Anda di halaman 1dari 13

Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

BAB III
METODELOGI PERENCANAAN

3.1 Diagram Alir


Pelaksanaan tugas perancangan kopling gesek mengikuti diagram alir
perancangan yang ditunjukan gambar 3.1 dibawah ini :

START

Daya Motor (P)


Putaran (n)

Factor Koreksi (fc)


Bahan Poros Dan Pasak
Kekkuatan Tarik (b) (kg/mm2)
Faktor Keamanan Sf1 Sf2

Perencanaan Poros
Perencanaan Spline Dan Naft
Perencanaan Plat Gesek
Perencanaan Paku Keling

T.AMAN

τ <τg

AMAN

Perencanaan Pegas Kejut


Perencanaan Pegas Matahari
Perancangan flywheel
Perencanaan Bantalan
Perencanana Baut

B A

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 21


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

B A
.
.
.
.
T.AMAN
.
g <. t’
A
A
A AMAN

Pembuatan Gambar

FINISH

Gambar 3.1.Diagram Alir Perancangan

3.2 Spesifikasi Kopling Mobil Toyota Rush


Tabel 1. Spesifikasi Mobil Toyota Rush (https://hargamobil.com)

3.3 Perancangan Komponen Kopling


3.3.1 Poros
Pada dasarnya poros transmisi dapat mengalami beban puntir
atau beban lentur dan juga gabungan keduanya. Melihat pada
konstruksinya maka tegangan lentur yang terjadi sangat kecil sehingga
dapat diabaikan, dengan demikian dapat dipastikan bahwa poros hanya
mendapat beban puntir saja.
Selanjutnya untuk mendapatkan diameter poros yang sesuai
maka perlu dipilih beberapa faktor koreksi dan faktor keamanan sebagai
berikut :

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 22


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

 Faktor koreksi daya (fc).


 Faktor koreksi momen puntir (Kt).
 Faktor koreksi lenturan (Cb).
 Faktor keamanan tegangan geser (Sf)
Persamaan-persamaan yang digunakan dalam perancangan
mengenai poros adalah sebagai berikut :
 Menentukan daya rencana.
Pd = fc.P (kW) ................................................... (Sularso, 2017)
Dimana : Pd = Daya rencana.
fc = Faktor koreksi.
P = Daya motor.
 Menentukan momen puntir rencana.
Pd
T = 9,74 x 105. .......................................... (Sularso, 2017)
n
Dimana : T = Momen puntir.
Pd = Daya rencana.
n = Putaran.
Koreksi perencanaan poros terhadap tegangan :
 Tegangan geser yang diizinkan.
σB
σa = ................................................ (Sularso, 2016)
Sf1.Sf 2 
Dimana : Sf1 = Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0.
Sf2 = Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar dengan harga (1,3-3,0).
𝜎𝐵 = Kekuatan tarik didapat dari tabel 1.1 (Sularso, 2016)
σa = Tegangan geser yang diizinkan.
 Diameter poros.
1/3
 5.1 
ds =  .K t .Cb .T  ...................................... (Sularso, 2016)
 τg 
Dimana : Kt = Faktor koreksi untuk puntiran. 1,0 jika beban
dikenakan secara halus, (1,0-1,5) jika beban

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 23


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

dikenakan secara halus, (1,5-3,0) jika beban


dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar.
Cb = Faktor koreksi untuk lenturan (1,2-2,3).
ds = Diameter poros.
 Tegangan geser yang terjadi.
5,1 . T
τ= ...................................................... (Sularso, 2016)
ds 3
Dimana : τ = Tegangan geser yang terjadi.
 Syarat aman.
τa > τ

3.3.2 Spline dan Naft


1. Spline
Sama dengan poros, maka spline juga mempunyai fungsi
untuk meneruskan daya dan putaran. Diameter spline lebih besar dari
diameter poros.
Untuk menentukan dimensi spline maka kita menentukan
berapa jumlah spline yang akan digunakan.Dengan mengetahui
jumlah seplain yang direncanakan kita dapat mengetahui ukuran –
ukuran seplain (Joseph, 1991).
 Diameter maximal.
ds
D=
(dari tabel)
Diman`a : ds = Diameter spline.
D = Diameter maximal.
 Tinggi spline.
h = (dari tabel) D
Dimana : h = Tinggi spline.
 Lebar spline.
w = (dari tabel) D
Dimana : w = Lebar spline
 Jari-jari rata-rata spline.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 24


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

ds + D
rs =
4
Dimana : rs = Jari-jari rata-rata spline.
 Panjang gigi spline.
L = 1,5 ds .................................................... (Khurmi, 1980)
Dimana : ds = Diameter spline.
L = Panjang gigi spline.
 Tegangan geser yang terjadi.
T
τ= .............................................. (Joseph, 1991)
L . h2 . n
Dimana : T = Momen torsi.
n = Jumlah spline.
τ = Tegangan geser yang terjadi.
 Syarat aman.
τ < τa

2. Naft
Jumlah naft sama dengan jumlah spline, dengan menganggap
jari-jari pada naft sama dengan spline.
 Panjang naft.
Ln = 1,5 ds ........................................................................... (Khurmi, 1980)
Dimana : ds = Diameter spline.
Ln = Panjang naft.
 Tegangan geser yang terjadi.
T
τ= ............................................... (Joseph, 1991)
L . h2 . n
Dimana : T = Momen torsi.
n = Jumlah spline.
τ = Tegangan geser yang terjadi.
 Syarat aman.
τ < τa

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 25


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

3.3.3 Pelat Gesek


Permukaan plat gesek yang bersinggungan biasanya besi cor dan
asbes yang tahan terhadap panas pada waktu dia bergesekan. Pada plat
gesek diameter luar (D1) dan diameter dalam (D2).
Perbandingan antara keduanya D1 : D2 biasanya lebih besar dari
0,5 karena bidang gesek yang terlalu dekat dengan sumbu poros yang
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap permindahan momen pada
bidang gesek (p).
 Tekanan rata-rata bidang gesek (p).
 Koefisien gesek (𝜇).
 Perbandingan diameter plat gesek (D1/D2).
Untuk mendapatkan harga  dan p maka kita tentukan bahan
dari plat gesek tersebut dan lihat pada tabel 3.1 (Sularso, 2016).
Dari data-data yang ada dapat ditentukan :
 Gaya tekanan bidang gesek.
π
F=
4
 
. D 2 2 - D12 . Pa ................................ (Sularso, 2016)

Dimana : D1 = Diameter dalam.


D2 = Diameter luar.
p = Tekanan rata-rata bidang gesek.
F = Gaya tekan bidang gesek.
 Jari-jari rata-rata plat gesek.

 D1 + D 2 
rm =   .............................................. (Sularso, 2016)
 4 
Dimana : rm = Jari-jari rata-rata plat gesek.
Momen gesek pada pemukaan plat gesek (Mg) sama dengan momen
punter (T).
T =  . F . rm ................................................... (Sularso, 2016)
Dimana : 𝜇 = Koefisien gesek.
T = Momen puntir rencana.
 Lebar permukaan plat gesek.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 26


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

 D - D1 
b=  2 
 2 
Dimana : b = Lebar permukaan plat gesek.
 Luas plat gesek.
π
A=
4

. D 2 2 - D12 
Dimana : A = Luas plat gesek.
 Tebal plat gesek.
Pada tabel 3.5 (Sularso, 2016) diketehui bahwa jika dipilih kopling
plat tunggal kering dengan pelayanan elektromagnetik, maka tebal
plat.
V=A.t
V
t=A

Dimana : V = Volume plat gesek.


t = Tebal plat gesek.
 Jarak antara paku keling pada plat gesek.

Diameter rata – rata (d) = D1 + D 2


2
Keliling rata – rata (Kr) = π . d
Kr
Jarak antara paku keling =
n
Dimana : n = Jumlah paku keeling.
d = Diameter rata-rata.
Kr = Keliling rata-rata.

3.3.4 Paku Keling


Pada kopling terdapat tiga macam ukuran paku keling dengan
posisi letak yang berbeda, adapun ukuran untuk masing-masing paku
keling.
 Gaya yang bekerja pada setiap paku keling.
T
F= ........................................................ (Umar, 1984)
R.n
Dimana n = Jumlah paku keling.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 27


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

T = Momen puntir.
F = Gaya yang bekerja pada setiap paku keling.
 Tegangan tarik izin.
t = Tegangan tarik didapat dari tabel 1.1 ...... (Sularso, 2016)
 Tegangan geser izin.
g = 0,8 . t
Dimana : g = Tegangan geser izin.
 Diameter paku keling.
T.4
d= ............................................... (Umar, 1984)
n . π . σg

Dimana : d = Diameter paku keling.

3.3.5 Pegas Kejut


Pegas kejut berfungsi sebagai pelunak tumbukan atau kejutan.
Sifat pegas yang terpenting adalah menerima kerja kawat perubahan
bentuk elastis dan ketika mengendorkan kembali kerja tersebut.
 Beban pegas kejut.
T
W= ........................................................ (Sularso, 2016)
D/2
Dimana T = Torsi.
D = Diameter lilitan rata-rata.
W = Beban pegas kejut.
 Faktor tegangan dari Wahl.
4c-1 0,615
K= + ............................................ (Sularso, 2016)
4c-4 c
Dimana : K = Faktor tegangan dari Wahl.
 Tegangan geser.
8.D.W
τg = ................................................ (Sularso, 2016)
d3
Dimana : τg = Tegangan geser.
d = Diameter kawat pegas.
 Tegangan maksimum.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 28


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

8.D.W
τ=K .............................................. (Sularso, 2016)
 . d3
Dimana : D = Diameter lilitan rata-rata.
W = Beban pegas kejut.
τ = Tegangan maksimum.
 Lendutan pegas.
8 . n . D3 . W
δ= ........................................... (Sularso, 2016)
d4 . G
Dimana :  = Lendutan pegas.
n = Jumlah lilitan yang aktif.
G = Modulus geser.
 Konstanta pegas.
G . d4
k= .................................................. (Sularso, 2016)
8 . n . D3
Dimana : k = Konstanta pegas.
 Syarat aman
τ < τg

3.3.6 Pegas Matahari (Diafragma)


Pegas matahari berfungsi sebagai penekanan plat gesek melalui
permukaan plat tekan. Bila pegas ditekan atau diberi gaya tekan melalui
pedal kopling, maka pada saat bersamaan pegas ini akan melepaskan
hubungan plat gesek dengan fly wheel, sehingga tidak terjadi penerusan
daya dan putaran ke transmisi.
 Besar gaya tekan yang dikerjakan oleh bantalan pembebas :
∑M =0
(F1 . L1) - (F2 .L2) =0
Dimana : F1 = Gaya tekan yang dikerjakan oleh bantalan pembebas.
F2 = Gaya tekan yang dikerjakan oleh pegas matahari.
F2 = F = Tekan bidang pada permukaan plat gesek.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 29


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

3.3.7 Bantalan
Bantalan adalah salah satu elemen mesin yang menumpu poros
terbeban. Sehingga putaran atau gesekan bolak-baliknya dapat
berlangsung secara halus dan aman. Bantalan harus kuat untuk
memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan
baik. Pada kopling ini terdapat dua buah bantalan, yaitu bantalan aksial
bantalan radial.
Untuk bantalan aksial ukuran diameter dalam (d) harus lebih
besar dari poros agar tidak terjadi gesekan dan untuk bantalan radial
ukuran diameter dalam (d) sama dengan poros atau lebih kecil sesuai
dengan tabel 4.14 (Sularso, 2016).
 Beban ekivalen.
Pa = X . Fr + Y . Fa .......................................... (Sularso, 2016)
Dimana : Pa = Beban ekivalen dinamik (kg).
X = Faktor radial.
Fr = Gaya radial.
Y = Faktor aksial.
Fa = F1 = Gaya aksial (gaya tekan yang dikerjakan oleh
bantalan).
𝐹𝑎
Untuk mendapatkan nilai pada faktor X dan Y hitunglah lalu
𝐶𝑜

sesuaikan dengan tabel 4.9 (Sularso, 2016).


 Faktor kecepatan.

33,3
fn = 3 ...................................................... (Sularso, 2016)
n
Dimana n = putaran.
fn = Faktor kecepatan.
 Faktor umur
C
fh = fn . ..................................................... (Sularso, 2016)
Pa
Dimana : fh = Faktor umur.
C = Beban nominal spesifik.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 30


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

 Umur nominal.
Lh = 500 (fh)3 .................................................. (Sularso, 2016)
Dimana : Lh = Umur nominal.

3.3.8 Flywheel
Flywheel adalah sebuah massa berputar yang digunakan sebagai
media penyimpanan tenaga/energy dalam mesin. Jika kecepatan dari
mesin ditambah, maka tenaga akan tersimpan dalam flywheel dan jika
kecepatan dikurangi tenaga akan dikeluarkan oleh flywheel.
Roda gigi flywheel :
 Harga modul.
D1
m= ........................................................... (Sularso, 2016)
z
Dimana : d = Diameter dalam flywheel.
z = Jumlah gigi.
m = Harga modul.
 Diameter luar flywheel
Do = (z + 2) m ................................................. (Sularso, 2016)
Dimana : Do = Diameter luar flywheel.
 Kecepatan flywheel
π . D2 . n
v= .................................................. (Martin, 1982)
60
Dimana : D2 = Diameter luar plat gesek
n = Putaran flywheel.
v = Kecepatan flywheel.
 Kecepata sudut flywheel
v
w= ....................................................... (Martin, 1982)
π . D2
Dimana : w = Kecepatan sudut.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 31


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

3.3.9 Baut
Baut didefenisikan sebagai alat pengikat. Baut didalm kopling
digunakan untuk mengikat flywheel terhadap poros penggerak dan
pengikat tutup kopling dengan flywheel. Untuk menentukan diameter
baut maka dipilih bahan baut yang akan dipergunakan.
 Tegangan tarik yang diizinkan.
σb
τg = ................................................... (Sularso, 2016)
Sf1 . Sf 2
Dimana : Sf1 = Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0.
Sf2 = Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar dengan harga (1,3 - 3,0).
b = Tegangan tarik didapat dari tabel 1.1 (Sularso, 2016).
τg = Tegangan tarik yang diizinkan.
 Gaya radial yang terjadi pada setiap baut.
T
Fr = ....................................................... (Umar, 1984)
R.n
Dimana : T = Momen puntir.
R = Radius dari titik pusat poros ke titik pusat baut.
n = Jumlah baut.
Fr = Gaya radial.
Karena pada pemakaian terjadi momen punter maksimum, untuk
mengantisipasi hal tersebut baut harus mampu menahan kelebihan
beban sebesar 50 %.
Fd = 1,50 x Fr
 Diameter baut
4 . Fd
d> ........................................... (Sularso, 2016)
π . σ g . 0,64

Dari hasil diameter baut pada perhitungan diatas maka untuk


menentukan ukuran baut kita sesesuaikan dengan tabel 7.1 (Sularso,
2016).
Dimana : d = Diameter baut.

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 32


Perancangan Elemen Mesin Patuan S M Silitonga (1121500042)

 Tegangan tarik yang terjadi pada baut.


4 . Fd
τ= ............................................... (Sularso, 2016)
π (0,8 . d)2
Dimana : τ = Tegangan geser.
 Syarat aman
τ < τg

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 33

Anda mungkin juga menyukai