Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama Tradisional 1 Babak

Nama Kelompok :

1. Annisa Dwi Pratiwi Purba


2. Yogi Afriansyah
3. Nika Rosmanisi

RURU DAN TAMESEN


(Mitos Manusia Berkepala Anjing Desa Talang Ropok Kec. Selangit - Musi Rawas)

SINOPSIS

Kisah bermula ketika Ulin pemuda warga Talang Ropok ketakutan setelah pulang
berburu kijang di hutan hulu Talang Ropok. Wajahnya sangat cemas. Pasalnya ketika ia hendak
istirahat, tiba-tiba hadir di hadapannya manusia berkepala anjing, namun kepalanya terbalik.
Ulin ketakutan dan berlari kencang keluar hutan. Diceritakannya pengalamannya dengan
kakeknya.Sang kakek bercerita jika yang ditemuinya adalah Ruru, yaitu ayah Temesen yang
berubah berkepala anjing karena untuk membuktikan apakah benar yang ditemuinya di hutan itu
adalah ayahnya. Kepala ayahnya dipancung, namun karena kepala itu terjatuh di air terjun,
akhirnya Temesen memancung kepala anjingnya, lalu disambungkanya ke leher ayahnya. Sayang
karena cemas, kepala itu dipasang terbalik. Mengetahui kondisinya, sang Ayah lebih memilih
hidup di hutan. Sejak itu, masyarakat yakin, jika tidak mau bertemu dengan Ruru manusia
berkepala anjing yang terbalik itu, maka jangan pernah tidur di alam terbuka, atau ketika di hutan
membuat tempat berteduh bertiang tiga.

Setting

Musik daerah mengalun lembut. Seorang lelaki tua tengah meraut bambu hendak
membuat bubu. Beberapa warga asik melakukan aktivitas mereka sambil bercengkrama. Tiba-
tiba seorang lelaki berlari dengan wajah cemas menghampiri orang tua yang tengah meraut
bambu.

Ulin : (Terjatuh-jatuh) Nek Nang.Nek Nang! (terengah-engah) Aku betemuaku betemu


aku..

Sadar : Lah, ngomong ape ngah kak Ulin. Awak lanang cak betine. Penakut iya. Cerite..oiii
cerite. Cak betemu ngan antu siang aghai be.

Mulas : Lah Sadar, diamlah. Kamu tidak lihat wajah Ulin yang cemas itu. Berikan kesempatan
untuknya mengatur nafas agar tenang. Baru kita dengarkan ceritanya.
Sadar: Lah iye tu lanang beso tinggi, namek nak cemas iya. Takut ngan ape? Ngan binatang?
Biar kunyembeleh a.

Nek Nang : Sudah..sudahjangan ribut. Mulas benar, kita tunggu Ulin tenang sejenak. Kita
dengarkan apa yang menyebabkan ia cemas seperti ini.

Ulin : Aku bertemu dengan manusia berkepala anjing, Nek Nang.

Sadar : Haaa..wang bepalak anjing? Yang beno Ulin, jan ngah nakuti wang (mendekatkan diri ke
tubuh Mulas)

Mulas : (setengah mendorong) Apa-apaan si nempel-nempel. Tadi gayamu gagah sekali. Baru
mendengar saja sudah mirip tikus kecebur got. Apalagi kalau kamu bertemu beneran dengan
manusia seperti cerita Ulin. Pasti kamu mati berdiri.

Sadar : Aku bukan takut! Tapi ngeriiii

Kulam : Apa bedanya takut dengan ngeri Sadar. Dasar hawe..

Sadar : Cak gerot iya kamu kak ai. Awak lom tentu kamu kak bani masok utan beburu gi.

Kopek Ila : Name rami-rami ni Nek Nang. Ku endak pule mun ade lokak. Dudui (terkejut) Name
mekan ngah kak Ulin? Cak wang mati.

Kulam : Nah. Hame be betine kak. Meneng palak be mun iye lah detang. Ape ye dak ngelek kalu
Ulin kak dang ketakutan? Dasar iya antu punju ni.

Kopek Ila : Lah, name ngah kak Kulam. Ku kak betanye ngan nek Nang tu nah. Awak bujang tue
ngah kak. Pantas iya coel deghe gelak ngan ngah.

Kulam : Weiiiawak ngah belaki seaghai lah dicapak wang

Kopek Ila : Jedilah pule mpuk seaghai ku belaki. Di banding ngah? Jan kan bebini. Calon bini
be ngah coel. Bekace dai jok. Tu nah ayo selanget beso. Busaplah dai. Mekan ngah kak cak
wang dak mandi setaun.

Nek Nang : Tenang tenang(tegas berwibawa) atur nafasmu Ulin. Tidak usah takut. Ceritakan
apa yang baru kamu alami. Kamu menemukan apa di hutan. Kamu berburu bukan?

Ulin : Ao Nek Nang. Kucemas iya Nek Nang. Aku..aku..betemu wang kepala ajing di hutan.
Tapi, kepala anjing itu terbalik. Ah, aku takut sekali Nek Nang..baru kali ini aku bertemu dengan
mahkluk aneh di hutan kita.

Kopek Ila : Cacam! Yang beno be Ulin. Nilek kutakut ngambek kayu yam utantu.
Ulin : Benar Kopek Ila, Nek Nang. Ceritanya ketika aku hendak merebahkan badan karena
lelah belum mendapatkan buruan seharian. Tiba-tiba dihadapanku berdiri manusia berkepala
anjing.Tapi kepala anjing itu terbalik, Nek Nang. Akhirnya aku berlari sekencang-kencangnya
pulang. Ah, aku takut sekali Nek Nang. Makhluk apa itu, Nek Nang?

Nek Nang : Itu Ruru, cucu-cucuku. Ceritanya begini. Zaman dulu, hidup suami istri yang belum
dikaruniai anak. Sang Suami berjanji jika istrinya mengandung, menjelang kelahirannya maka ia
akan sedekah dengan tujuh ruas mata rusa.

Pina : Waiiilaju Nek Nang? Apakah tujuh ruas mata rusa itu berhasil ia kumpulkan?

Nek Nang : Tidak, sampai anaknya lahir, tujuh ruas bambu itu belum penuh. Sebelum ia
berangkat berburu ia berpesan dengan istrinya. Jika ia belum pulang, artinya tujuh ruas bambu
mata kijang belum ia dapatkan. Lalu katanya, jika ia belum pulang sementara anaknya telah
lahir, maka berilah nama Temesen.

Kulam : Lalu nek Nang. Ape hubungan iye ngan palak anjing, Ruru tu, Nek Nang.

Nek Nang : Nah, ketika Temesen besar, ia bertanya pada ibunya perihal siapa ayahnya. Akhirnya
diceritakanlah jika ayahnya pergi berburu dan belum pulang. Singkat cerita Temesen mencari
ayahnya didampingi anjing berburunya. Akhirnya bertemulah Temesen dengan lelaki yang ia
yakini ayahnya.

Pina : Terus Nek Nang(makin maju)

Sadar : Oii betine..minggir dikit.

Nek Nang : Nah, untuk membuktikan apakah lelaki yang ditemui Temesen ayahnya, sebaliknya
apakah Temesen benar anaknya, mereka sepakat untuk membukitkannya dengan memancung
kepala. Jika bisa dikembalikan seperti semula maka benar adanya mereka anak dan ayah.

Kopek Ila : Lalu Nek Nang? Jadi palak wang due banaktu dipancung.

Nek Nang : Iya. Petama Temesen yg dipancung ayahnya. Tuss!! Lepaslah kepala Temesen. Lalu
dipasangkannya kembali. Selanjutnya giliran Temesen memancung kepala ayahnya. Namun tiba-
tiba kepala ayahnya jatuh dan menggelinding ke coghop. Melihat itu Temesen panik. Ia khawatir
ayahnya mati. Lalu dipancungnyalah kepala anjing kesayangannya. Kepala itu dipasangkannya
ke leher Ayahnya. Namun karena terburu-buru dan takut ayahnya mati, Temesen tidak menyadari
jika ia memasang kepala anjing itu terbalik. Sementara leher dan kepala sudah menyatu kembali.

Koor : Cacam! (bergumama ramai)


Nek Nang : Nah..akhirnya Temesen pulang membawa tujuh mata rusa untuk dipersembhakan
pada umaknya, sekaligus mengabarkan pada umaknya kalau Baknya tidak mau pulang karena
malu dan khawatir penduduk talang takut. Sejak itu penduduk Talang Rompok meyakini, jangan
tidur di alam terbuka dan membuat pondok bertiang tiga kalu tidak mau bertemu dengan Ruru
yaitu manusia berkepala anjing.

Kulam : Nah, itu Ruru!! Laghaiiiiii.(mengagetkan orang banyak. Semua menjerit berhamburan
ketakutan keluar panggung. Tinggallah Nek Nang yang keheranan ketika menyadari bambu
rautannya di bawa lari juga oleh anak-anak)

Nek Nang : Nah! Name buluhku di bawa laghai raban itu. KulaaaaamSadarPina..Mana
buluh-buluhku (turut lari keluar panggung. Musik menghentak gembira. Pelan-pelan panggung
hening kembali)

***

TAMAT

Narasumber :

Alam Teman (62 Tahun), Petani Desa Talang Rompok Kec. Selangit, Kab. Mura.

Hasil Pewawancara; Reta Andika, Eka Pranata Suryadi, Herlya Wulandari (Mahasiswa STKIP
PGRI Lubuklinggau).

Anda mungkin juga menyukai