Anda di halaman 1dari 8

ARSITEKTUR DESKONSTRUKTIF

TEORI ARSITEKTUR 2

Disusun Oleh:

Aisyana Revi Archika W (I02160)

Galang Raka FebiyantoI0216033)

Joshua Cavin D

Felia Puspita D

Ravinsca Agita Hananto

DOSEN PEMBIMBING :

IR. MAYA ANDRIANA M.Eng


PENGERTIAN
Deconstructivism, atau deconstructivist architecture atau yang lazim
disebut dekonstruksi hadir pada tahun 1970an melengkapi berbagai
langgam arsitektur yang masuk dalam postmodernism atau langgam
post-modern.

AWAL MULA
Istilah Dekonstruksi pertama kali digunakan dalam Ilmu
Kesustraan dan Ilmu Filsafat Perancis dengan konotasi arti sebagai
metoda. Metoda dalam konteks filosofis yang dilahirkan dari konsep
anti-filosofis (Norris,1987).

GAGASAN DERRIDA
Pengertian ini digunakan oleh pencetus gagasannya, Derrida
(yang selanjutnya dikenal sebagai Bapak Dekonstruksivisme) untuk
mengembangkan konsep dekonstruksi kedalam berbagai eksperimen
yang mengekspresikan ciri kebebasan retorikal atas struktur
komposisi formal.
Oleh karena itu faham Derridean ini dipandang sebagai suatu
kontroversi besar dalam bidangnya, bahkan populer dengan sebutan
“the genius of Irony” (O’Hara, 1983). Dari berbagai latar belakang
diatas dapat digambarkan bahwa pandangan dekonstruksi lahir dari
suatu atmosfir yang berlandaskan pada konsep “filosofi-anti”.
Pandangan yang membatasi perspektif keabsolutan kebenaran,
menolak berbagai hubungan kausatif (sebab-akibat)
PEMAHAMAN DEKONSTRUKSI
1. Jalan untuk mendekati kebenaran bukannya melalui observasi,
melainkan melalui pemahaman arti atau makna.
2. Kontrol terhadap salah benarnya pemahaman tersebut tidak
dilaksanakan melalui test yang direncanakan melainkan melalui
interpretasi ( pemaknaan secara mendalam)
3. Pemahaman dari objek irasiona; dan imajinatif selalu
mendasarkan pemahamannya pada pra-pengertian dihasilkan
dari situasi-situasi reflektif.

PENGERTIAN KHUSUS
 Demikian pula dalam konteks arsitektural, dekonstruksi oleh
sementara kelompok dipandang telah memutarbalikan prinsip-
prinsip primordial dalam arsitektur (Zenghelis, 1988).
 Menjamurnya perkembangan dekonstruksi dalam arsitektur di
Amerika dan Eropa telah mengundang kontroversi baik pro
maupun kontra dalam berbagai media cetak. Hal tersebut
disebabkan karena berbagai tokoh dekonstruksi tersebut adalah
para arsitek besar yang sangat berpengaruh (influential)
terhadap arah kecenderungan arsitektur dewasa ini. Sejalan
dengan ciri konseptual dekonstruksi yang “licin”, semakin
memudahkan terjadinya salah interpretasi baik dalam
pengolahan komposisi maupun struktur pembacaannya
(Jenks,1988).

SEJARAH
o Dalam perkembangan arsitektur pada era post-modern,
terdapat beberapa kelompok yang berpikiran cenderung
mengatasi sebuah gambaran dunia modern melalui gagasan
yang sama sekali anti gambaran dunia. Kata kunci yang populer
untuk kelompok ini adalah ’’dekonstruksi’’.
o Penggunaan istilah dekonstruktif dalam arsitektur sendiri
sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1920 semasa
perkembangan arsitektur avant-garde di Rusia
o Penggunaan istilah dekonstruktif dalam arsitektur sendiri
sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1920 semasa
perkembangan arsitektur avant-garde di Rusia.
o Pada masa itu dekonstruktif lebih dipandang sebagai metoda
dari pada style (gaya) yang lebih baru dan maju.

TOKOH-TOKOH ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI


1. Frank Gehry
Frank Gehry merancang bangunannya
tampak sebagai suatu ekspresi benda seni
(scluptural) dari pada wadah suatu fungsi.
Sosok solid dan masif menjadi kesan suatu
kenihilan. Frank mengkomposisikan bidang dan
ruang tidak menggunakan prinsip-prinsip order
dari arsitektur klasik, secara utuh bangunan
memperlihatkan suatu komposisi yang terpuntir, retak bahkan
terkesan belum selesai.

2. Rem Koolhas
Dasar-dasar yang dipakai oleh Rem Koolhas
dalam mendesain bangunannya terletak pada
konsep kombinasi tipologi. Dari beberapa
karyanya membuktikan bahwa tipologi menjadi
suatu acuan utama dalam menampilkan masa,
blok bangunan dan fasad bangunan diwarnai
dengan keadaan yang abstrak yang terdidi dari
kotak-kotak kaca yang disusun secara repetitif dan tiba-tiba
dipecahkan oleh beraneka macam motif grafis seperti balkon-
balkon, bentukan segitiga merah, dan kotak-kotak biru, hal ini
bertujuan untuk kepentingan artistik agar bangunan menjadi lebih
memiliki daya jual.

3. Peter Eisenman

Peter Eiseman memiliki dasar pemikiran


dalam mengkomposisikan ruang-ruangnya
pada suatu keadaan yang
memutarbalikan order-order dalam arsitektur
klasik. Ruang yang terwujud di hiasi dengan
berbagai patahan-patahan, ruang melayang,
dan balok-balok yang terkesan beterbangan. Dalam perancangan
komposisi ruangnya Peter menekankan suatu sistem yang naratif
dengan urutan yang sistematis sehingga dapat mengeskspresikan
suatu komposisi superposisi dari sebuah perjalanan masa silam,
merasakan masa kini dan secara lamunan melayang ke masa yang
akan datang.

4. Bernard Tschumi

Pendekatan perancanagan yang digunakan


oleh Bernard Tschumi adalah Teori Manhattan
Transcript yaitu transgresi dan regresi. Teori ini
mendasarkan studi gerak manusia sebagai
dasar untuk menggerakan titik, garis dan bidang
dalam membentuk ruang. Dari ideologi ini
dapat terbaca bahwa dekonstruksi bukan style(gaya) melainkan
suatu proses yang bisa menghasilkan banyak gaya.
5. Zaha Hadid
Didalam karyanya Zaha Hadid menjulangkan
struktur berlapis yang terkesan lentur pada
karya-karyanya. Penyusunan denah dilakukan
dengan dimensi yang berbeda sehingga
menciptakan suatu komposisi void dan solid
yang sangat kaya dan sekaligus tidak efektif.
Filosofi “anti” tercermin dalam berbagai konsep
“dis-“ dan “de-“ pada semua karyanya yang anti pusat, anti as, anti
simetri, anti seimbang, anti selaras, dan anti fungsi. Berbagai hal
tersebut menempatkan dirinya sulit dikelompokan dalam arsitektur
pasca-fungsionalis karena bukan termasuk pasca-modern maupun
neo-klasik. Karyanya sejalan dengan dekonstruksi dan cenderung
kepada pasca-strukturalis.

CIRI CIRI ARSITEKTUR DESKONSTRUKTIF

Penampilan bidang-bidang simpang siur.


Garis-garis yang tidak beraturan dan bidang-bidang yang
bertabrakan.
Keseluruhan struktur terlihat-lihat runtuh.
Dekonstruksi membawa bentuk-bentuk geometri yang
cenderung berbentuk aneh. Hal ini disebabkan oleh adanya
pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-
bentuk geometri yang selama ini dikenal.

PRINSIP DALAM ARSITEKTUR DESKONTRUKTIF


 Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu
langgam yang dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki
kesempatan yang sama untuk berkembang.
 Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga tidak
timbul kecenderungan pengulangan ciri antara arsitek satu dan
yang lain hanya karena arsitek yang satu dianggap dewa yang
segala macam karyanya harus ditiru.
 Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus
diakhiri, sehingga perkembangan arsitektur selanjutnya harus
mengarah kepada keragaman pandangan dan tata nilai.
 Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolok ukur
keberhasilan suatu karya dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi
indera lain harus dapat dimanfaatkan pula secara seimbang.
WEDANGAN RUMAH LODJIE

Jl. Semarang - Surakarta, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai