Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Dimensi Potong

Pada umumnya gedebong pisang yang ukuran diameter dari 50 mm sampai


100 mm sudah terpotong dengan gaya sebesar 5,9 kg, sehingga pada perhitungan
ini gaya potong yang digunakan adalah sebesar 5,9 kg (59 N). Dengan
menggunakan diameter pisau 150 mm, serta putaran poros adalah 300 rpm. Dengan
demikian distribusi gaya dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini.

R 64 N

L 105 mm

Gambar 3.1 Distribusi beban pada pisau pemotong

29
3.2 Perencanaan Daya

Gambar 3.2 Motor penggerak


Dalam perencanaan mesin pemotong gedebong pisang ini, perlu ditentukan
daya yang dibutuhkan untuk memutar pisau pemotong. Hal ini dimaksudkan agar
dapat memprediksi kebutuhan daya pada sistem, sehingga nantinya atas dasar
perhitungan daya yang dibutuhkan tersebut akan menjadi acuan dalam pemilihan
motor penggerak yang akan digunakan.

Daya rencana mesin pemotong gedebong pisang ini dicari untuk memenuhi
besar daya motor yang sesuai dengan daya yang dibutuhkan mesin. Daya rencana
ini dipengaruhi oleh faktor torsi dan putaran perajang, yang dapat dihitung dengan
mencari gaya potong pada gedebong pisang.

Cara pengujian dilakukan dengan meletakkan pisau di atas neraca (posisi


tegak lurus terhadap neraca), kemudian singkong diarahkan ke pisau. Ketika
singkong terpotong, pada saat yang bersamaan neraca akan menunjukkan berapa
kg gaya potong maksimal yang terjadi.

30
Gambar 3.3 Analisa gaya potong gedebong pisang menggunakan neraca tekan

Dengan menggunakan percobaan tersebut dapat diketahui data sebagai


berikut :

Tabel 2.1 Data percobaan uji gaya potong pada gedebong

Percobaan Gaya potong (N) Keterangan Pemotongan


I 52,97 Gedebong terpotong 75%
II 55,92 Gedebong terpotong 90%
II 57,88 Gedebong terpotong
keseluruhan

Hasil dari percobaan gaya potong terhadap gedebong pisang tersebut dapat
diketahui gaya potong maksimal untuk memotong gedebong pisang (F) adalah
57,88 N. Dari percobaan diatas maka untuk mengantisipasi faktor kerugian
pembebanan digunakan gaya potong gedebong pisang (F) di tambah dengan 10%
dari gaya potong yang digunakan.

Dari distribusi beban pada pisau pemotong maka dapat dicari daya motor
yang akan digunakan adalah :

Panjang pisau (d) = 150 mm = 0,15 m


Jarak pembebanan (R) = 105 mm = 0,105 m
Gaya potong (F) = 64 N

31
a. Torsi yang bekerja pada pisau
T =FxR
= 64 N x 0,105 m
= 6,72 Nm
b. Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan pisau
Putaran akhir yang digunakan adalah 300 rpm karena apabila
putaran terlalu besar maka hasil yang di inginkan terlalu tipis atau yang
terjadi mencacah batang pisang bukan merajang. Maka n = 300 rpm.
2×𝜋 × 𝑛 × T
P =
60
2× 3,14×300 × 6,72
=
60

= 211,008 Watt ( 1 watt = 0,00134 HP)


= 0,283 HP
Daya motor penggerak sebesar 211,008 Watt dan putaran poros 1400
rpm dipasaran kemungkinan tidak tersedia, dengan demikian motor penggerak
yang digunakan adalah motor penggerak dengan daya 372,85 W (1/2 HP), dengan
putaran 1400 rpm.

3.3 Perencanaan Poros dan Pasak


1. Perencanaan poros

a. Daya rencana
Dikarenakan daya yang diinginkan adalah daya rata – rata, maka
dari tabel 2.1 nilai faktor daya yang di ambil adalah 1,5. Sehingga daya
rencana adalah :

𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 × 𝑃

= 1,5 × 0,373

= 0,56 𝑘𝑊

32
b. Momen puntir

𝑃𝑑
𝑇 = 9,74 × 105 ×
𝑛1
0,56
= 9,74 × 105 ×
300
= 1818,13 𝑘𝑔. 𝑚𝑚

c. Tegangan geser yang diijinkan


Bahan poros yang digunakan adalah baja yang difinis dingin

(S45C- D) dengan kekuatan tarik (σB) = 60 kg/mm2. Faktor


keamanan 1 (Sf1) diambil 6 dikarenakan bahan poros yang
digunakan adalah bahan SC (hal.8). Pertimbangan karena adanya
konsentrasi tegangan yang cukup besar pada poros, baik pada poros
bertangga atau pada alur pasak, maka faktor keamanan 2 (Sf2)
diambil 2 (hal.8). Sehingga tegangan geser yang diijinkan :

𝜎𝐵
𝜏𝑎 =
𝑠𝑓1 × 𝑠𝑓2
60
=
6×2
= 5 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
d. Diameter poros (ds)
Karena diperkirakan akan terjadi pembebanan lentur, maka
faktor lenturan (Cb) diambil 2 (hal.10), dan diperkirakan akan terjadi
sedikit tumbukan atau kejutan, maka faktor lenturan (K t) diambil 1,5
(hal.8). Sehingga diameter poros minimal yang diperbolehkan adalah

3 5,1
𝑑𝑠 = √ × 𝐾𝑡 × 𝐶𝑏 × 𝑇
𝜏𝑎

3 5,1
𝑑𝑠 = √ × 1,5 × 2 × 1818,13
5

= 18 𝑚𝑚

33
Dikarenakan diameter poros sebesar 18 mm tidak cukup kuat
untuk menahan beban yang bekerja pada sistem, maka diambil
diameter poros (ds) sebesar 20 mm, maka diambil diameter poros
tempat bantalan (D s) diambil sebesar 20 mm. Pemilihan diameter
poros tempat bantalan ini, berdasarkan besar diameter dalam dari
bantalan yang tersedia di pasaran.

e. Konsentrasi tegangan pada poros


1. Konsentrasi tegangan pada poros bertangga (β)
20 − 20
𝑟𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑡 =
2
= 0 𝑚𝑚
𝑟𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑡
=0
𝑑𝑠
𝐷𝑠 20
=
𝑑𝑠 20
=1
Sehingga dari gambar 2.2 atas dasar data di atas
diperoleh nilai konsentrasi tegangan β = 1,28

2. Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak (α)


Alur pasak pada poros yang digunakan adalah 2,5 x 2,5 x 0,5.
𝑟 0,5
=
𝑑𝑠 20
= 0,025

Sehingga dari gambar 2.1 atas dasar data di atas,


diperoleh nilai konsentrasi tegangan α = 2,45

Dikarenakan nilai α lebih besar dari β, maka nilai yang


digunakan dalam perhitungan adalah nilai α = 2,45.

f. Tegangan geser
1818,13
𝜏 = 5,1 ×
203
= 1,16 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝑠𝑓2
Karena Syarat aman = 𝜏𝑑 × > 𝜏 × 𝐶𝑏 × 𝐾𝑡 = 4,08 > 3,48
𝛼
maka poros baik.

34
2. Perencanaan pasak
a. Gaya tangensial pasak
1818,13
𝐹=
20/2
= 181,81 𝑘𝑔
b. Tegangan geser yang diijinkan pasak
Bahan pasak yang digunakan adalah baja dengan perlakuan

panas penormalan (S30C) dengan kekuatan tarik (σB) = 48 kg/mm2.


Faktor keamanan 1 (Sfk1) biasanya diambil sebesar 6 (hal.10).
Diperkirakan pasak akan mengalami tumbukan ringan, maka faktor
keamanan 2 (Sf k2) diambil 2 (hal.10). Sehingga tegangan geser yang
diijinkan :

48
𝜏𝑘𝑎 =
6×2
c. Ukuran pasak
Ukuran pasak dan alur pasak ditentukan atas dasar diameter
poros, pada perhitungan sebelumnya diperoleh ds = 20 mm, maka dari
tabel 2.4 diperoleh :
Ukuran pasak b x h =6x6
Alur pasak pada poros = 6 x 3 x 3
Alur pasak pada naf =6x3x3
d. Panjang pasak
Dikarenakan diameter poros sebesar 20 mm dianggap
kecil. Sehingga tekanan permukaan yang diijinkan (Pa) diambil

sebesar 10 kg/mm2 (hal 13). Sehingga panjang pasak yang


dibutuhkan adalah :

(𝐹/𝜏𝑘𝑎 )
𝑙1 =
𝑏
(181,81 /4))
=
6
= 7,58

35
(𝐹/𝑃𝑎 )
𝑙2 =
𝑏
(181,81 /10)
=
6
= 3.03
Maka, panjang pasak minimum yang diperbolehkan adalah
7,58 mm, dikarenakan panjang pasak sebesar 7,58 mm hingga
kurang dari 12 mm tidak dapat menahan beban yang bekerja pada
sistem, dan berdasarkan tabel 2.4, dengan demikian panjang pasak
yang digunakan adalah sebesar lk = 12 mm.

𝑏 6
= 20 = 0,3 Dikarenakan 0,25<0,3<0,35, maka lebar pasak baik.
𝑑𝑠

3.4 Perencanaan Pulley dan V-Belt

Sabuk V yang digunakan adalah sabuk V standar dengan banyak


sabuk yang digunakan dibatasi hanya 1 buah saja. Dengan batasan
tersebut, maka pulley dan sabuk dapat direncanakan sbb :

a. Daya rencana
Mesin dirancang dengan waktu operasi 3 – 5 jam setiap hari,
dengan variasi beban kecil. Sehingga berdasarkan tabel 2.5 diambil
faktor koreksi daya (fc) sebesar 1,2 dengan demikian daya rencana
adalah :

𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 × 𝑃

= 1,2 × 0,373

= 0,44 𝑘𝑊

b. Pemilihan penampang sabuk V


Jenis sabuk yang digunakan adalah sabuk-V standar.
Berdasarkan Gbr 2.6 pada daya rencana Pd = 0,44 kW dan putaran
pulley kecil nMotor = 1400 rpm, maka tipe sabuk yang digunakan adalah
sabuk tipe A.

36
c. Diameter lingkaran jarak bagi
Untuk tipe penampang sabuk V tipe A, diameter minimum
yang diijinkan adalah 65 mm (Tabel 2.7). Dengan demikian diameter
lingkaran jarak bagi untuk pulley kecil yang digunakan adalah
d p = 67 mm dengan putaran poros 1400 rpm. Putaran poros untuk
pulley besar adalah 300 rpm, maka diameter lingkaran jarak bagi untuk
pulley besar adalah sbb :

67 × 1400
𝐷𝑝 =
300
= 312,67 𝑚𝑚
Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, maka diameter lingkaran
jarak bagi pulley besar yang digunakan Dp = 313 mm.

d. Diameter luar pulley


Pada pulley dengan tipe A, jarak antara ujung luar pulley dengan
lingkaran jarak bagi (k) = 4,5 mm. Sehingga diameter luar pulley kecil
(d k) dan pulley besar (Dk) adalah sbb :

𝑑𝑘 = 67 + (2 × 4,5)
= 76 𝑚𝑚
𝐷𝑘 = 313 + (2 × 4,5)
= 322 𝑚𝑚
e. Diameter dalam pulley
Pada umumnya diameter poros untuk motor penggerak
telah distandarkan oleh pabrik pembuatnya, maka pada perencanaan
ini poros untuk motor penggerak diambil sebesar ds = 10 mm.
Berdasarkan diameter poros yang sudah dirancang sebelumnya, maka
diameter poros pulley besar Ds = 20 mm. Sehingga diameter naf
pulley kecil (d b) dan diameter naf pulley besar (Db) adalah sbb :

5
𝑑𝑏 ≥ × 10 + 10
3

≥ 26,67 𝑚𝑚

37
5
𝐷𝑏 ≥ × 20 + 10
3

≥ 43,33 𝑚𝑚

Nilai hasil perhitungan di atas adalah nilai minimum yang


diijinkan, maka besar diameter naf pada masing – masing pulley yang
digunakan adalah db = 27 mm dan Db = 44 mm.

f. Kecepatan keliling sabuk-V


𝜋 × 67 × 1400
𝑣=
60 × 1000
= 4,9 𝑚/𝑠
Karena kecepatan sabuk-V 4,9 m/s < 30 m/s, maka kecepatan
sabuk-V baik.
g. Jarak sumbu poros sementara
Jarak sumbu poros haruslah antara 1,5 – 2 kali diameter pulley
besar. Pada perencaanaan ini penulis mengambil 1,5 kali diameter
pulley besar. Sehingga jarak sumbu poros minimal adalah sbb :

𝐶𝑝 = 313 × 1,5

= 469,5 𝑚𝑚

Maka berdasarkan hasil perhitungan di atas jarak sumbu poros


sementara yang digunakan adalah Cp = 470 mm.

Jarak sumbu poros dikatakan layak untuk digunakan jika


memenuhi persyaratan :

1
𝐶 − × (𝑑𝑘 + 𝐷𝑘 ) > 0
2
1
470 − × (76 + 322) > 0
2
271 > 0
Karena nilai Cp memenuhi syarat di atas, maka jarak sumbu
poros layak untuk digunakan.

38
h. Kapasitas daya yang dapat ditransmisikan dari satu sabuk
Daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk umumnya telah
disediakan oleh para produsen pada katalog produk mereka guna
mempermudah dalam perhitungannya.

Berdasarkan katalog sabuk-V standar dengan diameter puli kecil


dp = 67 mm, dan kecepatan 1400 rpm, dengan reduksi i > 2, maka
daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk adalah :

dp = 67 mm, n = 1400 rpm, dari katalog P = 0,39 kW

sehingga daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk


adalah :

Po = 0,39 + 0,12

= 0,51 kW

i. Panjang keliling sabuk


𝜋 1
𝐿 = 2 × 470 + × (67 + 313) + × (313 − 67)2
2 4 × 470
= 1568,79 𝑚𝑚

Nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan umumnya


sukar diperoleh di pasaran, maka berdasarkan tabel nomor
nominal sabuk-V standar digunakan ukuran sabuk No.62 L = 1574
mm.

j. Jarak sumbu poros sesungguhnya


(2 ∙ 1574 − 𝜋(67 + 313)) + √(2.1574 − 𝜋(67 + 313))2 − 8(313 − 67)2
𝐶=
8
= 465,95 𝑚𝑚

k. Sudut kontak
57 × (313 − 67)
𝜃 = 180 −
465,95
= 149,9°

39
Dari hasil perhitungan di atas, pada sudut kontak θ = 149,9
maka dari tabel diperoleh faktor koreksi sudut kontak Kθ = 0,93.

l. Jumlah sabuk yang diperlukan


0,44
𝑁=
0,51 × 0,93
= 0,927

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sabuk


yang digunakan adalah N = 1.

3.5 Perencanaan Bantalan

Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya diperoleh :

Diameter poros (ds) = 20 mm


Diameter poros tempat bantalan (Ds) = 20 mm
Putaran poros = 300 rpm

Bantalan yang akan digunakan adalah bantalan gelinding


dengan umur pemakaian harus lebih dari 15000 jam. Bantalan
gelinding digunakan dikarenakan bantalan gelinding memiliki
gesekan gelinding yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan
luncur. Dengan demikian berdasarkan data di atas dan dari tabel 2.11,
maka bantalan gelinding yang digunakan adalah :

Nomor bantalan = 6004ZZ


Diameter dalam (d) = 20 mm
Diameter luar (D) = 42 mm
Lebar (B) = 12 mm
Jari – jari fillet = 1 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 735 kg
Kapasitas nominal statis spesifik (C) = 465 kg

40

Anda mungkin juga menyukai