reduction
Conclusion,
drawing &
reviewing
(Sumber: Bungin, 2005:69)
9. Sistematika Penulisan
jenis penelitian, lokasi penelitian dan unit analisis data, jenis data, teknik data dan
Bab II, merupakan bab yang menguraikan tentang desain program P2KP,
terdiri dari subbab, yaitu, desain kebijakan P2KP (meliputi: tujuan, sasaran dan
desain program P2KP di desa Wonokerto Kabupaten Sleman. Pada bab ini juga
sosial, ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap dan sumber daya
meliputi tingkat kesulitan masalah teknis yang ada, tingkat kemajemukan dari
Bab V, merupakan bab penutup. Bab ini akan menguraikan secara singkat
tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian serta analisis pada bab
sebelumnya.