PEMBAHASAN
R 64 N
L 105 mm
29
3.2 Perencanaan Daya
Daya rencana mesin pemotong gedebong pisang ini dicari untuk memenuhi
besar daya motor yang sesuai dengan daya yang dibutuhkan mesin. Daya rencana
ini dipengaruhi oleh faktor torsi dan putaran perajang, yang dapat dihitung dengan
mencari gaya potong pada gedebong pisang.
30
Gambar 3.3 Analisa gaya potong gedebong pisang menggunakan neraca tekan
Hasil dari percobaan gaya potong terhadap gedebong pisang tersebut dapat
diketahui gaya potong maksimal untuk memotong gedebong pisang (F) adalah
57,88 N. Dari percobaan diatas maka untuk mengantisipasi faktor kerugian
pembebanan digunakan gaya potong gedebong pisang (F) di tambah dengan 10%
dari gaya potong yang digunakan.
Dari distribusi beban pada pisau pemotong maka dapat dicari daya motor
yang akan digunakan adalah :
31
a. Torsi yang bekerja pada pisau
T =FxR
= 64 N x 0,105 m
= 6,72 Nm
b. Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan pisau
Putaran akhir yang digunakan adalah 300 rpm karena apabila
putaran terlalu besar maka hasil yang di inginkan terlalu tipis atau yang
terjadi mencacah batang pisang bukan merajang. Maka n = 300 rpm.
2×𝜋 × 𝑛 × T
P =
60
2× 3,14×300 × 6,72
=
60
a. Daya rencana
Dikarenakan daya yang diinginkan adalah daya rata – rata, maka
dari tabel 2.1 nilai faktor daya yang di ambil adalah 1,5. Sehingga daya
rencana adalah :
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 × 𝑃
= 1,5 × 0,373
= 0,56 𝑘𝑊
32
b. Momen puntir
𝑃𝑑
𝑇 = 9,74 × 105 ×
𝑛1
0,56
= 9,74 × 105 ×
300
= 1818,13 𝑘𝑔. 𝑚𝑚
𝜎𝐵
𝜏𝑎 =
𝑠𝑓1 × 𝑠𝑓2
60
=
6×2
= 5 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
d. Diameter poros (ds)
Karena diperkirakan akan terjadi pembebanan lentur, maka
faktor lenturan (Cb) diambil 2 (hal.10), dan diperkirakan akan terjadi
sedikit tumbukan atau kejutan, maka faktor lenturan (K t) diambil 1,5
(hal.8). Sehingga diameter poros minimal yang diperbolehkan adalah
3 5,1
𝑑𝑠 = √ × 𝐾𝑡 × 𝐶𝑏 × 𝑇
𝜏𝑎
3 5,1
𝑑𝑠 = √ × 1,5 × 2 × 1818,13
5
= 18 𝑚𝑚
33
Dikarenakan diameter poros sebesar 18 mm tidak cukup kuat
untuk menahan beban yang bekerja pada sistem, maka diambil
diameter poros (ds) sebesar 20 mm, maka diambil diameter poros
tempat bantalan (D s) diambil sebesar 20 mm. Pemilihan diameter
poros tempat bantalan ini, berdasarkan besar diameter dalam dari
bantalan yang tersedia di pasaran.
f. Tegangan geser
1818,13
𝜏 = 5,1 ×
203
= 1,16 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝑠𝑓2
Karena Syarat aman = 𝜏𝑑 × > 𝜏 × 𝐶𝑏 × 𝐾𝑡 = 4,08 > 3,48
𝛼
maka poros baik.
34
2. Perencanaan pasak
a. Gaya tangensial pasak
1818,13
𝐹=
20/2
= 181,81 𝑘𝑔
b. Tegangan geser yang diijinkan pasak
Bahan pasak yang digunakan adalah baja dengan perlakuan
48
𝜏𝑘𝑎 =
6×2
c. Ukuran pasak
Ukuran pasak dan alur pasak ditentukan atas dasar diameter
poros, pada perhitungan sebelumnya diperoleh ds = 20 mm, maka dari
tabel 2.4 diperoleh :
Ukuran pasak b x h =6x6
Alur pasak pada poros = 6 x 3 x 3
Alur pasak pada naf =6x3x3
d. Panjang pasak
Dikarenakan diameter poros sebesar 20 mm dianggap
kecil. Sehingga tekanan permukaan yang diijinkan (Pa) diambil
(𝐹/𝜏𝑘𝑎 )
𝑙1 =
𝑏
(181,81 /4))
=
6
= 7,58
35
(𝐹/𝑃𝑎 )
𝑙2 =
𝑏
(181,81 /10)
=
6
= 3.03
Maka, panjang pasak minimum yang diperbolehkan adalah
7,58 mm, dikarenakan panjang pasak sebesar 7,58 mm hingga
kurang dari 12 mm tidak dapat menahan beban yang bekerja pada
sistem, dan berdasarkan tabel 2.4, dengan demikian panjang pasak
yang digunakan adalah sebesar lk = 12 mm.
𝑏 6
= 20 = 0,3 Dikarenakan 0,25<0,3<0,35, maka lebar pasak baik.
𝑑𝑠
a. Daya rencana
Mesin dirancang dengan waktu operasi 3 – 5 jam setiap hari,
dengan variasi beban kecil. Sehingga berdasarkan tabel 2.5 diambil
faktor koreksi daya (fc) sebesar 1,2 dengan demikian daya rencana
adalah :
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 × 𝑃
= 1,2 × 0,373
= 0,44 𝑘𝑊
36
c. Diameter lingkaran jarak bagi
Untuk tipe penampang sabuk V tipe A, diameter minimum
yang diijinkan adalah 65 mm (Tabel 2.7). Dengan demikian diameter
lingkaran jarak bagi untuk pulley kecil yang digunakan adalah
d p = 67 mm dengan putaran poros 1400 rpm. Putaran poros untuk
pulley besar adalah 300 rpm, maka diameter lingkaran jarak bagi untuk
pulley besar adalah sbb :
67 × 1400
𝐷𝑝 =
300
= 312,67 𝑚𝑚
Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, maka diameter lingkaran
jarak bagi pulley besar yang digunakan Dp = 313 mm.
𝑑𝑘 = 67 + (2 × 4,5)
= 76 𝑚𝑚
𝐷𝑘 = 313 + (2 × 4,5)
= 322 𝑚𝑚
e. Diameter dalam pulley
Pada umumnya diameter poros untuk motor penggerak
telah distandarkan oleh pabrik pembuatnya, maka pada perencanaan
ini poros untuk motor penggerak diambil sebesar ds = 10 mm.
Berdasarkan diameter poros yang sudah dirancang sebelumnya, maka
diameter poros pulley besar Ds = 20 mm. Sehingga diameter naf
pulley kecil (d b) dan diameter naf pulley besar (Db) adalah sbb :
5
𝑑𝑏 ≥ × 10 + 10
3
≥ 26,67 𝑚𝑚
37
5
𝐷𝑏 ≥ × 20 + 10
3
≥ 43,33 𝑚𝑚
𝐶𝑝 = 313 × 1,5
= 469,5 𝑚𝑚
1
𝐶 − × (𝑑𝑘 + 𝐷𝑘 ) > 0
2
1
470 − × (76 + 322) > 0
2
271 > 0
Karena nilai Cp memenuhi syarat di atas, maka jarak sumbu
poros layak untuk digunakan.
38
h. Kapasitas daya yang dapat ditransmisikan dari satu sabuk
Daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk umumnya telah
disediakan oleh para produsen pada katalog produk mereka guna
mempermudah dalam perhitungannya.
Po = 0,39 + 0,12
= 0,51 kW
k. Sudut kontak
57 × (313 − 67)
𝜃 = 180 −
465,95
= 149,9°
39
Dari hasil perhitungan di atas, pada sudut kontak θ = 149,9
maka dari tabel diperoleh faktor koreksi sudut kontak Kθ = 0,93.
40