Anda di halaman 1dari 5

Sinusitis Maksilaris

A. Klasifikasi
Klasifikasi sinusitis maksilaris berdasarkan waktunya ( Slavin et al., 2005) :
1. Akut, bila infeksi terjadi kurang dari 4 minggu.
2. Subakut, bila infeksi terjadi sampai 4 minggu-2 bulan.
3. Kronis, bila infeksi terjadi lebih dari 2 bulan.
4. Akut Rekuren, bila infeksi terjadi 3 kali atau lebih dalam satu tahun, setiap
kali infeksi berlangsung kurang dari 2 minggu.
B. Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor host yaitu genetik, kondisi
kongenital, alergi dan imun, dan kelainan anatomi. Faktor lingkungan yaitu
infeksi bakteri, trauma ( trauma langsung, barotrauma, berenang, atau
menyelam), medikamentosa, dan tindakan bedah. Terjadinya sinusitis dapat
berhubungan melalui :
1. Rhinogen/ Obstruksi dari ostium sinus ( maksilaris/ paranasalis).
Penyebabnya adalah kelainan atau masalah di hidung, seperti :
a. Rinitis akut ( Influenza ), rinitis alergi
b. Polip
c. Hipertrofi konka
d. Deviasi septum
2. Dentogen/ odontogenik ( penyebabnya adalah kelainan gigi ), yang sering
menyebabkan sinusitis adalah infeksi pada gigi premolar dan molar atas.
Kuman penyebab : Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza,
Streptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis (
Mehra et al., 2004)

C. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium sinus dan lancarnya


klirens mukosiliar (mucociliary clearance) didalam kompleks osteo-meatal.
Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang melapisi
sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous superficial dan lapisan
serous profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh
bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi zat- zat
yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang
masuk bersama udara pernafasan. Cairan mukus secara alami menuju ke
ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan.

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya


sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi
ostium sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi yang
menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan
mukus dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan
menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada sinus.Kejadian sinusitis
maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri
(anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga jaringan lunak
gigi dan sekitarnya rusak.

Pada pulpa yang terbuka, kuman akan masuk dan mengadakan


pembusukan pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini
meluas dan mengenai selaput periodontium menyebabkan periodontitis dan
iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses periodontal
ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar menyebabkan
abses alveolar. Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga
memicu inflamasi mukosa sinus. Disfungsi silia, obstruksi ostiumsinus serta
abnormalitas sekresi mukus menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus
sehingga terjadinya sinusitis maksila.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini


berhubungan dengan tiga faktor, yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan
kualitas sekresi hidung. Perubahan salah satu dari faktor ini akan
merubah sistem fisiologis dan menyebabkan sinusitis.

D. Manifestasi Klinis

Gejala sinusitis maksilaris akut berupa demam, malaise, nyeri kepala,


wajah terasa bengkak dan penuh, gigi terasa nyeri pada gerakan kepala
mendadak (sewaktu naik atau turun tangga), nyeri pipi khas yang tumpul dan
menusuk, sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan berbau busuk.

Gambaran klinis yang sering dijumpai pada sinusitis maksilaris kronik


berupa hidung tersumbat, sekret kental, cairan mengalir di belakang
hidung, hidung berbau, indra pembau berkurang, dan batuk ( Lanza et al.,
1997)

Kriteria Saphiro dan Rachelefsky:

a. Gejala Mayor:

1) Rhinorea purulen

2) Drainase Post Nasal

3) Batuk

b. Gejala Minor:

1) Demam

2) Nyeri Kepala

3) Foeter ex oral

Dikatakan sinusitis maksilaris jika ditemukan 2 gejala mayor atau 1 gejala


mayor dan 2 atau lebih gejala minor.

E. Pemeriksaan Sinusitis Maksilaris


Untuk mengetahui adanya kelainan pada sinus maksilaris dilakukan
inspeksi luar, palpasi, dan sinuskopi. Selain itu perlu dilakukan transiluminasi,
radiologi dan CT Scan (Gold standard).
a) Inspeksi
Pemeriksaan yang diperhatikan ialah adanya pembengkakan pada muka.
Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna
kemerahmerahan mungkin menunjukan sinusitis maksilaris akut.
b) Palpasi
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya
sinusitis maksilaris.
c) Transiluminasi
Pemeriksaan ini menunjukan adanya perbedaan sinus kanan dan kiri. Sinus
yang sakit akan tampak lebih gelap.
d) Pemeriksaan radiologi '
Foto posisi waters tampak adanya edema mukosa dan cairan dalam sinus.
Jika cairan tidak penuh akan tampak gambaran air fluid level ( Konen et al.,
2000)
e) CT scan
Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus maksilaris
adalah pemeriksaan CT scan. Potongan CT scan yang rutin dipakai adalah
koronal
Konen, E., Meir F., Yeroham K., Michael W., Ayala L., Chen H., et al. 2000. The
Value of the Occipitomental (Waters') View in Diagnosis of Sinusitis: A
Comparative Study with Computed Tomography. Clinical Radiology, 55:
856-860.

Lanza DC, Kennedy DW. 1997. Adult rhinosinusitis defined. Otolaryngol Head
Neck Surg, 117: (3 pt 2): S1-S7.

Mehra, P., Haitham M. 2004. Maxillary sinus disease of odontogenic origin.


Otolaryngol Clin N Am, 37 (2004): 347364.

Rachelefsky GS. Katz RM., Siegel SC. 1982. Introduction and Definition of
Sinusitis. The Journal of Allergy and Clinical Immunology, 90 (3) : 417-
418.

Slavin RG. 2005 The diagnosis and management of sinusitis: A practice


parameter update. J Allergy Clin Immunol, 116: (6 Suppl): 13-47.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Dokumen16 halaman
    Ulkus Kornea
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Endometriosis
    Endometriosis
    Dokumen5 halaman
    Endometriosis
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Jurding Nisa
    Jurding Nisa
    Dokumen9 halaman
    Jurding Nisa
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • PRESBANG Depresi - DR WI
    PRESBANG Depresi - DR WI
    Dokumen13 halaman
    PRESBANG Depresi - DR WI
    Fikri Fachri
    Belum ada peringkat
  • Presus Entropion Involusional
    Presus Entropion Involusional
    Dokumen23 halaman
    Presus Entropion Involusional
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • TINJAUAN MALARIA
    TINJAUAN MALARIA
    Dokumen30 halaman
    TINJAUAN MALARIA
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus Endometriosis
    Presentasi Kasus Endometriosis
    Dokumen58 halaman
    Presentasi Kasus Endometriosis
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • GG Cemas
    GG Cemas
    Dokumen30 halaman
    GG Cemas
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Jur Ding
    Jur Ding
    Dokumen2 halaman
    Jur Ding
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • JOURNAL READING Edit Fina
    JOURNAL READING Edit Fina
    Dokumen47 halaman
    JOURNAL READING Edit Fina
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Transl Bipolar 2
    Transl Bipolar 2
    Dokumen10 halaman
    Transl Bipolar 2
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Endometriosis
    Endometriosis
    Dokumen5 halaman
    Endometriosis
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Transl Bipolar 2
    Transl Bipolar 2
    Dokumen10 halaman
    Transl Bipolar 2
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Etiologi
    Etiologi
    Dokumen1 halaman
    Etiologi
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • MASALAH
    MASALAH
    Dokumen1 halaman
    MASALAH
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Edit Fina
    Journal Reading Edit Fina
    Dokumen21 halaman
    Journal Reading Edit Fina
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Nefrotik Sindrom
    Nefrotik Sindrom
    Dokumen17 halaman
    Nefrotik Sindrom
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Nefrotik Sindrom
    Nefrotik Sindrom
    Dokumen48 halaman
    Nefrotik Sindrom
    DevyLianto
    Belum ada peringkat
  • DSM V GG MKN
    DSM V GG MKN
    Dokumen5 halaman
    DSM V GG MKN
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Refurtikariafh
    Refurtikariafh
    Dokumen22 halaman
    Refurtikariafh
    Cindy Prayogo
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Post Test Bimbingan IMO Ke 7
    Post Test Bimbingan IMO Ke 7
    Dokumen6 halaman
    Post Test Bimbingan IMO Ke 7
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Pre Test Bimbingan Imo Ke 5
    Pre Test Bimbingan Imo Ke 5
    Dokumen11 halaman
    Pre Test Bimbingan Imo Ke 5
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Pretest Bimbingan Imo Ke 2
    Pretest Bimbingan Imo Ke 2
    Dokumen11 halaman
    Pretest Bimbingan Imo Ke 2
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI
    PATOFISIOLOGI
    Dokumen5 halaman
    PATOFISIOLOGI
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat