Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

STASE ILMU BEDAH

TUMOR VESIKA URINARIA

(BULI)

Disusun oleh

Anggita Fauzia H

2013730009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017
TUMOR BULI

Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung kemih) merupakan
keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih banyak mengenai laki-laki
daripada wanita. Terdapat kasus yang melaporkan, pernah mengeluhkan kencing yang berwarna
merah dan bercampur darah. Tetapi karena pernah mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi
di saluran kemih dan bisa sembuh atau hilang dengan minum obat tertentu, pasien kemudian menjadi
tenang. Tapi ketahuilah jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu bukan hanya berarti
infeksi, tapi bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing bahkan keganasan atau kanker di
saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan kencing darah yang berulang atau menetap dengan atau
tanpa rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus dianggap sebagai sebuah
masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.

Buli-buli

Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah ‘kantung’ dalam pelvis
yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin dialirkan ke kandung kemih melalui saluran yang
dikenal sebagai ureter. Kandung kemih dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu :

 Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal datangnya sel kanker.
 Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium.
 Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-lapisan otot halus
yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot kantung kemih.
 Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak, jaringan-jaringan,
dan pembuluh darah.
Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di bagian dalam
adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar otot longitudinal. Mukosa buli-buli
terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan
uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk
suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.
Secara anatomik, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan superior yang
berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan inferiolateral, dan permukaan posterior.
Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli

Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui
uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas
maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih 300-450 ml. Sedangkan kapasitas buli
pada anak menurut Koff adalah: (Umur + 2) x 30 ml.

Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di
atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-buli yang terisi penuh memberikan
rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral
S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi
sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

Perjalanan Penyakit

Karsinoma buli merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan keganasan


kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih sering
menyerang pria daripada wanita. Di daerah industri kejadian tumor ini meningkat tajam.

Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan
dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan sekitarnya.

Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran
limfogen menuju kelenjar limfe, perivesika, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis.
Penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.
Etiologi dan faktor resiko

Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa substansi-substansi
dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik (Hueper, 1942). Salah satunya adalah sifat
karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa dalam
urine dan menyebabkan asal tumor dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika
dalam waktu lama. Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah benzidine.

Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat di sekitar
kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma buli-buli adalah:

1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api, tekstil,
pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar oleh bahan
karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan 4-
aminobifamil).

2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih besar
dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen amin
aromatik dan nitrosamin.

3. Infeksi saluran kemih


Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.

4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan


Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika,
fenasetin, opium, dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat
meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli-buli.

Bentuk tumor

Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau
campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Jenis histopatologi

Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat
multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu di
pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel squamosa (±
10%) dan adenokarsinoma (± 2%).

A. Karsinoma sel transisional


Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini biasanya
berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi. Carsinoma in situ berbentuk datar (non
papiler anaplastik), sel-sel membesar dan nukleus tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh
dari lesi oksofitik, dapat juga fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar adalah tumor yang
sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari tumor papilari.

B. Karsinoma non sel transisional


 Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah:

1. Primer terdapat di buli-buli


Biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada beberapa aksus
sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada perjalanan lebih lanjut
dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli.

2. Urakhus persisten
Adalah sisa duktus urakhus yang mengalami degenerasi maligna menjadi
adenokarsinoma.

3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain, diantaranya
adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan endometrium.
 Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel
epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat
terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing schistosomiasis pada buli-buli,
dan pemakaian obat siklofosfamid secara intravesika.
 Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Merupakan tipe tumor yang jarang (kurang dari 2 % dari seluruh tipe tumor buli).
Tumor ini tidak memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari tumor lain,
dan kata undifferentiated merujuk kepada sifat alamiah sel-sel tersebut yang bersifat
anaplastik. Dalam karsinoma yang tidak terdiferensiasi, sel-selnya belum matang
sehingga diferensiasi ke arah pola yang jelas seperti papilari, epidermoid atau
adenokarsinoma tidak terjadi.

 Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara bentuk
transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi. Yang tersering adalah
campuran bentuk transisional dan skuamosa.

C. Karsinoma epitelian dan non epitelial


Karsinoma epiteliai di buli ditemukan dengan adenoma villi, tumorkarsinoid,
karsinosarkoma, dan melanoma. Karsinoma non epitelial ditemukan bersama dengan
feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma, dan tumor mesenkim

Stadium / Derajat invasi tumor

Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium menurut Marshall.

TNM Marshall Uraian


Tis 0 Karsinoma in situ
Ta 0 Tumor papilari invasif
T1 A Invasi submukosa
T2 B1 Invasi otot superfisial
T3a B2 Invasi otot profunda
T3b C Invasi jaringan lemak prevesika
T4 D1 Invasi ke organ sekitar
N1-3 D1 Metastasis ke limfonudi regional
M1 D2 Metastasis hematogen

Pembagian Grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :

1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil dengan dasar
yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah lamina propria, tidak ke
dalam dinding otot kantung kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat.
Dapat diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik, cenderung
menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar dari Grade 1,
dan berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering dapat diatasi dengan reseksi
transuretral. Kurang berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke dalam
muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di sekitar kantung kemih,
prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada organ limfe yang terpengaruh hingga
tahap ini. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih sensitif
terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah menyerang hingga
jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih
sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :

 Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum menginvasi


lamina propria

 Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun belum


menembus otot dinding vesika.

 Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai setengah


dari otot detrusor.

 Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.


 Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal atau
ke peritoneum.
 Stage D : tumor sudah bermetastasis.

Palpasi bimanual

Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan sesudah reseksi
tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau colok vagina, sedangkan
tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.

Gejala klinis

Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakit lain, yang
termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih, menunjukkan gejala yang
sama. Gejala pertama yang paling umum adalah adanya darah dalam urin (hematuria).
Hematuria dapat terlihat dengan mata telanjang, ataupun berada dalam level mikroskopik.
Gejala seperti adanya iritasi pada urinasi juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung
kemih, seperti rasa sakit dan terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi,
sering urinasi dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau tanpa sakit
biasanya menandakan adanya infiltrasi, walaupun tidak dalam semua kasus.

Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:

1. Tanpa disertai rasa nyeri (painless).


2. Kambuhan (intermitten).
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma in situ
atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi
bulu-buli.

Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang meminta
pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala
obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan
karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang
membesar di daerah pelvis.terdapat nyeri pinggang jika tumor menyumbat saluran kemih
sehingga terjadi hidronefrosis.

Diagnosis

Walaupun hematuria dan iritabilitas vesikal merupakan gejala yang paling sering dan
menonjol dalam tumor epithelial, kedua gejala tersebut juga seringkali terjadi sebagai bentuk
dari kondisi-kondisi lain yang melibatkan organ urogenital lain. Dalam tubuh orang dewasa,
terutama yang berumur di atas 40 tahun, harus diwaspadai secara serius akan kemungkinan
adanya kanker kandung kemih, terutama bila dalam urin tidak ditemukan adanya basil
tuberkulus.

Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya jarang ditemui
adanya kelainan karena tumor tersebut merupakan tumor epitel transisional kandung kemih
yang letaknya superfisial dari buli-buli.Tumor tersebut baru dapat diraba bila tumor tersebut
sudah tumbuh keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini mudah terjadi
metastasis ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-paru.

Ada beberapa alat diagnosa yang dapat digunakan untuk melakukan diagnosa terhadap kanker
kantung kemih. Namun sebuah diagnosa difinitif hanya dapat dilakukan setelah memeriksa
jaringan kantung kemih yang dilakukan oleh seorang patologis.
Beberapa pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk membantu mendiagnosis kanker buli:

1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah dan urin.
Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yang sudah lanjut.
Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar
ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat
kedua muara ureter. Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula:

 Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama


urin.

 Antigen permukaan sel dan flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan
kromosom sel-sel urotelium.

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan sebagai
pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran kemih termasuk
juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek pada buli-
buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum, dan
dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan
oleh tumor buli-buli tersebut. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah
satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat
dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan untuk melihat bila ada
metastasis ke paru-paru.

3. Sistoskopi dan biopsi

Sistoskopi dilakukan oleh urologis, mengevaluasi kantung kemih dengan


pemeriksaan visual langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu cytoscope.
Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan dengan cytoscopy. Banyak tumor yang muncul
dari bagian yang lebih tergantung dari kantung kemih, seperti basal, trigonum, dan daerah di
sekitar orifisium vesika. Namun mereka juga dapat muncul dimana saja.

Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada


penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45 tahun.
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat
dilakukan biopsi untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi
selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan
pada tumor superfisial (permukaan).
4. CT scan atau MRI
Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. CT scanning
merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan persimpangan-persimpangan dari
organ-organ yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar x-ray konvensional. MRI lebih sensitif
dari CT Scan, yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar limfe yang membesar
di dekat tumor yang menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar limfe.

Diagnosis Banding

 Tumor ginjal atau tumor ureter


 Endometriosis
 Benign Prostatic Hipertrofi
 Batu ginjal, ureter, buli
 Tuberculosis traktus urinarius
 Tumor cervix
Komplikasi

Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat ulserasi tumor. Pada
obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor menginvasi leher buli, maka dapat terjadi
retensi urin. Cystitis, yang mana sering kali berada dalam tingkat yang harus diwaspadai, merupakan
hasil dari nekrosis dan ulserasi dari permukaan tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam
kasus tumor-tumor yang tidak menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran darah, tetapi muncul
dalam 30 persen kasus dimana tumor menembus. Kantung kemih yang terkontraksi dengan kapasitas
yang sangat kecil dapat mengikuti ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding
kantung kemih.
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari komplikasi. Jika
pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama, kemungkinan hal tersebut adalah hasil dari
perawatan yang kurang profesional dan kurang layak pada tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul
di tempat lain di dalam kandung kemih harus berasal dari asal yang berbeda.

Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul karena disebabkan
oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut. Hidroneprosis dan urosepsis, dengan gagal
renal, toxemia, cachexia, dan kelelahan fisik dari iritabilitas vesikal, sering kali menjadi suatu
gambaran yang harus diperhatikan. Hidronefrosis dapat disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi
bilateral, terjadilah uremia.

Terapi

Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah reseksi buli-
buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi
selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:

1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau wait and
see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil, Siklofosfamid,
Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui
kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik. Terapi ini
dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi pada pasien
yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan tumor buli
superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.

Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan maintenan terapi
sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal sering terjadi, toksisitas
sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli. Pada apsien
gross hematuri sebaiknya menghindari cara ini karena dapat menyebabkan
komplikasi sistemik berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan membatasi intake
cairan sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi berbeda, tidak
berkemih 1-2 jam setelah terapi.

3. Sistektomi parsial, radikal atau total


Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang berlokasi di
sepanjang dinding posterolateral atau puncak buli. Pada sistektomi radikal dilakukan
pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau organ di sekitarnya. Pada pria, dilakukan
pengangkatan buli, jaringan lemak sekitarnya, prostat dan vesika seminalis. Pada
wanita dilakukan pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina anterior atas, ovarium.

Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan sekitarnya


(pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urin dari kateter dialirkan
melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:

a. Ureterosigmoidostomi
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak
banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.

b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin, sedangkan untuk
mengeluarkan urin dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma. Saat ini tidak
banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.

c. Diversi urin kontinen


Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan membuat stoma yang
kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan
melalui stoma dengan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang
terkenal adalah cara Kock pouch dan Indiana pouch.

d. Diversi urin Orthotopic


Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian dilakukan anastomosis
dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih
melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen.

4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif selain sistektomi
radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi lokal sering terjadi.

5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinum-Siklofosfamid


dan Adriamisin

Stadium Tindakan
Superfisial TUR Buli / Fulgurasi
(Stadium 0 – A) Instilasi intravesika

Invasif TUR Buli


(Stadium B-C-D1) Sistektomi/ radiasi
Metastasis Ajuvantivus kemoterapi
(Stadium D2) Radiasi paliatif

Pada pasienn tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau metastase jauh.
Dan sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif akan bermetastase jauh meskipun
sudah dilakukan sistektomi radikal dan radioterapi.

Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi menunjukkan respon yang baik


pada pasien tumor buli metastase. Respon meningkat pada pemberian kombinasi:
methotrexate, vinblastin, cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.

Kontrol berkala

Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala, dan secara
rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala itu
pada:

1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.


2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.
Prognosis

Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul papiloma
baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga
dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi lebih
invasif dan ganas. Sistektomi dan radio terapi harus dipertimbangkan kemudian.

Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi. Pada
tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat
untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi
sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5
tahun.

Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih. mereka memiliki
karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati proses perubahan ganas, menembus
lapisan membran dasar dan menembus dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu
dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin
menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin. Adalah sangat penting
untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga adanya tumor yang kembali datang dapat
dikenali lebih awal dan dapat diobati sebagaimana seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam
interval tiap enam hingga delapan bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu interval yang
dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.

Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau lambat akan
bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa kejadian metastasis dan ekstensi
ekstra vesikel secara langsung adalah proporsional dengan tingkat kedalaman sejauh apa tumor
tersebut telah menembus dinding kantung kemih.

Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna melenyapkan tumor
utama yang superfisial dan menembus akan dapat memberikan tingkat bertahan hidup 5 tahun yang
baik. Dalam kasus dari prosedur konservatif, bukti atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai
dari reseksi segmental atau sistektomi jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari tumor
yang superfisial yang mana terletak cukup dalam.

Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati muskularis biasanya tidak
lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan hidup 5 tahun dari kasus-kasus seperti ini
setelah sistektomi sederhana hanya 10 persen. Ketika tumor menembus hingga sangat dalam, muncul
kemungkinan kematian yang lebih tinggi setelah kegagalan untuk membuang semua tumor tersebut
dengan sistektomi. Elektrosisi transurethral dan elektrokoagulasi diketahui memberikan kenyamanan
untuk berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Terkadang radiasi eksternal dengan kontrol dari
hemorrhage dan transplantasi uretral ke dalam kulit akan mengurangi iritabilitas vesikal. Lebih jauh
lagi, pemecahan dari arus urinase dalam kasus tertentu dapat diikuti oleh penurunan dari masa total
dari tumor.

Secara umum, pandangan-pandangan sebagian besar bergantung pada apakah tumor tersebut
terlokasi di kantung kemih saja atau telah menyebar ke daerah di luar nya. Tumor yang terlokalisasi
biasanya telah menginfiltrasi kurang dari setengah jalan menembus muskularis. Sebuah prognosis
yang bagus dapat diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor
sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasi lewat
pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI. Radiologi
Diagnostik. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2000.
2. Purnomo,BB. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta: 2003.
3. W.B, Saunders. Campbell’s Urology sixth edition. WB Saunders Company.
Philadelphia : 1992.
4. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta : 2005
5. Hydronephrosis and Hydroureter. http://www.emedicine.com/med/topic1055.htm
Accessed on March, 10 2008.
6. Ash, J. E.: Epithelial Tumors of Bladder. J. Urol., 44: 135-145, 1940
7. Campbell, M. F.: Clinical Pediatric Urology. Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1951.
8. Corbus, B. C. and Corbus, B. C., Jr.: The Utilization of Heat in Treatment of Tumors of
Urinary Bladder: A Presentation of Technique. J. Urol., 57: 730-737, 1947.
9. Deming, C. L.: Biology Behavior of Transitional Cell Papilloma of Bladder. J. Urol., 63:
815-820, 1950.
10. Jewett, H. J. : Section on Neoplasms of the Bladder. Vol. 2 pp. 283-308, Cyclopedia of
Medicine, Surgery, Specialties. Philadelphia, F. A. Davis Co., 1950.

Anda mungkin juga menyukai