Anda di halaman 1dari 86

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DITINJAU DARI SHIFT KERJA

PADA KARYAWAN PT. TIRTA ALPIN MAKMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Universitas Medan Area

Oleh :

Yahya Rudianta Barus

12.860.0029

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2017
JUDUL SKRIPSI :PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DITIJAU DARI
SHIFT KERJA PADA KARYAWAN PT. TIRTA ALPIN
MAKMUR

NAMA MAHASISWA : YAHYA RUDIANTA BARUS

NPM : 12.860.0029

JURUSAN : PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI

MENYETUJUI

KOMISI PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(Hj. ANNAWATI DEWI P, S.Psi, M.Psi) (NAFEESA, S.Psi, M.Psi)

MENGETAHUI

Ka. BAGIAN DEKAN PSIKOLOGI

(SYAFRIZALDI, S.Psi, M.Psi) (Prof.Dr.H.Abdul Munir, M.Pd)

Tanggal Sidang Meja Hijau

24 November 2017
DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUJI SKRIPSI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAN DITERIMA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN

DARI SYARAT-SYARAT GUNA MEMPEROLEH

GELAR SARJANA PSIKOLOGI

PADA TANGGAL

24 November 2017

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Medan Area

Dekan

(Prof. Dr. H Abdul Munir, M.Pd)

DEWAN PENGUJI TANDA TANGAN

1. Prof. Dr. H. Abdul Munir, M.Pd

2. Nurmaida Irawani S, S. Psi, M.Psi

3. Hj. Annawati Dewi P, S. Psi, M.Psi

4. Nafeesa, S. Psi, M. Psi


KATA PENGANTAR

Pada tempatnya yang pertama dan utama di hati ini, penulis panjatkan puji dan rasa
syukur kepada Ilahi rabbi Allah SWT. Kemudian, shalawat serta salam – Nya,mudah –
mudahan terlimpah curah ke pangkuan baginda Rasulullah SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya, dan umatnya yang masih turut dengan ajarannya. Amin.
Berkat rahmat dan karunia – Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan
Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemandirian siswa ditinjau dari keluarga utuh dan
tidak utuh”.
Kelancaran proses penulisan Skripsi ini berkat bimbingan, arahan, dan petunjuk serta
kerja sama dari berbagai pihak, baik pada tahap persiapan, penyusunan hingga
terselesaikannya Skripsi ini. Penulis dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih
dan penghargaan setinggi – tingginya khususnya kepada Ayah, ibu yang penulis cintai,
senantiasa memberi bantuan moril dan materil dorongan sampai terselesainya. Peneliti
juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para pembimbing, yaitu ibu Hj.
Annawati Dewi Purba, S. Psi. M. Psi dan ibu Nafeesa, S.Psi. M. Psi. yang telah
membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itulah, kritik dan saran yang sifatnya mendidik, dan dukungan yang membangun,
senantiasa penulis terima.
Medan, November 2017

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya susun, sebagai syarat memperoleh gelar sarjana

merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian – bagian tertentu dalam penulisan

skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan jelas

sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi –

sanksi lainnya dalam perturan yang berlaku, apabila kemudian hari ditemukan adanya plagiat

dalam skripsi ini.

Medan, November 2017

Yahya Rudianta Barus

12 860 0029
Motto

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan

doa, kareana sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan

sendirinya tanpa berusaha

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk

menyelesaikannya. Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh

keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan


Persembahan

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Allah SWT yang Maha Esa, nan Maha Agung

Atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu dan

beriman

Semoga anugerahmu ini menjadi langkah awal bagiku untuk menggapai anganku

Teruntuk Mama dan Abah terimakasih atas doa, semangat, dan cinta kasih yang tak

punya takaran untuk dapat di takar...

Terimakasih untuk terus menyebut namaku di dalam doa mu...

teruntuk saudara – saudara ku, Adik tercintaku Fildzah Tamimi dan adik kecilku Putri

Alzahra terimakasih senantiasa

memberi semangat dan mendoakan tanpa perlu memperlihatkan...

Terima kasih yang sebesar- besarnya untuk semua yang selalu mendukung bukan

dibelakang tetapi disamping saya...

Semoga kita selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT ....Amin
Ucapan Terima Kasih

Assalamualaikum Wr, Wb

Alhamdullilahirabbil’alamin atas, segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah

SWT, karena atas ridho- Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “

Perbedaan Kelelahan Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada karyawan Pt. Tirta Alpin

makmur”. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat. Proses

penyusunan ini tidak sekedar pemenuhan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh

derajat kesarjanaan Strata 1, namun lebih pada suatu proses untuk memperluas wawasan,

memperkaya batin dan menambah bekal peneliti dalam menghadapi masa depan.

Terima kasih yang sebesar – besarnya peneliti hanturkan kepada semua pihak yang

telah membantu dalam terwujudnya skripsi ini:

1. Drs. M. Erwin Siregar,MBA selaku ketua Yayasan Pendidikan Haji Agus Salim.

2. Prof. Dr. H. A. Ya’kub Matondang , MA selaku Rektor Universitas Medan Area.

3. Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Medan

Area sekaligus selaku Dosen ketua dalam struktur penguji dalam siding saya.

4. Ibu Hj. Annawati Dewi Purba, S. Psi, M. Psi. selaku dosen pembimbing pertama, atas

segala kebaikan dan kesabaran selama membimbing, serta memberikan kepercayaan

dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir.

5. Ibu Nafeesa, S.Psi. M.Psi selaku dosen pembimbing kedua yang memberikan saya

kemudahan dalam memenuhi setiap syarat untuk menyelesaikan tugas akhir

6. Terima kasih untuk bapak Nurmaida Irawani Siregar, S. Psi, M. Psi. sebagai sekretaris

dalam struktur penguji dalam sidang saya.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Medan Area atas bekal ilmu yang diajarkan

selama ini, serta memberikan nasehat dan motivasi kepada peneliti.


8. Seluruh staf tata usaha dan perpustakaan atas segala kemudahan dalam mengurus

administrasi serta referensi buku, dari awal kuliah hingga selesai.

9. Bapak Simon Ginting selaku kepala Desa Ujung labuhan sekaligus paman saya, yang

telah membantu saya meminta izin melaksanakan pengambilan data

10. Bapak William Tjahja direktur PT. Tirta Alpin Makmur, yang telah memberikan izin

dalam melaksanakan pengambilan data.

11. Seluruh karyawan produksi PT. Tirta Alpin Makmur, saya ucapkan terima kasih

12. Orang tua tersayang. Bapakku tercinta Eryanto dan ibunda tercinta Maryana Ginting.

Terima kasih banyak untuk doa, kasih sayang, perhatian, motivasi, dan dukungan

yang sudah diberikan. Tanpa itu semua peneliti tidak bisa seperti sekarang ini. Tanpa

doa dan restumu peneliti tidak akan sampai seperti ini. Meskipun Bapak dan mamak

jauh di Bangka Belitung sana, doa kalian selalu menyertaiku.

13. Adik tersayang. Tridia Putra Gunanta Barus. Terima kasih banyak untuk setiap

bantuan dan dukungan yang sudah diberikan dan selalu menemani peneliti dalam

setiap urusan penelitian.

14. Bibi-bibi saya yang ada disini, terima kasih untuk kasih sayang dan perhatian yang

sudah diberikan. Terima kasih karena selalu mengingatkan apabila ada kesalahan

yang peneliti lakukan.

15. Andi, Fahri, nisa, dan cindy. Mereka teman yang selalu membantu saya baik ketika

saya menulis tentang penelitian ini maupun ketika saya sedang kesusahan dan teman

perjuangan lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16. Kakak sepupu saya Nanda Br Sembiring, dia kakak yang paling smart saya rasa, di

mengajarkan kepada saya kegagalan bukan lah akhir dari segalanya. Saya akan selalu

ingat pesan kakak tersebut


17. Teman-teman seperjalanan dan seperjuangan skripsi yang telah banyak mengisi hari-

hari dari awal kuliah sampai menyelesaikan kuliah. Setiap kenangan yang diberikan

begitu berharga.

18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan

yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

Akhir peneliti menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangannya.

Untuk itulah, kritik dan saran yang sifatnya mendidik, dan dukungan yang membangun,

senantiasa peneliti terima.

Medan, November 2017

Yahya Rudianta Barus


PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DITINJAU DARI SHIFT KERJA PADA
KARYAWAN PT. TIRTA ALFIN MAKMUR

YAHYA RUDIANTA BARUS


12. 860.00

Jurusan Ilmu Psikologi Pendidikan

Fakultas Psikologi Universitas Medan Area

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan perbedaan kelelahan kerja ditinjau
dari shift kerja pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Quota Sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 90
orang karyawan yang terdiri 47 karyawan yang bekerja shift pagi dan 43 karyawan yang
bekerja di shift malam. Adapun pengumpulan data dalam penelitian menggunakan skala.
Skala yang digunakan yaitu skala kelelahan kerja. Metode analisis data yang digunakan
analisis anava one way. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Perbedaan Kelelahan Kerja
Ditinjau dari Shift Kerja pada Karyawan PT. Tirta Alfin Makmur, dimana hasil yang di dapat
adalah nilai atau koefisien p-value = 0,000 < 0,050 dan koefesien t hitung < t tabel (-5,527 <
1,984). Dimana perbedaan ini juga dapat dilihat dari nilai mean atau rata – rata yang di
peroleh oleh kedua waktu shift kerja, yaitu karyawan bekerja shift malam 37,37 (lebih tinggi)
dibandingkan dengan karyawan yang bekerja di shift pagi dengan nilai mean 17,85 (lebih
rendah). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja
pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur, bahwa karyawan yang bekerja di shift malam
memiliki tingkat kelelahn kerja yang tinggi sedangkan karyawan yang bekerja di shift pagi
memiliki tingkat kelelahn yang rendah.
Kata Kunci: Kelelahan Kerja , Shift Kerja, Karyawan.
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 9
C. Batasan Masalah ................................................................................ 11
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 12
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 12

BAB II Tinjauan Pustaka


A. Karyawan ........................................................................................... 14
1. Pengertian Karyawan ................................................................... 14

B. Kelelahan Kerja ................................................................................ 15


1. Pengertian Kelelahan Kerja ......................................................... 15
2. Faktor-faktor Penyebab Kelelahan Kerja..................................... 16
3. Gejala Kelelahan Kerja ............................................................... 32
4. Efek Kelelahan Kerja ................................................................... 34
5. Mekanisme terjadinya kelelahan.................................................. 36

C. Shift kerja .......................................................................................... 38


1. Pengertian Shift kerja ................................................................... 38
2. Sistem Shift kerja ......................................................................... 39
3. Dampak Shift kerja ..................................................................... 40
D. Perbedaan Kelelahan kerja ditinjau dari Shift kerja .......................... 42
E. Kerangka Konseptual ......................................................................... 45
F. Hipotesis ............................................................................................ 45

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tipe Penelitian ................................................................................... 46
B. Identifikasi Variabel Penelitian.......................................................... 46
C. Definisi Operasional .......................................................................... 47
D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 48
E. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................. 49
F. VAliditas dan reliabilitas Alat Ukur .................................................. 50
G. Metode Analisis Data ......................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Orientasi Kancah ................................................................................ 53
B. Persiapan Penelitian ........................................................................... 54
C. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 56
D. Analisis Data dan Hasil Penelitian ..................................................... 58
1. Analisis Data Uji Coba ................................................................ 58
2. Hasil Uji Analisis ......................................................................... 60
E. Pembahasan........................................................................................ 65

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 68
B. Saran .................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba ........................................ 56

Tabel 2 Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji Coba ............................................

Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Data Penelitian ....................................... 59

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Sebaran ............................................................. 61

Tabel 5 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varian ................... 62

Tabel 6 Rangkuman Hasil Analisis Uji Anava................................................ 63

Tabel 7 Hasil Perhitungan Nilai Mean Hipotetik dan Mean Empirik ............. 65
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ..................................................................................................... 71

A. Alat Ukur Penelitian .................................................................................... 72

A-1 Skala Kelelahan Kerja .......................................................................... 72

B. Data Penelitian ............................................................................................. 78

C. Lampiran Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 79

D. Lampiran Uji Asumsi Normalitas Sebaran Data ........................................ 83

E. Lampiran Uji Homogenitas ......................................................................... 85

F. Anava One Way .......................................................................................... 86


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan suatu bangsa, baik sekarang maupun yang akan

datang tidak terlepas dari proses industrialisasi. Suatu industri yang berkembang tidak

terlepas dari faktor manusia sebagai tenaga kerja yang ikut dalam proses industri.

Keberhasilan suatu industri akan tercapai bila tenaga kerja mempunyai kemampuan yang

sesuai dengan bidang pekerjaannya dan mempunyai kesehatan fisik serta psikis yang baik.

Apalagi di era modern yang serba bersaing semua perusahaan yang bergerak di segala bidang

dituntut untuk mampu bereproduksi dengan efektif dan efisien guna memuaskan konsumen.

Untuk membangun kinerja yang efektif demi mencapai tujuan dan keberhasilan, maka

berbagai komponen yang terdapat dalam suatu perusahaan harus berjalan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai. Salah satu komponen yang memiliki peranan sangat penting

tersebut adalah sumber daya manusia. Sumber daya yang dimaksud merupakan pegawai atau

karyawan yang memiliki peran penting sebagai potensi penggerak seluruh aktivitas

perusahaan.

Setiap perusahaan harus bisa menjaga, memelihara dan meningkatkan kualitas kinerja

SDM yang dimiliki. Karyawan adalah aset yang mempunyai andil terbesar terhadap

kemajuan organisasi atau perusahaan (Hasibuan,2013). Di bidang ketenagakerjaan, karyawan

adalah sumber daya manusia yang sangat berperan dalam suatu proses kerja. Karyawan

bekerja untuk mencapai suatu hasil yang positif tetapi tidak terlepas dari berbagai dampak

negatif. Dalam melaksanakan pekerjaannya tiap tenaga kerja beresiko untuk mendapatkan

kelelahan kerja.

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat subyektif. Kelelahan

merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut,
sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma’mur P.K. dalam Muizzudin, 2013).

Kelelahan dapat mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerjasebagai

akibat dari aktivitas kerja yang berlebihan.

Kelelahan atau juga yang biasa disebut dengan Fatigue berasal dari kata “fatigare”

yang berarti hilang atau lenyap (waste-time). Secara umum dapat diartikan sebagai perubahan

dari keadaan yang kuat menjadi lemah.. Kelelahan ditandai dengan timbulnya perasaan lelah

dan turunnya kesiagaan serta berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Istilah kelelahan

sendiri mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Tetapi

ini bukan gejala utama, secara umum gejala kelelahan yang lebih sering adalah kelelahan

fisik (Physical Fatigue) selain itu ada juga kelelahan mental (Mental Fatigue) A.M. Sugeng

Budiono dalam (Muizzudin, 2013).

Kelelahan kerja termasuk suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya

penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan.

Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun, dan kondisi fisiologis

yang dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan. Kelelahan akibat kerja juga sering kali

diartikan sebagai menurunnya performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan

fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).

Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur

P.K., 1996)

Pemerintah di Indonesia telah membuat sebuah peraturan yang tersusun ke dalam

Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai

dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk

melaksanakan ketentuan jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu,

jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari

dan 40 jam dalam 1 minggu.

Pekerjaan seorang karyawan tidak terlepas dari sistem shift kerja (Dian & Solikhah,

2012). Shift kerja merupakan pilihan dalam pengorganisasian kerja untuk memaksimalkan

produktivitas kerja sebagai pemenuhan tuntutan perusahaan (Joko dkk., 2012). Meskipun

memberikan keuntungan terhadap perusahaan, shift kerja dapat memberikan dampak negatif

yang salah satunya adalah kelelahan.

Kelelahan kerja yang tidak dapat diatasi akan menimbulkan berbagai permasalahan

kerja yang fatal dan mengakibatkan kecelakaan kerja sehingga perusahaan wajib mengetahui

tingkat kinerja dan hal yang dapat menimbulkan permasalahan dalam bekerja.

Kelelahan kerja pada karyawan juga dapat disebabkan karena adanya system shift

kerja. Karyawan yang telah mengalami kelelahan kerja dapat dilihat dari kinerjanya yang

tidak akan maksimal dan akan menurunkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Para

karyawan yang bekerja pada shift malam sering memiliki kecenderungan untuk mendapatkan

stres dan kemudian akan berlanjut pada kelelahan sebagai gejala klinik.

Tarwaka (1999) mengatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan akibat

pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Menurut Manuaba (1999),

kelelahan bersifat subjektif akibat shift kerja, yaitu tidak dapat tidur siang, selera makan

menurun, gangguan pencernaan, nyeri lambung. Menurut Grandjean (1993) sekitar 60–70%

pekerja shift malam menderita gangguan tidur. Menurut Schultz (1982) shift kerja malam

lebih berpengaruh negatif terhadap kondisi pekerja dibanding shift pagi, karena pola siklus

hidup manusia pada malam hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja

pada shift malam maka tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Pulat (1992) mengatakan bahwa

dampak shift kerja malam terutama gangguan irama tubuh yang menyebabkan penurunan

kewaspadaan, gangguan fisiologis dan psikologis berupa kurang konsentrasi,nafsu makan


menurun, penyakit jantung, tekanan darah, stress dan gangguan gastrointestinal yang dapat

meningkatkan resiko terjadi kecelakaan kerja.

Penerapan sistem shift dalam pekerjaan dapat memicu terjadinya kelelahan kerja. Shift

kerja sebagai sebuah pola waktu kerja yang diterapkan perusahaan bagi pekerja, ternyata

memiliki dampak yang cukup besar terhadap kesehatan pekerja (Purbonani, 2014). Shift kerja

merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu

oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam hari (Suma’mur dalam

Putra, 2012).

Sedangkan menurut Taylor (1970) dalam Putra, 2012) Shift kerja adalah semua

pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang

biasa dilakukan Dalam penerapannya terdapat beberapa industri yang harus beroperasi

sampai dengan pukul 24.00 malam per hari karena proses produksinya yang panjang dan

terus berlanjut, seperti industry air minum yang menggunakan mesin yang memerlukan

penyetelan mesin(setup)yang lama. Shift kerja pada dasarnya diterapkan untuk memanfaatkan

sumber daya manusia yang ada, meningkatkan hasil output produksi, serta memperpanjang

durasi pelayanan kepada pelanggan. Terdapat berbagai dampak kesehatan dan keselamatan

kerja yang muncul akibat dari adanya kerja secara shift.

Berbagai masalah dan persoalan yang dapat dirasakan oleh karyawan yang bekerja

secara shift adalah terganggunya kualitas dan jam tidur serta menurunnya kualitas hubungan

dengan keluarga yang akan berdampak pada timbulnya ganguan seperti depresi, cemas dan

stres. Karyawan yang bekerja pada periode shift kerja pagi dan sore tidak mengalami

kelelahan berarti karena mereka dapat istirahat sesuai dengan irama biologis tubuh. Mereka

dapat istirahat manakala tubuh membutuhkan waktu untuk istirahat. Tetapi karyawan yang

bekerja pada shift kerja malam hari berhadapan dengan kondisi yang bertentangan dengan

irama biologis tubuh. Mereka terpaksa tidak dapat istirahat yang berakibat pada kelelahan
fisik mereka. Mereka akan mendapatkan kesulitan menghadapinya karena kondisi mereka

yang sangat lelah Marif dalam (Widyasari, 2010).

Shift kerja pada malam hari merupakan salah satu sumber utama dari stres bagi para

pekerja tidak terkecuali pekerja pabrik. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan pada

pola tidur yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan

pada circadian rhythm akibat shift kerja Roger dalam (Satrio, 2015).

Namun, shift kerja malam dapat mengakibatkan gangguan tidur, gangguan saluran

pencernaan dan kelelahan karena kurangnya kepuasan psikologis pekerja pada shift malam.

Jumlah pekerja shift malam biasanya lebih sedikit dan karyawan sulit mendapatkan akses

transportasi yang aman dan kenyamanan dasar seperti makanan hangat menyebabkan

peningkatan stres dan penurunan kualitas bekerja.

Kondisi pekerja dan circadian ritme bekerja pada shift malam berbeda dengan shift

pagi. Hal ini disebabkan karena pola siklus hidup manusia pada malam hari umumnya

digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja shift malam maka tubuh dipaksa untuk

mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan terjadinya kesalahan bekerja.

Akibatnya, pekerja akan mengalami kelelahan pada shift malam yang ditimbulkan di samping

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang menimbulkan kelelahan seperti stres fisik akibat

kekurangan tidur pada malam hari. Pada shift malam pekerja akan mengalami kelelahan yang

cukup besar. Hal ini dikarenakan selain jam kerja selama 8 jam juga diakibatkan oleh

perbedaan kebiasaan tubuh (ritme tubuh) yang seharusnya beristirahat pada malam hari,

tetapi dijadikan bekerja. Pada kondisi ini akan menimbulkan stres fisik yang diakibatkan

kekurangan tidur malam hari, sehingga dapat menambah faktor kelelahan dan menurunkan

produktivitas pekerja shift malam (Kimberly, 2013).

PT. Tirta Alfin Makmur bergerak pada produksi air minum mineral. PT Tirta Alfin

Makmur beroperasi dengan dua pembagian shift kerja, dengan pembagian shift pada pukul
08.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 wib dan pada pukul 16.00 sampai dengan pukul 24.00

wib setiap hari. Namun kadangkala bila permintaan akan air minum mineral meningkat,

perusahaan mengambil kebijakan membuat system kerja tiga shift, dimana shift ketiga

beroperasi pada pukul 24.00 sampai dengan pukul 08.00 pagi. Hal ini tentu memberatkan

para karyawan dengan adanya tambahan jam kerja pada malam hari yang dimana pada

biasanya malam hari digunakan untuk beristirahat. Dengan pembagian dua shift kerja yang

selesai sampai pukul 24.00 karyawan sering merasa kelelahan dan begitu sampai dirumah

harus mengurusi keluarga.

Shift kerja merupakan sistem pembagian jam kerja yang diwajibkan perusahaan

kepada karyawan untuk terus berproduksi, begitu juga dengan PT. Tirta Alfin Makmur yang

bergerak pada produksi air minum mineral.

Dampak yang dirasakan dengan shift kerja sampai dengan pukul 24.00 adalah bagi

beberapa pekerja yang sudah berkeluarga begitu sampai di rumah ia harus mengurusi

keluarga, seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menyiapkan bahan makanan

untuk dimasak pada pagi hari hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi supaya tidak telat

bangun pada keesokan harinya. Bahkan tidak jarang karyawan mengalami pusing dan mual

yang berlebihan. Para karyawan yang bekerja sampai pada malam hari sering merasa otot-

otot mereka menegang dikarenakan banyaknya target yang harus dikejar.

Berikut adalah kutipan wawancara pada karyawan yang bekerja pada shift malam hari

“……Saya sering mengalami gangguan pencernaan ketika lelah dalam


bekerja, bahkan bisa pusing dan merasa otot-otot saya menjadi tegang.
Bahkan tidak jarang saya sengaja berpura-pura sakit untuk mendapatkan hari
libur untuk bisa beristirahat dirumah. Terkadang asam lambung kumat, udah
jadi makanan sehari harilah. Namanya karyawan pabrik. Yang telat makan,
yang banyak pikiran lah. Udah gitu, karena sering berdiri atau sibuk duduk
aja pun bikin sakit punggung nyeri dan pegal-pegal. Gak nyaman sih kalau
lagi kerja kumat kek gitu, apalagi ditambah dengan seringnya mengejar target
produksi ditengah malam, sering kenak angin malam membuat tulang ngilu
udah gitu sering kurang tidur karna pulangnya tengah malam dan sering juga
merasa pusing, mual, sakit kepala dan susah untuk tidur.”

Berikut adalah kutipan wawancara pada karyawan yang bekerja pada shift pagi hari :

“………saya jarang mengalami kelelahan dalam bekerja, bukan


berarti gak pernah, tapi karna saya bekerja di shift pagi saya terhindar dari
namanya sakit kepala, sakit karena angin malam, bahkan jam tidur saya
tergolong baik.”

Kelelahan bekerja pada PT. Tirta Alfin Makmur sering diakibatkan oleh system shift

kerja secara split time. Sistem kerja secara split time membuat karyawan lebih lelah, dimana

dalam satu shift kerja dengan durasi waktu 8 jam harus dibagi pada 2 waktu, contohnya

masuk pada pukul 08.00 pagi dan berakhir pada pukul 12.00 dan harus menyambung lagi

pada jam 18.00 sampai pukul 23.00 malam.

Perilaku kelelahan kerja yang tampak pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur berupa

kinerja yang menurun, hal ini dapat dilihat dari tingginya absensi karyawan. Alasan karyawan

melalukan absensi dikarenakan ingin mendapat hari libur tambahan dengan cara berpura-pura

sakit dengan pergi berobat dengan adanya jaminan BPJS dari perusahaan.

Penelitian ini dikhususkan karyawan yang bekerja dengan system shift kerja. Shift

kerja pada perusahaan umumnya menggunakan sistem kerja dua shift tetapi ada pula yang

menggunakan sistem kerja tiga shift. Maka peneliti dengan ini membatasi penelitian pada

shift kerja pagi dan shift kerja malam. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis ingin meneliti mengenai “Perbedaan Kelelahan Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada

Karyawan PT. Tirta Alfin Makmur”.

B. Identifikasi Masalah

Karyawan merupakan salah satu dari beberapa faktor sumber daya yang dimiliki dan

digunakan oleh perusahaan untuk mengendalikan jalannya suatu perusahaan. Karyawan


memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas perusahaan secara

menyeluruh, hal ini didasari pada fakta bahwa karyawan merupakan salah satu aset

perusahaan yang hidup disamping aset-aset lain yang bersifar benda.

Namun sering kali hasil dari produktivitas pekerjaan dari beberapa karyawan tidak

selamanya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan serta tidak selamanya juga

sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini menyebabkan penilaian

terhadap prestasi kerja karyawan menjadi turun.

Tuntutan yang lebih tinggi terhadap karyawan yang diberikan oleh perusahaan sering

memicu terjadinya kelelahan kerja. Kelelahan adalah berkurangnya kemampuan fisik dan

mental sebagai akibat dari penggunaan berlebih pada fisik, mental atau emosional, yang juga

dapat mengurangi hampir seluruh kemampuan fisik termasuk kekuatan, kecepatan, kecepatan

reaksi, koordinasi dan pengambilan keputusan atau keseimbangan. Kelelahan dapat

mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas

kerja yang berlebihan.

Kelelahan ditandai dengan timbulnya perasaan lelah dan turunnya kesiagaan serta

berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Kelelahan dimulai dari rasa letih yang mengarah

pada kelelahan mental ataupun kelelahan fisik dan dapat menghalangi seorang untuk dapat

melaksanakan fungsinya dalam batas-batas normal.

Tuntutan tugas dalam pekerjaan meliputi: beban kerja, shift kerja, jam kerja dan

rutinitas. Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk

mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam

hari.

PT Tirta Alfin Makmur beroperasi dengan dua pembagian shift kerja, dengan

pembagian shift pada pukul 08.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 wib dan pada pukul 16.00
sampai dengan pukul 24.00 wib setiap hari. Namun kadangkala bila permintaan akan air

minum mineral meningkat, perusahaan mengambil kebijakan membuat system kerja tiga

shift, dimana shift ketiga beroperasi pada pukul 24.00 sampai dengan pukul 08.00 pagi. Hal

ini tentu memberatkan para karyawan dengan adanya tambahan jam kerja pada malam hari

yang dimana pada biasanya malam hari digunakan untuk beristirahat. Dengan pembagian dua

shift kerja yang selesai sampai pukul 24.00 karyawan sering merasa kelelahan dan begitu

sampai dirumah harus mengurusi keluarga.

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan berupa perbedaan kelelahan

kerja ditinjau dari shift kerja pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur.

C. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian agar sesuai dengan tujuan dan terfokus pada

sasaran, maka perlu diadakan pembatasan ruang lingkup permasalahan. Pada penelitian ini,

peneliti membatasi masalah pada konteks perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja

pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah, maka permasalahan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah ada perbedaan kelelahan kerja

ditinjau dari shift kerja pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur”.
E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelelahan kerja

ditinjau dari shift kerja pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu

psikologi, khususnya bidang psikologi industri dan organisasi.Lebih khusus lagi adalah

terhimpunnya informasi tentang perbedaan perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja

pada karyawan.

Semoga penelitian ini dapat merangsang penelitian lain di bidang yang sama,

terutama yang dapat mengembangkan pengetahuan tentang “kelelahan kerja” beserta aspek-

aspeknya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa data atau informasi

bagi PT. Tirta Alfin Makmur agar pihak perusahaan dapat meningkatkan semangat dan

memperhatikan para karyawan dalam meminimalkan kelelahan kerja yang diakibatkan oleh

shift kerja serta karyawan lebih semangat bekerja dan hasil produksi perusahaan lebih

meningkat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karyawan

1. Pengertian Karyawan

Karyawan/pegawai adalah seseorang pekerja tetap yang bekerja dibawah perintah

orang lain dan mendapat kompensasi serta jaminan (Hasibuan, 2013)Karyawan adalah orang

yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji

(upah); pegawai; pekerja (KBBI).

Karyawan (employee) terikat dalam kontrak kerja dengan lembaga atau perusahaan

atau instansi. Ada kontrak tertulis yang ditandatangani kedua belah pihak. Ada gaji yang

dibayar. Ada tunjangan yang ditambahkan. Ada fasilitas yang diberikan. Jumlah karyawan

lebih dari seorang. Bekerja dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Walaupun si karyawan

kenal dengan pemilik perusahaan, niscaya tidak ada hubungan apa-apa antara keduanya.

Karyawan hanya memiliki dan menjalin ikatan dengan Bagian Sumber Daya Manusia atau

Bagian Personalia. Gajinya diatur oleh orang-orang bagian ini yang memiliki status yang

sama dengan orang lain di perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karyawan adalah orang yang

melaksanakan suatu pekerjaan di dalam sebuah perusahaan dalam menghasilkan suatu barang

atau jasa.
B. Kelelahan Kerja

1. Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat Tarwaka dalam

(Kusumawardani, 2012). Menurut GrandJean dalam (Kusumawardani, 2012) kelelahan kerja

adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan. Kelelahan Adalah kondisi akut, yang

dimulai dari rasa letih yang kemudian mengarah pada kelelahan mental ataupun fisik dan

dapat menghalangi seorang untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam batas-batas normal.

Perasaan lelah ini lebih dari sekedar perasaan letih dan mengantuk, perasaan lelah ini terjadi

ketika seseorang telah sampai kepada batas kondisi fisik atau mental yang dimilikinya

(Australian Safety and Compentation Counsil, 2006).

Kelelahan adalah berkurangnya kemampuan fisik dan mental sebagi akibat dari

penggunaan berlebih pada fisik, mental atau emosional, yang juga dapat mengurangi hampir

seluruh kemampuan fisik termasuk kekuatan, kecepatan, kecepatan reaksi, koordinasi dan

pengambilan keputusan atau keseimbangan.

Kelelahan kerja adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan

dalam bekerja, yang disebabkan oleh : a) kelelahan yang sumber utamanya adalah mata

(kelelahan visual), b) kelelahan fisik umum, c) kelelahan saraf, d) kelelahan oleh lingkungan

yang monoton, e) kelelahan oleh lingkungan yang kronis terus menerus sebagai faktor yang

menetap (Suma’mur, 2009).

Menurut Cameron kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak

hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan

penurunan kinerja fisik, adaya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan

produktifitas kerja (Ambar, 2006).


Selain itu, kelelahan akibat keja sering kali diartikan sebagai menurunya efisiensi

performans kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus

melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya

penurunan kesiagaan yang dimulai dari rasa letih yang kemudian mengarah pada kelelahan

mental ataupun fisik dan dapat menghalangi seorang untuk dapat melaksanakan fungsinya

dalam batas-batas normal lebih lanjut perasaan lelah ini terjadi ketika seseorang telah sampai

kepada batas kondisi fisik atau mental yang dimilikinya serta penurunan motivasi dan

penurunan produktifitas kerja.

2. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

Faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan kerja menurut Suma’mur (2009), sebagai

berikut :

a. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja seorang

individu. Pemakaian energi per-jam pada kondisi dari kerja otot untuk tiap orang itu berbeda,

dan salah satunya adalah faktor usia. Menurut Suma’mur (2009) kerja otot memiliki peranan

penting dalam meningkatkan kebutuhan kalori seseorang dan salah satunya adalah kebutuhan

akan metabolisme basal atau Basal Metabolic Rate (BMR). Basal Metabolic Rate merupakan

jumlah energi yang digunakan untuk proses mengolah bahan makanan dan oksigen menjadi

energi untuk mempertahankan tubuh. Metabolisme basal seorang anak akan berbeda dengan

orang dewasa, karena anak-anak akan membutuhkan energi lebih banyak pada masa

pertumbuhannya.

Dengan kata lain, faktor usia seseorang akan mempengaruhi metabolisme basal dari

individu tersebut. Semakin tua individu tersebut maka metabolisme basal akan semakin
menurun dan individu tersebut akan mudah mengalami kelelahan (Mahan & Stump, 2008).

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009) diperoleh sebanyak 61,5% pekerja

yang berusia di atas 41 tahun mengalami kelelahan. Dengan rincian 50% menyatakan sangat

lelah dan 11,5% menyatahan lelah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mentari (2012) juga

memperlihatkan bahwa persentase individu dengan usia di atas 45 tahun 57,6% lebih mudah

mengalami kelelahan daripada yang berusia di bawah 45 tahun. Pekerja yang berusia lanjut

akan merasa cepat lelah dan tidak mampu lagi untuk bekerja dengan cepat (Umyati, 2010).

Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki usia lebih muda akan sanggup

melakukan pekerjaan berat daripada yang berusia tua.

b. Masa kerja

Masa kerja merupakan panjangnya waktu bekerja terhitung mulai pertama kali masuk

kerja hingga dilakukannya penelitian (Amalia, 2007 dan Umyati, 2010). Pengalaman kerja

seseorang akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Karena semakin lama seseorang

bekerja dalam suatu perusahaan, maka selama itu perasaan jenuh akan pekerjaannya akan

mempengaruhi tingkat kelelahan yang dialaminya (Langgar, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010) membuktikan bahwa masa kerja

yang lebih lama akan mempengaruhi kelelahan. Kelelahan kerja yang paling banyak dialami

oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 8 (delapan) tahun sebesar 69,7%. Selain itu pada

penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2009) kelelahan banyak dialami oleh pekerja

dengan masa kerja lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 32 orang (69,6%).

c. Status Gizi

Dalam hubungan pekerjaan, makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah untuk

memenuhi kebutuhan gizi mereka terutama untuk menambah kalori ketika melakukan

pekerjaan. Untuk pekerja yang bekerja pada suhu tinggi, harus diperhatikan juga kebutuhan
air dan garam mereka sebagai pengganti cairan tubuh yang keluar akibat proses penguapan

(Suma’mur, 2009).

Selain itu makanan juga dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolisme,

yaitu mengubah bahan makanan yang masuk ke tubuh menjadi energi yang digunakan selama

kerja fisik. Kerja fisik adalah kerja yang membutuhkan energi fisik sebagai sumber tenaganya

pada otot manusia. Kerja fisik biasa dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja otot. Kerja

otot yang berat akan memerlukan konsumsi energi yang besar. Salah satu kebutuhan utama

penggerak otot adalah kebutuhan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk proses

pembakaran zat yang menghasilkan energi (Tarwaka, 2014).

Proses metabolisme tertinggi dan begitu cepat berada selama periode pertumbuhan

seorang anak, terutama pada tahun-tahun pertama dan kedua kehidupan anak tersebut (1000

hari pertama kehidupan). Dalam tubuh seorang bayi yang sedang tumbuh, dapat menyimpan

sebanyak 12% sampai 15% nilai energi yang berasal dari makanan mereka untuk bentuk

jaringan baru. Seiring berjalannya waktu seorang anak akan tumbuh dan menjadi lebih tua,

maka kebutuhan kalori untuk pertumbuhannya juga berkurang menjadi sekitar 1% dari

kebutuhan energi total (Mahan & Stump, 2008).

Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli, status gizi biasanya diukur

dengan penghitungan indeks massa tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan dan

tinggi badan (BB/TB2). Melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) dan Langgar

(2014) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja.

Dalam penelitian tersebut dibuktikan bahwa orang dengan status gizi yang rendah akan

mudah mengalami kelelahan. Karena kekurangan gizi yakni berupa kalori akan

mempengaruhi kemampuan kerja, waktu untuk menyelesaikan pekerjaan akan semakin

panjang.
Penelitian lain milik Eraliesa (2009) juga membuktikan bahwa status gizi

mempengaruhi kelelahan kerja dengan rincian, sebesar 26,9% pekerja dengan status gizi baik

mengalami kelelahan. Kemudian sebesar 38,5% kelelahan dialami oleh pekerja dengan status

gizi sedang, dan sisanya (34,6%) adalah pekerja dengan status gizi kurang.

d. Status Perkawinan

Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yang biasa disebut sebagai Undang-

undang Perkawinan, kata perkawinan memiliki arti sebagai ikatan batin antara laki-laki dan

perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Mas, 1993).

Sedangkan menurut pendapat para ahli yakni Duvall dan Miller (1985) perkawinan

merupakan hubungan antara pria dan wanita yang berupa hubungan seksual dengan tujuan

untuk memiliki keturunan serta membagi peran menjadi suami dan istri.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009) dan Mauludi (2010), terdapat

hubungan antara status perkawinan dengan tingkat kelelahan kerja. Seseorang yang sudah

menikah dan memiliki anak akan lebih mudah mengalami kelelahan, karena waktu yang

seharusnya digunakan untuk beristirahat digunakan untuk mengurus dan memperhatikan anak

dan istri atau keluarganya (Hidayat, 2003 dan Mauludi, 2010).

e. Status Kesehatan

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pengertian

kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Grafika, 1992).

Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang patut diutamakan

terutama bagi para pekerja. Karena apabila pekerja tersebut dalam kondisi sehat, maka

mereka mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan

tempat mereka bekerja juga meningkat. Namun apabila pekerja tersebut mengalami sakit,
maka produktivitas kerja juga menurun. Manusia dan beban kerja tidak dapat dipisahkan,

apabila salah satunya terganggu maka akan berakibat pada gangguan daya kerja, kelelahan,

gangguan kesehatan, hingga cacat dan kematian (Suma’mur, 2009).

Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu dari penyebab kelelahan kerja adalah

kondisi kesehatan dari pekerja tersebut. Riwayat penyakit yang dimiliki oleh seorang pekerja

akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Tidak mungkin seseorang dapat

menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi sakit (Hasibuan, 2000 dan Mauludi, 2010).

Penyakit yang dialami oleh seorang pekerja mungkin saja berasal dari pekerjaannya

tersebut dan berasal dari riwayat keturunan. Untuk penyakit yang berasal dari riwayat

keturunan memang tidak bisa dihindari seperti penyakit diabetes, jantung koroner, obesitas

dan lain-lain. Namun penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya bisa dicegah. Penyakit

yang berasal dari jenis pekerjaannya disebut denga penyakit akibat kerja. Penyakit ini muncul

karena beberapa faktor risiko yaitu, kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang

digunakan, proses produksi, cara kerja, limbah serta hasil produksinya (Buchari, 2007).

f. Jam Kerja/Shift Kerja

Waktu kerja bagi seseorang dapat menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Hal-hal

yang penting untuk persoalan waktu kerja terdiri atas (Suma’mur, 2009):

a. Lamanya seseorang untuk mampu bekerja dengan baik.

b. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat.

c. Waktu bekerja sehari menurut periode meliputi siang dan malam.

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan lamanya

seseorang bekerja dalam sehari adalah 8 (delapan) jam atau 40 jam seminggu. Sedangkan

untuk lembur, waktu yang diperbolehkan maksimal 3 (tiga) jam/hari. Makin panjang jam

kerja maka makin besar kemungkinan untuk terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
penyakit dan kecelakaan kerja. Pekerjaan kategori biasa yakni tidak terlalu berat atau ringan,

produktivitas seseorang akan menurun setelah 4 (empat) jam bekerja.

Keadaan ini sejalan dengan penurunan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu

diperlukan waktu untuk istirahat dan kesempatan makan untuk menambah kembali energi

tubuh. Istirahat selama 30 menit setelah bekerja 4 (empat) jam kerja terus menerus sangat

penting untuk dilakukan (Suma’mur, 2009).

Untuk persoalan periode kerja siang atau malam, perlu dilakukannya kerja secara

bergilir (shift), terutama untuk bekerja pada malam hari. Hal tersebut dilakukan karena

bekerja pada malam hari akan membuat irama faal manusia menjadi terganggu, metabolisme

tubuh juga menjadi tidak sempurna, mudah mengalami kelelahan kerja, dan sistem

pencernaan menjadi terganggu (Nurmianto, 2004 dan Suma’mur, 2009).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010) dan Irma dkk. (2014)

kejadian kelelahan terjadi pada pekerja setelah bekerja lebih dari 8 (delapan) jam/hari.

Sedangkan menurut Handayani (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara lama jam

kerja dengan kejadian kelelahan kerja dengan rincian pekerja yang bekerja shift pagi dengan

kategori sangat lelah sebanyak 13,2% sedangkan pekerja pada shift malam pada kategori

yang sama sebanyak 21%.

Penelitian yang dilakukan Ihsan (2012) dengan alat reaction timer menunjukkan hasil

yang berbeda, pada pekerja shift I (pagi) diperoleh rata-rata reaksi sebesar 284,79 milidetik,

dan shift II (malam) diperoleh rata-rata reaksi sebesar 307,76 milidetik. Ini termasuk dalam

kategori kelelahan kerja ringan, dimana kelelahan kerja ringan memiliki rentang waktu reaksi

antara 240 hingga 410 milidetik.

Dari penelitian-penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa jam kerja yang melebihi 8

jam/hari dapat menimbulkan kelelahan kerja yang bisa memicu terjadinya kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009).


g. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja menurut Tarwaka (2014) dapat memberikan beban tambahan

kepada pekerja meliputi:

a) Lingkungan kerja fisik, seperti suhu udara, kelembaban udara, radiasi, intensitas

penerangan, dan kebisingan.

b) Lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas pencemar, uap logam, dan fume

dalam udara.

c) Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur, serangga, dan binatang

pengganggu.

d) Lingkungan kerja psikologis, seperti hubungan antara pekerja, kelelahan kerja,

pemilihan dan penempatan tenaga kerja. Untuk jenis pekerjaan di luar ruangan

seperti konstruksi bangunan, faktor lingkungan kerja yang paling diperhatikan

adalah faktor lingkungan fisik seperti pengukuran kebisingan dan suhu atau cuaca

kerja. Kemudian untuk faktor lingkungan kimiawi meliputi debu, faktor

lingkungan biologis seperti virus dan binatang pengganggu, serta faktor

lingkungan psikologis seperti kelelahan kerja.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut.

a. Kebisingan

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.

13/Men/X/2011 tahun 2011, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja, kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran.

Selain itu menurut Suma’mur (2009) kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai

rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan


manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki. Nilai ambang batas kebisingan ditetapkan

sebesar 85 dBA (Kemenakertrans, 2011).

Jenis-jenis kebisingan menurut Suma’mur (2009) dibedakan menjadi 5 (lima), yaitu:

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas, contohnya kipas angin. 2.

Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit, contohnya gergaji sirkuler. 3.

Kebisingan terputus-putus, contohnya suara pesawat terbang. 4. Kebisingan impulsif,

contohnya ledakan meriam. 5. Kebisingan impulsif berulang, contohnya mesin tempa di

perusahaan.

Alat ukur utama untuk kebisingan adalah soundlevel meter. Kebisingan akan

mempengaruhi kesehatan seseorang. Dimana pengaruh dari kebisingan adalah kerusakan

pada indera pendengar yang menyebabkan ketulian (Suma’mur, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mauludi (2010) membuktikan bahwa kebisingan

(>85 dBA) mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja berat sebesar 53,3%. Didukung juga

penelitian dengan kebisingan di tempat kerja lebih dari 85 dBA dilaporkan 60% dari

pekerjanya mengalami kelelahan kerja (Irma dkk., 2014). Maka berdasarkan penelitian-

penelitian tersebut, kebisingan yang merupakan bagian dari faktor lingkungan fisik

mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja (Suma’mur, 2009).

b. Cuaca Kerja

Disebut juga dengan iklim kerja yang menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 tahun 2011, tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu,

kelembaban, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi, dengan tingkat pengeluaran panas

dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam

peraturan ini adalah iklim kerja panas.


Tubuh manusia memiliki sistem untuk mempertahankan suhu tubuh. Hal ini terjadi

karena keseimbangan antara panas yang dihasilkan di dalam tubuh akibat dari metabolisme

dan pertukaran panas yang ada pada tubuh dengan lingkungan sekitar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertukaran panas di antara tubuh dengan

lingkungan sekitar adalah konduksi, konveksi, radiasi, dan penguapan. Konduksi merupakan

proses pertukaran panas yang ada dalam tubuh dengan benda-benda di sekitarnya. Panas

tubuh dapat menghilang apabila benda-benda di sekitarnya suhunya lebih dingin, dan dapat

menambah panas tubuh apabila suhu di sekitarnya juga panas.

Konveksi adalah pertukaran panas tubuh dengan lingkungan melalui kontak udara.

Tanda tubuh yang paling umum apabila mengalami suhu yang panas adalah dengan

mengeluarkan keringat. Tekanan suhu yang tinggi akan mengakibatkan heat cramps, heat

exhaustion, heat stroke, dan miliaria (Suma’mur, 2009).

Alat ukur suhu adalah termometer bola disertai indeks suhu basah dan bola (ISBB).

Suhu yang ideal untuk orang Indonesia adalah 24oC sampai 26oC (Suma’mur, 2009).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 tahun

2011, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, nilai

ambang batas ISBB yang diperkenankan adalah 32,2oC untuk kategori kerja ringan, dan

31,1oC untuk kategori kerja sedang, serta 30,5oC 22 untuk kategori kerja berat pada 0%

hingga 25% waktu kerja setiap jam (Kemenakertrans, 2011).

c. Debu

Debu merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui pada jenis pekerjaan

luar ruangan seperti konstruksi bangunan. Debu yang dihirup oleh para pekerja konstruksi

dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, salah satunya adalah penyakit

pneumoconiosis.
Penyakit ini disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Tergantung

dari jenis debu yang tertimbun dalam paru-paru, maka nama penyakitnya juga berbeda.

Misalnya saja timbunan debu asbes dalam paru-paru disebut dengan asbestosis. Untuk

pengendalian hazard debu dalam pekerjaan konstruksi bangunan memang sulit dilakukan,

karena debu yang dihirup oleh pekerja bermacam-macam jenisnya (Suma’mur, 2009).

d. Virus dan binatang pengganggu

Faktor biologis merupakan salah satu beban tambahan yangdialami pekerja saat

melakukan pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan yang berada di luar ruangan seperti

konstruksi bangunan, faktor lingkungan biologis yang rentan diterima oleh pekerja bisa

berupa virus dan binatang penganggu.

Virus yang diterima oleh pekerja bisa berasal dari penyakit infeksi atau penyakit

menular yang dialami oleh pekerja lainnya, contohnya saja penyakit tuberkulosis. Penyakit

ini dapat ditularkan melalui udara dari pekerja satu ke pekerja lainnya.

Sedangkan untuk binatang pengganggu yang rentan diterima oleh pekerja konstruksi

adalah cacing berkaitan dengan penyakit kecacingan, kutu berkaitan dengan penyakit kulit,

nyamuk berkaitan dengan penyakit malaria atau demam berdarah, dan binatang lainnya yang

berisiko menularkan penyakit kepada pekerja (Suma’mur, 2009).

e. Stress Kerja

Menurut Manuaba (1998) dalam Tarwaka (2014), stres merupakan segala rangsangan

dari tubuh manusia yang berasal dari dalam maupun luar yang dapat menimbulkan berbagai

dampak negatif yang dimulai dari menurunnya kesehatan hingga timbulnya penyakit.

Banyak hal yang dapat menjadi faktor timbulnya stres, seperti kondisi individu itu sendiri,

ciri kepribadian individu tersebut, hubungan sosial, hingga strategi untuk menghadapi stres

yang muncul.
Apabila stres tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan beberapa

efek samping seperti depresi, gangguan tidur, dan gangguan mental (Tarwaka, 2014).

Kelelahan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, dan kondisi kesehatan perawat (Aya,

2009), sebagai berikut:

a. Umur

Umur seseorang akan mempengaruhi kondisi tubuh. Semakin tua umur seseorang

semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia

mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. Seseorang yang berumur

muda sanggup melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya jika seseorang berusia lanjut maka

kemampuan untuk melakukan pekerjaan berat akan menurun karena merasa cepat lelah dan

tidak bergerak dengan gesit ketika melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi

kinerjanya (Suma’mur, 1996).

b. Pendidikan

Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya langsung berhubungan dengan

pelaksanaan tugas, akan tetapi juga berdasarkan unit pengembangan diri serta kemampuan

untuk memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran tugasnya. Pendidikan

merupakan kekuatan dinamis dalam mempengaruhi semua aspek kepribadian serta kehidupan

individu (Aya, 2009).

c. Masa kerja

Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik pengaruh positif maupun negatif.

Pengaruh positif terjadi bila semakin lama seorang pekerja bekerja maka akan berpengalaman

dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya pengaruh negatif terjadi bila semakin lama

seorang pekerja bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seorang
pekerja bekerja maka semakin banyak pekerja terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh

lingkungan kerja tersebut (Budiono, dkk, 2003). Dampak negatif lainnya berupa adanya batas

ketahanan tubuh terhadap proses kerja yang berakibat terhadap timbulnya kelelahan.

Pekerjaan yang dilakukan secara kontinyu dapat berpengaruh terhadap sistem peredaran

darah, sistem pencernaan, otot, syaraf dan sistem pernafasan (Suma’mur, 1996). Berdasarkan

penelitian Hestya (2012) didapatkan perawat yang memiliki masa kerja >1 tahun mengalami

kelelahan sebesar 80%. Sedangkan faktor eksternal diantaranya beban kerja fisik maupun

mental, waktu istirahat, shift kerja, dan lingkungan kerja (Setyawati, 2010).

d. Beban Kerja Fisik

Beban kerja fisik adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja

dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi (Tarwaka, 2013). Beban kerja fisik (physical

workload) merupakan beban yang diterima tubuh akibat melaksanakan suatu aktivitas kerja.

Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, merawat,

mengangkut. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja

(Departemen Kesehatan RI, 1991). Berdasarkan penelitian Hariyono, dkk (2009) pada

perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta didapatkan hubungan yang signifikan antara

beban kerja fisik dengan kelelahan.

e. Beban Kerja Mental

Beban kerja mental menurut Grandjean (1995) adalah setiap aktivitas mental akan

selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi, dan proses mental dari suatu informasi yang

disimpan. Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental dapat menyebabkan seorang

pekerja mengalami kelelahan. Penelitian Kasmarani (2012) pada perawat IGD RSUD Cianjur

didapatkan adanya pengaruh beban kerja mental terhadap stres dan kelelahan.

f. Waktu Istirahat
Waktu istirahat pada umumnya kelelahan bersifat sementara dan dapat dikurangi

dengan beristirahat. Waktu istirahat tidak hanya untuk menghentikan pekerjaan tetapi harus

dapat memberikan suasana rileks. Waktu istirahat dapat mengurangi kebosanan, mengantuk,

dan meningkatkan output produksi (Suma’mur, 1996). Penelitian Hulu (2003) menunjukkan

ada pengaruh pemberian waktu istirahat pendek terhadap kelelahan dengan menurunnya

tingkat kelelahan dan meningkatnya tingkat produktivitas.

g. Shift kerja

Shift adalah kerja yang dibagi secara bergiliran dalam waktu 24 jam (Simanjuntak,

1997). Ciri khas dari kerja shift yaitu terdapatnya kontinuitas, pergantian kerja secara bergilir

dan terdapat jadwal khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinyu apabila dikerjakan selama 24

jam setiap hari termasuk hari minggu dan hari libur (ILO, 1998). Beberapa penelitian tentang

shift kerja diperoleh bahwa tingkat kelelahan tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi lebih

tinggi dari yang bekerja pada shift malam dan suhu lingkungan kerja memberikan kontribusi

yang paling besar terhadap tingkat kelelahan kerja. Penelitian Hestya (2012) didapatkan

bahwa kelelahan paling banyak dialami oleh perawat pada shift pagi Sebesar 36,36%.

h. Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja seperti suhu, kebisingan, getaran, pencahayaan, dan ventilasi

dapat mempengaruhi kenyamanan fisik, sikap mental, output, dan kelelahan pada pekerja

(Setyawati, 2010). Penelitian Hestya (2012) didapatkan 11 dari 35 perawat yang bekerja pada

ruangan yang iklim kerjanya tidak memenuhi syarat mengalami kelelahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan kerja

adalah Usia, masa kerja, status gizi, status perkawinan, status kesehatan, jam kerja/shift kerja,

dan lingkungan kerja. Namun dalam penelitian ini faktor penyebab kelelahan kerja yang

menjadi fokus penelitian adalah Jam Kerja/Shift Kerja.


3. Gejala Kelelahan Kerja

Ciri - ciri kelelahan antara lain (Tarwaka, 2013):

1. Pelemahan Kegiatan

Perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau,

mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin

berbaring.

2. Pelemahan Motivasi

Susah berpikir, lelah untuk bicara, gugup, tidak terkonsentrasi, sulit memusatkan

perhatian, muda lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap,

tidak tekun dalam pekerjaan.

