Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan


dalam upaya menumbuhkan profesionalisasi dalam keperawatan. Pembelajaran
klinik adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada tatanan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit (Keliat B.A, 2000). Kegiatan pembelajaran klinik
sangat penting bagi mahasiswa program pendidikan kedokteran dan keperawatan.
Menurut Nursalam (2008), pembelajaran klinik merupakan jantungnya
proses pendidikan pada program pendidikan dokter atau keperawatan.
Pembelajaran pada tahap pendidikan klinik merupakan pembelajaran yang
berfokus pada keterlibatan langsung dengan pasien dan berbagai macam
masalahnya. Dalam lingkungan ini mahasiswa belajar menjadi seorang dokter
yang sebenarnya. Berbagai macam keterampilan seperti history taking,
pemeriksaan fisik, komunikasi dengan pasien, dan profesionalisme sangat tepat
dipelajari dan dilatihkan pada tahap pendidikan ini. Pengetahuan ilmu kedokteran
dapat diaplikasikan langsung untuk memberikan perawatan kepada pasien
sehingga mahasiswa termotivasi untuk belajar (Habiba et al., 2010)
Dalam lingkungan pembelajaran klinik diperlukan observasi langsung dan
pemberian umpan balik untuk membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang
harapkan. Beberapa penelitian yang dilakukan pada pendidikan klinik ditemukan
adanya kesenjangan antara apa yang harus dilakukan dan apa yang terjadi. Salah
satunya yaitu kurangnya penilaian dan pemberian umpan balik berdasarkan
observasi langsung pada performa mahasiswa, dan menjadi salah satu kekurangan
terbesar dalam pendidikan dokter saat ini (Hombloe, 2004), sedangkan observasi
langsung dan pemberian umpan balik memiliki kekuatan dalam mempengaruhi
performa mahasiswa.
Rumah Sakit Mangupura Badung merupakan salah satu Rumah Sakit
tempat dilakukannya praktek bimbingan klinik untuk tenaga kesehatan seperti
pendidikan dokter umum, pendidikan dokter spesialis (residen) maupun
keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya. Dalam menjaga kualitas pendidikan
terutama dalam pelaksanaan bimbingan klinik di Rumah Sakit, dilakukan
penyebaran kuesioner tentang evaluasi pelaksanaan bimbingan klinik untuk
mengetahui efektivitas pelaksanaan bimbingan klinik terhadap mahasiswa calon
spesialis kedokteran yang melakukan praktek di Rumah Sakit Mangupura
Badung.

B. Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan dilaksanakannya evaluasi praktek bimbingan klinik ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengetahui umpan balik mahasiswa terhadap peran pembimbing

klinik dalam melakukan bimbingan klinik di Rumah Sakit

2. Mengetahui umpan balik mahasiswa terhadap pelaksanaan

preconference di Rumah Sakit

3. Mengetahui umpan balik mahasiswa terhadap pelaksanaan

preconference di Rumah Sakit

C. Manfaat Evaluasi

Adapun manfaat dari pelaksanaan evaluasi praktek bimbingan klinik adalah

sebagai berikut :

1. Dapat dilakukan suatu perbaikan terhadap pelaksanaan bimbingan

klinik yang masih kurang

2. Mengetahui umpan balik mahasiswa terhadap pelaksanaan

preconference di Rumah Sakit, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

memperbaiki proses pelaksanaan pre conference di rumah sakit


3. Mengetahui umpan balik mahasiswa terhadap pelaksanaan

preconference di Rumah Sakit, sehingga dapat dilakukan perbaikan

dalam pelaksanaan post conference di rumah sakit

D. Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bab I terdri dari pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, manfaat dan

sistematika penelitian

2. Bab II terdiri dari hasil evaluasi dan pembahasan hasil evaluasi

3. Bab III terdari dari penutup yang berisi simpulan dan saran

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan bimbingan klinik bagi residen dilakukan dengan

