PENDAHULUAN
faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan panen kakao adalah benih
atau bibit yang ditanam, proses pemeliharaan yang dilaksanakan. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi kualitas kakao olahan adaah pengolahan pasca penen,
misalnya proses fermentasi dan pengeringannya.
Maka dari itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui kuliatas
biji kakao yang diproduksi oleh pusat penelitian kopi dan kakao.
Theobroma cacao ialah nama biologi yang diberikan pada pohon kakao
oleh Linnaeus pada tahun 1753. Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis
Theobroma, suku sterculiaceae yang diusahakan secara komersil. Sedangkan biji
kakao dapat diolah menjadi cokelat. Menurut Tjitrosoepomo (1998) dalam PPKKI
(2010), sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophita
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Suku : Steruliaceae
Marga : Theobroma
Beberapa jenis tanaman kakao yang bijinya paling banyak diolah menjadi coklat
tiga macam yaitu:
1. Jenis Criollo, yang terdiri atas Criollo Amerika Tengan dan Criollo
Amerika Selatan. Jenis ini menghasilkan biji yang mutunya baik dan
dikenal sebagai cokelat mulia, fine flavor cocoa, choied cocoa, edel cocoa.
Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil
kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar
dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Keunggulan kakao
jenis ini terletak pada kompleksitas rasa namun lembut, dengan rasa klasik
yang rendah, tetapi sangat kaya pada secondary note dengan jejak yang
bertahan lama di mulut. Negara penghasil kakao Criollo antara lain:
Venezuela, Equador, Trinidad, Grenada, Srilangka, Indonesia, Samoa,
Jamaika, Suriname dan sebagian kecil West
2. Jenis Forastero, dapat dikatakan kakao jenis ini merupaka pohon kakao
industri, karena lebih tahan terhadap lingkungan ekstrim. Jenis ini mudah
ditemui di daerah beriklim tropis. Varietas ini juga cukup produktif.
Buahnya berwarna hijau dengan kulit yang tebal. Buah kakao jenis ini
memiliki karakter rasa khas coklat sangat kuat. Namun ada juga beberapa
varietas dari Forastero yang memiliki karakter rasa yang sangat komplek,
seperti arriba dan national. Biji buahnya tipis atau gepeng dan
kotiledonnya berwarna ungu pada waktu basah. Kakao jenis ini berasal
dari Brazil, Amelonado (Afrika Barat) Equador.
3. Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hybrid dari jenis Criollo
dengan jenis Forastero secara alami sehingga kakao jenis ini sangat
heterogen. kakao jenis ini menghasilkan biji yang termasuk fine flavor
cocoa dan ada yang termasuk bulk cocoa. buanya berwarna hijau atau
merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-
macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada
waktu basah (Sunanto, 1992; Kristanto, 2013).
Biji kakao dibungkus oleh daun buah (pulpa) yang berwarna putih,
rasanya asam manis dan mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah
dalam daging buah terdapat kulit biji yang membungkus dua kotiledon dan poros
embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya
mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang-kadang biji
berkecambah di dalam buah yang terlambat dipanen karena daging buahnya telah
kering (Puslitkoka, 2010).
Kakao dalam
kemasan
Pembukaan kemasan
Pengecilan ukuran
Eksikator 15 menit
Penimbangan
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk penentuan kadar air yaitu
menimbang biji kakao 5 gram. Setelah itu biji kakao dilakukan pengecilan
ukuran yang bertujuan untuk memperluas permukaan biji kakao sehingga saat
dilakukan pengovenan mudah terjadi penguapan (biji kakao tidak boleh
terlaluhalus karena akan menyebabkan minyak dalam biji kakao keluar).