3. Kelelahan Fisik

Sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, suara serak, merasa

pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

Berdasarkan proses dalam otot, kelelahan dapat dibagi dua (Budiono dkk, 2003) sebagai

berikut :

a) Kelelahan otot, fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi tekanan melalui fisik

untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis, yang ditunjukkan tidak

hanya dengan berkurangnya tekanan fisik tetapi juga makin rendahnya gerakan.

b) Kelelahan umum, adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi

terganggu dan biasanya akan menimbulkan rasa kantuk.

Menurut Workplace Safety & Health Council (WSHCouncil) (2010) tipe kelelahan

dibagi menjadi :

a) Kelelahan fisik (berkurangnya kemampuan untuk bekerja manual).

b) Kelelahan mental (penurunan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan).


Sehingga dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kelelahan kerja adalah pelemahan

kegiatan, pelemahan motivasi dan kelelahan fisik.

4. Efek kelelahan kerja

Menurut Victoria (2008) Efek dari kelelahan pada kesehatan dan prestasi kerja dapat

bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek pada individu mencakup

pekerjaan terganggu kinerja, seperti mengurangi kemampuan untuk:

a) Berkonsentrasi dan menghindari gangguan

b) Berpikir lateral dan analitis

c) Membuat keputusan

d) Mengingat dan mengingat peristiwa-peristiwa dan urutan mereka

e) Memelihara kewaspadaan

f) Kontrol emosi

g) Menghargai situasi yang kompleks

h) Mengenali risiko

i) Mengkoordinasikan gerakan tangan-mata, dan

j) Berkomunikasi secara efektif.

Kelelahan juga dapat meningkatkan kesalahan, membuat waktu reaksi menjadi

lambat, meningkatkan kemungkinan kecelakan dan cedera, serta dapat menyebabkan mikro-

tidur (Work Safe Victoria, 2008). Efek jangka panjang pada kesehatan yang berkaitan dengan

shift dan kurang tidur kronik mungkin termasuk:

a) Penyakit jantung

b) Diabetes

c) Tekanan darah tinggi

d) Gangguan pencernaan
e) Depresi, dan

f) Kecemasan (Work Safe Victoria, 2008).

Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain :

1) Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi

daripadapekerja yang masih “penuh semangat”.

2) Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.

3) Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnyakualitas

hidup rumah tangga seseorang.

4) Mengingat dan mengingat peristiwa-peristiwa dan urutan mereka.

5) Memelihara kewaspadaan.

6) Kontrol emosi.

7) Menghargai situasi yang kompleks.

8) Mengenali risiko.

9) Mengkoordinasikan gerakan tangan-mata, dan

10) Berkomunikasi secara efektif.

Sehingga dapat disimpulkan efek dari kelelahan kerja adalah dapat meningkatkan

kesalahan, membuat waktu reaksi menjadi lambat, meningkatkan kemungkinan kecelakan

dan cedera, serta dapat menyebabkan mikro-tidur. Efek jangka panjang pada kesehatan yang

berkaitan dengan shiftdan kurang tidur kronik mungkin termasuk: Penyakit jantung, diabetes,

tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, depresi, dan kecemasan.

5. Mekanisme terjadinya kelelahan

Salah satu penyebab kelelahan adalah kekurangan waktu tidur dan terjadi gangguan

pada cyrcardian rhythms akibat jet lag atau shift work. Cyrcardian rhythms berfungsi dalam

mengatur tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti metabolisme,
temperatur tubuh, detak jantung dan tekanan darah. Fungsi tersebut dinamakan siklus harian

yang teratur (Setyawati, 2010).

Cyrcardian rhythms dalam fungsi normal mengatur siklus biologi irama tidur-bangun

dimana 1/3 waktu untuk tidur dan 2/3 waktu untuk bangun atau aktivitas. Cyrcardia rhythms

dapat terganggu apabila mengalami pergeseran.

a. Sementara (acute shift work, jet lag)

b. Menetap (shift worker)

Jika irama tidur cyrcardian terganggu akan terjadi perubahan pemendekan waktu

tidur dan perubahan fase REM (Rosati, 2011). Tubuh manusia yang seharusnya istirahat,

tetapi karena diharuskan bekerja maka keadaan ini akan memberikan beban tersendiri dalam

mempengaruhi kesiagaan seorang pekerja yang dapat berkembangmenjadi kelelahan karena

pada malam hari semua fungsi tubuh akan menurun dan timbul rasa kantuk sehingga

kelelahan relatif besar pada pekerja malam (Wijaya, 2005).

Kelelahan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu

korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem yaitu sistem

penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam

thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan

kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis yang

dapat merangsang peralatan dalam tubuh ke arah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan

sebagainya.

Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja diantara

dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat, seseorang dalam

keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih kuat, seseorang dalam keadaan

segar untuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang

sebelumnya tidak jelas. Misalnya peristiwa seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba
kelelahan hilang oleh karena terjadi peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi

tegangan emosi. Dalam keadaan ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat

mengatasi sistem penghambat.

Demikian pula peristiwa monotoni, kelelahan terjadi oleh karena hambatan dari

sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu berat. Kelelahan diatur secara sentral

oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini

saling mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satunya lebih dominan sesuai dengan

keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi bersifat parasimpatis. Agar

tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada

pada kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh (Suma’mur, 2009).

C. Shift Kerja

1. Pengertian Shift Kerja

Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya Shift kerja disamakan dengan

pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah

kontinuitas, pergantian dan jadwal kerjakhusus. Secara umum yang dimaksud dengan Shift

kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari

sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional

dengan menyebutkan jenis Shift kerja tersebut. Shiftkerja disebutkan sebagai pekerjaan yang

secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur Kuswadji dalam Satrio (2015).

Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan

pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja

pagi, sore dan malam.


Sistem shif kerja adalah suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk

memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan

(Muchinsky, 1997).

2. Sistem Shift Kerja

Sistem Shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya

menggunakan tiga Shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap Shift. Menurut Stanton

dalam Satrio (2015) dikenal dua macam sistem Shift kerja yang terdiri dari:

1) Shift Permanen

Tenaga kerja bekerja pada Shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja

pada Shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan

tidur pada siang hari.

2) Sistem Rotasi

Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada Shift yang tetap.

Shiftrotasi adalah Shift rotasi yang dapat dilakukandengan rotasi lambat dan rotasi cepat.

Rotasi lambat, pergantian shift dilakukan 1 bulan. Untuk rotasi shift cepat dilakukan kurang

dari 1 minggu.

Dalam jurnal The Design Of ShiftSistems (1988) yang dikutip dalam Maurits 2011,

dikemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam penentuan

shift kerja, yaitu:

a. Jenis shift kerja pagi, atau siang, atau malam.

b. Panjang waktu shift kerja.

c. Waktu dimulai dan diakhiri suatu shift.

d. Distribusi waktu istirahat.

e. Arah perubahan shift kerja.


Berdasarkan Pasal 79 ayat 2 huruf a UU No.13/2003 shift kerja diatur menjadi 3 (tiga)

shift. Pembagian setiap shift adalah maksimum 8 jam per-hari, termasuk istirahat antar jam

kerja. Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam

per minggu (Pasal 77 ayat 2 UU No.13/2003). Setiap pekerja yang bekerja melebihi

ketentuan waktu kerja 8 jam/hari per-shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 jam

per minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah (tertulis) dari pimpinan

(management) yang diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat 2 UU

No.13/2003).

3. Dampak Shift kerja

Menurut Cooper dan Payne (dalam Satrio, 2015) mengemukakan bahwa efek Shift

kerja yang dapat dirasakan antara lain:

a) Dampak terhadap fisiologis

1. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyakgangguan dan

biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebuskurang tidur selama kerja

malam.

2. Menurunnya kapasitas kerja fisik akibat timbulnya perasaanmengantuk dan lelah.

3. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

b) Dampak terhadap psikososial

Dampak psikososial menunjukkan masalah lebih besar dari dampak fisiologis, antara

lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk

berinteraksi dengan teman, dan menggangu aktivitas kelompok dalam masyarakat. pekerjaan

malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau

sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,

sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan

masyarakat.

c) Dampak terhadap kinerja

Kinerja menurun selama kerja Shiftmalam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan

psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang

berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan

pemantauan.

Shift kerja di periode malam hari akan memaksa para pekerja atau karyawan tidak

bisa istirahat, mata terpaksa terus membuka di saat jam biologis menghendaki tubuh

mendapat istirahat. Akibatnya karyawan akan merasa mengantuk sehingga mempengaruhi

semua aspek kinerja. Dengan demikian tugastugas yang menuntut kewaspadaan visual sudah

pasti akan terpengaruh, demikian juga pekerjaan yang membutuhkan kecermatan seperti

pengolahan informasi dan memori. Tugas yang membutuhkan kegiatan fisik tidak

terpengaruh oleh keadaan mengantuk.

d) Dampak terhadap kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung terjadi pada

usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula

dalam darah bagi penderita diabetes.

e) Dampak terhadap keselamatan kerja

Survei pengaruh Shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan

Smith et.al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi

Shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan

industri terjadi padaShiftmalam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung

banyak terjadi selama Shift pagi dan lebih banyak terjadi pada Shift malam.

D. Perbedaan Kelelahan Kerja Ditinjau dari Shift Kerja (Shift Kerja Pagi dan Shift

Kerja Malam)

Karyawan adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (Manulang, 2002). Karyawan merupakan kekayaan utama dalam suatu

perusahaan, karena tanpa adanya keikutsertaan mereka, aktifitas perusahaan tidak akan

terlaksana.

Tuntutan yang lebih tinggi terhadap karyawan yang diberikan oleh perusahaan sering

memicu terjadinya kelelahan kerja yang dipengaruhi oleh adanya system shift kerja yang

buruk. Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan hal ini

berhubungan dengan irama sirkandian (Circandian Rhythm) menurut Maurits (2010).

Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk

mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam

hari Suma’mur dalam Khalid (2014). Sedangkan menurut Taylor (1970) dalam Khalid (2014)

Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau tambahan kerja siang

hari sebagaimana yang biasa dilakukan.

Pada beberapa penelitian mengenai Circandian Rhythm, berkerja pada malam hari

akan menimbulkan kondisi seperti berikut: produktivitas kerja pekerja pada malam hari lebih

rendah dibandingkan dengan produktivitas kerja pada siang hari. Mangkir kerja/absen pada

shift kerja pagi tinggi bila sebelumnya pekerja mendapatkan shift kerja malam. Mangkir kerja

pada minggu kedua shift kerja pada sistem shift kerja dua mingguan lebih tinggi
dibandingkan dengan shift kerja pada minggu pertama. Mangkir kerja pada shift malam pada

umunya kurang bila dibandingkan dengan pada shift kerja pada siang hari dan pada sistem

shift kerja empat mingguan.

Menurut Grandjean dalam Tarwaka, dkk (2004), sebagaimana kita ketahui, sejak dini

tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada sore hari seluruh bagian tubuh kita aktif

bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur polakerja dan istirahat

ini, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering

disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm. Internal timekeeper inilah yang

mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan.

Peningkatan aktivitas pada sore hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan

darah. Pada malam hari,semua fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk

sehingga kelelahan kerja pada malam hari relative sangat besar (Setyawati, 2010).

Penerapan sistem shift dalam pekerjaan dapat memicu terjadinya kelelahan kerja. Shift

kerja sebagai sebuah pola waktu kerja yang diterapkan perusahaan bagi pekerja, ternyata

memiliki dampak yang cukup besar terhadap kesehatan pekerja (Purbonani, 2014).

Menurut Kartono (1994) penyebab kelelahan kerja adalah karyawan harus melakukan

pekerjaan dalam jangka waktu yang lama tanpa atau kurang istirahat serta tempo atau ritme

kerja dari perusahaan yang tidak sesuai dengan kondisi fisik karyawan. Penyebab lain adalah

karyawan dibebani pekerjaan baik secara fisik maupun psikis yang sangat berat dan tidak

sesuai dengan kemampuan karyawan.


E. Kerangka Konseptual

Karyawan

Shift Kerja Pagi Shift Kerja Malam

( Jam 08.00-16.00 WIB) (Jam 16.00-24.00 WIB)

Kelelahan Kerja (Tarwaka, 2013):

Ciri-ciri kelelahan kerja meliputi :

- Pelemahan kegiatan
- Pelemahan motivasi
- Kelelahan fisik

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian adalah

sebagai berikut : “Ada perbedaan kelelahan kerja karyawan ditinjau dari shift kerja dengan

asumsi karyawan yang shift kerja malam lebih mengalami kelelahan dibandingkan yang shift

kerja pagi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kuantitatif. Pendekatan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan

angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto,2006) yang mengemukakan

penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka,

mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.

Bentuk penelitian kuantitatif penulis gunakan karena untuk mengetahui Perbedaan Kelelahan

Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada Karyawan PT. Tirta Alfin Makmur.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Dalam

penelitian ini, variabel – variabel yang digunakan yaitu:

1. Variabel Bebas (independent variable) :

Shift kerja (shift kerja pagi dan shift kerja malam).

2. Variabel Terikat (dependent variable): Kelelahan kerja.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur,

sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut. Adapun definisi

operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan yang dimulai

dari rasa letih yang kemudian mengarah pada kelelahan mental ataupun fisik dan dapat

menghalangi seorang untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam batas-batas normal lebih

lanjut perasaan lelah ini terjadi ketika seseorang telah sampai kepada batas kondisi fisik atau

mental yang dimilikinya. Untuk mengukur kelelahan kerja disusun berdasarkan Ciri-ciri

Kelelahan kerja menurut Tarwaka (2013): Ciri-ciri kelelahan kerja meliputi :Gejala

pelemahan kegiatan, Gejala pelemahan motivasi, dan Gejala kelelahan fisik.

2. Shift Kerja

Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk

mengerjakan sesuatu oleh perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti mengambil Shift kerja,

dimana Shift kerja ini dibedakan atas dua yakni Shift kerja pagi dan Shift kerja malam.

D. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Dalam penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan salah satu

faktor yang harus diperhatikan. Populasi adalah sejumlah individu yang yang paling sedikit

memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan

PT.Tirta Alfin Makmur,yang berjumlah 90 karyawan.

2.Sampel

Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti maka

subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan

sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya
kurang dari jumlah populasi. Sampel sedikitnya harus memiliki satu sifat yang sama dengan

populasi (Hadi, 2004).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik Total Sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).

Dimana sampel pada penelitian ini 90 orang di bagian produksi di PT.Tirta Alfin Makmur.

Shift pagi Shift malam Jumlah

47 43 90

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah karyawan bagian produksi di PT. Tirta

Alfin Makmur dimana dalam penelitian ini adalah jumlah sampel karyawan yang bekerja di

shift pagi sebanyak 47 orang dan shift malam 43 orang, sehingga jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 90 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui metode

skala. Data dari ke dua variabel akan diperoleh melalui metode skala, yaitu metode

pengumpulan data dengan menggunakan kumpulan pertayaan mengenai suatu objek ( Azwar,

1999). Penggunaan metode skala menurut Hadi (2004) didasari oleh beberapa alasan, yaitu :

(1) subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2), apa yang dinyatakan

subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, (3), interprestasi subjek tentang

pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud

peneliti.

Hadi (2004), skala psikologis mendasarkan diri pada laporan – laporan pribadi (self

report). Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan asumsi sebagai berikut:

1. Subjek adalah yang paling tahu tentang dirinya

2. Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3. Interpretasi subjek tentang pernyataan – pernyatan yang diajukan sama dengan apa yang

dimaksud oleh peniliti.

Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar

pertimbangan:

1. metode skala psikologis merupakan metode yang praktis.

2. Dalam waktu yang relative singkat dapat dikumpulkan data yang banyak.

3. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga dan ekonomis.

Dalam penelitian ini, akan digunakan skala,yaitu skala kelelahan kerja. Alat ukur

yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja adalah skala kelelahan yang disusun

berdasarkan Kelelahan kerja (Tarwaka, 2013): Ciri-ciri kelelahan kerja meliputi : pelemahan

kegiatan, pelemahan motivasi, kelelahan fisik. Kemudian Subjek diberikan dua alternatif

pilihan jawaban, jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Guttman

mempunyai gradasi dari positif sampai negatif, pilihan tersebut yaitu Ya dan Tidak. Setiap

pilihan memiliki nilainya masing-masing, untuk item yang favorable pada pilihan Ya akan

mendapat skor 1 (satu) dan Tidak akan mendapatkan skor 0 (nol). Sedangkan untuk skor

unfavorable pada pilihan Ya akan mendapat skor 0 (nol) dan Tidak akan mendapatkan skor 1

(satu).

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya

alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikhendaki dengan tepat (Azwar, 2000).

Untuk mengetahui validitas dan realibilitas skala kelelahan kerja akan menggunakan jasa

komputer SPSS versi 17.0 for windows sehingga didapatkan butir – butir yang memenuhi
syarat yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk menganalisis data dalam penelitian

ini, maka digunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson.

2. Realibilitas

Realibilitas alat ukur menunjukan derajat konsistensi alat yang bersangkutan, bila

diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi,2009). Realibilitas alat ukur

yang dapat dilihat dari koefesien realibilitas merupakan indikator konsistensi atau alat

kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukur (Azwar,2000).

Uji realibilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan internal

consistency yang hanya memerlukan satu kali penggunaan tes tunggal pada sekelompok

individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi di dalam tes itu sendiri.

Teknik ini pandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi, sehingga hasil penelitian dapat

digeneralisasikan pada populasi (Azwar, 2000).

G. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat perbedaan kelelahan kerja karawan

ditinjau dari shift kerja karyawan adalah dengan menggunakan Uji T-Test. Dimana uji T-Test

digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata- rata) data lebih dari dua kelompok. Cara

pengitungan dibantu dengan menggunakan program SPPS 17.0 for windows.

Sebelum diajukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap variabel

– variabel penelitian yang meliputi:

a. Uji Normalitas

Adapun maksud dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi dari

penelitian masing – masing variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung telah

menyebar secara normal. Uji Normalitas sebaran dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0

for windows.
b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel yang

digunakan dalam penelitian bersifat homogen. Pengukuran Homogenitas dilakukan dengan

bantuan SPPS 17.0 for windows.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan

dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, tempat penelitian

dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian serta hasil penelitian.

A. Orientasi Kancah Penelitian

PT. TIRTA ALPIN MAKMUR (AMOZ)

Amoz adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang di produksi

oleh Pt. Tirta Alpin Makmur di Medan (SUMUT) tepatnya di Desa Ujung Labuhan

kecamatan Namorambe Kab Deli Serdang. Amoz sendiri sudah ada sejak tahun 2000. Amoz

adalah merek air minum dalam kemasan (AMDK) dengan penjualan yang cukup besar di

sebagian besar wilayah Sumut. Bahkan pejualan nya sudah beredar di berbagai wilayah aceh

dan pekan baru. Serta bisa bersaing dengan air minum dalam kemasan (AMDK) merek lain

misalnya ; Aqua, Cleo, Fren’o, dll.

Pt. Tirta Alpin Makmur didirikan oleh bapak Kendro Tjahja pada tahun 2000. Bapak

Kendro Tjahja adalah pengusaha asal Sumut Indonesia yang berdarah Tionghoa.

Pada awalnya Bapak Kendro Tjahja membeli tanah atau tanah kosong di deasa Ujung

Labuhan kecamatan Namorambe pada tahun 1998. Luas lahan kosong itu luasnya mencapai 3

hektare. Sebelumnya bapak Kendro tjahja tidak berpikiran akan membuat usaha atau pabrik

dilahan kosong tersebut. Melainkan hanya untuk bercocok tanam seperti menanam ubi,

jagung, dll.
Di perkebunan itu terdapat pancuran air yang mengalir deras dari bawah tanah.

Setelah diperiksa dan di cek ternyata di perkebunan milik bapak Kendro Tjahja memiliki mta

air yang bersih nan jernih. Sehingga muncullah ide untuk membuat atau mendirikan

Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang diberi nama Amoz. Tepat nya awal

tahun 2000 Pt Tirta Alpin Makmur (AMOZ) beroperasi.

Seiring berjalannya waktu bapak kendro Tjahja memerintahkan anaknya William

Tjahja, guna untuk menggantikan dirinya sebagai Direktur Pt Tirta Alpin Makmur hingga

sekarang. Dan itulah sejarah singkat Berdirinya Pt Tirta Alpin Makmur.

B. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian ini meliputi administrasi dan persiapan alat ukur penelitian.

Adapun persiapan – persiapan yang dimaksud adalah sebagai berikut, yaitu :

1. Persiapan Administrasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mengadakan persiapan yang

berhubungan dengan kelengkapan administrasi, yaitu hal yang menyangkut perizinan

penelitian yang disetujui oleh kepala pimpinan perusahaan. Langkah – langkah yang

dilakukan dalam melakukan persiapan administrasi adalah dengan mendatangi langsung ke

perusahaan dan meminta izin kepada bapak pimpinan perusahaan. Setelah mendapatkan

persetujuan dari kedua sekolah, peneliti mengurus surat pengantar permohonan izin

penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.

2. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Persiapan yang dimaksud adalah mempersiapkan alat ukur yang nantinya digunakan

untuk penelitian, yakni dimulai dengan penyusunan skala kelelahan kerja. Skala kelelahan

disusun berdasarkan tiga komponen gejala kelelahan yang saling menunjang menurut

Tarwaka (2013), yang meliputi (a) pelemahan kegiatan, (b) pelemahan motivasi dan (c)
kelelahan fisik. Skala kelelahan kerja ini disusun berdasarkan skala guttman. Nilai skala

setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan Ya atau Tidak. Peneliti

terlebih dahulu membuat blue print yang isinya memuat tentang indikator dari sikap

karyawan terhadap gejala yang dapat memberikan gambaran mengenai isi dan dimensi

kawasan ukur yang akan dijadikan acuan dalam aitem penelitian. Blue print tersebut dibuat

untuk variabel Y, yaitu gejala kelelahan terhadap karyawan. Untuk lebh jelasnya lihat Tabel

di bawah ini :

Tabel 1
Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba

Variabel Aspek Indikator No Item Jlh item


Pikiran kacau 1,2,35 3
Berdiri tak 4,3,36 3
stabil
Pelemahan Berat di kaki 6,7,37 3
Pekerjaan Ingin 7,8, 38 3
berbaring
Lelah seluruh 9,10, 39 3
badan
Kelelahan Kepercayaan 11,12,40 3
Kerja diri kurang
Lelah untuk 13,14,41 3
bicara
Pelemahan Tiak 15,16,42 3
Motivasi berkonsentrasi
Sulit 17,18,43 3
mengontrol
sikap
Tidak tekun 19,20,44 3
dalam
pekerjaan
Sakit kepala 21,22,45 3
Kaku di bahu 23,24,46 3
Suara serak 25,26,47 3
Sesak Napas 27,28,48 3
Kelelahan Termo pada 30,29 2
Fisik anggota badan
Spasme di 32,31,49 3
kelopak mata
Perasaan 33,34,50 3
kurang sehat
JUMLAH 50

C. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan ini dilaksanakan di PT.TIRTA ALPIN MAKMUR (AMOZ) yang

terletak di Desa Ujung Labuhan Batu Kec. Namorambe Kab. Deli Serdang. Sebelum

melakukan penelitian, peniliti terlebih dahulu survei langsung ke lapangan dan menemui

kepala pimpinan dengan memberikan surat pengantar penelitian dari fakultas Psikologi

Universitas Medan Area.

Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 4 september 2017 pukul 08 :00 WIB

dimana peneliti memberikan surat pengantar penelitian dari Universitas Medan Area kepada

kepala pimpminan perusahaan yang mana sudah mendapatkan izin sebelumnya. Pada hari itu

juga peneliti menjelaskan tata cara pengambilan data kepada kepala pimpinan dan kepala
pimpinan pun menyetujuinya. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 4 september setelah

selesai melaksanakan pekrjaan yang dibantu oleh pimpinan direksi. Sebelum membagikan

skala ukur kepada para karyawan, Peneliti memberikan informasi mengenai maksud dan

tujuan peneliti melakukan penelitian serta tata cara pengesin skala ukur.

Setelah para karyawan memahami instruksi yang peneliti berikan, skala ukur segera

dibagikan. Pengisian skala ukur berlangsung selama 20 menit dan saat pengesian skala alat

ukur para karyawan dipersilahkan bertanya mengenai hal yang tidak dipahami oleh mereka.

Setelah 20 menit berlalu dan memastikan subjek telah mengisi skala ukur dengan baik, skala

ukur kemudian diambil dan dikumpulkan satu persatu. Setelah semua skala terkumpul,

peneliti menutup dengan mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan yang telah

bersedia membantu peneliti dalam pengambilan data.

Penilaian terhadap butir – butir skala dilakukan dengan cara membuat format nilai

berdasarkan skor – skor yang ada pada setiap lembarnya, kemudian skor yang merupakan

pilihan subjek pada setiap butir pernyataan di pindakan ke Microsoft Excel 2007 yang di

format sesuai dengan keperluan tabulasi data, yaitu kolom untuk nomor subjek dan baris

untuk nomor pernyataan.

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian

1. Analisis data uji coba

Berdasarkan data uji coba skala kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja dalam

penelitian ini menunjukan bahwa dari jumlah aitem yang diuji coba sebanyak 50 aitem,

terdapat 40 aitem yang memenuhi indeks diskriminasi rix > 0,3. Menurut Azwar (2006)

menyatakan bahwa kriteria berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan batasan (

batasan koefisiensi reliabel) rix > 0,3. Semua aitem yang mencapai koefesien korelasi

minimal 0,3 daya bedanya dianggap semakin memuaskan. Setelah uji coba, sebanyak 10

aitem dinyatakan gugur yaitu butir 1, 2, 3, 10, 36, 39, 40, 41, 43 dan 50 . Sedangkan butir
pernayataan yang berjumlah 40 butir pernyataan mempunyai koefisiensi rix = 0,314 sampai

dengan rix = 0,689. Maka ada 40 butir skala kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja yang valid

untuk disebar. Berikut dibawah ini tabel distribusi hasil uji coba skala kelelahan kerja ditinjau

dari shift kerja.

Tabel 2
Skala Kelelahan kerja Setelah Uji Coba (Valid dan Gugur)

Aitem
Variabel Ciri-ciri Indikator
Valid Gugur Total
Pelemahan Pikiran Kacau 35 1, 2 3
Pekerjaan Berdiri Tidak 4 3, 36 3
Stabil
Berat di Kaki 6, 7, 37 - 3
Ingin Berbaring 7,8 ,38 - 3
Lelah Seluruh 9 10, 39 3
Badan
Pelemahan Kepercayaan 11, 12 40 3
Motivasi Diri Kurang
Lelah Untuk 13, 14 41 3
Bicara
Tidak 15, 16, 42 - 3
Berkonsentrasi
Sulit 17, 18 43 3
Kelelahan
Mengontrol
Kerja
Sikap
Tidak Tekun 19, 20, 44 - 3
dalam
Pekerjaan
Kelelahan Sakit Kepala 21, 22, 45 - 3
Fisik Kaku di Bahu 23, 24, 46 - 3
Suara Serak 25, 26, 47 - 3
Sesak Napas 27, 28, 48 - 3
Termo pada 30, 29 - 2
Anggota Badan
Spasme di 32,31, 49 - 3
Kelopak Mata
Perasaan 33, 34 50 3
Kurang Sehat
Jumlah 40 10 50

Setelah pengujian validitas aitem, kemudian dilanjutkan dengan analisis reliabilitas.

Teknik uji realibilitas skala kelelahan kerja menggunakan alpha cronbach’s dan diperoleh
reliabilitas sebesar = 0,879. Hasil perhitungan reliabilitas skala data penelitian dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas Skala Data Penelitian

Reliability Statistics

Cronbach’s
N of Item
Alpha

,926 50

2. Hasil Uji Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Anava. hal

ini dilakukan sesuai dengan judul penelitian dan indentiikasi variabel – varibelnya. Namun

sebelum data analisis dengan analisis anava, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap

variabel yang menjadi pusat perhatian, yaitu data variabel kelelahan kerja ditinjau dari shift

kerja, yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian ini telah

menyebar secara normal. Uji normalitas ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov-

Smirnov dan menggunakan bantuan SPSS versi 17.00 for windows. Data dikatakan

berdistribusi normal apabila Asymp Sig. (2-tailed) > 0,05 dan sebaliknya, Apabila Sig. (2-

tailed)< 0,05maka distribusi data tidak normal. Untuk data kelelahan kerja ditinjau dari shift

kerja diperoleh Sig. (2 – tailed)= 0,146. Hasil ini menunjukkan bahwa penyebaran data
kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja terdistribusi normal dimana Sig. (2 – tailed) atau p =

0,146 > 0,05. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel berikut:

Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Sebaran

Variabel Mean SD K- S P Keterangan

Sebaran
Kelelahan Kerja 35,01 10,51 1,145 0,146
Normal

Keterangan :

Mean :Nilai rata – rata

K-S : Harga Kolmogorv – Smirnov

SD : Standart Deviasi

P : Peluang terjadinya kesalahan

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui derajat kebebasan perbedaan variabel

bebas (shift kerja pagi dan shift kerja malam) terhadap variabel terikat (kelelahan kerja).

Sebagai kriterianya apabila p beda > 0,05 maka dinyatakan homogen (Nisfiannoor, 2009).

Tabel berikut ini merupakan rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas varians :

Tabel 5
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians

Uji
Variabel f P Keterangan
Homogenitas

Shift Kerja (Shift


Kerja Pagi dan Levene Test 1,500 0,193 Homogen
Shift Kerja
Malam)
b. Hasil Perhitungan Uji Beda

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis T-

test,dimana teknik analisis ini digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua group yang

tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua group tersebut mempunyai rata-rata

yang sama ataukah tidak secara signifikan.

Adapun kriteria dalam uji T-test ini adalah apabila nilai Sig. (2-tailed) atau p< 0,05

maka hipotesis awal dalam penelitian ini diterima yaitu terdapat perbedaan, dan sebaliknya

jika nilai Sig. (2-tailed) atau p> 0,05 maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak yaitu tidak

terdapat perbedaan.

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis T-test, maka hipotesis awal dalam

penelitian ini diterima yaitu terdapat perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja.

Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien p yaitu 0,000 dimana p = 0,000

<0,05 dan juga koefisien t hitung< dari t tabel = -5,527 < 1,984.

Tabel 6
Rangkuman Hasil Analisis Uji T-test

t-test for Equality of Means


t Df Sig. (2- Mean Std.
tailed) / Differen Error
p ce Differenc
e
Equal -5,527 98 ,000 -13,260 ,854
variances
assumed
Equal -5,527 91,997 ,000 -13,260 ,854
variances
not assumed

1. Hasil perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik

a. Mean Hipotetik
Mean hipotetik adalah mean atau rata – rata skor dari jumlah butir skala yang dipakai

dalam penelitian. Oleh karena itu mean ini bersifat sementara karena mengacu pada jumlah

butir pernyataan bukan berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh subjek. Metode untuk

mencari mean hipotetik ini adalah dengan mengalikan jumlah butir pernyataan yang dipakai

dalam penelitian dengan alternatif jawaban terendah dan tertinggi dari jumlah butir

pernyataan yang dipakai dalam mengungkap kelelahan kerja diitnjau dari shift kerja. Dalam

penelitian ini sebanyak 40 butir pernyataan, dimana terdapat 40 butir pernyataan yang valid,

yang dimuat dalam 2 kategorisasi. Nilai mean hipotetiknya adalah :{(40x1) + (40x0 )} / 2 =

20.

b. Mean Empirik

Mean empirik merupakan mean atau nilai rata – rata yang diperoleh dari hasil

penelitian, yang mana mean ini mengacu pada total keseluruhan skor subjek. Berdasarkan

hasil analisis dalam penelitian ini, diketahui nilai rata – rata empirik untuk kelelahan kerja

diitnjau dari shift kerja pagi sebesar 17,85 dan nilai rata – rata empirik untuk kelelahan kerja

diitnjau dari shift kerja malam sebesar 37,37.

c. Kriteria

Dalam upaya untuk mengetahui kriteria kelelahan kerja diitnjau dari shift kerja (tinggi

atau rendah), maka perlu dibandingkan antara mean/ nilai rata- rata dengan memperhatikan

jumlah bilangan variabel yang sedang diukur, jadi apabila mean / nilai rata- rata hipotetik <

mean/ nilai rata – rata empirik dimana selisihnya melebihi bilangan satu SB/SD maka

dinyatakan bahwa subjek penelitian memiliki kelelahan kerja yang tinggi dan apabila mean/

nilai rata – rata hipotetik > dari mean/nilai rata- rata empirik dimana selisihnya melebihi nilai

satu SB/SD, maka dinyatakan bahwa subjek penelitian memiliki kelelahan kerja yang rendah.
Selanjutnya apabila mean/ nilai rata- rata hipotetik < mean/ nilai rata- rata empirik dimana

selisihnya tidak melebihi bilangan satu SB/ SD, maka dinyatakan bahwa subjek penelitian

memiliki kelelahan yang sedang. Tabel mean dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Perhitungan Nilai Rata- rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Empirik

Nilai Rata-rata
Variabel SD/SB Keterangan
Hipotetik Empirik

Shift Kerja
20 17,85 4,87 Rendah
Pagi
Shift Kerja
Malam 20 37,37 9,68 Tinggi

Kelelahan
Kerja 20 35,01 10,51 Tinggi

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analisis T-test diketahui bahwa terdapat

perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur.

Hasil ini diketahui dengan melihat nilai atau koefisien p = 0,000 < 0,050 dan koefesien t

hitung < t tabel (-5,527 < 1,984) yang artinya ada perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift

kerja pada karyawan PT. Tirta Alfin Makmur. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka

hipotesis penelitian ini “diterima”. Dimana perbedaan ini juga dapat dilihat dari nilai mean

atau rata – rata yang di peroleh oleh kelompok karyawan, yaitu karyawan yang bekerja di

shift pagi 17,85 (Lebih rendah) dibandingkan karyawan yang bekerja di shift malam dengan

nilai mean 37,37 (Tinggi).


Berbagai masalah dan persoalan yang dapat dirasakan oleh karyawan yang bekerja

secara shift adalah terganggunya kualitas dan jam tidur serta menurunnya kualitas hubungan

dengan keluarga yang akan berdampak pada timbulnya ganguan seperti depresi, cemas dan

stres. Karyawan yang bekerja pada periode shift kerja pagi dan sore tidak mengalami

kelelahan berarti karena mereka dapat istirahat sesuai dengan irama biologis tubuh. Mereka

dapat istirahat manakala tubuh membutuhkan waktu untuk istirahat. Tetapi karyawan yang

bekerja pada shift kerja malam hari berhadapan dengan kondisi yang bertentangan dengan

irama biologis tubuh. Mereka terpaksa tidak dapat istirahat yang berakibat pada kelelahan

fisik mereka. Mereka akan mendapatkan kesulitan menghadapinya karena kondisi mereka

yang sangat lelah Marif dalam (Widyasari, 2010).

Hal tersebut telah sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Nomawati

(2009) bahwa ada perbedaan kelelahan subyektif antara tenaga kerja shift pagi, shift sore, dan

shift malam. Hal ini juga telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Grandjean (1993)

dalam Tarwaka, dkk (2004) sebagaimana diketahui, sejak dini tubuh sudah terpola mengikuti

siklus alam. Pada siang hari seluruh bagian tubuh aktif bekerjan dan pada malam hari dalam

keadaan istirahat.

Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh memiliki pengatur

waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian

rhytm. Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagi aktifitas tubuh seperti bekerja, tidur

dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktifitas pada siang hari mendorong adanya

peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan

menurun dan timbullah rasa kantuk. Hal ini didukung oleh kondisi alam seperti adanya siang

dan malam. Kondisi tubuh yang sudah terpola ini tentunya sulit untuk diubah. Oleh karena itu

apabila tubuh dituntut untuk bekerja pada malam hari, tentunya perlu penyesuaian dan

pengaturan jadwal kerja yang tepat sehingga pekerja tetap dapat berprestasi.
Suma’mur (2009) mengatakan bahwa bekerja pada kerja bergillir malam paling

berpotensial menyebabkan terjadinya kelelahan, waktu istirahat yang diberikan setelah

bekerja dengan rotasi kerja bergilir khususnya untuk kerja malam belum cukup untuk

memulihkan tenaga, karena setelah bekerja pada kerja bergilir malam tenaga kerja masuk

kerja pada kerja bergilir pagi.

Kuswaji (1997) dalam Tarigan (2006) menyatakan pola kerja yang berubah pada kerja

bergilir dapat menyebabkan kelelahan meningkat akibat perubahan pada cyrcardian rhytm

khususnya pada tenaga kerja bergilir malam.

Berdasarkan pembahsan di atas bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu terdapat perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja pada karyawan PT. Tirta

Alfin Makmur. Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan diterima.


BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan simpulan dan saran – saran sehubungan dengan hasil

yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan simpulan dari

peneilitian ini dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran – saran yang mungkin dapat

berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat dibuat beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Terdapat perbedaan kelelahan kerja ditinjau dari shift kerja pada karyawan PT. Tirta Alfin

Makmur, hasil t-Test yang menunjukkan indeks perbedaan (t count) dengan nilai atau

koefisien p-value = 0,000 < 0,050 dan koefesien t hitung < t tabel (-5,527 < 1,984). Dari

hasil penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dinyatakan “diterima”.

2. Adanya perbedaan juga dapat dilihat dari perbedaan mean rata – ratakaryawan yang

bekerja shift pagi dengan karyawan yang bekerja shift malam, dimana kelelahan kerja

karyawan yang bekerja shift malam memiliki nilai rata – rata 37,37 (lebih tinggi)

sedangkan kelelahan kerja karyawan yang bekerja shift malam memiliki nilai rata – rata

sebesar 17,85 (lebih rendah). Hal ini mengandung makna bahwa kelelahan kerja karyawan

yang bekerja shift malam lebih tinggi dibandingkan dengan kelelahan karyawan yang

bekerja di shift pagi di PT.Tirta Alfin Makmur . Berdasarkan hasil ini, maka hipotesis

yang telah diajukan dalam penelitian ini dinyatakan diterima.

3. Berdasarkan penelitian ini diketahui juga bahwa kelelahan kerja karyawan yang bekerja

shift malam secara umum dinyatakan tergolong tinggi dimana hal ini didasarkan pada nilai

rata- rata empirik dari kelelahan kerja karyawan yang bekerja shift malam (37,37) lebih

besar dari pada nilai rata – rata hipotetiknya (20), dan


4. kelelahan kerja karyawan yang bekerja shift pagi tergolong lebih rendah dimana hal ini

didasarkan pada nilai rata – rata empirik dari kelelahan kerja karyawan yang bekerja shift

pagi (17,85) lebih kecil dari pada nilai rata – rata hipotetiknya (20).

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran :

1. Saran kepada tenaga kerja

Bagi tenaga kerja sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan oleh

perusahaan, selanjutnya bisa mengatur sendiri waktu istirahat dan waktu tidur pada saat off

kerja untuk meminimalisir terjadinya kelelahan kerja dan menyediakan waktu luang untuk

istirahat yang cukup untuk persiapan sebelum bekerja shift malam.

2. Saran kepada perusahan

Pihak perusahaan sebaiknya jika mmeungkinkan dapat menerapkan sistem rotasi kerja

yang pendek misalnya 2-2-2 atau 2-2-3 untuk meminimalisir terjadinya kelelahan kerja yang

disebabkan oleh kerja shift malam dan untuk mengurangi gangguan tidur. Serta perusahann

diharapkan melakukan evaluasi terus menerus mengenai karyawan melalui produktivitas

kerja karyawan.

3. Saran kepada peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya, agar dapat mengungkapkan faktor – faktor lain

yang tidak terlihat yang mempengaruhi kelelahan kerja, diharapkan juga untuk peneliti

selanjutnya dapat mengungkapkan secara lebih detail gambaran tentang kelelahan kerja.
LAMPIRAN

A. ALAT UKUR PENELITIAN

A-1 SKALA KELELAHAN KERJA


PENGANTAR

Salam Kenal...

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. Pada kesempatan ini,
saya ingin meminta bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner yang telah saya susun. Pada
bagian pengisian akan tersedia petunjuk pengisian, maka bacalah terlebih dahulu petunjuk
pengisian sehingga jawaban yang anda berikan sesuai dengan apa yang diminta.

Jawaban yang anda berikan tidak bersifat benar atau salah, sehingga setiap individu dapat
memilih jawaban yang berbeda.

Selain itu, anda diminta untuk mengisi identitas diri yang tertera dalam kuesioner ini. Semua
data identitas dan jawaban yang Bapak/ Ibu berikan hanya untuk kepentingan studi dan akan
terjamin kerahasiaannya.

Demikian atas bantuan dan partisipasi Bapak – bapak dan Ibu - ibu, saya ucapkan terima
kasih.

Medan, September 2017

Peneliti

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Nama (Inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Status Keluarga :
Petunjuk Pengisian

Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan.
Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan
kondisi anda, dengan cara mecentrang () salah satu dari empat pilihan jawaban yang
disediakan (Ya, atau Tidak) pada bagian kanan masing-masing pernyataan.

Contoh

No. Pernyataan YA Tidak

1. Saya pernah pingsan saat bekerja

ANGKET

NO PERNYATAAN YA TIDAK
1 Saya merasa cemas apabila pekerjaan yang saya lakukan belum selesai
2 Saya meras sulit untuk berpikir secara jernih
3 Saya merasa ada beban berat di kepala apabila saya mendapatkan kerja yang berlebihan
4 S a ya m e r a s a i n g i n j a t u h s e t i a p s a ya b e k e r j a .
5 Saya merasa tidak kuat lagi berjalan ketika selesai bekerja
6 S a ya m e r a s a i n g i n j a t u h s e t i a p s a ya b e k e r j a .
7 ketika bekerja badan selalu ingin berbaring
8 Sehabis jam istirahat,saya sulit bangkit untuk melakukan kegiatan lagi
9 beban kerja yang menumpuk membuat badan saya pegal
10 Dalam bekerja saya sering mual.
11 Saya merasa cemas jika tidak bisa mencapai target pekerjaan saya
12 Saya merasa gugup jika dihadapkan dengan adanya tekanan dalam pekerjaan
13 Saya merasa tidak sanggup untuk memulai bicara kepada
14 Saya malas menanggapi pertnyaan teman kerja saya
15 Saya merasa sulit untuk memulai mengerjakan sesuatu
16 Terkadang saya melupakan tugas yang diberikan pada saya
17 S a ya m e r a s a b e r t i n d a k l a m b a n d a l a m b e k e r j a
18 S a ya m u d a h e m o s i j i k a d i g a n g g u r e k a n k e r j a
19 Saya mengabaikan pekerjaan tambahan yang diberikan oleh perusahaan
20 Saya merasa malas untuk bekerja melebihi jam kerja yang seharusnya
21 Saya merasa kepala saya sakit setelah selesai bekerja
22 .Ketika saya banyak bepikir untuk melakukan pekerjaan maka saya sering sakit kepala
23 Bahu saya sulit digerakkan setiap kali mengangkat benda yang berat dalam bekerja
24 Saya merasa ada beban berat di bahu pada saat bekerja
25 tenggorokan saya sakit ketika kerja terlalu keras
26 Suara saya hilang karena bekerja yang berlebihan
27 saya merasakan sakit dibagian dada ketika kerja terlalu banyak
28 Saya merasa susah bernafas apabila beban kerja saya banyak
29 terkadang anggota badan saya sering bergetar jika bekerja
30 Saya merasa badan saya gemetar apabila mengangkat benda yang berat dalam bekerja
31 Mata saya sering kedutan
32 Mata saya perih jika terlalu lama bekerj a
33 Saya merasa kurang bersemangat setiap kali pergi bekerja
34 S a ya m e r a s a s a k i t s e t i a p a k a n p e r g i b e k e r j a
35 saya merasa daya piker saya menurun
36 Saya sering merasa sempoyongan ketika berdiri
37 Betis saya sering terasa nyeri ketika di bawa berjalan
38 kerja menjadi enak,sehabis badan dibaringkan
39 jika berdiri dan tidak bersandar terlalu lama pinggang saya
40 Saya kurang percaya diri dengan hasil kerja saya
41 mulut saya sulit digerakan untuk berbicara
42 Saya sulit memusatkan perhatian terhadap sesuatu
43 saya tidak bias mengontrol sikap saya kepada teman kerja
44 Saya sering menunda nuda menyelesaikan pekerjaan saya
45 Saya sulit mengangkat kepala saya ssehabis bekerja
46 Bahu saya merasa linu dibagian dalam
47 saya sulit mengeluarkan suara saya jika kerja terlalu banyak
48 nafas saya langsung merasa sesak ketika dibebankan kerjaan
49 penglihatan saya jadi kurang jelas jika beban kerja banyak
50 Saya merasa lemas jika ingin pergi bekerja
B. DATA PENELITIAN
C. LAMPIRAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 89 98.9
Excludeda 1 1.1
Total 90 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.926 50

Item Statistics
Std.
Mean Deviation N
VAR00001 .5618 .49898 89
VAR00002 .7416 .44025 89
VAR00003 .7640 .42700 89
VAR00004 .6742 .47134 89
VAR00005 .7191 .45198 89
VAR00006 .8202 .38618 89
VAR00007 .7191 .45198 89
VAR00008 .4831 .50255 89
VAR00009 .7978 .40395 89
VAR00010 .8876 .31760 89
VAR00011 .7978 .40395 89
VAR00012 .7865 .41209 89
VAR00013 .9101 .28764 89
VAR00014 .8315 .37647 89
VAR00015 .6629 .47539 89
VAR00016 .5281 .50204 89
VAR00017 .5955 .49357 89
VAR00018 .5281 .50204 89
VAR00019 .5955 .49357 89
VAR00020 .5169 .50255 89
VAR00021 .5843 .49564 89
VAR00022 .6854 .46699 89
VAR00023 .6966 .46232 89
VAR00024 .6742 .47134 89
VAR00025 .5281 .50204 89
VAR00026 .5955 .49357 89
VAR00027 .7191 .45198 89
VAR00028 .6629 .47539 89
VAR00029 .7528 .43382 89
VAR00030 .7416 .44025 89
VAR00031 .7416 .44025 89
VAR00032 .7528 .43382 89
VAR00033 .8315 .37647 89
VAR00034 .7640 .42700 89
VAR00035 .7753 .41976 89
VAR00036 .6966 .46232 89
VAR00037 .6404 .48259 89
VAR00038 .5730 .49744 89
VAR00039 .7528 .43382 89
VAR00040 .7079 .45732 89
VAR00041 .8090 .39533 89
VAR00042 .6854 .46699 89
VAR00043 .6966 .46232 89
VAR00044 .6854 .46699 89
VAR00045 .7416 .44025 89
VAR00046 .7528 .43382 89
VAR00047 .7753 .41976 89
VAR00048 .7303 .44630 89
VAR00049 .7753 .41976 89
VAR00050 .7303 .44630 89
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 34.6180 109.807 -.076 .930
VAR00002 34.4382 106.726 .258 .926
VAR00003 34.4157 108.041 .117 .927
VAR00004 34.5056 105.207 .396 .925
VAR00005 34.4607 105.683 .363 .926
VAR00006 34.3596 104.574 .575 .924
VAR00007 34.4607 103.410 .614 .923
VAR00008 34.6966 104.646 .425 .925
VAR00009 34.3820 105.171 .474 .925
VAR00010 34.2921 107.368 .273 .926
VAR00011 34.3820 105.466 .438 .925
VAR00012 34.3933 106.037 .360 .926
VAR00013 34.2697 106.881 .387 .925
VAR00014 34.3483 105.616 .453 .925
VAR00015 34.5169 103.616 .560 .924
VAR00016 34.6517 102.025 .689 .923
VAR00017 34.5843 103.882 .511 .924
VAR00018 34.6517 103.366 .553 .924
VAR00019 34.5843 102.905 .611 .923
VAR00020 34.6629 103.794 .509 .924
VAR00021 34.5955 102.812 .617 .923
VAR00022 34.4944 103.276 .608 .923
VAR00023 34.4831 105.798 .342 .926
VAR00024 34.5056 103.185 .612 .923
VAR00025 34.6517 102.684 .622 .923
VAR00026 34.5843 103.359 .564 .924
VAR00027 34.4607 105.115 .426 .925
VAR00028 34.5169 103.366 .587 .924
VAR00029 34.4270 104.907 .469 .925
VAR00030 34.4382 104.749 .479 .925
VAR00031 34.4382 105.658 .377 .925
VAR00032 34.4270 105.497 .401 .925
VAR00033 34.3483 104.389 .615 .924
VAR00034 34.4157 104.473 .528 .924
VAR00035 34.4045 105.085 .465 .925
VAR00036 34.4831 106.253 .293 .926
VAR00037 34.5393 103.842 .527 .924
VAR00038 34.6067 103.969 .497 .924
VAR00039 34.4270 107.566 .168 .927
VAR00040 34.4719 107.025 .214 .927
VAR00041 34.3708 108.100 .122 .927
VAR00042 34.4944 106.026 .314 .926
VAR00043 34.4831 107.025 .212 .927
VAR00044 34.4944 105.707 .348 .926
VAR00045 34.4382 103.976 .567 .924
VAR00046 34.4270 104.975 .461 .925
VAR00047 34.4045 105.675 .395 .925
VAR00048 34.4494 104.887 .457 .925
VAR00049 34.4045 104.607 .522 .924
VAR00050 34.4494 106.478 .281 .926
D. LAMPIRAN UJI NORMALITAS

1. Secara Keseluruhan

Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
VAR00001 90 35.0111 10.51643 7.00 50.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


VAR00001
N 90
a,,b
Normal Parameters Mean 35.0111
Std. Deviation 10.51643
Most Extreme Absolute .121
Differences Positive .077
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z 1.145
Asymp. Sig. (2-tailed) .146
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

2. Masing-masing Variabel
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
Shift Kerja 47 32.8511 10.87874 7.00 49.00
Pagi
Shift Kerja 43 37.3721 9.68559 16.00 50.00
Malam

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Shift Kerja Shift Kerja
Pagi Malam
N 47 43
a,,b
Normal Parameters Mean 17.8511 37.3721
Std. Deviation 4.87874 9.68559
Most Extreme Absolute .125 .127
Differences Positive .076 .096
Negative -.125 -.127
Kolmogorov-Smirnov Z .854 .831
Asymp. Sig. (2-tailed) .460 .494
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

E. UJI HOMOGENITAS

Test of Homogeneity of Variances


VAR00001
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.500 11 25 .193
3.
F. UJI T-Test

t-test for Equality of Means


t Df Sig. (2- Mean Std.
tailed) / Differen Error
p ce Differenc
e
Equal -5,527 98 ,000 -13,260 ,854
variances
assumed
Equal -5,527 91,997 ,000 -13,260 ,854
variances
not assumed
DAFTAR PUSTAKA

Adi, D. P. G. S., Suwondo, A., Lestyanto, D., 2013. Hubungan Antara Iklim Kerja, Asupan
Gizi Sebelum Kerja, dan Beban Kerja Terhadap Tingkat Kelelahan Pada Pekerja Shift
Pagi Bagian Packing PT. X Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Volume 2, Nomor 2. FKM Undip.
Eraliesa, F. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kejra
Bongkar Muat di Pelabuhan Tapak Tuan Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2008.Skripsi.FKM USU.
Hasibuan, Malayu. (2013). ”Manajemen Sumber Daya Manusia”. Cetakan Ketujuh
Belas Jakarta. Bumi Aksara.

Kambey, F. L. (2013). Pengaruh Pembinaan, Pelatihan dan Pengembangan, Pemberdayaan


dan Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. Njonja Meneer.
Kartono . 1994. Psikologi Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta : PT Grafindo
Persada.
Kusumaningtyas, P. (2012) Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Subjecti Pada Tenaga
Kerja Di Bagian Weaving PT. TYFOUNTEX SUKOHARJO.
Kusumawardani, L. (2012) Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Perawat Wanita
Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta.
Mauludi M N. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada Pekerja di
Proses Produksi Kantong Semen PBD(Paper Bag Devision) PT. Indosemen Tunggal
Prakarsa Tbk Citeureup Bogor.Tesis Imiah. Jakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Muizzudin, A. (2013) Hubungan Antara Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada
Tenaga Kerja Bagian Tenun Di PT. ALKATEX TEGAL.

Oesman, T. I. (2011). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja
Melalui Subjective Self Rating Test. Proceeding 11th National Conference of
Indonesian Ergonomics Society 2011 ISSN: 2088-9488.
Putra, T.H. (2012) Pengaruh shift I, II, dan III terhadap terjadinya kelelahan kerja pada
karyawan.
Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta: Salemba
Empat.

Safaria, T & Saputra, N. E. (2009) Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana
Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda.(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), hlm.
28.

Satrio, P (2015) Pengaruh Shift Kerja dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Pramuniaga Di PT
Circleka Indonesia Utama Cabang Yogyakarta.

Setyawati, L.M. 2010. Hubungan Shift Kerja dengan gangguan Tidur dan Kelelahan Kerja
Perawat Instansi Rawat Darurat RS DR. Sardjito . Yogyakarta. Sains Kesehatan Vol
19 (2).

Suma’mur, PK . 2009. Higien Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) .Jakarta : CV


Sagung Seto.

Tarwaka. 1999. Dasar-dasar pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo :
Harapan Press.

Umyati. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Penjahit Sektor Usaha Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang Tahun
2009. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Hidayatullah.

Zuraida, R. (2013) Analisis Beban Kerja Dan Kelelahan KerjaKaryawan Front Lin Di
Institusi “X”. INASEA, Vol. 14 No.2, Oktober 2013: 128-138. Industria Engineering
Department, Faculty of Engineering, Binus University.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai