Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PERHITUNGAN

4.1. Perhitungan poros


Daya nominal motor penggerak adalah 1 HP = 0,746 kW . Dan putaran
motor = 1300 rpm. Maka daya rencana Pd adalah :

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5

Dari tabel tersebut diperoleh bahwa Fc = 1,5, maka :

Pd = 1,119 kW

Dimana,
Pd = Daya rencana (kW)
Fe = Faktor Koreksi
P = Daya nominal motor penggerak (kW)

4.1.1. Momen puntir (T )


Poros motor akan selalu mendapat beban gaya-gaya luar yang bekerja
antara lain :
a) Gaya torsi atau puntiran yang besarnya tergantung pada daya yang
diteruskan.
b) Gaya bending atau lentur yang disebabkan oleh adanya beban statis
akibat beratnya sendiri dan bagian-bagian yang terletak pada poros
dan tergantung pada gaya radial, juga kemungkinan akibat balancing
yang tidak tepat (masa yang berputar).

Jika momen puntir (T) dalam kg.mm, dari persamaan (2.16) maka dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

[ ( )]

[ ( )]

T = 9,74.86,08
T = 838,39 kg.mm

Dimana,
n = Jumlah Putaran per menit (rpm)

Pd = daya rencana (kW)

4.1.2. Tegangan geser yang diizinkan (τa)


Untuk tegangan geser yang diijinkan, persamaan yang digunakan adalah :

τa =
B
sf1  sf 2 
Dimana bahan yang diambil yaitu jenis S35 C-D yaitu batang baja yang
difinis dingin ( tabel. JIS G 3123)1 dengan ketentuan tegangan tarik σB = 53 kg /
mm2 . Dan sesuai dengan standar ASME dengan bahan SC maka faktor keamanan
yang diambil adalah Sf 1 = 6,0 dan Sf2 = 2,0

Sehingga besarnya tegangan geser yang diijinkan adalah :

( )

( )

Dimana,
= tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
1
Sularso dan Kiyokatsu Suga “ Dasar Perencanaan dan Perencanaan Elemen Mesin”.
Sf1 = faktor keamanan karena pengaruh bahan
Sf2 = faktor keamanan karena pengaruh konsentrasi tegangan

4.1.3. Diameter poros (ds)


Dari gaya-gaya yang timbul di atas, dari gaya puntiran yang bekerja maka
dimeter poros dapat dihitung dengan rumus :
1/ 3
 5,1  
ds   .K t .Cb .T 
  a  
Faktor koreksi yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai dalam perhitungan
ini, jika beban yang dikenakan secara halus maka nilai kt = 1,0, dan jika terjadi
sedikit tumbukan atau kejutan 1,0 – 1,5 dan 1,5 – 3,0 jika beban kejutan dan
beban tumbukan besar. Sama halnya kt, cb juga sama yaitu 1,2 – 2,3 jika terjadi
pemakaian dengan beban lentur maka dalam perhitungan ini didapat Kt = 1,5 dan
cb= 2,0. Maka diameter poros adalah :
1/ 3
 5,1  
ds   .K t .Cb .T 
  a  
1/ 3
 5,1  
ds   .1,5.2,0.838,39
 4,4  
ds  (2915,31) 1/ 3

ds  14,28mm

Dimana,
ds = Diameter poros (mm)
T = Gaya puntir yang terjadi (kg.mm)
Kt = Faktor tumbukan (diambil 1,5)
Cb = Faktor lenturan (diambil 2,0)

τa = Tegangan geser yang diizinkan = 4,4 kg


mm 2
Dari perhitungan diatas didapatkan diameter poros adalah 14,28 mm, Untuk
menjaga agar poros tidak mengalami kerusakan pada saat pengujian maka poros
dipilih diameter 14,5 mm. Tegangan geser yang terjadi τ, Bila momen rencana
dibebankan pada suatu diameter poros, maka tegangan geser yang terjadi adalah :
T
  5,1
d s3

T
  5,1
d s3
838,39
  5,1
(14,5) 3
  1,40kg / mm 2
Didapat tegangan geser yang terjadi sebesar 1,40 kg/mm2 ≤ dari tegangan
geser yang diizinkan sebesar 4,4 kg/mm2. Maka poros cukup baik dan aman.

4.1.4. Gaya tangensial yang terjadi pada poros


Gaya tangensial yang terjadi pada poros adalah :

Dimana,

F = gaya tangensial (kg)

T = momen rencana dari poros (kg.mm )

Ds = diameter poros ( mm)

4.2. Perhitungan Pasak


Berdasarkan tabel 2.8 maka dipilih dimensi pasak adalah sebagai berikut :
Lebar pasak b= 5 mm
Tinggi pasak h= 5 mm
Kedalaman alur pasak pada poros t1= 3,0 mm
Kedalaman alur pasak pada naf t2 =2,3 mm
Jika bahan pasak S 45 C dicelup dingin dan dilunakan maka tegangan
tariknya adalah σb = 70 kg/mm2 dengan faktor keamanan diambil Sfk1 = 6,0 dan
Sfk2 = 3,0.
Maka tegangan geser yang diizinkan adalah:

( )

( )

4.2.1. Menentukan panjang pasak


F
k    ka
b.l1
115,64 kg
k   3,9kg / mm2
5xl 1
maka : l1  5,9mm

Untuk pasak tekanan permukaan yang diizinkan adalah pa = 8 kg/mm2

F
p  pa
l 2 .t 2
115,64 kg
p  8,0kg / mm 2
l 2 .2,3
maka : l 2  6,28mm

Dari perhitungan diatas diperoleh panjang pasak terbesar yaitu l = 6,28


mm. Berdasarkan tabel 2.8 maka diambil panjang pasak lk =12 mm.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa lebar pasak adalah
5 mm, tinggi pasak = 5 mm, panjang pasak = 12 mm dan diameter poros adalah
=14,5 mm. lebar pasak sebaiknya antara 25-35 % dari diameter poros, dan
panjang poros jangan terlalu panjang dari diameter poros ( antara 0,75-1,5 ds ).
Karena lebar dan tinggi pasak sudah distandarkan maka beban yang ditimbulkan
oleh gaya F yang besar hendaknya diatasi dengan menyesuaikan panjang pasak.
Namun demikian pasak yang terlalu panjang tidak dapat menahan tekanan yang
merata pada permukaannya.
b/ds = 5 / 14,5 = 0,344
Diperoleh perbandingan antara lebar pasak dengan diameter poros adalah
0,344. Artinya lebar pasak 34,4 % dari diameter poros dan juga berarti aman.
lk / ds = 12 / 14,5 = 0,83
Diperoleh perbandingan antara panjang pasak dengan diameter poros
adalah 0,83. Artinya panjang pasak 83 % dari diameter poros dan juga berarti
aman.

4.2.2. Tegangan geser yang terjadi pada pasak


Tegangan geser yang terjadi pada pasak adalah :
F
k 
b.l
Jadi tegangan geser yang terjadi pada pasak adalah :
F
k 
b.l
115,64kg
k 
5mmx12mm
 k  1.93kg / mm 2
Didapat tegangan geser yang terjadi sebesar 1,93 kg/mm2 ≤ dari tegangan
geser yang diizinkan sebesar 3,9 kg/mm2. Maka pasak cukup baik untuk menahan
momen puntir yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai