Anda di halaman 1dari 10

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 1 FEBRUARI 2011

Estimasi Kekeringan Lahan Untuk Beberapa Wilayah Di Kalimantan Barat


Berdasarkan Indeks Palmer
Andi Ihwan
Prodi Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura

Abstrak

Pemodelan tingkat kekeringan yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan metode Palmer Drouht
Severity Index (PDSI) yakni menggabungkan dua parameter biofisik, karakteristik iklim dan tanah. Dari
hasil simulasi untuk beberapa titik observasi di Kalimantan Barat diperoleh bahwa pola tingkat kekeringan
tetap mengikuti pola curah hujan tiap daerah hal ini dapat dilihat pada tingkat korelasinya yang cukup
tinggi (r >0,7), kecuali untuk daerah Supadio mempunyai tingkat korelasi yang rendah (r < 0,7).
Sedangakan kategori kekeringan di semua daerah pengamatan didominasi dalam kategori normal walaupun
nilainya sangat bervariasi.

Kata kunci : Curah hujan, tekstur tanah, evapotranspirasi, lahan basah, lahan kering

1. Pendahuluan rendah. Faktor yang merupakan ciri umum


Ada dua karakteristik biofisik yang bagi suatu daerah daratan rendah di daerah
menjadi kunci penetapan wilayah rawan tropis adalah suhu udara relatif panas atau
kekeringan yaitu, karakteristik iklim dan tanah. tinggi, sedangkan khusus daerah Kalimantan
Iklim berperana penting dalam ketersediaan Barat suhu yang tinggi ini diikuti pula dengan
dan kehilangan air di dalam tanah dan kelembaban udara yang tinggi. Umumnya suhu
tanaman. Serta tanah berperan sebagai media udara di daerah Kalbar cukup normal namun
penyimpan dan penyalur air bagi kebutuhan bervariasi, yaitu rata-rata sekitar 20oC sampai
tanaman. Oleh karena itu data iklim yang dengan 35oC.
representatif terhadap ruang dan waktu sangat Pada umumnya, kecepatan angin rata-
diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah rata di Kalbar, berkisar antara 2-8 knot/jam.
memeodelkan tingkat kekeringan di beberapa Sedangkan angin rata-rata bulanan sekitar 2
titik pengamatan berdasarkan indeks Palmer. knot/jam terjadi diseluruh Stasiun
Data yang dihasilkan dari model tersebut Meteorologi, kecuali di Supadio Pontianak.
tersebut dijadikan dasar pembuatan zonasi Rata-rata kecepatan angin di Supadio
lahan kekeringan di wilayah di Kalimantan Pontianak justru tertinggi yaitu sebesar 0,80
Barat. knot/jam. Kecepatan angin yang relatif tinggi
Keadaan Iklim Kalimantan Barat sering terjadi antara bulan Oktober-Maret,
Indonesia merupakan salah satu negara seiring dengan musim penghujan. Dalam
yang dilewati garis khatulistiwa. Propinsi periode ini bertiup angin barat yang
Kalimantan Barat (Kalbar) dengan ibukota mempunyai kelembaban tinggi di daratan Asia
Pontianak terletak diantara garis 2o08’ LU dan dan Samudera Pasifik, sehingga dapat
3o05’ LS serta diantara 108o BT dan 114o10’ mengancam keselamatan kegiatan nelayan dan
BT pada peta bumi. Berdasarkan letak kegiatan penerbangan.
geografis yang spesifik ini, maka daerah Kalimantan Barat cukup dikenal
Kalimantan Barat tepat dilalui oleh Garis sebagai daerah penghujan dengan intensitas
Khatulistiwa (garis lintang 0o). Karena yang tinggi. Secara umum mempunyai curah
pengaruh letak ini pula, maka Kalbar adalah hujan tahunan di atas 3.000 milimeter dan
salah satu daerah tropis dengan suhu udara hampir merata diseluruh Kabupaten/Kota.
cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang Intensitas hujan yang tinggi, biasanya saling
tinggi. Sebagian besar wilayah Kalimantan mempengaruhi terhadap kecepatan angin.
Barat adalah merupakan daratan berdataran Faktor angin ini sangat mempengaruhi

27
28 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 27-36

keselamatan penerbangan dan kegiatan vegetasi. Air hujan yang jatuh ke permukaan
nelayan. Intensitas curah hujan yang cukup tanah akan meresap ke dalam tanah melalui
tinggi ini, terutama dipengaruhi oleh proses infiltrasi yang akan meningkatkan
daearahnya yang berhutan tropis yang lebat kelembaban tanah.
dan disertai dengan kelembaban udara yang
tinggi. Intensitas hujan yang tinggi biasanya Tekstur Tanah
saling mempengaruhi terhadap kecepatan Keadaan tekstur tanah berpengaruh
angin [1,2]. terhadap pengolahan tanah. Berdasarkan
besarnya tekstur tanah di 7 Kabupaten/Kota di
Karakteristik Tanah Kalimantan Barat Kalimanatan Barat dapat dibedakan menjadi
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat tiga jenis, yaitu:tekstur halus, tekstur sedang
kehalusan tanah yang terjadi karena dan tekstur kasar, dapat dilihat pada tabel di
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan bawah ini:
fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung
pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari Tabel 1 Tekstur Tanah di Kabupaten/Kota di titik
ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir Pengamatan
Daerah Halus Sedang Kasar Gambut Rawa Lainnya
mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu
Sintang 161.19 881.86 1.120.450 78.937 - -
2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002
mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm Paloh 105.07 495.397 39.000 70.298 - -
(penggolongan berdasarkan USDA). keadaan
tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap Kota
7.86 2.920 - 1.100 - -
Pontianak
keadan sifat-sifat tanah yang lain seperti
struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas Ketapang 880.60 1.987.700 712.600 627.500 750 11.700
dan lain-lain.
Melawi - 1.064.400 - - - -
Sifat-sifat fisik tanah merupakan faktor
Kapuashulu 1.453.4 1.075.000 455.800 322.50018.000 3.100
utama yang menentukan cepat lambatnya
tanaman menderita kekeringan. Sifat-sifat fisik Pontianak 514.37 305.442 6.400 383.374 - -
tanah diantaranya porositas dan permeabilitas.
Jenis tanah yang mempunyai porositas yang Sumber: Kalimantan Barat Dalam Angka, 2008
lebih besar tidak selalu disertai oleh
permeabilitas yang lebih baik. Sebagai Kajian Indikator Kekeringan
contohnya adalah lempung, dimana lapisan Akhir-akhir ini semakin sering didengar
lempung mempunyai porositas yang sangat tentang terjadinya bencana kekeringan di
besar, tetapi permeabilitasnya adalah kecil beberapa tempat di wilayah Indonesia. Hal ini
karena ruang-ruangnya sangat kecil. Oleh dapat terjadi akibat adanya perbedaan curah
karena itu, lapisan lempung mempunyai hujan di beberapa tempat yang selalu berubah
kemampuan menyimpan air yang rendah, dan dari waktu ke waktu, serta pengaruh radiasi
akan mengalami tingkat kekeringan yang lebih matahari di tempat tersebut.
cepat. Sebenarnya adalah sangat sulit untuk
Tanah yang berasal dari bahan aluvium memberi batasan yang tegas terhadap
yang terdiri dari pasir, kerikil, lumpur, sisa kekeringan ini. Sebab kekeringan mempunyai
tumbuhan. Menyebar di kanan dan kiri sungai konotasi yang berbeda-beda di berbagai
Kapuas dan sungai Melawi, endapannya belahan bumi dan pengertiannya pun berbeda
berupa endapan liat, lumpur dan organik. pula menurut para ahli meteorologi, hidrologi,
kondisi topografi ini menyebabkan air banyak pertanian dan pakar ekonomi.
tertahan atau tergenang dan menyebabkan Kekeringan adalah suatu peristiwa
kelembaban tanah. Kelembaban tanah sangat berkurangnya curah hujan yang cukup besar
berperan dalam penyediaan air tanah, yaitu air dan berlangsung lama yang dapat
yang jatuh langsung dari curah hujan ke mempengaruhi kehidupan tanaman dan hewan
permukaan tanah adalah mekanisme air tanpa pada suatu daerah tertentu serta akan dapat
menyebabkan berkurangnya cadangan air
Estimasi Kekeringan Lahan Untuk Beberapa Wilayah Di Kalimantan Barat ….……..(A.Ihwan) 29

tanah untuk keperluan hidup sehari-hari Dengan:


maupun untuk kebutuhan tanaman di daerah P = hujan atau air irigasi
yang biasanya curah hujannya cukup untuk Q = limpasan
keperluan tersebut [3]. U = aliran dalam zona perakaran
Barry dan Charley (1976), mengatakan W = perubahan cadangan air dalam
bahwa kekeringan biasanya mengandung arti tanah
tidak adanya air hujan yang nyata untuk jangka
waktu tertentu sehingga kelambaban tanah Kemudian persamaan ini dikembangkan
berkurang akibat adanya penguapan dan oleh Thornthwaite [4] yang dirumuskam
pengaliran, oleh karena itu maka aktivitas sebagai:
hidrologi akan terganggu. P E
Et s RO
R ………. (2)
Palmer (1965) telah memberikan
Dengan:
batasan keadaan kering sebagai suatu
P = presipitasi
penyimpangan peristiwa meteorolgi yang
Et = evavotranspirasi
dicirikan oleh adanya defisit kelembaban tanah
yang tidak normal dalam jangka waktu yang S = perubahan cadangan air dalam
lama. Kekeringan yang dimaksud disini perlu tanah
dibedakan dengan keadaan kering (aridity). RO = limpasan (termasuk perkolasi)
Keadaan kering pada umumnya diberi
pengetian sebagai keadaan dimana curah hujan Persamaan neraca air tersebut dapat
atau air tersedia sedikit. Sedangkan kekeringan dijelaskan dengan cara membandingkan curah
(drought) disini adalah adanya kesenjangan hujan dan irigasi dengan besarnya laju
antara air tersedia dengan air yag diperlukan. evavotranspirasi, serta dapat dihitung dalam
Permulaan musim kering disuatu daerah telah periode mingguan, bulanan, serta tahunan.
tiba jika curah hujan dalam suatu dekade lebih Proses terjadinya kekeringan diawali
kecil dari 50 mm. Demikiain juga untuk dengan berkurangnya jumlah curah hujan di
dekade-dekade selanjutnya. Permulaan musim bawah normal pada satu musim, kejadian ini
kering di suatu daerah pada suatu tahun adalah adalah kekeringan meteorologist yang
merupakan rata-rata permulaan musim merupakan tanda awal dari terjadinya
kemarau dari seluruh stasiun pencatat hujan kekeringan. Tahapan selanjutnya adalah
yang terdapat pada daerah itu selama periode berkurangnya berkurangnya kondisi air tanah
bulan April sampai bulan Juli (De Boor, 1948). yang menyebabkan terjadinya stress pada
Peristiwa kekeringan ini dapat terjadi secara tanaman (terjadinya kekeringan pertanian),
lokal maupun meluas yang meliputi beberapa Tahapan selanjutnya terjadinya kekurangan
bagian benua, dan dampak langsungnya adalah pasokan air permukaan dan air tanah yang
akan mengancam persedian bahan pangan dan ditandai menurunya tinggi muka air sungai
persediaan air bersih di beberapa belahan ataupun danau (terjadinya kekeringan
dunia. hidrologis).
Ada beberapa teknik perhitungan neraca Dari data historis kekeringan di
air dalam ikut memecahkan masalah-masalah Indonesia sangat berkaitan erat dengan
hidrologi, seperti selang waktu pemberian air fenomena ENSO (El Nino Southern
irigasi, peramalan panen, peramalan banjir, Oscilation). Pengamatan dari tahun 1844 dari
klasifikasi iklim, peramalan kebakaran hutan, 43 kejadian kekeringan di Indonesia, hanya
kemampuan absorpsi tanah, maupun enam kejadian yang tidak berkaitan dengan
perencanaan sumber daya air [4]. kejadian El Nino.Pengaruh El Nino lebih kuat
Beberapa penerapan persamaan neraca air pada musim kemarau dari pada musim hujan.
untuk keperluan studi kekeringan berdasarkan Pengaruh El Nino pada keragaman hujan
persamaan umum [1]: memiliki beberapa pola : (i) akhir musim
kemarau mundur dari normal, (ii) awal masuk
musim hujan mundur dari normal, (iii) curah
P Q U E W 0 ......... (1) hujan musim kemarau turun drastis dibanding
30 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 27-36

normal, (iv) deret hari kering semakin gambaran pada kita berkaitan dengan potensi
panjang[3]. tanah menyimpan air dan melepaskannya
untuk tanaman [3,6].
Metode Palmer Drouht Severity Index Kedua parameter iklim dan tanah
(PDSI) tersebut dijadikan dasar dalam penentuan
Untuk kekeringan pertanian dinilai dari tingkat kekeringan di suatu tempat. Salah satu
metode Palmer Drouht Severity Index (PDSI). metode yang sering dingunakan dalam
Telah banyak penelitian tentang karakteristik penentuan tingkat kekeringan adalah metode
curah hujan antar musim dan antar tahun yang Palmer Drouht Severity Index (PDSI). Metode
dilakukan di wilayah Indonesia. Oldeman PDSI ini pertama kali kembangkan oleh
(1980) secara sistematik telah membuat zonasi Palmer pada tahun 1965. PDSI merupakan
wilayah curah hujan bulanan berdasarkan indeks kekeringan meteorologi, dimana
tingkat kecukupan air bagi pengolahan dan metode ini berdasar pada data curah hujan,
tanam padi serta palawija lainnya di Indonesia suhu udara dan ketersediaan kandungan air
termasuk Pulau Kalimantan. Namun wilayah dalam tanah. Nilai PDSI mempunyai rentang
hujan bulanan yang dibuat oleh Oldeman dari -4 sampai +4 bergantung pada tingkat
belum mempertimbangkan kondisi tanah dan kekeringannya, seperti terlihat pada Tabel 2
masih menggunakan data-data periode di berikut ini :
bawah tahun 1980-an sehingga jika digunakan
sekarang sudah tidak valid lagi karena secara Tabel 2 Nilai PDSI dan Klasisfikasinya
gradual iklim mengalami perubahan (climate Nilai PDSI Klasifikasi
change) dan penyimpangan (climate 4.0 ke atas Terlampau basah
deviation). 3.0 sampai 3.99 Sangat basah
Ada dua karakteristik biofisik yang 2.0 sampai 2.99 basah
menjadi kunci penetapan wilayah rawan -1.99 sampai 1.99 normal
kekeringan yaitu, karakteristik iklim dan tanah. -2.0 sampai -2.99 kering
Iklim berperana penting dalam ketersediaan -3.0 sampai -3.99 Sangat kering
dan kehilangan air di dalam tanah dan -4.0 ke bawah Terlampau kering
tanaman. Serta tanah berperan sebagai media Sumber : [7]
penyimpan dan penyalur air bagi kebutuhan
tanaman. Oleh karena itu data iklim yang 2. Metode Penelitian
representatif terhadap ruang dan waktu sangat Data iklim harian diperoleh dari Badan
diperlukan untuk mendapatkan kerapatan data Meteorologi dan Geofisika (BMG) berupa data
yang memadai baik terhadap ruang maupun curah hujan dan data suhu udara untuk tujuh
terhadap waktu. Data iklim/cuaca (curah hujan titik pengamatan di wilayah Kalimantan Barat.
dan suhu) yang diperoleh dari hasil observasi Informasi sifat fisik tanah yang diperlukan
digunakan sebagai data pendukung dalam adalah kandungan bahan organik, tekstur,
penentuan tingkat kekeringan yang terjadi di struktur, permeabilitas dan kemampuan tanah
Kalimantan Barat beserta dengan data memegang air. Data tersebut merupakan data
karakteristik. sekunder yang diperoleh dari Instansi
Sementara itu untuk mendapatkan Departemen Pertanian Profinsi Kalimantan
informasi sifat fisik yang terkait dengan Barat. Data tersebut tersusun dalam bentuk
kemampuan tanah menyimpan air, terutama peta dengan skala 1:25.000 yang didampingin
untuk mengetahui jenis tanah dan untuk oleh buku legenda dan keterangan simbol.
tingkat kebutuhan air tanaman, maka perlu Estimasi Tingkat Kekeringan pada setiap
dilakukan survei tanah detail sampai pada sifat daerah pengamatan
penciri fisik tanah tersebut, seperti kandungan Nilai PDSI didasarkan pada prinsip
bahan organik, tekstur, struktur, permeabilitas kesetimbangan antara suplai dan pemenuhan
dan kemampuan tanah memegang air. uap air dan diperoleh secara historis keadaan
Karakteristik fisik tanah ini memberi
Estimasi Kekeringan Lahan Untuk Beberapa Wilayah Di Kalimantan Barat ….……..(A.Ihwan) 31

kering disuatu tempat. Secara matematis nilai tiga jenis, yaitu tekstur halus, tekstur sedang
PDSI diperoleh dari [5,7]: dan tekstur kasar.
Cara yang dilakukan untuk menduga air
PDSI i 0,897.PDSI i 1 Zi / 3 .......... (3) tanah tersedia adalah dengan menghitung luas
vegetasi penutup di setiap luasan polygon
Dengan tertentu, dimana kedalaman profil tanah yang
dihitung dalam penelitian ini dibagi menjadi
PDSIi = nilai PDSI pada bulan ke-i dua bagian. Lapisan atas yang merupakan
PDSIi-1 = nilai PDSI Bulan sebelumnya (ke- i-1) lapisan yang biasa di usahakan untuk pertanian
Zi = indeks anomali kelembaban diperkirakan mempunyai kedalaman rata-rata
sekitar 20 cm. Sedangkan lapisan kedua
Di dalam penelitiannya mengenai indeks ditentukan berdasarkan zona perakarannya.
kekeringan menggunakan bantuan konsep Namun, untuk tanaman semusim kedalaman
neraca air. Dalam prinsip kerjanya Palmer zona perakarannya diperkirakan tidak lebih
menggunakan permodelan dua lapisan tanah, dari satu meter.
yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang Dengan menggunakan bantuan tabel
masing-masing mempunyai kapasitas air pendugaan air tersedia, berdasarkan atas
tersedia lapisan tanah atas dan lapisan tanah kombinasi tipe tanah dan vegetasi penutup dari
bawah. Konsep ini berdasarkan pada pengetian Thorthwaite dan Mather (1975), maka akan
bahwa lengas tidak dapat hilang dari lapisan dapat diketahui kapasitas air tersedia pada
tanah bawah sebelum lengas di lapisan atasnya setiap kedalaman lapisan tanah. Hal ini dapat
habis. dilihat pada daftar tabel di bawah:
Untuk perhitungan indeks kekeringan
ini, data-data yang diperlukan sebagai Tabel 3. Pendugaan Jumlah Air Tersedia
masukan adalah data curah hujan (P), serta Berdasarkan Kombinasi Tekstur Tanah dan
data suhu udara (T) yang digunakan untuk vegetasi penutup
menghitung harga evavotranspirasi potensial Air Zona Lengas tanah
(PE). Nilai potensial juga digunakan untuk Tekstur tanah tersedia perakara tertahan
menghitung limpasan (RO), pengisian air ke (mm/m) n (m) (mm)

dalam tanah (PR), dan kehilangan air dari Tumbuhan


berakar
tanah (PL). disini Palmer mengasumsikan dangkal 100 0.5 50
bahwa limpasan (run-off), akan terjadi jika dan pasir halus 150 0.5 75
hanya jika kandungan lengas di kedua lapisan lempung
tanah tersebut telah mencapai kapasitas lapang. berpasir halus 200 0.62 125
lempug
Untuk perhitungan neraca air, akan berdebu 250 0.4 100
ditentukan harga dari keempat konstanta iklim, lempung
yaitu koefisien evavotranspirasi (a), koefisien berliat 300 0.25 75
Liat
pengisian ( ), koefisien limpasan ( )),
koefisien kehilangan air ( ), dan karakteristik Hutan
belantara
iklim ( ). tertutup
Sedangkan untuk tinjauan kapasitas air pasir halus 100 2.50 250
tersedia yang tersimpan di dalam tanah akan lempung
berpasir halus 150 2.00 300
sangat bergantung pada tekstur tanah, jenis lempug
tanah serta kedalaman profil tanah yang berdebu 200 2.00 400
lempung
disesuaikan dengan zona perakaran tanaman berliat 250 1.60 400
[4]. Keadaa tekstur tanah akan menentukan Liat 300 1.17 350
jumlah kandungan air dalam tanah. Sumber:instruction and Tables for computing Potential
Berdasarkan besarnya tekstur tanah, di Evavotranspiration and the water Balance
Kalimantan Barat dapat dibedakan menjadi
32 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 27-36

Dari langkah-langkah di atas, maka parameter curah hujan beserta suhu udara
akan didapatkan harga indeks kekeringan (evapotranspirasi) dihubungkan dengan
berdasarkan persamaan 3 di atas suatu daerah karakteristik tanah dan vegetasi yang ada di
yang berdasar pada konsep bahwa curah tujuh titik penelitian.
hujan yang dibutuhkan untuk mencapai
Tabel 4 menujukkan tingkat
keadaan normal pada suatu periode tertentu
kemampuan tanah menahan air atau tingkat
disuatu tempat ditentukan oleh rata-rata iklim
ketersediaan air dalam tanah, yang dipengaruhi
dan kondisi cuaca selama periode yang telah
oleh tekstur tanah dan vegetasi yang ada di di
ditentukan.
atasnya, dalam penelitian ini terlihat bahwa
vegetasi ketujuh titik pengamatan masih
didominasi oleh hutan, dan alang-alang
(semak-semak) hal i8ni dilihat dari
persentasenya lebih tinggi dibandingkan
dengan tataguna lahan yang lain hal ini
mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah
tersebut sebagian besar belum dijamah oleh
penduduk menjadi lahan
pertanian/perkebunan, jenis vegetasi tersebut
memepengaruhi ketersediaan air dalam tanah
dimana system perakaran setiap vegetasi
berbeda-beda. Sedangakan jenis tekstur
tanahnya sangat bervariasi dari bertekstur
kasar samapi halus namun dari ketujuh
wilayah penelitian didominasi jenis tekstur
lempung berdebu dan liat.
Untuk lapisan-lapisan tanah, secara teori
lapisan atas digunakan lapisan yang biasa
digunakan sebagai lahan pertanian yang
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian kedalamannya sebesar 20 cm. Sedangkan
untuk lapisan kedua diperoleh dari zona
3. Hasil dan Pembahasan perakaran vegetasinya, sehingga analisis
lapisan kedua ini terdapat dua parameter yang
Analisis Pola Curah Hujan digunakan yakni jenis tekstur tanahnya dan
jenis vegetasi yang menutupi area penelitian,
Dari data curah hujan bulanan ketujuh
dimana tutpan vegetasi yang digunakan adalah
titik stasiun pengamatan menpunyai pola yang
vegetasi yang dominan pada wilayah
beda-beda, jika dihubungkan pola curah hujan
penelitian tersebut. Dengan dasar table
yang ada di wilayah Indonesia maka stasiun
karakteristik tanah dan vegetasi maka
Paloh dapat dikategorikan dalam pola Monsun,
diperoleh nilai AWCs (ketersedian air lapisan
pola monsoon ini mempunyai satu puncak
pertama) dan AWCu (ketersediaan air lapisan
curah hujan yakni pada bulan Desember,
kedua).
Januari dan Februari, sedangak keenam stasiun
Semakin halus/liat tekstur tanahnya
pengamatan yang lain mempunyai pola
maka AWCs-nya akan mempunyai nilai lebih
equatorial, dengan puncak maksimum curah
besar dibandingkan dengan AWCu hal ini
hujannya terdapat dua periode yakni setelah
disebabkan karena kemampuan tekstur tanah
peristiwa eqinoks yakni pada bulan April-Mei
yang halus menahan air lebih besar
dan September-Oktober.
dibandingkan dengan tekstur tanah yang lebih
Pola dan Tingkat curah hujan ini akan kasar. Nilai ketersedian air baik dilapisan atas
berpengaruh pada tingkat kekeringan yang maupun lapisan bawah juga berpengaruh pada
akan dibahas pada bagian berikutnya. Dimana tingkat kekeringan di wilayah pengamatan,
Estimasi Kekeringan Lahan Untuk Beberapa Wilayah Di Kalimantan Barat ….……..(A.Ihwan) 33

disamping tingkat curah hujan dan Nilai indek kekeringan yang tertinggi adalah
evapotranspirasi. 2,76 terjadi pada bulan November dan yang
terendah adalah -4,72 terjadi pada bulan
Analisis Tingkat Kekeringan Februari. Secara umum kategorinya tingkat
Pada Tabel 5 menunjukkkan bahwa kekeringan pada taraf Normal kecuali pada
pada umumnya tingkat kekeringan bulanan bulan Februari yakni kategori kering. Nilai
yang terjadi pada semua titik pengamatan estimasi dari tingkat kekeringan dapat dilihat
adalah Normal. Walaupun beberapa wilayah pada persamaan liniernya y = 0,417x – 3,25,
untuk bulan-bulan tertentu terdapat tingkat hal ini menandakan bahwa jika nilai curah
kekeringan yang ekstrim (terlampau basah dan hujan berubah sebesar 1 mm akan
terlampau kering) hal ini diduga akibat adanya menyebabkan terjadinya perubahan tingkat
fenomena atmosfer di wilayah Indonesia (El- kekeringan sebesar 0,417.
Nino/La-Nina dan Dipole Mode). Berikut ini
adalah gambar tentang grafik tingkat
kekeringan untuk ketujuh titik pengamatan
yang telah diolah berdasarkan metode indeks
palmer

Gambar 3. Grafik korelasi antara curah hujan


dengan tingkat kekeringan Kab. Pontianak

Gambar 2. Grafik korelasi antara curah hujan


dengan tingkat kekeringan Paloh

Pola indeks kekeringan di daerah Paloh


(Gambar 2) mengikuti pola rata-rata curah
hujan yang terjadi dengan tingkat korelasi
0,756. Nilai indek kekeringan yang tertinggi
adalah 3,78 terjadi pada bulan Januari dan Gambar 4. Grafik korelasi antara curah hujan
dengan tingkat kekeringan Kota Pontianak
yang terendah adalah -2,44 terjadi pada bulan
Agustus. Walaupun nilai tingkat kekeringan Untuk daerah Supadio yang (Gambar 4)
bervariasi namun kategorinya selama 12 bulan memperlihatkan bahwa tingkat korelasi antara
pada taraf Normal. Nilai estimasi dari tingkat rata-rata curah hujan dengan tingkat
kekeringan dapat dilihat pada persamaan kekeringan adalah 0,598 hal ini
liniernya y = 0,21x – 1,74, hal ini menandakan mengindikasikan bahwa pada saat tertentu
bahwa jika nilai curah hujan berubah sebesar 1 pola indeks kekeringan tidak selalu mengikuti
mm akan menyebabkan terjadinya perubahan pola rata-rata curah hujannya. Nilai indek
tingkat kekeringan sebesar 0,21 (laju kekeringan yang tertinggi adalah 2,76 terjadi
perubahan tingkat kekeringan = 0,21). pada bulan November dimana kategorinya
Pola indeks kekeringan di daerah dalam keadaan basah dan yang terendah adalh
Siantan (Gambar 3) mengikuti pola rata-rata -4,72 terjadi pada bulanAgustus dengan
curah hujannya dengan tingkat korelasi 0,735. kategori Normal. Nilai estimasi dari tingkat
34 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 27-36

kekeringan dapat dilihat pada persamaan Sedangkan untuk daerah Ketapang


liniernya y = 0,327x – 2,61, hal ini (Gambar 6) menunjukkan bahwa pola indeks
menandakan bahwa jika nilai curah hujan kekeringan juga mengikuti pola rata-rata curah
berubah sebesar 1 mm akan menyebabkan hujannya dengan tingkat korelasi 0,752. Nilai
terjadinya perubahan tingkat kekeringan indek kekeringan yang tertinggi adalah 7,04
sebesar 0,327. terjadi pada bulan Desember dan yang
terendah adalah -3,52 terjadi pada bulan
Agustus. Kategori tingkat kekeringan di
daerah ini bervariasi yakni dari kering sampai
basah. Nilai estimasi dari tingkat kekeringan
dapat dilihat pada persamaan liniernya y =
0,278x – 1,748, hal ini menandakan bahwa
jika nilai curah hujan berubah sebesar 1 mm
akan menyebabkan terjadinya perubahan
tingkat kekeringan sebesar 0,278.

Gambar 5. Grafik korelasi antara curah hujan


dengan tingkat kekeringan daearah Sintang

Untuk daerah Sintang (Gambar 5)


menunjukkan bahwa pola indeks kekeringan
juga mengikuti pola rata-rata curah hujannya
dengan tingkat korelasi 0,707. Nilai indek
kekeringan yang tertinggi adalah 4,80 terjadi
pada bulan Desember dengan kategori sangat
basah dan yang terendah adalah -2,54 terjadi Gambar 7 Grafik korelasi antara curah hujan
pada bulan Agustus dengan kategori normal dengan tingkat kekeringan Kapuashulu
Secara umum kategori tingkat kekeringan pada
taraf Normal kecuali pada bulan Desember Pola indeks kekeringan di daerah
yakni kategori sangat basah. Nilai estimasi Putusibau (Gambar 7)juga mengikuti pola
dari tingkat kekeringan dapat dilihat pada rata-rata curah hujannya dengan tingkat
persamaan liniernya y = 0,430x – 3,282, hal korelasi 0,799. Nilai indek kekeringan yang
ini menandakan bahwa jika nilai curah hujan tertinggi adalah 5,52 terjadi pada bulan
berubah sebesar 1 mm akan menyebabkan Desember dan yang terendah adalah -4,14
terjadinya perubahan tingkat kekeringan terjadi pada bulan Agustus. Kategori tingkat
sebesar 0,430. kekeringan di daerah ini bervariasi yakni dari
sangat kering sampai sangat basah. Estimasi
dari tingkat kekeringan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan linier y = 0,421x –
4,866, hal ini menandakan bahwa jika nilai
curah hujan berubah sebesar 1 mm akan
menyebabkan terjadinya perubahan tingkat
kekeringan sebesar 0,421.
Pola indeks kekeringan di daerah Nanga
Pinoh (Gambar 8) juga mengikuti pola rata-
rata curah hujannya dengan tingkat korelasi
0,699. Nilai indek kekeringan yang tertinggi
Gambar 6 Grafik korelasi antara curah hujan adalah 5,2 terjadi pada bulan Desember dan
dengan tingkat kekeringan daearah Ketapang yang terendah adalah -4,00 terjadi pada bulan
Agustus. Kategori tingkat kekeringan di
Estimasi Kekeringan Lahan Untuk Beberapa Wilayah Di Kalimantan Barat ….……..(A.Ihwan) 35

daerah ini bervariasi yakni dari kering sampai ketujuh daerah pengamatan dapat dikatakan
sangat basah walaupun yang dominan adalah bahwa pola tingkat kekeringan tetap mengikuti
kategori normal. Estimasi dari tingkat pola curah hujan tiap daerah hal ini dapat
kekeringan dapat dihitung dengan dilihat pada tingkat korelasinya yang cukup
menggunakan persamaan linier y = 0,552x – tinggi, kecuali untuk daerah Supadio
4,803, hal ini menandakan bahwa jika nilai mempunyai tingkat korelasi yang rendah.
curah hujan berubah sebesar 1 mm akan Sedangakan kategori kekeringan di semua
menyebabkan terjadinya perubahan tingkat daerah pengamatan didominasi dalam kategori
kekeringan sebesar 0,552. normal walaupun nilainya sangat bervariasi.

Daftar Pustaka

[1] Bayong, Tj.H.K., 2004. Klimatologi. Penerbit


ITB, Bandung.
[2] Chendy,T, Edi,Y, Yiyi, S, Hikmah, 2005,
Karakteristik Dan Evaluasi potensi Daya
Lahan Untuk Pengembangan pertanian Di
propinsi Kalimantan Barat, Balai Penelitian
Tanah, Departemen Pertanian
[3] Oldeman, L.R, Irsal Las and Muladi. 1980. An
Gambar 8 Grafik korelasi antara curah hujan Agroclimatic Maps of Kalimantan, Irian Jaya
dengan tingkat kekeringan Melawi and Bali, West and East Nusa Tenggara.
Skala 1: 2.500.000. Contr. Centr. Res. Inst.
Dari ketujuh daerah pengamatan dapat Of. Agric. Bogor.
[4] Syahbuddin, H., Yayan Apriyana, dan Irsal
dikatakan bahwa pola tingkat kekeringan tetap
Las. 2002. Karakteristik Curah Hujan, Indeks
mengikuti pola curah hujan tiap daerah hal ini Palmer dan Wilayah Rawan Kekeringan
dapat dilihat pada tingkat korelasinya yang Tanaman Pangan di Jawa Tengah. Penelitian
cukup tinggi, kecuali untuk daerah Supadio Pertanian Tanaman Pangan Vol.21 No.1.
mempunyai tingkat korelasi yang rendah. Puslitbangtan Bogor. Hal 63-73.
Tingkat korelasi yang bervariasi disebabkan
karena parameter yang digunakan dalam [5] Syahbuddin, H., Manabu D. Yamanaka, and
perhitungan bukan saja parameter curah hujan Eleonora Runtunuwu. 2004. Impact of
tetapi parameter suhu udara, tekstur tanah dan Climate Change to Dry Land Water Budget in
vegetasi di daerah terset juga masuk dalam Indonesia: Observation during 1980-2002
and Simulation for 2010-2039. Graduate
perhitungan. Sedangakan kategori kekeringan
School of Science and Technology. Kobe
di semua daerah pengamatan didominasi University. Publication in process.
dalam kategori normal walaupun nilainya [6] Syahbuddin, H., 2004, Zonasi Wilayah Rawan
sangat bervariasi. Kekeringan Tanaman Pangan, INOVASI
Vol.2/XVI, hal 36-40
4. Kesimpulan [7] Palmer, W. C., 1965. Meteorological
Pola curah hujan dari tujuh daerah Drought. Research Paper No. 45, U.S.
pengamatan merupakan pola equatorial kecuali Department of Commerce Weather Bureau,
daerah Paloh yakni pola monsoon. Dari Washington, D.C.
36 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 27-36

Tabel 4 Hasil Perhitungan Karakteristik Tanah untuk Tujuh Wilayah di Kalimantan Barat
Jenis tanah Lap Air tersedia
Daerah/
Tata Guna Lahan air tersedia tanah
Wilayah Tekstur AWCs AWCu
(mm/m) atas (m)

Sintang Alang-alang Pasir halus 100 0,2 20 80


Paloh Hutan Lempung berdebu 200 0,2 40 60
Kota Pontianak Alang-alang Liat 300 0,2 60 40
Ketapang Hutan Lempung berdebu 200 0,2 40 60
Melawi Hutan Lempung berdebu 200 0,2 40 60
Kapuas Hulu Hutan Liat 300 0,2 60 40
Kab Pontianak Alang-alang Liat 300 0,2 60 40

Tabel 5 Hasil Perhitungan Tingkat/Indeks Kekeringan untuk Tujuh Wilayah di Kalimantan


Barat
Tingkat Kekeringan/Wilayah
Bulan Kab. Kota
Paloh Sintang Ketapang Kapuashulu Melawi
Pontianak Pontianak
Jan SB N N B N B B
Feb N TK TK K N N B
Mar N N N N N N TB
Apr K N N N N TB B
Mei N N N N N N N
Jun N N N N N B N
Jul N N N N K N K
Ags K N N K SK TK TK
Sep N N N N N N TB
Okt N B B SB N N B
Nov N B B B SB SB SB
Des SB B B TB TB TB TB
Ket :
SB = Sangat Basah, N = Normal, K = Kering, TK = Terlampau Kering,
B = Basah, TB = terlampau Basah.

Anda mungkin juga menyukai