Anda di halaman 1dari 7

1/1/2017

RESUME
Arus Inrush dan Feroresonansi
Mata Kuliah Fenomena Transient Tegangan Tinggo

Disusun Oleh :

Verdiansyah .
0711 14 4000 0121

BIDANG STUDI SISTEM TENAGA LISTRIK


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI ELEKTRO
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
Arus Inrush
Arus inrush adalah fenomena arus transien yang masuk atau terjadi saat suatu
peralatan kelistrikan yang menggunakan prinsip elektromaknetik (seperti transformator,
motor , dll) dinyalakan. Arus inrush ini memiliki magnitude yang sangat besar dengan
spektrum harmonisa yang luas.

Gambar Ilustrasi arus inrush


Pada gambar diatas bisa dilihat bentuk dari gelombang arus inrush . Fenomena ini
terjadi sesaat ketika peralatan pertama kali dinyalakan. Ada banyak faktor yang
menyebabkan fenomena ini terjadi, contohnya :
- Suatu peralatan dengan kapasitor berkapasitas besar atau kapasitor decoupling.
saat pertama kali dinyalakan akan ada arus yang besar melewati suatu kapasitor.
Arus ini dibutuhkan untuk men-charge kapasitor tersebut.
- Sesaat setelah daya dinyalakan, inti besi atau bagian lain yang memiliki resistansi
akan mengalir arus yang besar. (saat mulai menghasilkan panas, nilai resistansi
akan meningkat dan nilai arus menurun sehingga arus akan menjadi steady-state)

Dikarenakan memiliki nilai arus yang besar , arus inrush bisa menyebabkan
terjadinya kesalahan operasi pada rele-rele pengaman, mengurangi usia peralatan dan
mengurangi kualitas daya sistem.
Pada suatu transformator Saturasi pada inti magnet sebuah transformator menjadi
penyebab utama terjadinya arus inrush. Saturasi pada inti disebabkan oleh perubahan tiba-
tiba pada sistem tegangan akibat switching transient, sinkronisasi fasa generator,
kesalahan eksternal dan pemulihan kesalahan. Hasil pengisian transformator pada
kebanyakan kasus arus inrush dan fluks inti dapat mencapai nilai 2-3 kali nilai teoritis
maksimum fluks puncak nominal
Ada 2 metode pengukuran arus inrush pada transformator yang saat ini telah
dikembangkan, yakni metode simulasi arus inrush dan metode perhitungan analisis arus
inrush. Pada metode simulasi arus inrush, pemodelan transformator menggunakan
software seperti EMTP (ElectroMagnetic Transient Program) dengan berbagai metode
untuk pemodelannya, seperti; Newton-Raphson; Backward Differential Formulas (BDF);
dan Finite Element Method (FEM). Pada metode perhitungan analisis arus inrush, analisis

1
didapatkan melalui menurunkan teori transformator 1 fasa. Ada beberapa formula yang
diusulkan, yakni; formula Bertagnolli, Specht , dan Holcomb .
Secara teori, arus inrush memiliki magnitude maksimum pada saat dinyalakan
dengan sudut penyalaan 0 derajat dan memiliki magnitude minimum pada saat dinyalakan
dengan sudut penyalaan 90 derajat. Ketika transformator di-energize menggunakan
sumber AC, maka muncul aliran arus magnetisasi yang melewati belitan yang terhubung
oleh sumber tergangan, meskipun belitan disisi lain tidak terhubung. Arus inrush
dibutuhkan untuk energisasi pada transformator sehingga menghasilkan fluks pada inti.
Arus inrush dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Pada
faktor internal, arus inrush dipengaruhi oleh karakteristik dari material inti. Setiap
material inti transformator memiliki kurva saturasi dan kurva histerisis yang berbeda
sesuai dengan karakteristik material. Pada faktor eksternal, arus inrush dipengaruhi oleh
fluks residu atau fluks sisa pada inti transformator. Arus inrush dibagi menjadi 2 bagian,
yakni arus magnetisasi, arus yang diperlukan untuk menghasilkan fluks pada inti
transformator, dan arus rugi inti, arus yang diperlukan untuk rugi histerisis dan rugi arus
eddy. Gambar dibawah ini menunjukkan fenomena hubungan arus inrush akibat adanya
pengaruh fluks dan kurva magnetisasi inti.

Gambar Fenomena hubungan arus inrush akibat adanya pengaruh fluks dan kurva
magnetisasi inti

2
Feroresonansi
Feroresonansi atau yang biasa disebut resonansi non-linier merupakan fenomena
gangguan non-linier kompleks yang dapat menyebabkan tegangan dan arus lebih pada
sistem tenaga listrik sehingga dapat membahayakan sistem kelistrikan. Feroresonansi
dapat terjadi pada Sistem tenaga listrik yang low losses dan mempunyai elemen-elemen
yang setidaknya terdapat elemen sumber tegangan sinusoidal, kapasitor serta induktansi
non-linier. Nilai kapasitor didapatkan dari kapasitansi saluran, grading kapasitansi dan
kapasitansi transformator. Sedangkan induktansi nonlinier diperoleh akibat penggunaan
transformator daya, transformator pengukur tegangan dan reaktor shunt pada sistem
tenaga listrik.
Feroresonansi dapat dipahami dengan melakukan pendekatan menggunakan
rangkaian resonansi seri. Pada rangkaian resonansi seri penggunaan induktor diganti
menjadi induktor nonlinear sebagai pemodelan dari inti trafo sehingga rangkaiannya
berubah dari rangkaian resonansi seri menjadi rangkaian feroresonansi. Fenomena yang
terjadi pada rangkaian feroresonansi sama dengan pada rangkaian resonansi seri yang
menimbulkan kenaikan arus yang sangat besar dikarenakan impedansi rangkaian yang
kecil yang berakibat dari nilai reaktansi pada kapasitor sama dengan nilai reaktansi pada
induktor non-linier. Ketika arus yang naik menyebabkan rapat fluks yang juga akan naik
mencapai titik saturasi dan tidak lagi linear. Saat nilai arus yang naik pada inti trafo yang
bersifat feromagnetik melalui titik saturasinya maka induktansi akan berubah sangat cepat
sehingga terjadi interaksi antara kapasitor dan inti besi induktor akan menghasilkan
tegangan dan arus yang tidak biasa. Gambar dibawah merupakan rangkaian feroresonansi
dengan induktor yang digantikan menggunakan induktor nonlinear.

Gambar Rangkaian Pengganti Feroresonansi


Bahan feromagnetik yang terdapat pada inti transformator yang menyebabkan
timbulnya ketidaklinieran pada induktansi yang dapat menyebabkan feroresonansi dapat
terjadi. Munculnya lebih dari satu respon steady state pada parameter jaringan yang sama
menjadi penyebab utama dari feroresonansi. Respon yang berubah cepat dari suatu respon
steady state normal menjadi respon steady state feroresonansi yang dapat menyebabkan
kerusakan pada peralatan listrik.
Beberapa gejala yang timbul yang menunjukkan kehadiran feroresonansi pada
sistem tenaga listrik antara lain :
1. Penyimpangan yang besar untuk nilai tegangan lebih dan arus lebih.
2. Pemanasan berlebih dan suara bising pada trasformator.
3. Munculnya frekuensi-frekuensi harmonisa.

3
Gejala-gejala pada sistem tenaga listrik tersebut bisa berakibat dari pengisisan daya trafo,
lightning overvoltage, switching, atau gangguan transien lainnya yang dapat memicu
fenomena feroresonansi. Feroresonansi yang terjadi pada sistem kelistrikan umumnya
muncul akibat dari sistem yang tidak seimbang. Misalnya pada switching yang
menyebabkan sebuah komponen kapasitif terhubung seri dengan impedansi magnetisasi
transformator. Kondisi ini menyebabkan tegangan lebih yang berpengaruh besar
terjadinya gangguan pada transformator, kabel, maupun arrester. Switching yang terjadi
merupakan gejala abnormal switching dimana dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1. Kesalahan pada operator dimana saat switching menarik sebuah siku konektor
secara manual.
2. Pengoperasian fuse ketika ada gangguan, yang menyebabkan switch terbuka.
3. Pengisian energi transformator secara manual
4. Switching kabel manual untuk rekonfigurasi sebuah rangkaian kabel pada saat
kondisi darurat.

Berdasarkan pengalaman terbentuknya gelombang yang terdapat pada sistem


tenaga listrik, percobaan untuk mengurangi pemodelan pada sistem tenaga listrik, dan
simulasi yang berulang-ulang didapatkan kesimpulan terdapat 4 klasifikasi feroresonansi.
Klasifikasi feroresonansi dibagi menjadi 4 bentuk dari gelombang feroresonansi yaitu
Fundamental Mode, Subharmonic Mode, Quasi-periodic Mode dan Chaotic Mode.

a. Fundamental Mode
Fundamental Mode memiliki tegangan dan arus dengan periode yang sama
dengan sistem dan dapat mengandung berbagai tingkat harmonisa. Spektrum sinyal
merupakan discontinuous spectrum yang terbentuk dari frekuensi sistem (f0) dan
frekuensi harmonisa (2f0, 3f0,...).

Gambar Fundamental Mode

b. Subharmonic Mode
Sinyal feroresonansi Subharmonic Mode memiliki periode nT yang merupakan
kelipatan dari periode sumbernya. Keadaan ini disebut sebagai subharmonic atau
harmonic 1/n. Feroresonansi dari Subharmonic Mode terdapat pada orde ganjil.
Spektrumnya menunjukkan sinyal fundamentalnya sama dengan f0/n dan juga pada
harmonisanya. f0 merupakan frekuensi sumber dan n merupakan bilangan bulat.

4
Gambar Subharmonic Mode

c. Quasi-periodic Mode
Pada sinyal feroresonansi Quasi-periodic Mode atau bisa disebut juga sebagai
pseudo-periodic tidak berperiodik. Spektrum sinyalnya merupakan discontinous dimana
frekuensinya dapat didefinisikan sebagai nf1+ mf2 (dimana n dan m adalah bilangan bulat
dan f1/f2 adalah bilangan riil irasional)

Gambar Quasi-periodic Mode

d. Chaotic Mode
Spektrum pada Chaotic Mode adalah spectrum yang continuous dikarenakan tidak
diinterupsi oleh frekuensi apapun serta bentuknya tidak teratur.

Gambar Chaotic Mode

5
Referensi

1. Ferraci, P., Ferroresonance, Group Schneider: Cahier no 190, pp. 1-28, Maret,
1998
2. Y. R. Setiadi, Analisis Karakteristik Arus Inrush pada Trafo 3 Fasa Akibat
Pengaruh Residual Fluks, p. 65, 2017.
3. C. N. Kiramindyo, Dampak Penambahan Impedansi Pada Kumparan
Transformator Daya Terhadap Feroresonansi Di Saluran Transmisi 500 KV ,
2017
4. Artikel inrush current di https://en.wikipedia.org/wiki/Inrush_current
5. Artiker What is inrush current? di https://www.murata.com/en-
eu/products/emiconfun/emc/2012/10/29/en-20121029-p1
6. Artikel Pengaruh Inrush Current pada Proteksi Transformer di
https://direktorilistrik.blogspot.co.id/2016/11/pengaruh-inrush-current-pada-
proteksi.html

Anda mungkin juga menyukai