Kemudian biji kakao yang telah di lakukan pengecilan ukuran dimasukkan dalam
botol timbang yang sebelumnya telah dioven dan dieksikator selama 15 menit
(berat botol timbang diketahui). Kemudian botol timbang + biji kakao dilakukan
pengovenan selama 16 jam yang bertujuan supaya kandungan air yang terdapat
pada biji kakao dapat menguap dan dapat diketahui berat air yang hilang selama
pengovenan. Setelah itu dieksikator selama 15 menit yang bertujuan untuk
menyeimbangkan RH dengan lingkungan. Setelah itu dilakukan penimbangan
untuk mengetahui berat yang hilang selama pengovenan dan berat yang hilang
tersebut dianggap berat air pada biji kakao. Kemudian dilakukan perhitungan
kadar air pada biji kakao tersebut.
3.2.3 Penentuan biji berbau asap abnormal atau berbau asing
Pembelahan
Pengamatan aroma
Langkah pertama yaitu siapkan bahan yang akan digunakan yaitu biji
kakao yang akan diamati. Setelah itu biji kakao dilakukan pembelahan dengan
pisau atau secara manual dan dibelah memanjang supaya lebih mudah dalam
menentukan aroma biji kakao. Kemudian dilakukan pengamatan aroma pada biji
kakao untuk menentukan adanya bau asap abnormal atau berbau asing pada biji
kakao tersebut. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari biji
kakao yang ada berdasarkan SNI 2323-2008 yaitu biji kakao tidak boleh berbau
asap abnormal atau berbau asing.
3.2.4 Penentuan kadar kotoran
Pengamatan kotoran
Penimbangan
Penggolongan (AA, A, B, C, S)
Gambar 5. Diagram Alir Penentuan jumlah biji kakao per 100 gram
Pemotongan memanjang
Perhitungan
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Biji kakao terdapat serangga hidup dan benda asing, plasenta. sehingga
biji kakao tersebut tidak memenuhi syarat SNI 2323-2008 yang
menyatakan bahwa pada biji kakao kering harus tidak ada serangga dan
benda asing
2. Pada biji kakao yang difermentasi mengandung kadar air yang lebih
rendah sekitar 5-7 %. Dan memenuhi persyaratan SNI 2323-2008
yang menyatakan bahwa kadar air maksimum pada biji kakao adalah 7,5%
3. Jumlah biji per 100 g pada biji kakao terdapat 82. Sehingga termasuk
mutu AA.
4. Terdapat biji cacat (biji berjamur, slaty, berserangga dan
berkecambah).
6.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya. Seharusnya melakuakan
praktikum harus lebih teliti dan lebih berkonsentrasi saat melakukan praktikum,
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Umum.
Kristanto, Aji. 2013. Panduan Budidaya Kako: Raih Sukses Dengan Bertanam
Kakao. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Kakao.
Jakarta:AgroMedia Pustaka.
Kadar air
12
a. Kadar air (%) = 100 %
1
15,1014,83
= 15,1010,10 100 %
= 5,4 %
12
b. Kadar air (%) = 100 %
1
17,3817,09
= 17,3812,38 100 %
= 5,8 %
12
c. Kadar air (%) = 100 %
1
17,4717,17
= 17,4712,47 100 %
= 6,0 %
Kadar Kotoran
21
a. Plasenta = 100 %
15,440,67
= 100 % = 1,477 %
1000
21
b. Biji dempet = 100 %
58,670,67
= 100 % = 5,8 %
1000
21
c. Pecahan biji = 100 %
8,590,66
= 100 % = 0,793 %
1000
21
d. Pecahan kulit = 100 %
32,280,68
= 100 % = 3,16 %
1000
21
e. Biji pipih = 100 %
38,250,68
= 100 % = 3,757 %
1000
21
f. Ranting = 100 %
7,270,67
= 100 % = 0,66 %
1000
5
a. Biji berjamur = 100 %
300
= 1,67 %
8
b. Biji slaty = 100 %
300
= 2,67 %
18
c. Biji berserangga = 100 %
300
= 6,0 %
2
d. Biji berkecambah = 100 %
300
= 0,67 %