PENGOLAHAN DATA
COLT diperoleh :
fc = faktor koreksi
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan
ditransmisikan
Pd = 1,0 x 110,25 kW
Pd = 110,25 kW
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban
berupa momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama
mulai berjalan.
dari
5 Pd
T = 9,74 x 10 .....................................(elemen mesin,Sularso,Hal7)
n1
di mana :
T = momen puntir (kgmm)
(110,25 kW)
n₁ = Putaran (Rpm)
(2900 Rpm).
5 110,25
T = 9,74 x 10
2900
T = 37 028,79 kg.mm
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang difinis
dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang
Jenis-jenis baja S-C beserta sifat-sifatnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
δB mes
τa = ...........................................(elemen
(Sf 1 x Sf 2) l8)
Dimana :
𝜏a = tegangan geser izin (kg/mm2)
(91 kg/mm2)
91
τa =
(6,0 x 20)
𝜏a = 7,583 kg/mm²
ds =¿
Dimana :
ds = diameter poros (mm)
(7,583 kg/mm2)
(37028,79 kg/mm).
ds = ¿. 1,0 . 37028,79)
ds = 36,79 ≈ 40 mm
130
bantalan = 42 mm.
fillet 42
= = 0,011
ds 40
puntir) yang bekerja pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui
tegangan geser izin yang dapat ditahan oleh bahan maka poros akan
mengalami kegagalan.
Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros
diperoleh dari :
5,1 x T
τ=
ds 3
di mana :
(37028,79kgmm)
(40 mm).
5,1 x 37028,79
τ=
(40)3
τ = 2,950 kg/mm
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa 𝜏𝑎 > 𝜏 (di mana 𝜏𝑎 = 7,583
3.1.8 Penentuan diameter poros, bahan poros, jari-jari filet, ukuran pasak dan alur
pasak.
τa x Sf 2
: Cb.Kt.τ
α
7,583
: 1,0 . 2,0 . 2,950
23
6,593 ∶ 5,9 6,593 > 59 ( baik )
Maka :
ds = 40 mm
Diameter poros = ∅ 40 mm × ∅ 42 mm
Jari-jari filet = 1 mm
Pasak = 12 x 8
Alur pasak = 8 x 5,0 x 0,45
Tabel 3.4 Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi (standar SAE)
spline dengan jumlah 16 buah pada kondisi meluncur saat tidak dibebani (to
slide when not under load). Dari Tabel 3.4 diperoleh data sebagai berikut:
mana harga ini adalah sama dengan diameter dalam d dari spline. Dengan
W = 0,098 . D
Dimana :
H : Tinggi Spline ( mm )
W : Lebar spline ( mm )
Sehingga :
40
D= = 46,5 mm
0,860
D3 46,52
L= = = 62,84 mm
d3 552
di mana :
(37028,79 kgmm)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
(21,62 mm)
dengan bahan untuk poros, yaitu baja jenis S55C-D dengan kekuatan tarik
b = 91 kg/mm2.
dari
F
P= .........................................(Statika,Ferdinan F
i. h . w
Beer,Hal151)
di mana :
(1712,7 kg)
i = jumlah spline
16 buah
h = tinggi spline (mm)
(3,25 mm)
w = lebar spline (mm)
(4,55 mm).
Maka besar tegangan tumbuk yang bekerja adalah:
1712,70
P= = 7,23 kg/mm2
16 x 4,4765 x 6,2671
tumbuk izin ti, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap
στ 91
P= = = 9,1 kg/mm2
i 10
tegangan tumbuk kerjanya, t < ti, sehingga spline aman dari kegagalan
F
τg = ……………....( Statika , Ferdinan F Beer, hal 163 )
i. w . l
di mana :
(1712,70kg)
i = jumlah spline
10 buah
W = lebar spline
(4,55 mm)
L = panjang spline
(62,84 mm).
Maka besar tegangan geser yang bekerja adalah :
1712,70
τg = = 0,59 kg/mm2
10 x 4,55 x 62,54
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan geser
izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
tegangan geser kerjanya, g < gi, sehingga spline aman dari kegagalan
sangat kecil antara spline dan naff. Walaupun perbedaannya adalah kecil
Sesuai dengan spesifikasi spline yang telah ditentukan pada sub bab
Dari data ukuran spline yang telah diketahui, lebar gigi naaf dapat
diperoleh dari :
π x Ds−i x ws
w= ..............(Perencanaan Teknik
i
Mesin,Joseph,Hal112)
di mana :
w = lebar gigi naaf (mm)
62,84 mm
4,55 mm
16 buah,
maka :
3,14 x 62,84−10 x 4,55
w= = 6,28 mm
16
w = 6,28 mm
w
D=
0,156
h = 0,070 . D
d = 0,860 . D
Dimana :
H : Tinggi Spline ( mm )
W : Lebar spline ( mm )
Maka :
6,25
D= = 40,25 mm
0,156
3
D3 (40,25)
L= 3 = = 54,43 mm
d (34,61)2
D+ d 40,25+34,61
rm = = = 18,71 mm
4 4
dimana :
(37028,79 kg.mm)
18,71 mm.
diperoleh
37028,79
F= = 1979,09 kg
18,71
Bahan untuk naaf dipilih sama dengan bahan untuk poros dan spline,
F
P= ...........................................(Statika,Ferdinan F
i. H . L
Beer,Hal177)
di mana:
P = tegangan tumbuk (kg/mm2)
(1979,09 kg)
i = jumlah naaf
16 Buah
(2,81 mm)
(5,68 mm).
1979,09
P= = 0,80 kg/mm2
16 x 2,81 x 54,43
tumbuk izin ti, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap
σt 91
P= = = 5,68 mm
i 16
tumbuk kerjanya, t < ti, sehingga spline aman dari kegagalan akibat
tegangan tumbuk.
b.Pemeriksaan terhadap Kegagalan oleh Tegangan
F
σg = ..........................................(Statika,Ferdinan F
i. w . L
Beer,Hal163)
Dimana :
(1979,09 kg)
i
= jumlah naaf
16 buah
w
= lebar naaf (mm)
(6,28 mm)
L
= panjang naaf
(54,43 mm).
1979,09
τg =
16 x 6,28 x 54,43
= 0,36 kg/mm2
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan geser
izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
geser. Tegangan geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
geser kerjanya, g < gi, sehingga spline aman dari kegagalan akibat
tegangan geser.
putaran dari flyweel dengan pelat gesek yang ditekan oleh pelat penekan
Tabel 3.5 Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang
diizinkan
µ pa
Bahan Permukaan Kontak
Kering Dilumasi
(kg/mm2)
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03
berpasangan dengan besi cor sebagai bahan flywheel dan plat penekan.
Beberapa alasan untuk pemakaian asbes dan besi cor antara lain:
1.Asbes mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang sangat tinggi,
2.Pasangan asbes dan besi cor mempunyai koefisien gesek yang besar.
Sesuai dengan Tabel 6-1 koefisien gesek dan tekanan yang diizinkan
untuk bahan asbes dan besi cor pada kondisi kering adalah:
kg/mm2
Tekanan pada bidang plat gesek tidak terbagi rata pada seluruh
permukaan, makin jauh dari sumbu poros tekanannya makin kecil. Jika
tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p, maka besar gaya yang
π 2 2
F= (D -d )p
4
(D+ d)
Mg μ . F .
4
di mana :
0,0385 kg/mm2
0,5.
Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros
hanya mempunyai pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka
besarnya perbandingan d/D jarang lebih kecil dari 0,5. Untuk perancangan
plat gesek ini perbandingan d/D diambil sebesar 0,6. Dengan memasukkan
sebesar 3,08.10-3.D2 .
μ
F= . ( D2- (0,6 D ¿ ¿2 . p
4
0,5
= . ( D 2- 0,36 D 2 ¿ . 0,0385
4
= 3,08 . 10−3 D
D+ 0,6 D
Mg = μ . (3,08 . 10−3 . D2).
4
1,6 D
= 0,5 . 3,08 . 10−3 . D2 .
4
3
= 6,16 . 10 . D
−4
harus lebih besar atau sama dengan momen puntir Mp yang dikerjakan pada
Mg > Mp
D > 287 mm
Dalam perancangan plat gesek ini diameter luar plat gesek D diambil
sebesar 406 mm. Dengan memasukkan harga ini ke data yang telah
diketahui di atas diperoleh:
D = 287 mm
Sehingga :
Maka :
287−172,2
b= = 57,4 mm
2
Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu
diketahui besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat
diperoleh dari :
Mg . D . n . t . z
Pg = .................................(Machine and
9,74 x 10−5 . 2900
Design,Hal425)
Dimana :
n = kecepatan, (Rpm)
(2900 Rpm)
t = waktu penyambungan kopling, diambil 0,3 detik
P = 0,877 kW 1,192 ps
Selanjutnya tebal plat gesek dapat diperoleh dari :
Lp . Pg
a= ..............................................(Machine and
Ag . Wk
Design,Hal427)
di mana :
a = tebal plat gesek (cm)
(0,877 kW)
π
A= ( D 2-d 2)
4
3,14
= (2872 -172,22)
4
5000 x 1,192
a=
414 x 8
= 1,79 cm 1,8 cm
= 18 mm
lebar : b = 57,4 mm
tebal : a = 18 mm
3.5 Perancangan baut
pengikat, yaitu:
Perancangan dari ketiga jenis baut tersebut akan diuraikan dalam bagian
berikut.
flywheel ini adalah 4 buah. Prosedur perancangan untuk baut ini meliputi:
analisa gaya, analisa tegangan, pemilihan bahan, dan penentuan ukuran baut.
Gaya yang bekerja pada tiap baut adalah gaya geser yang besarnya diperoleh
dari :
F1 Mp
n1R1 …………………...............(Statika,Ferdinan F Beer,hal 427)
kgmm
Maka :
37028,79
F 136,1 kg
4 X 68
Pada baut terjadi tegangan geser yang besarnya dapat ditentukan dari
persamaan
g
…………………….....(Statika,Ferdinan F Beer, hal 151)
1
4
F
2
maka diperoleh:
136,1 173,2
g 2
/ d
4
d
2
3.5.4 Pemilihan bahan
Bahan untuk baut dipilih dari baja ST 24 dengan kekuatan tarik mulur
= 0,577 x 5,25
= 3,03 kg/mm2
gg
173,2
= < 3,03
d2
d 7,56.mm 8,00mm
Jumlah baut yang dipakai untuk ikatan pegas matahari dengan plat
analisa gaya untuk gaya geser dan gaya tarik, analisa tegangan berupa
tegangan geser dan tegangan tarik, pemilihan bahan, dan penentuan ukuran
baut.
Gaya yang bekerja pada baut ini ada dua, yaitu gaya geser akibat
momen puntir dan gaya tarik akibat tarikan pegas matahari terhadap plat
penekan saat pedal kopling ditekan. Besar dari kedua gaya ini dapat
diperoleh dari:
Fg2 Mp
n2 R2
F '
Ft2 P
n2
di mana : Fg2 = gaya gesek yang bekerja pada tiap baut (kg)
kgmm
pegas 0,9656 kg
37028,79
Fg2 4 100
92,57 kg
0,9656
Ft2 4
0,2414 kg
3.5.8 Analisa tegangan
Tegangan geser dan tegangan tarik yang terjadi pada baut masing-
F
4
d
2
F
4
d
yang besarnya adalah:
2
92,57
d 2
4
117,9
d2
0,2414
/ d2
4
0,31
=
d2
Bahan untuk baut ini dipilih sama dengan baut sebelumnya, yaitu baja
t = 5,25 kg/mm2
g = 3,03 kg/mm2
3.5.10 Penentuan ukuran
τg g
117,9
3,03
2
d
d 6,23 mm
d 6,23 mm
Gaya geser yang bekerja pada tiap baut diperoleh dari Rumus sebagai berikut :
Mp
FnR
dengan n adalah jumlah baut, yaitu 8 buah; serta R adalah jarak sumbu baut
37028,79
F 8 140
33,06 kg
F
d2
4
33,06
d2
4
42,1
= d2
Bahan untuk baut ini juga sama dengan kedua baut sebelumnya, yaitu
g g
42,61
3,03
d2
d 3,72 mm 6mm
Dalam perencanaan ini diambil harga diameter baut sebesar d = 8 mm
terhadap yang lain. Pada konstruksi kopling Kijang Innova digunakan dua
bola radial beralur dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball
1. WN = berat naaf
WN = ρN . VN
VN (DN 2 - dN 2 ) LN
4
Untuk : DN = diameter luar naaf = 40,25 mm
Maka :
VN 2 2 ) 54,43
4 (40,35
- 34,61
3
18049,16 mm
di mana :
V
L
4 D 2
d
2
b
L
L L
Untuk : DL= diameter luar lingkar pembawa = 280 mm
maka : V 280 2
1002 17
4
Vg =
g Dg 2 dg 2 bg
F
= 9,10 kg
3. WP = berat poros
WP = P . VP
di mana:
2
Maka : VP .40 . 62,84
4
=
= 78927,04 mm3
= 0,61 kg
L1 = 50 mm
L2 = 50 mm
L3 = 100 mm
ΣMA = 0
200 RB – 60 – 462,5 = 0
RB = 2,01 kg
ΣFY = 0
RA + RB – ( WN+WG ) –WP = 0
resultan gaya radial Fr yang nilainya sama dengan gaya reaksi di A yaitu :
Fr = RA = 7,85 kg
Fa = 0
Po = X o Fr + Y o Fa
Atau
Po = X o Fr
Maka :
P = X.V.Fr + Y Fa
di mana : P = beban ekivalen dinamik (kg)
adalah1,0
adalah 0
3.6.3 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen
statik, sehingga :
Co = P o
L 1/3
C=P. ( )
106
sularso,hal 137)
456 . 106 1/3
Maka : C= 43,11 . ( )
106
= 25,54 N
diameter lubang : d = 50 mm
lebar : b = 27 mm
basic static load rating : C0= 7,85 kg
T
F=
rm
Dimana :
Sehingga :
37028,79
F=
139,8
= 264,8 kg
f
Fi =
n
Dimana :
Sehingga :
264,8
Fi =
24
= 10,2 kg
σr 91
σi = = = 22,75 kg/mm2
v 9
3,14 2
= .5
4
= 19,62 mm
F1
τg =
A
10,2
=
19,62
= 0,51 kg/mm2
τgi = 0,8 . τg
= 0,8 . 22,75
= 18,2 kg/mm2
BeCuW 4 x 103
4,5 x 103
5 x 103
Sumber : Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga, hal 303
D
rancangan ini, harga diambil 4, sehingga diperoleh :
d
D
=4
a
28
=4
d
d=7
T D / 2 Wl
Dimana :
Sehingga :
T
W1 =
(D/2)
37028,79
=
28/2
= 2644,91 kg
Tegangan Geser τ :
T 37028,79
τ= =
7P (π /6)d 3
37028,79
=
(3,14 /6)73
= 206,18 kg/mm2
kg/mm2.
Tegangan Rencana τd :
τd = Ta . 0,8
= 65 . 0,8
= 52 kg/mm2
w1
K = 20
2644,91
=
20
= 132,2 kg
Lendutan Total
1
δt = 20 . 3 = 6,67 mm
Tinggi beban Hf
Hl = (n+1,5) d
= (4+1,5) 7
= 38,5 mm
c = (H1-H2)/(n+1/5)
Maka :
δ = Hf – H1
20 = Hf – 40,7
Hf = 40,7 + 20 = 60,7 mm
Tinggi Awal Hs :
Ls = (Hs-Hl) / ( 4+1,5)
Hs = 46,75