Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang
ukuran suatu partikel, yang dimana ukuran partikel ini cukup kecil. Hal ini perlu diketahui
untuk membahas obat sediaan padat seperti kapsul, tablet, granul, sirup kering. Ukuran partikel
dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan
rata-rata, volume rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pada umumnya pengertian
ukuran partikel disini adalah ukuran diameter rata-rata.

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mikromeretik dengan prosedur mengukur
partikel serbuk secara mikroskopis, menentukan kerapatan partikel dengan
piknometer,menentukan kecepatan alir dan sudut istirahat serta kerapatan curah dan kerapatan
mampat dari sampel bahan padat yang berupa asam asetat, asetosal, dan kalium bikarbonat

Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting untuk
menghasilkan berbagai senyawa kimia. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti
polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Asam
asetat digunakan sebagai pengatur keasaman dalam industri makanan. Asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air di rumah tangga.

Asetosal merupakan salah satu turunan asam salisilat yang berfungsi sebagai analgesik, anti
inflamasi dan anti piretik dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin. Asetosal,
umumnya digunakan untuk mengurangi rasa sakit seperti sakit kepala, neuritis, myalgias dan sakit gigi
serta pengobatan inflamasi akut dan kronik seperti rheumatoid arthritis.

Pertama dilakukan penentukan partikel secara mikroskopis menggunakan sampel asam


stearate. Tujuan dilakukan percobaan ini untuk mengukur partikel zat yang dilihat dari
mikroskop. Keuntungan dari metode mikroskopik diantaranya dapat langsung secara jelas melihat
bentuk partikel dari sampel yang akan diuji dan dapat mendeteksi aglomerat dan partikel partikel
yang terdiri lebih dari satu komponen.

Sedangkan kelemahan dari metode ini yaitu bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan menggunakan
metode ini. Namun demikian, pengujian mikroskopik dari suatu sampel harus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya
gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode
ini. diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu panjang dan lebar. Selain itu metode ini
agak lambat dan melelahkan karena harus menghitung sekitar 500 partikel (polydispers).

Dan juga membutuhkan waktu yang lama untuk pegamatannya serta diperlukan ketelitian dan
kecermatan yang tinggi dalam menghitung ukuran partikel rata-rata serta luas permukaan serbuk
rata-rata.

Diameter sampel asam stearat yang didapat dari hubungan antara mid size partikel (d)
dengan jumlah partikel (n) dari percobaan yang dilakukan
Hasil perhitungan diameter yang didapat :
dln(lenght-number mean) = 0,453 m, yang menyatakan rata-rata jarak atas partikel dalam satu
populasi
dsn surface number mean = 3,375 m, yang merupakan luas permukaan rata-rata tiap partikel pada
satuan berat.
dvn volume number mean = 9,133 m, yang menyatakan volume rata-rata tiap partikel
dvs volume surface mean = 14,795 m, yang merupakan volume rata-rata tiap satuan luas
dwm volume weight mean= 16,006 m, yang merupakan volume rata-rata tiap satuan berat

Dalam bidang farmasi,ukuran partikel bahan obat padat mempunyai pengaruh


dalam penentuan sediaan obat. Dalam pembuatan tablet dan kapsul, pengontrolan ukuran partikel
penting dilakukan untuk mendapatkan sifat alir yang tepat dari granulat dan serbuk. Semakin
kecil ukuran partikel dari serbuk maka sifat alir dari serbuk semakin baik. Sebaliknya semakin
besar ukuran partikel, maka sifat alir dari serbuk kurang baik.

Hal ini disebabkan, karena ukuran partikel yang kecil lebih banyak mendapatkan ruang
untuk keluar dan lebih cepat untuk keluar, sebaliknya dengan ukuran partikel yang lebih besar
membutuhkan ruang yang lebih besar agar partikelnya lebih mudah untuk keluar.
Kedua, dilakukan penentukan kerapatan partikel dengan jenis kerapatan sejati
menggunakan piknometer pada sampel asam stearate, asetosal, kalsium karbonat.Tujuan
percobaan ini umunya adalah untuk mengetahui perbedaan kerapatan masing-masing zat,
mengetahui metode yang digunakan, mengukur kerapatan masing-masing zat. Kerapatan sendiri
adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur dan tertentu. Sedangkan kerapatan sejati
adalah Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
(Stoker, 1993).
Metode yang digunakan piknometer .Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang
yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada
sekitar isi ruang 30 ml. (Martin, 1993).

Sifat kerapatan sejati partikel yaitu dari berkurangnya pelarut dari sampel yang
diuji. Ukuran partikel dari sampel juga berpengaruh untuk kerapatan sejati. Apabilapartikel
sampel besar maka jumlah pelarut yang keluar dari wadah yang dipakai pun cukup banyak
dan bobot jenis sampelnya pun pasti besar.Dan juga apabila berat jenisnya lebih berat
maka akan berpengaruh pada kecepatan alir dari zat tersebut.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan sampel asam
stearate, asetosal, dan kalium bikarbonat, diperoleh bobot jenis yang berbeda beda dari masing
masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa kerapatan untuk asetosal adalah
1,255 g/ml, kerapatan Kalium Bikarbonat 3,208 g/ml, dan kerapatan untuk asam stearate adalah
0,806 g/ml .Namun dari semua zat yang di ukur kerapatannya, kalium bikarbonat memiliki
kerapatan yang paling besar dari yang lainnya. Digunakannya parafin cair dalam penentuan
kerapatan sejati karena asam borat tidak dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat

Ketiga dilakukan penentukan kecepatan aliran dan sudut istirahat. Pada penentuan
kecepatan alir ini digunakan corong tanpa dan menggunakan alat penggetar. Pengukuran sifat
alir granul dengan metode corong dipengaruhi oleh beberapa kondisi pengamatan seperti : Berat
granul, diameter corong (bagian atas dan bawah), ukuran partikel granul, panjang tangkai corong
dan cara penuangan sampel serta pengaruh getaran luar.
Sifat aliran serbuk dapat pula ditentukan berdasarkan sudut istirahat serbuk. Sudut
istirahat ini terbentuk antara lereng timbunan serbuk dengan bidang datar. Jika sudut istirahat
<25 maka sifat aliran sangat baik, untuk sifat aliran baik yaitu antara 25-30, 30-40 sifat aliran
cukup dan jika >40 Maka sifat aliran dari serbuk buruk.

Pada hasil pengamatan terlihat asam stearat dan asetosal memiliki sifat aliran yang baik,
karena memiliki sudut istirahat kurang dari 25.Namun yang paling baik sifat alirnya yaitu asam
stearat karena memiliki nilai sudut istirahat yang lebih kecil dari asetosal. Sedangkan pada
Kalium bikarbonat memiliki sifat aliran yang cukup karena memiliki nilai antara 25-30.

Keempat dilakukan penentukan kecepatan curah (Bulk) dan kerapatan mampat.


Kerapatan mampat dilakukan sama halnya seperti menentukan kerapatan curah, hanya saja zat
diberikan perlakuan yaitu dimampatkan. Dengan alat ini zat uji dimampatkan dengan cara
diketuk-ketukan. Berdasarkan data-data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak jumlah ketukan yang diberikan maka sampel yang diuji akan semakin mampat sehingga
volume zat berkurang dan hal tersebut akan meningkatkan kerapatannya.
Aliran serbuk dari sampel yang akan diuji dapat diketahui dari rasio Hausner, dimana
rasio Hausner didapatkan dengan membandingkan antara kerapatan mampat dengan kerapatan
curah. Jika rasio Hausner lebih kecil dari 1,5 maka aliran serbuk tersebut baik, tetapi jika rasio
Hausner lebih besar dari 1,5 maka aliran serbuk tersebut buruk. Dari hasil yang didapat Sampel
asetosal, asam stearate dan kalium bikarbonat mempunyai aliran serbuk baik karena ketiga
sampel memiliki rasio hausner lebih kecil dari 1,5.

Ukuran partikel yang kecil maka kerapatan mampatnya semakin baik karena sudut
istirahat yang dibentuknya pun kecil sehingga partikel-partikel akan semakin mampat. Kerapatan
yang semakin mampat maka kompresibilitasnya pun menjadi baik. Nilai kompresibilitas
berpengaruh terhadap sifat alir. Bobot jenis yang besar menunjukan kerapatan sejatinya baik.

Anda mungkin juga menyukai