Anda di halaman 1dari 16

BAB III

KALKULASI PERENCANAAN dan GAMBAR DESAIN

A. KALKULASI PERENCANAAN
1. Perencanaan Daya Motor/ penggerak
Berdasarkan data awal yang diperoleh dimana mesin konveyor
pengumpul kotoran ayam, maka motor penggerak yang digunakan dalam
mesin pengumpul kotoran ayam adalah motor listrik dengan daya 0,5 hp
dengan putaran 1400 rpm. Adapun spesifikasi motor listrik ini sebagai
berikut:

Jenis : Motor Listrik


Tegangan : 220 Volt
Daya : 0,5 hp
Kecepatan : 1400 rpm

2. Torsi Motor

Berikut adalah persaman untuk menghitung torsi motor:

P .60
T= 2. π . n
Dimana :

T = torsi motor (Nm)

P = daya (Watt)

n = putaran (rpm)

Menghitung Torsi Motor tanpa benda kerja


P .60
T= 2. π . n
220,72. 60
= 2.3,14 .1400
= 1,51 Nm

Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas dengan motor penggerak


dengan tegangan 220 V, Daya 0,5 hp, dan kecepatan putaran motor 1400 rpm
didapatkan Torsi sebesar 1,51 Nm (tanpa benda kerja).

3. Perencanaan Sistem Transmisi (Pulley Dan Sabuk-V)

Karena pada transmisi dilakukan dua kali reduksi menggunakan puli maka
puli yang direncanakan sebanyak 2 pasang.

 Perhitungan diameter pasang puli 1 :

N1 d2
Rumus rasio puli adalah i= =
N2 d1

N1 = kecepatan puli 1 = 1400 rpm N2= kecepatan puli 2 = 280 rpm

N 1 1400
Maka i= = =5
N 2 280

Maka perbandingan ukuran diameter puli 1 dan puli 2 adalah 5 : 1

Direncanakan d1= 65 mm (puli tipe A)

Maka d2 = i × d1 = 5 × 65 = 325 mm

Jarak antar poros puli direncanakan :


X = 350 mm

 Perhitungan diameter pasang puli 2


N3 d4
Rumus rasio puli adalah i= =
N 4 d3
N3 = kecepatan puli 1 = 280 rpm N4= kecepatan puli 2 = 48 rpm
N 3 280
Maka i= = =5.83
N 4 48
Maka perbandingan ukuran diameter puli 1 dan puli 2 adalah 6 : 35
Direncanakan d3= 65 mm (puli tipe A)
Maka d4 = i × d3 = 5.83 × 65 = 379.17 mm dibulatkan menjadi 380
mm
Jarak antar poros puli yang direncanakan :
X = 400 mm
4. Perencanaan v-belt

Rumus Panjang sabuk terbuka :

Keterangan :

x = jarak antar pusat puli

r1 = jari-jari puli 1

r2 = jari-jari puli 2

α = sudut kontak antara puli dan sabuk

Rumus :

L= 2 π . r +2x > Digunakan jika puli 1 dan 2 berdiameter sama

L = π ¿ + r 2 ¿+2 X +¿ ¿ > Digunakan jika puli 1 dan 2 berbeda diameter

Maka perancangan v-belt :


1) Penampang sabuk-V tipe A

2) Kecepatan sabuk 1 (V1)


Dp = 325 mm dp = 65 mm

π dpn1
V=
60 x 1000

Keterangan:

V = Kecepatan sabuk

𝑑𝑝 = Diameter puli
n₁ = Putaran motor

3,14 x 65 x 1400
V= 60 x 1000

V = 4,76 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖k

3) Kecepatan sabuk 2 (V2)

Dp = 380 mm dp = 65 mm

π.dp.n3
V=
60 x 1000

Keterangan:

V = Kecepatan sabuk

𝑑𝑝 = Diameter puli
n₁ = Putaran motor

3,14 x 65 x 280
V= 60 x 1000

V = 0,95 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖k
Panjang v-belt

Untuk mencari panjang belt 1 dapat dicari dengan persamaan sebagai


berikut berdasarkan ukuran yang direncanakan di atas :
L1 = π ¿ + r 2 ¿+2 X +¿ ¿

L1 =3,14 ¿ + 162,5 ¿+2(350)+¿ ¿

L1 = 1360,58 mm

Untuk mencari panjang belt 2 dapat dicari dengan persamaan sebagai


berikut berdasarkan ukuran yang yang direncanakan di atas :
L2 = π ¿ + r 2 ¿+2 X +¿ ¿

L2 =3,14 ¿ + 190 ¿+2( 400)+ ¿ ¿

L2 = 1560,66 mm

5. Perencanaan Poros
Momen dan Torsi Pada Poros
a. Daya rencana (Pd) = 220,72 W

Putaran yang direncanakan(n1) = 1400 Rpm

b. Momen puntir

Jika momen puntir (disebut juga dengan momen rencana)


adalah Mp (Nm), maka nilai daya rencana (Pd) (Sularso dan K.
Suga;1997);

30× pd
Mp = πn

Ket:

Mp = Momen puntir (Nm)

Pd = daya rencana (W)

n = putaran (rpm)

Maka momen puntirnya adalah

30 ×220,72
Mp=
3,14 ×1400

¿ 1,506 Nm

c. Momen akibat pembebanan


P = Ft
Ft = T/r(jari-jari puli pada poros)
Ft = 1,51/0,19 = 7,95 N = 0,795 kg

⅀MA ⅀MA

1.Rb – q . 1 . 1 . ½ - p . 1,2 = 0 1.Ra – q . 1 . 1 . ½ + p . 0,2 = 0

Rb = 3 . 1 . ½ + 0,795 . 1,2 Rb = 3 . 1 . ½ - 0,795 . 0,2

= 2,454 kg = 1,341 kg

⅀V = 0

Ra + Rb – q . 1 . – p = 0

2,454 + 1,341 – 3 . 1 – 0,795 = 0

Bidang Momen

MA = Ra x – ½ qx2 = 1,341 . 0 – ½ . 3 . (0)2 = 0


MB = Ra x – ½ qx2 = 1,341 . 1 – ½ . 3 . (1)2 = 0
Mmax terjadi di Xmax dimana Xmax didapatkan dari turunan pertama
fungsi dari momen max (Mmax)
0 = dy/dx Ra x – ½ qx2
0 = Ra – qx
Xmax = Ra/q = 1,341/3 = 0,447 m
Sehingga
Mmax = Ra x – ½ qx2 = 1,341 (0,447) – ½ . 3 . (0,447)2 = 0,299 kgm
= 2,99 Nm
Gambar bidang momen

Material dan Diameter Poros


a. Bahan poros

Bahan poros yang digunakan dipilih adalah jenis Baja Karbon


Sedang yaitu S40C setara dengan AISI 1045 yang diklasifikasikan
dalam baja JIS G 4051 dengan kekuatan tarik 55 kg/mm2 sesuai dari
table Faktor keamanan yang diambil Sf1 = 6,0 (karena bahan yang
digunakan S-C dengan pengaruh massa dan baja paduan) dan Sf2

= 2,0 (diambil nilai ini karena pengaruh kekasaran pada permukaan )


Tabel Baja Karbon Untuk Konstruksi Mesin Dan Baja Difinis
Dingin Untuk poros dan pasak

(Sumber :Sularso,K. Suga, hal 3)

b. Tegangan geser yang diizinkan

σB
τa =
S f1x S f2

2 3
55 kg/m m 55 kg/m m
=
6 x2 6 x2

= 4,58 kg/ mm2


Kt = Karena terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, nilai Kt sebesar (1.0 -
1.5), maka nilai Kt diambil 1.5

Cb = Karena terjadi sedikit beban lentur, nilai Cb sebesar (1.2 – 2.3),


maka nilai Cb diambil 2.3

c. Diameter poros transmisi

[ ]
1
5.1 3
d= τ . Kt . Cb. Mp
a

Dimana: d = Diameter poros (mm)


τa = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
Kt = Faktor koreksi momen puntir
Cb = Faktor koreksi lenturan
Mp = Momen puntir (Nmm)

( )
1
5.1 x K t x C b x Mp 3
d= τa

( )
1
5,1 x 1,5 x 2,3 x(1,506 × 1000)
= 3
4,58

= 17,95 mm

Berdasarkan perhitungan didaptkan diameter poros sebesar


17,95 mm, namun supaya lebih aman diameter poros dibulatkan
menjadi 20 mm.
d. Diameter poros atas pada beban konveyor

[ ]
1
5.1 3
d= τ . Kt . Cb. Mmax
a

Dimana: d = Diameter poros (mm)


τa = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
Kt = Faktor koreksi momen puntir
Cb = Faktor koreksi lenturan
Mmax = Momen max (Nmm)

( )
1
5.1 x K t x C b x Mmax 3
d= τa

( )
1
5,1 x 1,5 x 2,3 x( 2,99× 1000)
= 3
4,58

= 22,56 mm

Berdasarkan perhitungan didaptkan diameter poros sebesar


22,56 mm, namun supaya lebih aman diameter poros dibulatkan
menjadi 25 mm.

6. Bearing
Bearing berfungsi untuk menumpu poros, supaya putaran atau gerakan
poros dapat berlangsung dengan baik dan aman. Bearing harus kuat dan kokoh
untuk menahan gaya yang terjadi pada poros.

Bearing yang digunakan adalah bearing type 6000 dengan bearing number
6004 dengan diameter dalam 20 mm. Sedangkan untuk poros yang menerima
pembebanan menggunakan bearing type 6000 dengan bearing number 6005
dengan diameter dalam 25 mm.
( Sumber : Bengkel NTK, 2016)

7. Pelumasan Bearing
Pelumasan adalah merupakan sesuatu yang penting untuk mencegah
kerusakan dini bola-bola bearing, lintasan bearing, cage, dan sebagainya.
Namun kebanyakan bearing menjadi cepat rusak diakibatkan oleh perawatan
pelumasan bearing tersebut yang mengakibatkan kegagalan mesin pada saat
yang tidak tepat. Tingkat breakdown/loss time menjadi tinggi karena
kesalahan dalam pelumasan bearing. Faktor-faktor paling kritikal dalam hal
menjaga kondisi operasi, pelumasan bearing tersebut digunakan untuk:
 mengurangi gesekan antara bola-bola bearing dan lintasannya,
 sebagai pelindung bearing dari proses pengaratan,
 mengurangi panas, dan
 sebagai penghalang dari benda-benda lain yang masuk

Tipe pelumas yang digunakan juga sebagai faktor kritikal untuk efesiensi
operasi. Tipe konvensional jatuh pada klasifikasi oli atau grease, dengan
masing-masing spesifikasinya mungkin cocok untuk digunakan pada bearing
yang lain.

Berdasakan tipe bearing yang digunakan yaitu bearing tipe gelinding


dengan kecepatan putaran 1400 rpm pada motor, grease/gemuk adalah pilihan
yang tepat karena kemudahannya dalam penggunaan dan perawatannya, bisa
beroperasi dengan rentang suhu 0°F sampai 300°F. Selanjutnya pelumasan
akan dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.
GAMBAR DESAIN

Anda mungkin juga menyukai