Anda di halaman 1dari 30

GANGGUAN CEMAS

Pembimbing
Dr. Wiharto Sp. KJ, M.Kes
Definisi
Gangguan cemas adalah gangguan mental ditandai dengan
perasaan cemas dan takut yang dapat menganggu kehidupan
sehari-hari.
 Ansietas adalah suatu mood, biasanya bersifat tidak
menyenangkan, disertai sensasi di tubuh (somatik) dan
terjadi rasa ketidakpastian dan ancaman akan masa depan
secara subjektif.
 Istilah “takut” digunakan untuk menjelaskan mood normal
dan sesuai saat menerima dan mendefinisikan bahaya.
Faktor Risiko
1. Faktor Genetik
Faktor genetik memainkan peran yang signifikan pada etiologi gangguan cemas, sebagai contoh
faktor risiko yang diturunkan untuk fobia sosial yaitu 47%. Penelitian mengatakan bahwa kembar
monozigot berisiko 2-3 kali menderita gangguan cemas. Kromosom 1,7,9, dan 11 dihubungkan
dengan serangan panik dan kromosom 3 dihubungkan dengan agrofobia.

2. Faktor sosiodemografi ( perempuan, bercerai, status ekonomi rendah, status


pendidikan rendah)
Penderita gangguan cemas dapat memiliki status ekonomi menengah maupun menengah ke atas.
Namun, jumlah penderuta gangguan cemas lebih banyak terjadi pada status sosioekonomi yang
rendah. Perempuan berisiko 2 kali terkena gangguan cemas. Gangguan fobia sosial biasanya terjadi
pada akhir masa kanak, remaja dan jarang terjadi pada usia di atas 25 tahun. Agorafobia, gangguan
panik, dan gangguan cemas menyeluruh biasanya muncul saat awal usia dewasa.

3. Faktor psikososial ( Kejadian trauma, pola asuh orang tua yang buruk, merokok
saat remaja)
Bullying merupakan faktor risiko tersering gangguan cemas pada remaja. Child abuse juga menjadi
faktor risiko gangguan cemas. Kehilangan orang tua, perceraian, kurangnya perhatian dari orang
tua meningkatkan risiko terjadinya gangguan cemas. Kejadian trauma dapat memicu gangguan
neurobiologis melalui hiperaktifitas HPA-axis dan hipersekresi CRF.
4. Faktor kesehatan fisik dan mental
DIAGNOSIS GANGGUAN CEMAS
PPDGJ III
GANGGUAN
CEMAS Gangguan anxietas fobik

Gangguan anxietas lainnya

Gangguan obsesif-kompulsif

Reaksi terhadap Stress Berat dan


Gangguan Penyesuaian
F40 Gangguan Anxietas Fobik
 Ada situasi atau obyek yang jelas tidak
membahayakan
 Akibatnya obyek atau situasi tersebut dihindari atau
dihadapi dengan rasa terancam

Macam : a.Agorafobia b. Fobi sosial c. Fobi khas


Gangguan agorafobi (F40.0)
 Gejala psikologik perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan
bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham
atau pikiran obsesif.
 Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi
dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut :
banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian
keluar rumah, bepergian sendiri
 Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
yang menonjol
Gangguan fobia social (F40.1)

 Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus


merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham dan
pikiran obsesif.
 Anxietas harus mendominasi atas terbatas pada situasi social
tertentu (outside the family circle)
 Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
yang menonjol.
 Bila terlalu sulit membedakan anxietas sosial dengan
agoraphobia, hendaknya diutamakan diagnosis agoraphobia
(F40.0).
Gangguan fobia khas (F40.2)

 Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk


diagnosis pasti :
 Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan
bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham
dan pikiran obsesif.
 Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik
tertentu (highly specific situations), dan
 Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
 Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain.
Tidak seperti halnya agoraphobia dan fobia social.

F41 Gangguan Anxietas Lainnya

 Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak


terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja
 Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan
juga beberapa unsur dari anxietas fobik, asal saja jelas
bersifat sekunder atau ringan
F41.0 Gangguan Panik ( Anxietas
Paroksismal Episodik)
 Gangguan Panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila
tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik
 Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali
serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic
anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:
 Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya;
 Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations);
 Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian
umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi).
F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

 Penderita harus menunjukkan gejala primer anxietas yang


berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu,
bahkan biasanya sampai beberapa bulan.
 Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut :
 Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan
gelisah seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya) ;
 Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) ;
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, takikardi,
takipneu, keluhan epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan sebagainya).
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan serta keluhan somatik berulang-ulang.
 Adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara, terutama depresi,
tidak menyingkirkan gangguan anxietas menyeluruh sebagai diagnosis
utama, selama pasien tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan panik (F41.0)
atau gangguan obsesif kompulsif (F42).
F41.1 Gangguan Campuran Anxietas dan
Depresi
 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang
cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk
anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak
terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
 Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,
maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau
gangguan anxietas fobik
 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena suatu hal yang hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis, maka diagnosis gangguan depresif harus diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan
yang jelas, maka harus digunakan kategori 43.2 gangguan
penyesuaian.
F41.1 Gangguan Anxietas Campuran
Lainnya
 Memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1)
dan juga menunjukkan ( meskipun hanya dalam jangka
pendek) ciri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan
F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara
lengkap
 Bila gejala-gejala yang memenuhi kriteria dari kelompok
gangguan ini terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau
stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam
kategori F43.2, gangguan penyesuaian
F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif

 Ada gejala obsesif atau kompulsif setiap hari selama min 2


minggu
 Distress dan hendaya aktifitas
 Gejala-gejala obsesif :
 Harus disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri sendiri
 Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
 Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan
hal yang memberi kepuasan atau kesenangan ( sekedar perasaan lega
dari keteganga atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan
seperti dimaksud di atas);
 Gangguan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan ( unpleasantly repetitive)
 Penderita gangguan obsesif-kompulsif sering juga menunjukkan
gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi
berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama
episode depresifnya.
 Bila terjadi episode akut dari kedua hal tesebut, maka diagnosis
diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu
 Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila
tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif
tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol,
maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang
primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada
gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
 F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan
 Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (
dorongan perbuatan), yang sifatnya menganggu
 Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu
menyebabkan penderitaan (distress)
 F42.1 Predominan Pikiran Kompulsif
 Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan
(khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk
meyakinkan bahwa suatu situasi yang berpotensi bahaya tidak
terjadi, atau masalah kerapihan dan keteraturan. Hal tersebut
dilatar belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan
ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif
untuk mengindari bahaya tersebut.
 Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waku sampai
beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadnag berkaitan dengan
ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan.
F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan
obsesif
 Diagnosis ini digunakan apabila kedua hal tersebu sama-
sama menonjol
 Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya
dinyatakan dalamd diagnosis F42. 0 atau F42.1
 Hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap
pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap
terapi perilaku
F43. Reaksi terhadap Stress Berat dan Gangguan
Penyesuaian

 Karakteristik dari kategori ini adalah tidak hanya di atas, identifikasi


dasar simtomalogi dan perjalanan penyakit, akan tetapi juga atas
dasar salah satu dari dua faktor pencetus
 Suatu stress kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stress
akut, atau
 Suatu perubahan penting dalam kehidupan yang menimbulkan situasi
tidak nyaman yang berkelanjutan, dengan akibat terjadi suatu gangguan
penyesuaian
 Gangguan dalam kategori ini selalu merupakan konsekuensi langsung
dari stress akut yang berat atau trauma yang berkelanjutan. Stress
yang terjadi atau keadaan tidak nyaman yang berkelanjutan
merupakan faktor penyebab utama, tanpa hal itu gangguan tersebut
tidak akan terjadi
 Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respon maladaptif
terhadap stress berat atau stress berkelanjutan, dimana mekanisme
penyesuaian tidak berhasil mengatasi sehingga menimbulkan masalah
dalam fungsi sosialnya
F43.0 Reaksi stress akut

 Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman
stressor luar biasa ( fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya
setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian
 Selain itu ditemukan gejala-gejala
 Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah selain gejala
permulaan berupa keadaan terpaku (daze), semua hal berikut dapat
terlihat;depresi, anxietas, kemaahan, kecewa, overaktif dan penarikan diri. Akan
tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya
untuk waktu yang lama
 Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stressornya, gejala-gejala dapat
menghilang dengan cepat ( dalam beberapa jam); dalam hal dimana stress menjadi
berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan. Gejala-gejala biasanya baru mereda
setelah 24-48 jam dan biasanya hampir menghilang setelah 3 hari.
 Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak
dari gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukan gejala psikiatrik
lainnya
 Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang
peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stress akut
F43.1 Gangguan stress pasca trauma

 Diagnosis baru ditegakan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun


waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten
yang berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang
sampai melampaui 6 bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat
ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset
gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya
adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori lainnya
 Sebagai bukti tambahan selain trauma harus didapatkan bayang-
bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian trauma tersebut
secara berulang-ulang kembali (flashback)
 Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah
laku semuanya dapat mewarna diagnosis tetapi tidak khas
 Suatu “sequele” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar
biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi
dalam kategori F62.0 ( Perubahan kepribadian yang berlangsung lama
setelah mengalami katastrofi)
F43.2 Gangguan Penyesuaian

 Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:


 Bentuk, isi, dan beratnya gejala
 Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian
 Kejadian, situasi yang “stressful”, atau krisis kehidupan
 Adanya faktor ketiga di atas (c)harus jelas dan bukti yang kuat bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal
tersebut
 Manifestasi dari gangguan bervariasi dan mencakup afek depresif,
anxietas, campuran anxietas depresif, gangguan tingkah laku, disertai
adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun
dari gejala tersebut yang spefisik untuk mendukung diagnosis
 Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya
kejadian yang “stressful” dan gejala-gejala biasanya tidak
bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif
berkepanjangan ( F43.21)

Tatalaksana
Prognosis
 Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis
yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25%
penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat
mengalami depresi mayor. Gangguan panik dengan fungsi
premorbid yang lebih baik serta durasi serangan yang singkat
bertendensi untuk prognosis yang lebih baik. Menurut National
Institute of Mental Health, 75% orang dengan fobia spesifik
dapat mengatasi ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku
dan 80% dengan fobia sosial membaik dengan terapi
farmakologi, terapi kognitif perilaku, atau kombinasi. Agorafobia
dengan gangguan panik yang mendapat terapi, 30-40% akan
bebas dari gejala untuk waktu lama dan 50% masih ada gejala
ringan yang tidak menganggu kehidupan sehari-hari.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurding Nisa
    Jurding Nisa
    Dokumen9 halaman
    Jurding Nisa
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • PRESBANG Depresi - DR WI
    PRESBANG Depresi - DR WI
    Dokumen13 halaman
    PRESBANG Depresi - DR WI
    Fikri Fachri
    Belum ada peringkat
  • Presus Entropion Involusional
    Presus Entropion Involusional
    Dokumen23 halaman
    Presus Entropion Involusional
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Dokumen16 halaman
    Ulkus Kornea
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Endometriosis
    Endometriosis
    Dokumen5 halaman
    Endometriosis
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Etiologi
    Etiologi
    Dokumen1 halaman
    Etiologi
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus Endometriosis
    Presentasi Kasus Endometriosis
    Dokumen58 halaman
    Presentasi Kasus Endometriosis
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • TINJAUAN MALARIA
    TINJAUAN MALARIA
    Dokumen30 halaman
    TINJAUAN MALARIA
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Transl Bipolar 2
    Transl Bipolar 2
    Dokumen10 halaman
    Transl Bipolar 2
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • MASALAH
    MASALAH
    Dokumen1 halaman
    MASALAH
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Edit Fina
    Journal Reading Edit Fina
    Dokumen21 halaman
    Journal Reading Edit Fina
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • JOURNAL READING Edit Fina
    JOURNAL READING Edit Fina
    Dokumen47 halaman
    JOURNAL READING Edit Fina
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Endometriosis
    Endometriosis
    Dokumen5 halaman
    Endometriosis
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Jur Ding
    Jur Ding
    Dokumen2 halaman
    Jur Ding
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • DSM V GG MKN
    DSM V GG MKN
    Dokumen5 halaman
    DSM V GG MKN
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Transl Bipolar 2
    Transl Bipolar 2
    Dokumen10 halaman
    Transl Bipolar 2
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Nefrotik Sindrom
    Nefrotik Sindrom
    Dokumen17 halaman
    Nefrotik Sindrom
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Post Test Bimbingan IMO Ke 7
    Post Test Bimbingan IMO Ke 7
    Dokumen6 halaman
    Post Test Bimbingan IMO Ke 7
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Nefrotik Sindrom
    Nefrotik Sindrom
    Dokumen48 halaman
    Nefrotik Sindrom
    DevyLianto
    Belum ada peringkat
  • Refurtikariafh
    Refurtikariafh
    Dokumen22 halaman
    Refurtikariafh
    Cindy Prayogo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Pre Test Bimbingan Imo Ke 5
    Pre Test Bimbingan Imo Ke 5
    Dokumen11 halaman
    Pre Test Bimbingan Imo Ke 5
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Pretest Bimbingan Imo Ke 2
    Pretest Bimbingan Imo Ke 2
    Dokumen11 halaman
    Pretest Bimbingan Imo Ke 2
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Maksilaris
    Sinusitis Maksilaris
    Dokumen5 halaman
    Sinusitis Maksilaris
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI
    PATOFISIOLOGI
    Dokumen5 halaman
    PATOFISIOLOGI
    Nur Annisa Laras Fikria
    Belum ada peringkat