Tanya Jawab LKPP PDF
Tanya Jawab LKPP PDF
Penyertaan Modal oleh Pemerintah Kabupaten kepada BUMD dan dinyatakan oleh
Kepala Daerah sebagai kekayaan daerah yang dipisahkan bukan termasuk ruang
lingkup Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta peraturan perubahannya.
Ketentuan Pengadaan Barang/Jasa pada BUMD, mengacu pada Peraturan
Pengadaan Barang/Jasa dan Standard Operating Procedure (SOP) Pengadaan yang
ditetapkan oleh Direksi BUMD yang bersangkutan atau peraturan yang ditetapkan
oleh Kepala Daerah dengan tetap berpedoman kepada prinsip-prinsip pengadaan
dan etika pengadaan yang dituangkan dalam Pasal 5 dan 6 Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012.
Pengadaan berupa barang atau jasa yang diadakan oleh satuan kerja pemerintah
daerah yang kemudian hasilnya diserahkan kepada BUMD, harus dilaksanakan
berdasar Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya.
Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang juga
menghibahkan sejumlah dana kepada OMS (Organisasi Masyarakat
Setempat) untuk pelaksanaan Rumah Layak Huni. Pelaksanaan RLH oleh
OMS dilakukan dengan cara Swakelola, dana direalisasikan sacara
bartahap, bila pekerjaan fisik ialah 70% maka dana akan disampaikan
kepada OMS sebesar 100%. Terkait hal tersebut, apakah penyelesaian
fisiknya dapat melampaui tahun anggaran?
Dalam pelaksanaan Rumah Layak Huni, apabila dilakukan dengan swakelola kepada
Organisasi Masyarakat Setempat sebagai Kelompok Masyarakat, maka swakelola
tersebut hanya diserahkan kepada Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola yang
mampu melaksanakan pekerjaan. Pekerjaan tersebut harus direncanakan,
dilaksanakan dan diawasi oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dan untuk
pekerjaan utama dilarang untuk dialihkan kepada pihak lain atau disubkontrakkan
(Pasal 31 huruf b dan Pasal 27 ayat 4 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012);
1. Organisasi Pengadaan
Anggota ULP tidak boleh duduk sebagai PPK. Namun, bilamana ada keterbatasan
personil yang memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Pokja ULP maupun
PPK, maka jabatan tersebut boleh dirangkap, dengan catatan rangkap jabatan
tersebut dapat dilakukan pada satker yang berbeda (Contoh: menjadi PPK pada
satker A, sekaligus menjadi anggota Pokja ULP pada satker B).
2. Pemaketan
Apakah kegiatan perencanaan jaringan listrik untuk pedesaan dapat
dilakukan pemecahan paket dan apabila dibutuhkan konsultan perencana,
bagaimana tata caranya?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Pasal 24 ayat (1), Pengguna Anggaran (PA) melakukan pemaketan
Barang/Jasa dalam Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa kegiatan dan anggaran
K/L/D/I;
Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha untuk
Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip
efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis (Pasal
24 ayat (2));
Menurut Pasal 24 ayat (3) c., dinyatakan bahwa Pengguna Anggaran dilarang
memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud
menghindari pelelangan (Pasal 24 ayat (3) c);
Mengacu pada ketentuan di atas, kegiatan Perencanaan Jaringan Listrik Pedesaan
untuk beberapa lokasi dapat dilaksanakan dalam 1 (satu) paket melalui seleksi jasa
konsultan apabila merupakan satu kesatuan sistem;
Namun apabila kegiatan tersebut bukan merupakan satu kesatuan sistem, tetapi
akan lebih efisien dan efektif pelaksanaannya bila dilakukan pemecahan paket
berdasar lokasi maka pemaketannya dapat dipecah dengan tetap dilaksanakan
melalui seleksi (untuk nilai di atas Rp. 50 juta per paket) atau pengadaan langsung
(untuk nilai di bawah Rp 50 juta perpaket);
Pengadaan konsultan perencana untuk kegiatan tersebut, apabila dilaksanakan
melalui seleksi untuk kontrak tahun jamak yang bersumber dari APBD dapat
dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Kepala Daerah sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 52 ayat (3)). Pelaksanaan
seleksi dapat dimulai setelah mendapat persetujuan pejabat yang berwenang;
Anggaran biaya untuk konsultan perencana dapat diambil dari mata anggaran yang
tersedia atau dilakukan revisi anggaran. Selanjutnya untuk penggunaan anggaran
silahkan berkoordinasi dengan bagian keuangan untuk pembebanan anggaran.
Dalam DPA, terdapat kegiatan belanja modal pengadaan
konstruksi/pembelian gedung sekolah dengan total pagu Rp.750.180.000
Angka tersebut dibagi menjadi dua yaitu Perencanaan DAK SD dan SMP
untuk 16 sekolah di 16 Kecamatan (terdapat rincian biaya per sekolah)
dan Pengawasan DAK SD dan SMP untuk 16 sekolah di 16 Kecamatan.
1. Persyaratan Penyedia
Apakah sebagai penyedia dalam pelelangan/seleksi harus mempunyai
sendiri peralatan untuk memenuhi persyaratan kualifikasi?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah pasal 19 ayat (1) huruf e dinyatakan bahwa Penyedia Barang/Jasa
dalam pelaksanaan Pengadaan barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan antara
lain memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam Pengadaan barang/Jasa;
Menurut KUH Perdata Pasal 570, Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan
suatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu
dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan Undang-Undang,
ketertiban umum, dan tidak mengganggu hak orang lain.
Mengacu kepada ketentuan tersebut, penyedia yang mengikuti pelelangan/seleksi
dapat memiliki peralatan sendiri, sewa ataupun pinjam.
Bila Penyedia tidak memiliki alat sendiri maka Penyedia diperbolehkan untuk
menyewa alat yang diperlukan dan dibuktikan dengan dokumen yang dapat
dipertanggung-jawabkan.
2. Penunjukan Langsung
Apakah pengadaan program aplikasi dengan hak paten dapat dilakukan
dengan penunjukan langsung?
Pengadaan program aplikasi dapat dilakukan sebagai pengadaan barang atau
pengadaan jasa konsultan. Dalam hal program aplikasi tersebut adalah program
yang jadi maka dapat dilakukan sebagai pengadaan barang;
Bila berdasar identifikasi kebutuhan, program ini tidak perlu dikembangkan lagi dan
diperlukan spesifikasi tertentu yang hanya bisa dipenuhi oleh satu penyedia saja
dan ada hak patennya maka dilakukan melalui penunjukan langsung. Penunjukan
langsung terhadap program aplikasi yang ada dilakukan dengan klarifikasi teknis
dan negosiasi kewajaran harga;
Suatu kegiatan pengembangan sistem atau program aplikasi yang akan dibuat atau
suatu program aplikasi yang ada akan dikembangkan, maka pengadaan dilakukan
sebagai pengadaan jasa konsultansi;
Pembuatan program aplikasi hasilnya tidak boleh dipatenkan oleh penyedia.
Program aplikasi harus bersifat terbuka;
Pengadaan kegiatan pembuatan dan atau pengembangan sistem atau program
aplikasi yang dibiayai dari APBN/APBD, hasilnya tidak boleh dipatenkan oleh
penyedia yang mengerjakan kegiatan tersebut. Hak paten sistem/aplikasi menjadi
milik negara atau menjadi sistem yang terbuka. Sehingga pengadaan di tahun-
tahun berikutnya yang merupakan pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan oleh
penyedia siapa saja dengan seleksi jasa konsultansi bukan dilakukan dengan
penunjukan langsung.
Unforeseen condition adalah kondisi yang tidak terduga yang harus segera diatasi
dalam pelaksanaan konstruksi bangunan. Misalnya penambahan jumlah atau
panjang tiang pancang akibat kondisi tanah yang tidak terduga sebelumnya atau
diperlukan perbaikan tanah (soil treatment) yang cukup besar untuk landas pacu
(runway) yang sedang dibangun (penjelasan Pasal 38 ayat (5) huruf b);
3. Pengadaan Langsung
Apakah paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang
nilainya diatas Rp. 200.000.000 (jasa konsultan diatas nilai Rp.
50.000.000) namun dapat dibuat dengan nilai HPS dibawah Rp.
200.000.000 (jasa konsultan dibawah nilai Rp. 50.000.000) dapat
dilakukan dengan metode pengadaan langsung?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah pasal 66 dinyatakan bahwa penyusunan HPS dikalkulasikan secara
keahlian berdasarkan data yang dapat dipertangungjawabkan. Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS berdasarkan HPS yang
ditetapkan oleh PPK tersebut.
Dengan demikian, maka paket pekerjaan yang nilainya diatas Rp. 200.000.000,00
(jasa konsultan diatas nilai Rp. 50.000.000,00) namun dapat dibuat HPS di bawah
Rp. 200.000.000,00 (jasa konsultan dibawah nilai Rp. 50.000.000,00) dengan
output dapat tercapai semua sesuai output didokumen anggaran maka dapat
dilakukan dengan metode pengadaan langsung. Pengadaan langsung dilakukan
dengan klarifikasi dan negosiasi untuk mencapai harga pasar yang wajar.
Penyedia yang ditunjuk untuk pengadaan langsung diumumkan di papan
pengumuman.
4. Penentuan metode yang tepat
Dalam hal terdapat pengadaan pekerjaan software yang akan
dikembangkan sesuai kebutuhan apakah diperbolehkan pemilihan
penyedia dilakukan dengan sayembara atau kontes karena merupakan
jasa lainnya yang memiliki karakteristik proses dan hasil dari gagasan /
inovasi?
A. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah :
a. Pasal 1 nomor 16 : Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan
adanya olah pikir (brainware);
b. Pasal 1 nomor 17 : Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan
kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu
sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa
Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang;
c. Pasal 1 nomor 27 : Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa
Konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa
Konsultansi yang memenuhi syarat;
d. Pasal 1 nomor 29 : Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang
memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang
harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan:
e. Pasal 35 ayat (4) : Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil Industri Kreatif, inovatif, dan
budaya dalam negeri;
B. Mengacu pada pasal-pasal di atas, dapat disimpulkan bahwa :
a. Pekerjaan pembuatan software yang akan dikembangkan tidak termasuk
kriteria Jasa Lainnya, akan tetapi termasuk ke dalam kriteria Jasa Konsultansi. Hal
ini disebabkan karena pekerjaan pembuatan software adalah layanan profesional
yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware);
b. Sayembara untuk menyampaikan software yang dibuat oleh peserta
sayembara atau kontes memperlombakan terhadap software yang ada. Pengadaan
pekerjaan software yang akan dikembangkan dapat dilakukan dengan Sayembara
atau dengan metode Seleksi Umum.
6. Pengumuman lelang
Mengingat terdapat kebutuhan yang tidak dapat ditunda, apakah
pengumuman lelang dapat dilakukan sebelum DPA (Dokumen
Pelaksanaan Anggaran) APBD Provinsi ditetapkan oleh DPRD?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Pasal 73 ayat (1) huruf a, disebutkan bahwa dalam rangka percepatan
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, Kelompok Kerja ULP dapat mengumumkan
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara luas kepada masyarakat dengan syarat
setelah penetapan APBD untuk Pengadaan Barang/Jasa yang bersumber dari APBD;
Mengacu pada ketentuan di atas, untuk pengadaan yang bersumber dana APBD
Pokja ULP dapat mengumumkan proses pelelangan setelah APBD ditetapkan.
Dalam hal kebutuhan terhadap barang/jasa yang akan dilelangkan sangat
mendesak dan memerlukan waktu proses pelelangan/seleksi, maka Pokja ULP
dapat melakukan pengumuman pelelangan sebelum APBD ditetapkan atas perintah
dari PA/KPA dengan ketentuan, isi pengumuman pemilihan Penyedia Barang/Jasa
harus memuat kondisi bahwa DPA belum ditetapkan dan apabila proses pelelangan
dibatalkan karena DPA kemudian tidak jadi ditetapkan atau alokasi anggaran dalam
DPA yang ditetapkan kurang dari nilai pengadaan yang diadakan, kepada Penyedia
Barang/Jasa tidak diberikan ganti rugi.
8. Penentuan/Perhitungan HPS
Dalam hal terdapat Kegiatan perbaikan alat-alat laboratorium yang rusak,
maka kendala yang dihadapi adalah kesulitan membuat HPS dan
pemaketannya, karena identifikasi kerusakan alat laboratorium tersebut
belum jelas. Apa yang seharusnya dilakukan?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Pasal 26 ayat (2) huruf d, disebutkan bahwa pekerjaan yang dapat
dilakukan secara swakelola meliputi pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat
dihitung/ ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia
Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;
Mengacu pada ketentuan di atas, pemeliharaan alat laboratorium yang berupa
perbaikan alat-alat laboratorium yang rusak dapat dilakukan dengan swakelola.
Dalam pelaksanaan kegiatan swakelola tersebut, bilamana terdapat pengadaan
bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli maka proses
pengadaannya harus mengikuti metoda pemilihan yang ditetapkan dalam pasal 35
dan/atau pasal 41 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 yang diubah terakhir melalui
Perpres 70 Tahun 2012 berikut petunjuk teknisnya. Sedangkan pembayaran upah
tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara berkala berdasarkan daftar hadir
pekerja atau dengan cara upah borongan (pasal 30 huruf d).
Kerusakan alat laboratorium yang sewaktu-waktu dan harus segera diperbaiki untuk
kinerja kegiatan dapat dilaksanakan dengan pengadaan langsung dengan kewajaran
harga transaksi.
Dalam hal dilakukan identifikasi ada banyak kerusakan yang bernilai diatas Rp. 200
juta dan tidak mendesak pemakaian alat tersebut maka dapat diminta tenaga ahli
untuk membuat HPS, kemudian dilakukan pelelangan.
Dalam perhitungan HPS, jika harga pasar setempat yang satu lokasi tidak
tersedia, apakah harga distributor dapat kami gunakan sebagai dasar
perhitungan HPS? Bagaimana tata cara perhitungannya?
A. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah :
Pasal 66 ayat (7) huruf a : Penyusunan HPS dikalkulasikan secara keahlian
berdasarkan
asarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan meliputi Harga pasar
setempat yaitu harga barang/jasa dilokasi barang/jasa diproduksi/diserahkan/
dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya Pengadaan Barang/Jasa;
Pasal 66 ayat (7) huruf d : Penyusunan HPS dikalkulasikan
dikalkulasikan secara keahlian
berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan meliputi daftar biaya/tarif
Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal;
B. Mengacu pada ketentuan di atas, HPS dihitung secara keahlian dengan
memperhatikan harga
arga pasar setempat yang sama lokasinya untuk skala kebutuhan
kecil. Untuk skala besar, harga pasar setempat lebih tepat mengacu kepada
distributor/pabrikan.
Dalam hal kebutuhan yang kecil bilamana informasi harga dari pengecer/agen tidak
tersedia, dapat dicari dari harga distributor.. Harga distributor dapat diklarifikasi
mengenai biaya yang sudah termasuk atau yang belum. Seperti biaya yang
dibutuhkan hingga dapat berfungsinya barang/jasa tersebut di lokasi yang
ditentukan, misalnya : biaya transportasi, biaya instalasi, dan lain-lain;
lain;
Catatan:
1.Jika diperlukan (dan belum termasuk dalam harga yang ada) biaya pengiriman,
pemasangan dsb dapat dimasukkan.
2.Jika HPS lebih besar dari Pagu Dana, maka dapat dilakukan Perubahan spesifikasi
teknis atau Revisi PO/LK.
D. Dalam menyusun HPS diperhitungkan keuntungan yang wajar dan biaya overhead
maksimal 15%. Biaya transportasi dihitung berdasarkan harga pasar mulai dari
tempat pengiriman hingga tempat penerimaan barang/jasa;
E. Dalam Daftar Kuantitas dan Harga dilakukan pemisahan antara Harga Satuan dan
PPN.
Apakah penawaran dari Penyedia yang nilainya jauh dibawah HPS dapat
digugurkan? Hal ini terjadi karena Penyedia lalai tidak memasukkan nilai
penawaran untuk item pekerjaan tertentu.
Berdasarkan Peraturan Kepala LKPP No.14 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis
Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dinyatakan
bahwa sebelum evaluasi harga dilakukan koreksi aritmatik, dimana untuk jenis
pekerjaan yang tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan harga disesuaikan
dengan jenis pekerjaan yang tercantum dalam dokumen pemilihan dan harga satuan
pekerjaan dimaksud dianggap nol;
Mengacu pada ketentuan di atas, penawaran dimaksud tidak dapat digugurkan
apabila nilai total penawaran hasil koreksi tidak lebih tinggi dari nilai total HPS dan
dilakukan klarifikasi kewajaran harga apabila harga penawaran di bawah 80%
(delapan puluh perseratus) HPS. Apabila peserta tersebut menyatakan
kesanggupannya dan ditunjuk sebagai pemenang lelang, maka harus bersedia untuk
menaikkan jaminan pelaksanaan menjadi 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.
Apabila tidak bersedia, maka penawarannya digugurkan, jaminan penawaran
dicairkan dan disetorkan ke kas negara/daerah, serta dimasukkan dalam daftar
hitam.
9. Evaluasi Penawaran
Apakah penggunaan metode evaluasi sistem merit point (sistem nilai)
dalam evaluasi teknis dan biaya pada sistem gugur pengadaan jasa lainnya
dapat dibenarkan? Apakah diperkenankan apabila panitia menetapkan
bobot harga sebesar 20% ?
Berdasarkan Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Kepala LKPP No.14 Tahun 2012
bahwa evaluasi teknis dengan sistem gugur dapat menggunakan sistem ambang
batas terhadap unsur teknis yang dinilai;
Dengan demikian, apabila dalam evaluasi teknis menggunakan sistem nilai (merit
point) maka hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan tersebut diatas, karena
sistem gugur dengan ambang batas dan sistem nilai (merit point) merupakan dua
metode yang berbeda;
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Pasal 48 ayat (4) huruf a.
bahwa sistem nilai dilakukan dengan ketentuan besaran bobot biaya antara 70%
(tujuh puluh perseratus) sampai dengan 90% (sembilan puluh perseratus) dari total
bobot keseluruhan;
Mengacu kepada ketentuan diatas, apabila bobot harga yang digunakan sebesar
20%, maka tidak sesuai dengan ketentuan tersebut yang mensyaratkan minimal
70%;
Dalam evaluasi teknis, unsur-unsur yang dievaluasi teknis harus sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan. Aspek-aspek yang dinilai dicantumkan dalam
Dokumen Pengadaan.
Apabila setelah evaluasi kualifikasi, apabila terdapat tiga peserta
terendah yang memenuhi syarat administrasi, teknis, harga dan
kualifikasi, apakah urutan berikutnya diundang untuk pembuktian
kualifikasi ?
Evaluasi kualifikasi dilakukan terhadap calon pemenang lelang serta calon pemenang
cadangan 1 dan 2 apabila ada. Pembuktian kualifikasi dilakukan setelah evaluasi
kualifikasi terhadap peserta yang memenuhi persyaratan kualifikasi;
Pokja ULP (panitia pengadaan) melaksanakan penilaian dan pembuktian kualifikasi
kepada tiga penawaran terendah hasil koreksi aritmatik yang telah lulus evaluasi
administrasi, teknis, harga dan kualifikasi.
Bilamana setelah pembuktian kualifikasi terhadap penyedia yang diundang tidak
memenuhi maka Pokja ULP (panitia pengadaan) tidak dapat mengundang penyedia
urutan berikutnya.
Apakah yang harus dilakukan PPK apabila proses revisi terkait dengan
DIPA belum terbit sehingga penandatanganan kontrak kepada pemenang
belum dapat dilakukan, dan dikhawatirkan pelaksanaan terhadap
kegiatan tersebut tidak tercapai sesuai volume, target serta output yang
direncanakan pelaksanaan selama waktu yang telah ditentukan?
a. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 sebagaimana diubah
terakhir melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 13 disebutkan bahwa PPK dilarang
mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup
tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran
yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN/APBD;
b. Mengacu kepada ketentuan di atas, maka proses pelelangan dapat dilakukan
sekarang namun tanda tangan kontrak dapat dilaksanakan apabila DIPA
telah disahkan dan cukup tersedia anggaran;
c. Bilamana DIPA terlambat disahkan sehingga jangka waktu pelaksanaan akan
melewati batas tahun anggaran, maka PPK dan Penyedia dapat
mempersingkat waktu pelaksanaan pekerjaan. Untuk mencapai target dan
output pekerjaan, PPK dapat meminta Penyedia untuk memaksimalkan
sumber daya/ menambah tenaga ahli yang dimiliki untuk mempercepat
penyelesaian pekerjaan pada akhir tahun anggaran. Jika Penyedia tidak
bersedia, atau menurut justifikasi PPK percepatan tersebut tidak mungkin
dilakukan, maka proses pengadaan dihentikan.
Apabila dalam pelaksanaan pengadaan impor bibit sapi dari luar negeri
yang sudah dituangkan dalam Kontrak tidak dapat dilaksanakan sesuai
ketentuan (dalam Kontrak dicantumkan ketentuan bahwa pihak
laboratorium harus melakukan pemeriksaan tertentu namun karena
alasan teknis pemeriksaan pada sapi impor tidak dilakukan pengujian
laboratorium di luar negeri). Apakah yang harus dlakukan oleh PPK?
a. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 1 angka 22, dinyatakan bahwa Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian
tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola;
b. Mengacu pada ketentuan di atas, pelaksanaan pekerjaan impor bibit sapi dari
luar negeri harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
kontrak. Terkait ketidakmampuan laboratorium berwenang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap penyakit sesuai dengan isi kontrak, maka penyedia
dapat meminta rekomendasi dari laboratorium lain yang berwenang di dalam
negeri.
Apakah dua Penyedia yang diduga dimiliki oleh satu orang yang sama
dalam satu paket pelelangan dapat digugurkan kedua penawarannya ?
Pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung meliputi antara lain dalam suatu badan usaha, anggota Direksi atau
Dewan Komisaris merangkap sebagai anggota Direksi atau Dewan Komisaris pada
badan usaha lainnya yang menjadi peserta pada Pelelangan/Seleksi yang sama;
hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun
tidak langsung oleh pihak yang sama yaitu lebih dari 50% (lima puluh perseratus)
pemegang saham (Penjelasan Pasal 6 huruf e);
Dalam penjelasan pasal 83 ayat (1) huruf e tersebut, indikasi persekongkolan antar
Penyedia Barang/Jasa harus dipenuhi sekurang-kurangnya 2 (dua) indikasi di
bawah ini :
1. Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain:metode kerja, bahan, alat,
analisa pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau spesifkasi barang yang
ditawarkan (merk/tipe/jenis) dan/atau dukungan teknis;
2. seluruh penawaran dari Penyedia mendekati HPS;
3. adanya keikutsertaan beberapa Penyedia Barang/Jasa yang berada dalam 1
(satu) kendali;
4. adanya kesamaan/kesalahan isi dokumen penawaran, antara lain kesamaan/
kesalahan pengetikan, susunan, dan format penulisan;
5. jaminan penawaran dikeluarkan dari penjamin yang sama dengan nomor seri
yang berurutan.
Mengacu pada ketentuan tersebut di atas, bilamana dapat dibuktikan bahwa dalam
satu pelelangan terdapat dua peserta lelang yang dikendalikan baik langsung
maupun tidak langsung oleh pihak yang sama, maka Pokja ULP dapat
menggugurkan dua penawaran tersebut.
Apakah diperbolehkan apabila dalam 1 (satu) paket pelelangan, terdapat
penawaran dari dua atau lebih peserta yang mayoritas sahamnya (lebih
dari 50%) dimiliki oleh pihak yang sama?
Berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri No. 6 Tahun 2011 Pasal (11) ayat 1
yang menyatakan bahwa Pengadaan barang/jasa pemerintah di luar negeri pada
prinsipnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. pada ayat 2 menyatakan
bahwa dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dilaksanakan karena adanya perbedaan peraturan negara setempat dengan
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 maka pelaksanaan pengadaan
barang/jasa di luar negeri dapat menyesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di negara setempat dengan tetap mengutamakan
kepentingan nasional dan berpedoman dengan tata nilai pengadaan barang/jasa
dalam Bab II Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010;
Mengacu pada ketentuan butir di atas, Pengadaan kendaraan jenis tertentu untuk
perwakilan Negara RI diluar negeri agar dilakukan pengkajian berdasarkan prinsip
efisien dengan memperhatikan aspek biaya seperti bea masuk, pajak impor,
pabean, asuransi, serta biaya transportasi ke masing-masing negara. Bilamana
secara efisien kendaraan tersebut dilakukan secara terpusat maka dilakukan
pengadaan secara terpusat. Namun bilamana pengadaan kendaraan tersebut lebih
efisien dilakukan di masing-masing Negara, maka pengadaan kendaraan tersebut
agar diadakan di masing-masing Negara.
c. Apabila pengadaan ini menggunakan jenis Kontrak Lumpsum, maka tidak dapat
dilakukan addendum pekerjaan tambah/kurang. Penyedia harus melaksanakan
kontrak sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan kontrak. Namun
demikian apabila terdapat justifikasi teknis yang kuat mengenai keputusan
apakah kontrak akan diaddendum atau tidak diaddendum sepenuhnya menjadi
kewenangan PA/KPA dengan tetap memperhatikan prinsip efisien, efektif dan
akuntabel. Tidak diperkenankan terjadi perubahan biaya/harga dalam
addendum kontrak tersebut;
Apakah tenaga ahli yang telah bekerja ditempat lain secara penuh waktu
dapat diajukan pada suatu paket pekerjaan yang akan
dilelangkan/seleksi ?
Namun dalam hal pagu anggaran untuk masing-masing item sudah ditetapkan
secara rinci didalam dokumen anggaran dan pembayarannya nanti tidak boleh
melebihi masing-masing item tersebut, maka dalam pengumuman pengadaan
diumumkan nilai total HPS dan rincian pagu anggaran (bukan rincian HPS).
Penjelasan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Pasal 66 ayat (3) Yang
dimaksud dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume pekerjaan
dikalikan dengan Harga Satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan
keuntungan. Rincian Harga Satuan dalam perhitungan HPS bersifat rahasia, kecuali
rincian harga satuan tersebut telah tercantum dalam Dokumen Anggaran.
c. Pimpinan koperasi atau yang mewakili badan usaha tidak berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil (Pasal 19 ayat (3));
d. Harga transaksi dengan koperasi yang terjadi adalah yang wajar atau tidak
boleh melampui harga pasar.
Dalam hal pengadaan speed boat yang bersumber dari dana alokasi
khusus (DAK) yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) tidak mencukupi, maka dibutuhkan penambahan dana
Pendamping dari DAU.
Apakah Kegiatan tersebut dapat di tambahkan dana Pendamping melebih
atau kurang dari Dana Alokasi Umum?
Kegiatan yang didanai dengan dana DAK, minimal mendapat dana
pendamping sebesar 10 %, adakah batas maksimal dana pendamping
berdasarkan peraturan perundangundangan?
b. Bilamana kedua sumber dana dimaksud sudah ditetapkan dalam APBD, maka
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran adalah Kepala SKPD.
Pertanggungjawaban pelaksanaan DAK dapat disampaikan melalui mekanisme
pelaporan sesuai juknis Menteri terkait;
b. Tidak ada ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang
diubah terakhir melalui Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 berikut
petunjuk teknisnya yang menyatakan bahwa pengadaan barang di lingkungan
pemerintah harus dalam kondisi baru. Dalam hal pengadaan alat peraga
pendidikan tidak memungkinkan mendapatkan barang baru karena spesifikasi
barang yang dibutuhkan sesuai dalam RUP sudah tidak diproduksi lagi, maka
dimungkinkan dilakukan pengadaan barang rekondisi sepanjang spesifikasi
barang rekondisi tersebut dapat memenuhi kebutuhan minimal dari para siswa
yang akan menggunakan;
c. Meski demikian, dalam pengadaan alat peraga pendidikan tidak baru tersebut,
bila diperlukan agar dilengkapi dokumen administrasi alat peraga, riwayat
pemeliharaan dan riwayat komponen, usia barang, umur ekonomis, serta hal-
hal lain yang terkait dengan kelayakan dan kelaikan alat peraga, sehingga
apabila pengadaan dilaksanakan akan di peroleh alat peraga dengan kondisi
yang optimal. Disamping itu, perlu diperhatikan indikator harga untuk HPS,
mengingat harga yang berlaku untuk barang-barang rekondisi akan sangat
bergantung pada kondisi dan kualitas barang tersebut;
Hal ini juga berlaku bagi perusahaan asing yang juga merupakan
pemegang saham dari Penyedia Barang/Jasa, sehingga dengan demikian,
pengalaman dari perusahaan asing dapat digunakan dalam mengikuti
pengadaan barang/jasa.
a. Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) huruf f dinyatakan bahwa dalam hal Penyedia
Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus
mempunyai perjanjian kerjasama operasi/ kemitraan yang memuat
presentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
b. Salah satu persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh Penyedia Barang/Jasa
adalah memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk
Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi (Pasal 19 ayat (1) huruf h). Dalam
hal kemitraan, yang diperhitungkan adalah KD dari perusahaan yang mewakili
kemitraan (leadfirm);
c. Berdasarkan Pasal 104 ayat (1) dinyatakan bahwa perusahaan asing dapat
ikut serta dalam Pengadaan Barang/jasa dengan ketentuan sebagai berikut:
i. Untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai di atas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
ii. Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai di atas
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah); dan
iii. Untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
d. Perusahaan asing yang melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud di
atas, harus melakukan kerjasama usaha dengan perusahaan nasional dalam
bentuk kemitraan, subKontrak dan lain-lain, dalam hal terdapat perusahaan
nasional yang memiliki kemampuan dibidang yang bersangkutan.
Berkenaan dengan hal tersebut, Untuk pengadaan obat dan alat kesehatan yang
sudah tersedia di E-catalog dapat dilakukan dengan pengadaan secara prosedur E-
catalog.
Untuk obat dan alat kesehatan yang belum ada dalam e-catalog menggunakan
proses pengadaan sesuai dengan Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010
sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012.
Dalam peraturan tersebut disebutkan dalam Lampiran Bab III.3 sebagai berikut :
a. Jaminan penawaran pada E-Tendering dengan metode E-Lelang tidak
diperlukan untuk pengadaan barang/jasa yang memiliki nilai paling tinggi Rp.
2.500.000.000,00 ( dua milyar lima ratus juta rupiah ) atau tidak
menimbulkan resiko apabila pemenang mengundurkan diri menyebabkan
pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
b. Jaminan penawaran sebagaimana di maksud pada huruf a disampaikan
dalam bentuk softcopy hasil pemindai (scan) yang dimasukan dalam
dokumen penawaran.
c. Jaminan penawaran asli untuk E-Lelang dengan pascakualifikasi disampaikan
kepada Pokja ULP pada saat pembuktian kualifikasi
d. Jaminan penawaran asli untuk E-Lelang dengan prakualifikasi disampaikan
kepada Pokja ULP sebelum penetapan pemenang.
e. Jika Calon pemenang tidak memberikan jaminan penawaran asli sebagaimana
dimaksud pada huruf c dan d atau jaminan penawaran tidak dapat dicairkan
maka akun SPSE penyedia barang/jasa tersebut di nonaktifkan dan dapat
dimasukkan dalam daftar hitam.
Berdasarkan Peraturan Kepala LKPP tersebut dalam hal pelelangan menggunakan
sistem pengadaan secara elektronik ( SPSE ) tidak diperlukan adanya jaminan
penawaran. Namun bila pelelangan tersebut akan menimbulkan resiko kegagalan
pelelangan sehingga dengan pelelangan yang gagal akan mengakibatkan waktu
yang tidak cukup untuk proses pelelangan dan proses pelaksanaan pekerjaan maka
dapat disyaratkan adanya jaminan penawaran.
Dengan demikian, dalam hal pelelangan dengan SPSE untuk dokumen pemilihan
(dokumen pengadaan yang dibuat oleh pokja ULP) menyebutkan adanya
persyaratan jaminan penawaran maka penyedia yang tidak memberikan jaminan
penawaran akan di gugurkan.
Penjelasan Peraturan Presiden No.54 tahun 2010 yang telah dirubah dengan
Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 di Pasal 6 Butir b.1
Konsultan Manajemen Konstruksi berperan sebagai konsultan perencana dan /atau
konsultan pengawas;
Model I Model 2
Model 3
- Konsultan perencana
- Pelaksana kostruksi
- Konsultan pengawas
Apabila dua hal tersebut tidak terakomodir, maka kontrak yang telah dilakukan
tidak dapat dilakukan penyesuaian harga. Kenaikan BBM bukan merupakan
kejadian tiba-tiba melainkan telah didiskusikan oleh publik dalam beberapa waktu,
sehingga penyedia dapat memperhitungkan kemungkinan adanya kenaikan BBM.
Sesuai dengan pasal 91 ayat 2f Menteri teknis terkait dapat mengusulkan adanya
penyesuaian harga untuk kontrak tahun tunggal untuk ditetapkan bersama dengan
Menteri Keuangan.
DAFTAR PERATURAN
3 Perka LKPP No.2 Tahun 2010 Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik
9 Perka LKPP No.2 Tahun 2011 Perubahan Ke-1 atas Perka LKPP No.6 Tahun 2010
Tentang Standar Bidding Document
11 Perka LKPP No.4 Tahun 2011 Pedoman Penetapan Acuan HPS Kendaraan
Pemerintah
12 Perka LKPP No.5 Tahun 2011 Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Secara
Elektronik
15 Perka LKPP No.7 Tahun 2011 Petunjuk Teknis Operasional Datar Hitam
16 Surat Edaran Deputi PPSDM Fasilitas ujian Sertifikasi keahlian Pengadaan
No: 7/SE/D.3/2011 Barang/Jasa Pemerintah
18 Perka LKPP No.13 Tahun 2011 Tata Cara Pengelolaan Pengaduan Orang Dalam
(Whistleblower) pada Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
21 Perka LKPP No.4 Tahun 2012 Uji Coba Penerapan Sertifikat Digital dan Sistem
Pengamanan Komunikasi Dokumen Pada
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara
Elektronik
24 Perka LKPP No.6 Tahun 2012 Petunjuk Teknis Peraturan Presiden No.70 Tahun
2012
30 Perka LKPP No.14 Tahun 2012 Petunjuk Teknis Peraturan Presiden No.70 Tahun
2012
31 Perka LKPP No.15 Tahun 2012 Standar Dokumen Pengadaan Barang.Jasa
Pemerintah
39 Surat Edaran Kepala LKPP Tentang Penjelasan lebih lanjut Pasal 89 ayat (4)
Nomor 2 Tahun 2013 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012
CONTACT PERSON LKPP