memberikan kuesioner tentang evaluasi bimbingan klinik yang terdiri dari tiga

buah kuesioner yaitu kuesioner pertama merupakan kuesioner umpan balik

peserta didik terhadap pembimbing klinik, kedua kuesioner evaluasi metode

bimbingan praktek klinik pre conference dan ketiga kuesioner evaluasi metode

bimbingan pratek klinik post conference. Ketiga kuesioner ini merupakan

kuesioner dengan skala likert dimana penilaian diberikan dengan ketentuan tidak

baik (1), cukup baik (2), baik (3) dan sangat baik (4). Evaluasi dilakukan terhadap
77 orang responden yang terdiri dari berbagai bidang disiplin yaitu Interna (14

orang), Obgyn (39 orang), THT (9 orang), Jiwa (13 orang), Psikiatri (2 orang).

Adapun hasi dari evaluasi bimbingan klinik dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Analisis terhadap Kuesioner I (Umpan Balik Mahasiswa terhadap pelaksanaan

bimbingan klinik)

Hasil analisis terhadap kuesioner I menunjukkan bahwa umpan balik

peserta didik terhadap pembimbing klinik menunjukkan rata-rata skor 3,4 yang

menunjukkan nilai antara 3 dan 4 yaitu baik dan sangat baik dengan rentang skor

antara 2,38-4,00.

Analisis selanjutnya akan dilakukan analisis per item soal untuk

mengetahui item mana dari kuesioner yang harus diperbaiki oleh manajemen

pendidikan dan pelatihan. Adapun hasil dari analisis per item adalah sebagai

berikut :

TABEL 1
HASIL REKAPITULASI UMPAN BALIK MAHASISWA TERHADAP
PELAKSANAAN BIMBINGAN KLINIK DI RUMAH SAKIT MANGUPURA

\ Pernyataan Rata-rata Min-Max Keterangan

1 Peserta didik diorientasikan 3,47 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


(ruang, alat, staff) sebelum (2) =4 , B (3)
memulai praktek oleh =33, SB (4) =40
pembimbing klinik

2 Pembimbing mengingatkan 3,32 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


peserta didik untuk mengisi daftar (2) =2 , B (3)
hadir baik dating maupun pulang =48, SB (4) =27

3 Peserta didik mendapat tempat 3,51 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


sesuai dengan kompetensi yang (2) =1 , B (3)
harus dicapai oleh pembimbing
klinik =36, SB (4) =40

4 Peserta didik mendapat jadwal 3,57 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


praktek sesuai kompetensi yang (2) =2 , B (3)
ingin dicapai =37, SB (4) =38

5 Dilaksanakan pre conference 3,40 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


untuk mahasiswa oleh (2) =4 , B (3)
pembimbing klinik =38, SB (4) =35

6 Dilaksanakan post conference 3,29 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


untuk mahasiswa oleh (2) =5 , B (3)
pembimbing klinik =45, SB (4) =27

7 Peserta didik mendapatkan 3,45 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


penjelasan tentang metode (2) =1 , B (3)
bimbingan yang akan digunakan =40, SB (4) =36
selama peserta didik praktek

8 Peserta didik mendapatkan 3,45 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


pengarahan tentang asuhan (2) =1 , B (3)
keperawatan dari pembimbing =40, SB (4) =36
klinik

9 Pembimbing mempersiapkan 3,38 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


pasien yang akan peserta didik (2) =2 , B (3)
jadikan obyek pengalaman belajar =44, SB (4) =31

10 Peserta didik mendapatkan 3,40 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


penjelasan dari pembimbing (2) =5 , B (3)
klinik tentang cara menggunakan =36, SB (4) =36
alat alat yang dipergunakan
untuk proses pembelajaran klinik

11 Peserta didik mendapat 3,44 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


bimbingan bedside teaching oleh (2) =7 , B (3)
pembimbing klinik =29, SB (4) =41

12 Peserta didik mendapatkan 3,27 2,00-4,00 TB (1) = 0, CB


bimbingan ronde keperawatan (2) =4 , B (3)
oleh pembimbing klinik =28, SB (4) =25

13 Peserta didik mendapatkan 3,45 2,00-4,00 TB (1) =0, CB


motivasi / dorongan dari (2) =3 , B (3)
pembimbing klinik untuk memacu
semangat belajar oleh =36, SB (4) =38
pembimbing klinik

Berdasarkan table 1 terlihat bahwa seluruh item tentang umpan balik mahasiswa

terhadap pelaksanaan bimbingan klinik di Rumah Sakit Mangupura menunjukkan

nilai diatas 3,0 yang berarti dalam kategori baik, sehingga hal tersebut

menunjukkan pelaksanaan bimbingan klinik di Rumah Sakit ini termasuk baik.

Namun analisis dilanjutkan untuk mengetahui adanya responden yang menjawab

dibawah nilai , sehingga jumlah responden yang mengisi kuesioner dengan

kategori cukup baik dan tidak baik akan dianalisis dalam evaluasi ini untuk

mengetahu item mana yang perlu diperbaiki. Berdasarkan analisis terhadap

jawaban responden dibawah nilai 3 terdapat pada nomor item 11 dengan jumlah

yang menjawab CUKUP BAIK (CB) sebanyak 7 orang, item tersebut adalah

Peserta didik mendapat bimbingan bedside teaching oleh pembimbing klinik,

Dijawab cukup baik oleh 5 orang responden yaitu item nomor 6 dan 10 yaitu

Dilaksanakan post conference untuk mahasiswa oleh pembimbing klinik dan

Peserta didik mendapatkan penjelasan dari pembimbing klinik tentang cara

menggunakan alat alat yang dipergunakan untuk proses pembelajaran klinik.

Sedangkan terdapat 4 reesponden yang mennyatakan cukup baik pada item

pernyataan nomor 1, 5 dan 12 yaitu item tentang Peserta didik diorientasikan

(ruang, alat, staff) sebelum memulai praktek oleh pembimbing klinik,

Dilaksanakan pre conference untuk mahasiswa oleh pembimbing klinik dan

Peserta didik mendapatkan bimbingan ronde keperawatan oleh pembimbing

klinik. Berdasarkan hal tersebut, maka item yang sangat mendasar yang perlu
dilakukan perbaikan sehingga tidak terdapat responden yang menilai pelaksanaan

bimbingan klinik tergolong cukup baik berupa perbaikan dalam pelaksanaan bed

side teaching, pelaksanaan post conference dan pengenalan tentang alat-alat yang

digunakan di rumah sakit.

2. Analisis terhadap Kuesioner II (Umpan Balik Mahasiswa terhadap

pelaksanaan bimbingan klinik pre conference)

Hasil analisis terhadap kuesioner II menunjukkan nilai rata-rata 3,35 dengan

rentang nilai antara 2,00-4,00, ini menunjukkan bahwa pelaksanaaan metode

bimbingan klinik pre conference tergolong baik, namun masih terdapat responden

yang memiliki respon cukup baik.

Analisis selanjutnya akan dilakukan analisis per item soal untuk

mengetahui item mana dari kuesioner yang harus diperbaiki oleh manajemen

pendidikan dan pelatihan. Adapun hasil dari analisis per item adalah sebagai

berikut :

TABEL 2
HASIL REKAPITULASI UMPAN BALIK MAHASISWA TERHADAP
PELAKSANAAN BIMBINGAN KLINIK : PRE CONFERENCE
DI RUMAH SAKIT MANGUPURA

No. Kegiatan Rata-rata Min-Max Keterangan

A Persiapan 3,37

1 Pre conference dilakukan di ruangan khusus 3,34 2,00-4,00 TB (1) =0,


pre conference CB (2) =2 ,
B (3) =47,
SB (4) =28

2 Setting tempat memungkinkan setiap peserta 3,39 2,00-4,00 TB (1) =0,


pre conference dapat saling berhadapan CB (2) =1 ,
B (3) =45,
SB (4) =31

B Pelaksanaan

1 Peran pembimbing klinik 3,36

a Conference dipimpin oleh pembimbing klinik 3,34 2,00-4,00 TB (1) =0,


yang ditunjuk CB (2) =2 ,
B (3) =47,
SB (4) =28

b Pembimbing klinik memastikan kehadiran 3,31 2,00-4,00 TB (1) =0,


peserta conference CB (2) =3 ,
B (3) =47,
SB (4) =27

c Pembimbing klinik membuka kegiatan 3,12 2,00-4,00 TB (1) =0,


conference dengan doa CB (2) =10 ,
B (3) =48,
SB (4) =19

d Pembimbing klinik mengidentifikasi kesiapan 3,30 2,00-4,00 TB (1) =0,


praktikan dalam melakukan PKK CB (2) =3 ,
B (3) =48,
SB (4) =26

e Pembimbing mendiskusikan rencana tindakan 3,44 2,00-4,00 TB (1) =0,


keperawatan, cara, dan strategi pelaksanaan CB (2) =2 ,
tindakan B (3) =39,
SB (4) =36

f Pembimbing mendiskusikan rencana tindakan 3,47 2,00-4,00 TB (1) =0,


keperawatan, cara dan strategi pelaksanaan CB (2) =1 ,
tindakan B (3) =39,
SB (4) =37

g Pembimbing memberikan kesepmatan pada 3,54 2,00-4,00 TB (1) =0,


praktikan untuk mendiskusikan hal-hal yang CB (2) =1 ,
belum jelas B (3) =33,
SB (4) =43

2 Peran praktikan / peserta pre conference 3,32


a Praktikan mengikuti kegiatan conference 3,36 2,00-4,00 TB (1) =0,
dengan tertib CB (2) =2 ,
B (3) =45,
SB (4) =30

b Praktikan mengungkapkan kesiapan dan 3,29 2,00-4,00 TB (1) =0,


ketidaksiapan dalam mengikuti praktik CB (2) =1 ,
B (3) =53,
SB (4) =23

c Praktikan memanfaatkan waktu yang 3,32 2,00-4,00 TB (1) =0,


disediakan untuk mendiskusikan hal-hal yang CB (2) =5 ,
belum jelas B (3) =42,
SB (4) =30

C Pembimbing klinik menutup kegiatan 3,36 2,00-4,00 TB (1) =0,


conference CB (2) =4 ,
B (3) =41,
SB (4) =32

Berdasarkan hasil analisis terhadap masing-masing item pernyataan kuesioner

tetnag pelaksanan bimbingan klinik pre conference menunjukkan nilai seluruh

item di atas 3 yang berarti seluruh item dalam kategori baik, namun terdapat

beberapa responden dalam penilaian evalausi ini yang menjawab pernyataan

dengan cukup baik (skor 2) diantaranya Pembimbing klinik membuka kegiatan

conference dengan doa (10 orang menjawab cukup baik), Praktikan

memanfaatkan waktu yang disediakan untuk mendiskusikan hal-hal yang belum

jelas (5 orang menjawab cukup baik), Pembimbing klinik menutup kegiatan

conference (4 orang yang menjawab cukup baik). Item dengan jumlah responden

yang banyak menyatakan cukup baik perlu dilakukan perbaikan dan analisis lebih

lanjut.
3. Analisis terhadap Kuesioner III (Umpan Balik Mahasiswa terhadap

pelaksanaan bimbingan klinik Post Conference)

Hasil analisis terhadap kuesioner III menunjukkan nilai rata-rata skor 3,40

dengan rentang nilai 2,00 4,00, ini menunjukkan bahwa pelaksanaan metode

bimbingan klinik post conference tergolong baik, namun masih terdapat beberapa

responden yang memiliki skor yang tergolong cukup baik (2).

Analisis selanjutnya akan dilakukan analisis per item soal untuk

mengetahui item mana dari kuesioner yang harus diperbaiki oleh manajemen

pendidikan dan pelatihan. Adapun hasil dari analisis per item adalah sebagai

berikut :

TABEL 3
HASIL REKAPITULASI UMPAN BALIK MAHASISWA TERHADAP
PELAKSANAAN BIMBINGAN KLINIK : POST CONFERENCE
DI RUMAH SAKIT MANGUPURA

No. Kegiatan Rata-rata Min-Max Keterangan

A Persiapan 3,39

1 Post conference dilakukan di ruangan khusus 3,40 2,00-4,00 TB (1) =0,


post conference CB (2) =4 ,
B (3) =38,
SB (4) =35

2 Setting tempat memungkinkan setiap peserta 3,39 2,00-4,00 TB (1) =0,


post conference dapat saling berhadapan CB (2) =3 ,
B (3) =41,
SB (4) =33

B Pelaksanaan

1 Peran pembimbing klinik 3,41

a Conference dipimpin oleh pembimbing klinik 3,43 2,00-4,00 TB (1) =0,


yang ditunjuk CB (2) =4 ,
B (3) =36,
SB (4) =37

b Pembimbing klinik memastikan kehadiran 3,38 2,00-4,00 TB (1) =0,


peserta conference CB (2) =3 ,
B (3) =42,
SB (4) =32

c Pembimbing klinik membuka kegiatan 3,43 2,00-4,00 TB (1) =0,


conference dengan doa CB (2) =3 ,
B (3) =38,
SB (4) =36

d Pembimbing klinik mengidentifikasi kesiapan 3,45 2,00-4,00 TB (1) =0,


praktikan dalam melakukan PKK CB (2) =4 ,
B (3) =34,
SB (4) =39

e Pembimbing mendiskusikan rencana tindakan 3,39 2,00-4,00 TB (1) =0,


keperawatan, cara, dan strategi pelaksanaan CB (2) =4 ,
tindakan B (3) =39,
SB (4) =34

f Pembimbing mendiskusikan rencana tindakan 3,38 2,00-4,00 TB (1) =0,


keperawatan, cara da strategi pelaksanaan CB (2) =5 ,
tindakan B (3) =38,
SB (4) =34

g Pembimbing memberikan kesepmatan pada 3,44 2,00-4,00 TB (1) =0,


praktikan untuk mendiskusikan hal-hal yang CB (2) =4 ,
belum jelas B (3) =35,
SB (4) =38

2 Peran praktikan / peserta pre conference 3,39

a Praktikan mengikuti kegiatan conference 3,42 2,00-4,00 TB (1) =0,


dengan tertib CB (2) =4 ,
B (3) =37,
SB (4) =36

b Praktikan mengungkapkan kesiapan dan 3,36 2,00-4,00 TB (1) =0,


ketidaksiapan dalam mengikuti praktik CB (2) =4 ,
B (3) =41,
SB (4) =32
c Praktikan memanfaatkan waktu yang 3,40 2,00-4,00 TB (1) =0,
disediakan untuk mendiskusikan hal-hal yang CB (2) =4 ,
belum jelas B (3) =38,
SB (4) =35

C Pembimbing klinik menutup kegiatan 3,39 2,00-4,00 TB (1) =0,


conference CB (2) =6 ,
B (3) =35,
SB (4) =36

B. Pembahasan Hasil

Hasil evaluasi menunjukkan umpan balik mahasiswa terhadap pelaksanaan


bimbingan klinik dengan skor rata-rata skor 3,4 yang menunjukkan nilai antara 3
dan 4 yaitu baik dan sangat baik dengan rentang skor antara 2,38-4,00, demikian
juga untuk analisis pelaksanaan bimbingan klinik pre dan post conference dengan
nilai skor rata-rata masing-masing yaitu 3,35 (2,00-4,00) dan 3,40 (2,00 4,000).
Menurut Maryam (2009) faktor yang menentukan kelancaran proses dan kualitas

pembelajaran. Hasil analisis item pada pelaksanaan bimbingan klinik terdapat

beberapa item responden yang dijawab oleh responden dengan skor minimal

diantaranya pelaksanaan bed side teaching, pelaksanaan post conference dan

pengenalan tentang alat-alat yang digunakan di rumah sakit.

Komponen evaluasi masukan pada penerapan metode bedside teaching


dan metode penugasan klinik adalah: sumber daya manusia yaitu mahasiswa dan
staf pendidik serta sarana prasarana pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
klinik menggunakan metode bedside teaching diperlukan suatu persiapan yang
tepat sehingga metode tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam
perencanaan pembelajaran klinik menggunakan metode bedside teaching di
Rumah Sakit Mangupura seharusnya disusun jadwal tim dosen yang akan
mensupervisi mahasiswa yang praktik. Dosen juga seharusnya menjadwal dengan
membagi ke dalam berbagai tim atau kelompok dalam pemenuhan kompetensi.
Pembimbing klinik juga seharusnya mendapatkan pelatihan tentang peran
dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga pembimbing klinik
kompeten dalam membimbing mahasiswa dalam pencapaian kompetensi.
Pelatihan ini seharusnya dilakukan dengan bekerjasama antara Rumah Sakit dan
Universitas Pendidikan dengan melaksanakan workshop kurikulum atau pelatihan
pembimbing klinik sehingga terdapat visi yang sama antara tiap pembimbing
klinik. Rasio pembimbing klinik dan mahasiswa juga perlu dilakukan analisis
lebih lanjut untuk mengetahui kesenjangan dalam bimbingan (dalam evaluasi ini
rasio pembimbing dan mahasiswa belum dilakukan evaluasi).
Menurut Nursalam (2008) metode pembelajaran merupakan salah satu
metode mendidik mahasiswa di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual
mahasiswa berdasarkan kerangka konsep pengajaran. Andriani (2010) dalam
proses pembelajaran klinik menggunakan metode bedside teaching yang harus
mempersiapkan mahasiswa. Metode tersebut juga perlu mendapatkan kasus yang
sesuai untuk dilakukan observasi dan dapat memberi kesempatan pada mahasiswa
untuk kunjungan. Selanjutnya menerapkan keterampilan teknik prosedural dan
interpersonal sehingga dapat dilakukan demonstrasi pada pasien. Pelaksanaan pre
dan post conference juga perlu dilakukan penyamaan persepsi antara pembimbing
klinik sehingga pelaksanaan pre dan post conference dapat terlaksana dengan
baik.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Hasil analisis terhadap kuesioner I menunjukkan bahwa umpan balik

peserta didik terhadap pembimbing klinik menunjukkan rata-rata skor 3,4 yang

menunjukkan nilai antara 3 dan 4 yaitu baik dan sangat baik dengan rentang skor

antara 2,38-4,00.

Hasil analisis terhadap kuesioner II menunjukkan nilai rata-rata 3,35

dengan rentang nilai antara 2,00-4,00, ini menunjukkan bahwa pelaksanaaan

metode bimbingan klinik pre conference tergolong baik, namun masih terdapat

responden yang memiliki respon cukup baik.

Hasil analisis terhadap kuesioner III menunjukkan nilai rata-rata skor 3,40

dengan rentang nilai 2,00 4,00, ini menunjukkan bahwa pelaksanaan metode

bimbingan klinik post conference tergolong baik, namun masih terdapat beberapa

responden yang memiliki skor yang tergolong cukup baik (2).

B. Saran

Diharapkan kepada Manajemen Rumah Sakit agar bekerjasama dengan

Universitas Pendidikan untuk melaksanaaan pelatihan terhadap pembimbing

klinik dari staff rumah sakit untuk menyamakan persepsi dalam pembimbingan

mahasiswa. Selain itu, jumlah pembimbing klinik yang berkompeten juga harus

ditingkatkan melalui jadwal pelatihan yang lebih banyak sehingga dapat

dilakukan rolling pembimbing klinik di setiap stase praktek mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Habiba, Saedon, MHM. (2010) Workplaced-Based Assesment as an educational


tools. Amee guide supplement. Medical Teacher, 32:369-372.
Hombloe SH. (2004) Faculty and the Observation of Trainees Clinical Skills:
Problems and Opportunities. Acad Med ;79:16 22.

Keliat B.A 2000, Metoda Bimbingan Klinik di Rumah Sakit. Jakarta: Rineka
Cipta.

Nursalam, Ferry Efendy (2008) Pendidikan Dalam Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai