Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PROYEK-IPS

“Mengedepankan Jati Diri Bangsa


dalam Upaya Membangun Karakter
Bangsa untuk Menuju Negara Maju"
Makalah Sosial

Nama Anggota Kelompok :

Ahmad Rafli Firman Rosyadi (01)


Akhdan Muhammad Zahran Wibisono (02)
Alif Muhammad Daffa (03)
Annisa Istikhomah (07)
Aura Jyan Rossy (08)
Bagas Megantara Hadi Putra (09)
Deddy Ferdiansyah (11)
Dimas Kikih Yulianto (13)
Khaidir Ade Rahman (20)
Mochammad Akbar (22)
Naufal Arrafi Dea Amabel (24)
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengedepankan Jati Diri Bangsa dalam
Upaya membangun Karakter Bangsa untuk Menuju Negara Maju” ini dengan baik dan lancar
sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Adapun maksud pembuatan makalah ini adalah sebagai
bentuk kepedulian kami dalam menyikapi budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat
akibat perubahan sosial.
Pada kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini secara langsung maupun
tidak langsung. Dalam pembuatan makalah ini kami juga merasa masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
dapt memotivasi kami dalm pembuatan makalah yang lebih baik di lain waktu. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Ketua kelompok Wakil Ketua


Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan Makalah..............................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Sosial...........................................................................
B. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial...............................................
C. Pengaruh Globalisasi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara...............
D. Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi..........................................
E. Perilaku Negatif Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial Budaya................
BAB III . PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
C. Daftar Pustaka.................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan itu adalah suatu yang dinamis, dengan demikian setiap kehidupan akan senantiasa
mengalami perubahan, dan pada konteks manusia, maka manusiapun juga akan mengalami
perubahan, baik ia sebagai individu maupun masyarakat. Dan dalam perubahan yang terjadi pada
masyarakat (sebagai kumpulan dari individu-individu) bisa terjadi dalam pola perilaku individu
maupun organisasi, perubahan dalam norma sosial, interaksi juga termasuk pendidikan.
Karena kehidupan itu dinamis, maka perubahan yang terjadi adalah suatu fenomena yang lumrah
atau normal pengaruhnya bahkan bisa menjalar dan merambah kebagian belahan dunia lain
dengan cepat dan efektif karena didukung oleh kemajuan komunikasi yang canggih dan modern.
Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi tanpa kita sadari juga sangat mempengaruhi
perubahan sosial yang juga akan berdampak pada pendidikan.
Suatu perubahan sosial yang terjadi sekecil apapun mungkin akan berakibat pada struktur
kehidupan masyarakat yang lainnya, misalnya pada perubahan gaya berpakaian akan
menghasilkan akibat pada ekonomi masyarakat, karena suatu model yang tren akan senantiasa
diikuti masyarakat yang menyenangi model-model pakaian yang terbaru. Sama halnya dampak
dari perubahan sosial akan berakibat pada pendidikan pada khususnya. Makalah berikut
mencoba menggali dampak dari perubahan sosial masyarakat terhadap Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial?
2. Apa saja faktor penyebab perubahan sosial?
3. Bagaimana upaya dan sikap kita sebaiknya mengantisipasi perubahan sosial?

1. Tujuan Makalah
1. Untuk memahami perubahan sosial
2. Untuk mengetahui faktor penyebab perubahan sosial
3. Untuk mengantisipasi perubahan sosial yang dapat berdampak negatif

BAB II. PEMBAHASAN


1. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-
unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara
sukarela akan dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan,
budaya, dan sistem-sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola
kehidupan, budaya dan sistem-sistem sosial yang baru. Hal-hal penting dalam perubahan sosial
menyangkut aspek-aspek berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku
masyarakat, dan perubahan budaya materi.
Menurut para ahli, perubahan sosial memiliki definisi sebagai berikut.
o Kingsley Davis mengatakan bahwa Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
o Mac Iver mengatakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam
hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan
sosial.
o William F. Ogburn mengemukakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup
unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh
besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
o Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru (inovasi) dalam masyarakat.
o Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan segala perubahan-
perubahan pada lembaga-lembagakemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya, nila-nilai, sikap dan pola perilaku
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada
lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang
kemudian mempengaruhi segi struktur masyarakat lainnya.
Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan
menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam
masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru,
pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor
penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
Menurut Soerjono Soekanto problema atau masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika
terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial
seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

2. Faktor Penyebab Terjadinya


Perubahan sosial terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola
pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru,
terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan
iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya
hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat
masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat
dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi
kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau
kebiasaan. Kebudayaan merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian dari kebudh itu saling
berkaitan satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur kebudayaan akan mempengaruhi unsur-
unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat contohnya ketika program listrik masuk desa mula-
mula dijalankan. Masuknya listrik ke pedesaan yang sebelumnya tidak ada listrik, membawa
perubahan besar dalam kehidupan penduduk desa yang sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani atau pengrajin tradisional. Perubahan itu begitu terasa pada peningkatan beragam
kebutuhan akan barang-barang elektronik (radio, televisi, kulkas).
Dengan memiliki perangkat elektronik tersebut, pola hidup mereka mengalami perubahan.
Waktu tidur berubah menjadi semakin larut, pranata-pranata hiburan juga ikut mengalami
perubahan. Ikatan-ikatan sosial masyarakat desa menjadi semakin mengendur, karena mereka
lebih banyak menghabiskan waktunya di depan pesawat televisi dibandingkan dahulu yang lebih
banyak berinteraksi di luar dengan sesama warga. Pertunjukan seni tradisional lebih banyak
ditonton di televisi dari pada melalui pertunjukan langsung di panggung-panggung. Selain itu
juga, dengan adanya penerangan lampu. Dari kenyataan ini, perubahan-perubahan lainnya akan
semakin terbuka dan berlangsung secara beruntun.
Menurut Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor internal
maupun eksternal sebagai berikut :
a. Faktor-faktor internal antara lain :
Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang berlaku di
masyarakat.
Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang berlaku. Apabila hal ini dibiarkan,
maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya sehingga mendorong perubahan.
Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk. Pertumbuhan penduduk akan
menyebabkan terjadinya perubahan unsur penduduk lainnya, seperti rasio jenis kelamin dan
beban tanggungan hidup. Banyaknya pendatang dari etnis dan budaya lain juga akan merubah
struktur sosial karena penduduk menjadi lebih heterogen.
b.Faktor-faktor eksternal antara lain :
Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, atau tsunami. Bencana alam
dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan fisik sehingga menuntut manusia
melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang telah berubah tersebut. Biasanya untuk bertahan
ataupun mengalami suatu bencana alam, manusia terkadang terlupa atau mungkin terpaksa
melanggar nilai-nilai dan norma sosial yang telah ada. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap
bertahan dalam menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana alam tersebut.
Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya berbagai sarana dan
prasarana kebutuhan hidup sehari-hari, terjadinya kekacauan ekonomi dan sosial, serta
tergoncangnya mental penduduk sehingga merasa frustasi dan tidak berdaya. Dalam kenyataan
yang lebih memprihatinkan, peperangan seringkali diakhiri dengan penaklukan yang diikuti
pemaksaan ideologi dan kebudayaan oleh pihak atau negara yang menang. Semua ini akan
mengubah kehidupan masyarakat dan kebudayaannya.
Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya. Kontak dapat terjadi antar etnis
di dalam suatu kawasan atau yang berasal dari tempat yang berjauhan. Interaksi antara orang
atau kelompok yang berbeda etnis dan kebudayaan yang tinggi akan memperluas pengetahuan
dan wawasan tentang budaya masing-masing, sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan
penyesuaian diri terhadap budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan penyesuaian diri ini pada
akhirnya akan mendorong terjadinya perubahan kebudayaan.

3. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Globalisasi memiliki pengaruh yang positif, yaitu membawa kemajuan, kesejahteraan, dan
keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi juga membawa pengaruh negatif, seperti
adanya budaya hedonisme, pendewaan pikiran nasionalisme, ilmu dan teknologi, sekularisme,
dan tipisnya iman.
Kita menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin dapat dihindari, kecuali kita dengan
sengaja menghindari interaksi dan komunikasi dengan pihak yang lain. Ketika seseorang masih
membaca surat kabar, menonton televisi, atau menggunakan alat lainnya, terlebih lagi dengan
menggunakan internet, ia tetap akan terperangkap dalam proses dan model pergaulan global.
Dalam era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan agama di
seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi, transformasi dan informasi sebagai hasil
dari modernisasi teknologi. Pertemuan dan gesekan tersebut akan menghasilkan kompetisi liar
yang berarti saling mempengaruhi dan dipengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakannya
nilai-nilai yang berbeda yang berakhir dengan kalah atau menang, saling bekerja sama yang akan
menghasilkan sintesa dan antitesa baru.
Pengertian globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
1) Sebagai Alat
Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi.
Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal yang positif apabila dipergunakan untuk tujuan
yang baik. Namun hal tersebut juga dapat mengandung hal-hal negatif bila dipergunakan untuk
tujuan yang tidak baik. Jadi tergantung siapa yang menggunakan dan apa tujuannya.
2) Sebagai Ideologi
Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri dan netralitasnya sangat
sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak suatu kepentingan sehingga akan
menimbulkan akibat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju. Disinilah timbulnya benturan
dan pertentangan.
a)Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet, kita dapat
berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita dapat menyaksikan hiburan
porno dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk yang sangat
konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala macam film kartun dan film-film yang
seharusnya tidak dilihat. Kita pun dapat dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang
terjadi di sinetron-sinetron kita (terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih dari 90%
menebar nilai-nilai negatif dengan ukuran keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus
disadari pula bahwa televisi juga banyak menayangkan program-program pengajian, ceramah,
diskusi, dan berita yang mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan kekerasan (violence)
akan lebih berkesan di benak anak-anak dibandingkan dengan petuah agama.
b) Tantangan
Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama yang tidak
menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja keras, menghargai orang
lain, rasa kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran. Kita wajib menyaring yang baik dan sesuai
dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima, sebaliknya yang buruk kit atolak.

4. Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi


Pengaruh globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap dalam merespons
globalisasi.
1.Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak semua pengaruh barat.
Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap kebudayaan barat sebagai musuh.
2.Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role model” untuk masa
depan, bahkan menjadikannya way of life mereka.

3.Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis menerima atau menolak
kebudayaan barat, mereka dapat menerima kebudayaan barat selama tidak harus mengorbankan
agama, kepribadian, dan kebudayaan yang ada. Sebaliknya mereka akan menolak kebudayaan
barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, akhirnya
kita dapat menentukan sikap sebagai berikut :
a. Aspek-aspek positif yang diterima
1) Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi,
transportasi, dan informasi akan dapat menebus batas-batas wilayah, budaya dan waktu. Di era
globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai sosial budaya. Melalui proses
seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif wajib kita terima, seperti kerja keras, disiplin,
kejujuran, penghargaan terhadap karya atau kerja orang lain, optimistis, kemandirian,
kesungguhan, tanggung jawab, law enforcement, ketaatan terhadap aturan, dan nilai-nilai agama.
Nilai-nilai yang diterima akan diserap sehingga memperkaya budaya kita.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jauh dari
negara-negara yang telah maju. Justru era globalisasi ini merupakan peluang baik untuk dapat
menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita akan dapat bersaing (berkompetisi) dalam
menghasilkan barang-barang yang berkualitas dengan harga murah.
3) Di bidang mental
Sikap mental seperti pasrah, menyerah, ketergantungan, kongkow-kongkow, dan santai wajib
kita ubah menjadi sikap kerja keras, disiplin dalam segala hal, serta menghargai dan
menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan bangsa, bangsa
yang maju pasti mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai contoh negara Jepang, Korea,
Hongkong, dan Singapura.
4) Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA (Asean Free Trade Agreement)
atau perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan APEC
(Asian Pacific Economy Cooperation) atau kerja sama ekonomi Asia Pasifik yang berlaku di
tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita menghadapi era liberalisme
perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita akan tetap survive (hidup) akan dicukupi dari
produksi luar negeri. Akibatnya bangsa kita akan tergantung sepenuhnya pada bangsa kita.
5) Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan untuk berhubungan dengan bangsa
lain. Kita akan dihadapkan dengan berbagai ideologi bangsa lain, seperti separatisme. Oleh sebab
itu, harus mempunyai ketahanan ideologi dan kesaktian Pancasila melalui sejarah. Pancasila
merupakan ideologi nasional, pandangan hidup bangsa (falsafah bangsa), dan dasar negara yang
harus dipertahankan. Sejarah telah membuktikan bahwa menyimpang dari Pancasila akan
membawa bencana bagi bangsa dan negara, seperti pada tahun 1949 – 1959 (masa liberalisme)
dan pada tahun 1959 – 1965 (masa demorasi terpimpin).
6) Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya perpecahan akan membawa
kehancuran terhadap negara ini. Persatuan dan kesatuan akan membawa rasa aman, damai,
tentram dan sejahtera. Banyak faktor di era globalisasi yang akan menimbulkan benturan dan
gesekan dengan budaya lain, seperti individualistis, sekularisme, dan gaya hidup serba bebas
(dalam arti negatif). Oleh sebab itu kita harus waspada, kita harus dapat mengatasi setiap
hambatan, ancaman, gangguan, dan tantangan.
b.Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak
Kita telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak memiliki lagi batas-batas
wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di sana, terjadi juga di sini dalam waktu yang sama
dan tidak ada sensor. Kita dihadapkan pada suatu pilihan, menerima atau menolak. Dalam
menentukan pilihan wajib mempunyai filter (penyaring), yaitu agama (iman), Pancasila, norma-
norma budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila tidak, maka nilai-nilai kemaksiatan akan masuk
dan merusak bangsa kita.
1) Di bidang sosial budaya
Dalam era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai budaya tidak mungkin
dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan menimbulkan sikap isolasi, ketertutupan, eksklusif,
dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi apabila kita berperan aktif berarti akan menghasilkan
keterbukaan dan rasa lebih. Paling tidak kita dapat bersikap akomodatif terhadap hal-hal yang
masih bisa ditolerir.
Kita harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, akibat prosesnya yang
lama dan apabila sudah termakan akan menghilangkan nilai-nilai dan identitas bangsa.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih maju daripada yang kita
miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu dan teknologi itu sesuai dengan norma-norma,
kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya apakah penerapannya akan berdampak negatif
terhadap lingkungan dan menimbulkan pengangguran? Semua itu perlu pengkajian lebih lanjut.
3) Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan “modern”, seperti pengaruh
model pakaian, rambut, makanan, dan minuman tanpa memperhatikan yang halal atau yang
haram.
4) Di bidang ekonomi
Salah satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi (persaingan) secara sehat, artinya
berdasarkan peraturan yang berlaku. Kompetisi dapat berlaku dalam kualitas, harga (murah), dan
pelayanan (cepat, tepat, dan sopan). Dengan kompetisi akan terjadi pengelompokan perusahaan,
yang kuat dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak baik akan mati (gulung tikar). Terjadilah
kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan
sosial berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 tidak mungkin tercapai. Pertanyaan adalah kemana
perekonomian Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5) Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era globalisasi, karena maraknya
paham-paham lain masuk ke bumi Indonesia, seperti liberalisme, komunisme, sekularisme,
individualisme, egoisme, dan sebagainya. Semua ideologi asing tersebut tentu bertentangan
dengan ideologi Pancasila yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan, gotong
royong, musyawarah untuk mufakat, dan lain sebagainya.
6) Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan tindakan kejahatan yang makin meningkat,
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pendidikan agama perlu kita tingkatkan
pula. Pendidikan agama bukan hanya dalam segi pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada
pengalaman yang dimulai sejak sedini mungkin.

5. Perilaku Negatif Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial Budaya

Penyalahgunaan Teknologi
Teknologi disisi lain dapat memudahkan dan membantu kehidupan manusia jika digunakan
secara bijaksana. Akan tetapi ketika teknologi digunakan secara tidak bijaksana, akan
menimbulkan dampak negatif. Misalnya saja teknologi internet digunakan oleh sebagian orang
untuk pornografi dan melakukan kejahatan di dunia maya
Perilaku Kebarat-Baratan
Westernisasi adalah suatu asimilasi kebudayaan barat atau proses sosial yang memperkenalkan
kebiasaan dan praktik-praktik peradaban Barat. Hal ini terjadi karena mereka menganggap semua
yang dari Barat modern. Mereka bertingkah seperti orang Barat agar dianggap modern. Buktinya
yaitu gaya hidup mereka yang ala barat, mulai dari cara berpakaian hingga pola makan.
Bila diamati, budaya Barat berpotensi mengubah cara berpikir, cara bekerja, dan cara hidup kita.
Ketiga aspek ini tak semuanya negatif atau positif. Dari ketiga aspek itu, cara hidup lebih cepat
berubah daripada cara berpikir ataupun cara bekerja. Tanpa sadar masyarakat membiarkan
kebudayaan Barat mengubah pola hidup mereka. Gaya hidup masyarakat yang khas sudah mulai
menghilang
Konsumerisme
Konsumerisme merupakan sikap atau perilaku suka membeli barang untuk mendapatkan
prestise atau gengsi tertentu, tanpa memperhatikan kegunaanya. Perilaku seperti ini lebih
mendahulukan pemenuhan keinginan dengan gaya hidup mewah daripada pemenuhan kebutuhan
pokok.

BAB III. PENUTUP


Kesimpulan

Gejala perubahan sosial dalam hal ini adalah Globalisasi budaya masyarakat Indonesia
cenderung kearah negatif.Ini dapat dilihat dari timbulnya berbagai macam problema sosial yang
akhir-akhir ini sudah terjadi di lingkungan kita, termasuk salah satunya adalah konsumerisme.
Bangsa Indonesia harus beranjak dari posisi sebagai konsumen menjadi produsen.Diperlukan
strategi untuk mengkaji kembali secara dinamis nilai-nilai budaya bangsa yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menghadapi tantangan masa depan. Patut pula untuk disadari bahwa terdapat
kendala-kendala yang membutuhkan kecermatan yang mendalam dalam proses pewarisan nilai
itu.
Perkembangan budaya konsumerisme menguntungkan para pemilik modal dan memanfaatkan
masyarakat yang menjadi objek. Peran kita sebagai generasi muda seharusnya mempunyai
pikiran kritis untuk menyadari adanya hal ini dan menentang budaya tersebut karena
hanya merugikan bagi kita, serta jangan sampai kita menjadi orang (agen) yang mendukung
dan mengembangkan hal tersebut. Budaya konsumerisme telah menjadikan mahasiswa lupa
dengan posisi mereka sebagai intelektual dan menjadikan mereka agen yang terjebak dalam
posisi tersebut.”Budaya merupakan bentukan manusia dan dapat dirubah oleh manusia,
kesadaran kritis dan proses transformasi sosial dapat dilakukan untuk merubah keadaan menjadi
lebih baik”.

Saran

Masyarakat harus bersikap positif dalam menunjukkan bentuk penerimaan terhadap arus
modernisasi dan globalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya
menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih
dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima
perubahan dan kemajuan zaman.
2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap
terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus
memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi. Kaitannya
dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh
yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai
pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi
kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif
merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan
globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki
pengaruh positif bagi si pelaku.
4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku
manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali.
Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus
dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh
meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu
negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai
masyarakat.

Daftar Pustaka
Anna Yulia Hartati, Staf Pengajar FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang Illustrasi Barma
Wikipedia
http://sosial-budaya.blogspot.com/
Arifin, H. M. , Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Terj. Paulus Wirutomo, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003)

Fauzan, 2009, Landasan Sosial Budaya Sosial Budaya


Pendidikan,http://defauzan.wordpress.com, di akses 18-03-2011.

Tirtosudarmo, Riwanto, Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Indonesia,


(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarma Indonesia, 1994)

Wahyu, Dr. H., MS, Memahami Perubahan Sosial: Aplikasi Teknik Pengendalian dan Analisis
Lingkungan Organisasi, (Banjarmasin; Makalah Disampaikan pada Acara Pelatihan
Kepemimpinan Mahasiswa Regional Kalimantan, tgl. 2 s.d. 6 September 2007)

Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam


Tradisional), (Jakarta: Quantum Teaching, 2004)

http://tohacenter.blogspot.com/2009/09/dampak-perubahan-sosial-masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai