Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KDM

BAB II

KAJIAN TEORI

A.PENGERTIAN
Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang
didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang
dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa
gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan
bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental,
masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan
patofisiologis, (CHS,1992).

JENIS PEMBEDAHAN DAN ANASTESI

Secara umum ada dua:


1.Jenis pembedahan berdasarkan lokasi terdiri dari:
· Bedah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
· Bedah toraks (dada)N
· Bedah neurologi (syaraf)
· Bedah orthopedic (tulang)
· Bedah urologi (saluran perkemihan)
· Bedah kepala leher
· Bedah digestif (saluran pencernaan)
· Bedah caesar dan masih banyak lagi lainnya.
2. Jenis pembedahan berdasarkan tujuan terdiri dari:
· Pembedahan diagnostic, yang bertujuan untuk menentukan sebab
terjadinya gejala dari penyakit seperti biopsy, eksplorasi dan laparotomi.
· Pembedahan kuratif, pembedahan yang dilakukan untuk mengambil
bagian dari penyakit, seperti pembedahan apendiktomy.
· Pembedahan restorative, pembedahan yang dilakukan untuk
memperbaiki deformitas (kecacatan) dan untuk menyambung daerah yang
terpisah.
· Pembedahan paliatif adalah pembedahan yang dilakukan untuk
mengurangi gejala saja dan tidak untuk mengurangi penyakit
· Pembedahan kosmetik adalah pembedahan yang dilakukan untuk
memperbaiki bentuk dalam tubuh misalnya rhinoplasty (operasi untuk
membuat hidung menjadi lebih mancung)
Berdasarkan jenis anestesi terdiri dari :
· Anestesi umum merupakan suatu tindakan pembiusan yang dilakukan
untuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran dan
menimbulkan relaksasi serta hilangnya perasaan. Pada umumnya metode
pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena
· Anestesi regional merupakan jenis anestesi yang dilakukan untuk
meniadakan proses kejutan pada ujung atau serabut syaraf serta ada
hilangnya perasaan pada daerah tubuh tertentu akan tetpai pasien masih
sadar. Metode pemberian yang digunakan adalah melakukan blok syaraf,
memblok regional intravena dengan tourniquet, blok daerah spinal dan
melalui epidural.
· Anestesi lokal merupakan anestesi yang dilakukan untuk memblok
transmisi impuls syaraf pada daerah yang akan dilakukan tindakan serta
perasaan pada daerah tertentu dan pasien tetap dalam kondisi sadar. Metode
yang digunakan adalah inflitrasi atau topical.
· Hipno anestesi merupakan anestesi yang dilakukan untuk membuat
status kesadaran pasif secara artificial/ buatan sehingga terjadi peningkatan
ketaatan kepada saran atau perintah serta mengurangi kesadaran dan
membuat perhatiannya menjadi terbatas.
· Akupuntur merupakan anestesi yang dilakukan untuk memblok
rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya endorphin tanpa
menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau
electrode pada permukaan tubuh.
B.PERAWATAN BEDAH DAN PERSIAPAN
1.PRE OPERASI
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang
menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan
yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis
dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi.
Persiapan klien di unit perawatan
I. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang
normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya
dalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan
lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di
berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate
pada fraktur femur, hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,
pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca
operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
1. Latihan nafas dalam
2. Latiihan batuk efektif
3. latihan gerak sendi
1. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini
segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan
lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
• Letakkan tangan diatas perut
• Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi mulut tertutup rapat.
• Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan,
udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
• Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
• Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
2. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga
ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau
sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
• Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan
dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
• Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
• Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan
tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena
bisa terjadi luka pada tenggorokan.
• Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya
terhadap incisi.
• Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
• Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan
dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk
menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk.
3. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani
menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika
pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat
kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir
pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya
dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan
pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun
kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien
diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang
akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh
dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi
fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor
usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko
pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik
pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :


1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut
mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada
usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak
disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap
pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama
pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut
mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses
penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori,
air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng
(diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak,
terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas
meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi
dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena
tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring
dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari
pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler,
endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan
insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori
untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah
sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca
pembedahan sangat tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrinPada pasien yang mengalami
gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol,
bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan
adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan
akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat
pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang
mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat-
obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter
bedahnya. 5. Merokok Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan
mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh
darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.

6. Alkohol dan obat-obatanIndividu dengan riwayat alkoholik kronik


seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, sperti
gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan.
Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk.
Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan
lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT.

Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG, dan lain-lain.

Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering


dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan
dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi
yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen,
foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT,
ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan
juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
Persiapan mental/psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis (Barbara C. Long)
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara
lain:
1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum
operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan
meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami
menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula,
akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap
orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami
pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti:
meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang
tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan
yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji
mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi
stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan
untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan
kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien,
faktor pendukung/support system.
Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat
menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
• Pengalaman operasi sebelumnya
• Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi
• Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
• Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas
kamar operasi.
• Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
• Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi
dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk
efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak
operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa
operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah
merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya
sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan
mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung
oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental
pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan
hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan
dengan berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu
operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi,
menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan
pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada
keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal
yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang
sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan
menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa,
dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari
pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian
informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar
operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat
pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien,
keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas
kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang
terletak di depan kamar operasi.
Obat-obatan pre operasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-
obatan permedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan
waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan
biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di
berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi,
antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai
dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah
ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
Persiapan pasien di kamar operasi
Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke
ruang perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum
tindakan bedah dilakukan. Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah
prosedur administrasi, persiapan anastesi dan kemudian prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu
berupa tindakan drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan
peralatan alat tenun (disebut : duk) steril dan hanya bagian yang akan di incisi
saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan zat desinfektan seperti
povide iodine 10% dan alkohol 70%.
Prinsip tindakan drapping adalah:
• Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan
prosedur drapping.
• Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan
baik dan benar prosedur dan prinsip-prinsip drapping.
• Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan
tang digunakan steril dan tidak bocor.
• Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai
omloop harus berdiri di belakang instrumentator untuk mencegah
kontaminasi.
• Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.
• Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai
dan harus di jaga kesterilannya.
• Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan
kertas water prof atau plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat
tenun steril.
Teknik Drapping :
• Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus
kering
• Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan
memepertahankan prinsip steril
• Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
• Pegang drape sedikit mungkin
• Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat tenun
steril tanpa perlindungan gaun operasi.
• Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah
yang tidak steril.
• Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati
menyentuh lampu operasi)
• Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop
bertugas menyingkirkan alat tenun tersebut.
• Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum
tertutup.
• Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala
meja operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
• Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut
dianggap terkontaminasi.
Tindakan keperawatan pre operetif merupakan tindakan yang dilakukan oleh
perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan mental
sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya
dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan
kerjasama yang baik antara masing-masing komponen yang berkompeten
untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara
paripurna.
Perawatan klien selama pembedahan berlangsung membutuhkan persiapan
yang baik dan pengetahuan tentang proses yang terjadi selama pembedahan.
1. Ruang sementara
Pada sebagian rumah sakit, klien lebih dulu pergi ke ruang tahanan sementara
yang berada di ruang operasi. Di sana perawat menjelaskan tahap-tahap yang
akan dilaksanakan untuk menyiapkan klien selama pembedahan. Di dalam
ruang tahanan sementara, perawat, perawat anestesi atau ahli anestesi
memasang kateter infus ke tangan klien untuk memasang kateter infus ke
tangan klien untuk memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan obat-
obatan melalui intravena.

2. Kedatangan Klien ke Ruang Operasi


Perawat memindahkan klien ke ruang operasi dengan menggunakan banker.
Perawat ruangan operasi memeriksa identifikasi dan kardeks klien, melihat
kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan
fisik, dan berbagai pemeriksaan. Pastikan bahwa alat prostese dan barang
berharga sudah dilepas, dan memeriksa kembali rencana perawatan
praoperasi yang berkaitan dengan rencana perawatan intraoperasi.

3. Pemberian Anestesi
Klien yang menjalani pembedahan akan menerima anestesi dengan salah satu
dari tiga cara sebagai berikut : umum, ragional, dan lokal. Anestesi umum,
klien akan kehilangan seluruh anestesi dan kesadarannya. Klien juga
mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan.
Anestesi regional, induksinya menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah
tubuh tentu. Metode induksi mempengaruhi bagian aluran seensorik yang
diberi anestesi. Pembedahan mayor seperti perbaikan hernia, histerektomi
vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional hanya
dilakukan dengan induksi infiltrasi. Selama pembedahan berlangsung klien
dengan anestesi regional akan tetap sadar kecuali jika dokter
memprogramkan pemberian transquilizer yang dapat menyebabkan klien
tertidur. Anestesi lokal, meyebabkan hilangnya sensasi pada daerah yang
diinginginkan. Misal, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata. Obat
anestesi (misal: lidokain menghambat konduksi syaraf sampai obat ke dalam
sirkulasi.

4. Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan


Posisi yang dipilih biasanya ditentukan oleh teknik bedah yang digunakan.
Idealnya, posisi klien diatur agar dokter bedah mudah mencapai tempat
pembedahan. Dan fungsi sirkulasi serta pembedahan adekuat. Posisi tidak
boleh mengganggu struktur neuromoskuler. Kenyamanan dan keselamatan
klien harus diperhatikan. Tim harus mencatat usia, berat badan, tinggi badan,
status nutrisi, keterbatasan fisik, dan kondisi yang ada sebelum pembedahan
serta mendokumentasikannya untuk mengingangat petugas yang akan
merawat klien setelah operasi ( Walsh, 1993).

5. Peran Perawat Selama Pembedahan


Perawat melakukan satu dari dua peran selama pembedahan berlangsung,
yaitu seebagai perawat instrumentator, atau perawat sirkulator. Perawat
instrumentator / scrubners memberikan instrumen dan bahan-bahan yang
dibutuhkan oleh dokter bedah selama pembedahan berlangsung dengan
menggunakan teknik aseptik pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan
instrumen pembedahan. Peran sirkulator adalah asisten perawat
instrumentator dan dokter bedah. Saat klien pertama kali masuk ke dalam
ruang operasi, perawat sirkulator membantu posisi klien dan menyediakan
alat dan duk bedah yang dibutuhkan dalam pembedahan

6. Dokumentasi Keperawatan Intra Operasi


Selama fase intraoperatif, petugas melanjutkan rencana asuhan preoperatisi.
Misal aseptitif yang ketat harus dilakukan untuk meminimalkan resiko
operasi beda. Dokumentasi perawatan intraoperatif memberi data yang
diperlakukan perawat untuk merawat klien sampai selesai.

SHARE THIS:

 Twitter

 Facebook

BERIKAN BALASAN

HALAMAN
 About
 KERAGUANKU
 MAKALAH KDM
 Perangkat Lunak Pengolah Data
 Proses Fotosintesis pada tumbuhan Hijau
 BAB 1 INTERNET DAN INTRANET
 TUGAS LKS HAL 14
 TUGAS LKS HAL 17
 ISTILAH-ISTILAH DALAM INTERNET
 ULANGAN BAB 1
 BAB 2 SISTEM JARINGAN KOMPUTER
 FUNGSI MODEM
 PERANGKAT LUNAK KOMPUTER
 PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI (OPERATING SYSTEM)

Anda mungkin juga menyukai