BAB III
METODELOGI PERENCANAAN
START
Perencanaan Poros
Perencanaan Spline Dan Naft
Perencanaan Plat Gesek
Perencanaan Paku Keling
T.AMAN
τ <τg
AMAN
B A
B A
.
.
.
.
T.AMAN
.
g <. t’
A
A
A AMAN
Pembuatan Gambar
FINISH
ds + D
rs =
4
Dimana : rs = Jari-jari rata-rata spline.
Panjang gigi spline.
L = 1,5 ds .................................................... (Khurmi, 1980)
Dimana : ds = Diameter spline.
L = Panjang gigi spline.
Tegangan geser yang terjadi.
T
τ= .............................................. (Joseph, 1991)
L . h2 . n
Dimana : T = Momen torsi.
n = Jumlah spline.
τ = Tegangan geser yang terjadi.
Syarat aman.
τ < τa
2. Naft
Jumlah naft sama dengan jumlah spline, dengan menganggap
jari-jari pada naft sama dengan spline.
Panjang naft.
Ln = 1,5 ds ........................................................................... (Khurmi, 1980)
Dimana : ds = Diameter spline.
Ln = Panjang naft.
Tegangan geser yang terjadi.
T
τ= ............................................... (Joseph, 1991)
L . h2 . n
Dimana : T = Momen torsi.
n = Jumlah spline.
τ = Tegangan geser yang terjadi.
Syarat aman.
τ < τa
D1 + D 2
rm = .............................................. (Sularso, 2016)
4
Dimana : rm = Jari-jari rata-rata plat gesek.
Momen gesek pada pemukaan plat gesek (Mg) sama dengan momen
punter (T).
T = . F . rm ................................................... (Sularso, 2016)
Dimana : 𝜇 = Koefisien gesek.
T = Momen puntir rencana.
Lebar permukaan plat gesek.
D - D1
b= 2
2
Dimana : b = Lebar permukaan plat gesek.
Luas plat gesek.
π
A=
4
. D 2 2 - D12
Dimana : A = Luas plat gesek.
Tebal plat gesek.
Pada tabel 3.5 (Sularso, 2016) diketehui bahwa jika dipilih kopling
plat tunggal kering dengan pelayanan elektromagnetik, maka tebal
plat.
V=A.t
V
t=A
T = Momen puntir.
F = Gaya yang bekerja pada setiap paku keling.
Tegangan tarik izin.
t = Tegangan tarik didapat dari tabel 1.1 ...... (Sularso, 2016)
Tegangan geser izin.
g = 0,8 . t
Dimana : g = Tegangan geser izin.
Diameter paku keling.
T.4
d= ............................................... (Umar, 1984)
n . π . σg
8.D.W
τ=K .............................................. (Sularso, 2016)
. d3
Dimana : D = Diameter lilitan rata-rata.
W = Beban pegas kejut.
τ = Tegangan maksimum.
Lendutan pegas.
8 . n . D3 . W
δ= ........................................... (Sularso, 2016)
d4 . G
Dimana : = Lendutan pegas.
n = Jumlah lilitan yang aktif.
G = Modulus geser.
Konstanta pegas.
G . d4
k= .................................................. (Sularso, 2016)
8 . n . D3
Dimana : k = Konstanta pegas.
Syarat aman
τ < τg
3.3.7 Bantalan
Bantalan adalah salah satu elemen mesin yang menumpu poros
terbeban. Sehingga putaran atau gesekan bolak-baliknya dapat
berlangsung secara halus dan aman. Bantalan harus kuat untuk
memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan
baik. Pada kopling ini terdapat dua buah bantalan, yaitu bantalan aksial
bantalan radial.
Untuk bantalan aksial ukuran diameter dalam (d) harus lebih
besar dari poros agar tidak terjadi gesekan dan untuk bantalan radial
ukuran diameter dalam (d) sama dengan poros atau lebih kecil sesuai
dengan tabel 4.14 (Sularso, 2016).
Beban ekivalen.
Pa = X . Fr + Y . Fa .......................................... (Sularso, 2016)
Dimana : Pa = Beban ekivalen dinamik (kg).
X = Faktor radial.
Fr = Gaya radial.
Y = Faktor aksial.
Fa = F1 = Gaya aksial (gaya tekan yang dikerjakan oleh
bantalan).
𝐹𝑎
Untuk mendapatkan nilai pada faktor X dan Y hitunglah lalu
𝐶𝑜
33,3
fn = 3 ...................................................... (Sularso, 2016)
n
Dimana n = putaran.
fn = Faktor kecepatan.
Faktor umur
C
fh = fn . ..................................................... (Sularso, 2016)
Pa
Dimana : fh = Faktor umur.
C = Beban nominal spesifik.
Umur nominal.
Lh = 500 (fh)3 .................................................. (Sularso, 2016)
Dimana : Lh = Umur nominal.
3.3.8 Flywheel
Flywheel adalah sebuah massa berputar yang digunakan sebagai
media penyimpanan tenaga/energy dalam mesin. Jika kecepatan dari
mesin ditambah, maka tenaga akan tersimpan dalam flywheel dan jika
kecepatan dikurangi tenaga akan dikeluarkan oleh flywheel.
Roda gigi flywheel :
Harga modul.
D1
m= ........................................................... (Sularso, 2016)
z
Dimana : d = Diameter dalam flywheel.
z = Jumlah gigi.
m = Harga modul.
Diameter luar flywheel
Do = (z + 2) m ................................................. (Sularso, 2016)
Dimana : Do = Diameter luar flywheel.
Kecepatan flywheel
π . D2 . n
v= .................................................. (Martin, 1982)
60
Dimana : D2 = Diameter luar plat gesek
n = Putaran flywheel.
v = Kecepatan flywheel.
Kecepata sudut flywheel
v
w= ....................................................... (Martin, 1982)
π . D2
Dimana : w = Kecepatan sudut.
3.3.9 Baut
Baut didefenisikan sebagai alat pengikat. Baut didalm kopling
digunakan untuk mengikat flywheel terhadap poros penggerak dan
pengikat tutup kopling dengan flywheel. Untuk menentukan diameter
baut maka dipilih bahan baut yang akan dipergunakan.
Tegangan tarik yang diizinkan.
σb
τg = ................................................... (Sularso, 2016)
Sf1 . Sf 2
Dimana : Sf1 = Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0.
Sf2 = Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar dengan harga (1,3 - 3,0).
b = Tegangan tarik didapat dari tabel 1.1 (Sularso, 2016).
τg = Tegangan tarik yang diizinkan.
Gaya radial yang terjadi pada setiap baut.
T
Fr = ....................................................... (Umar, 1984)
R.n
Dimana : T = Momen puntir.
R = Radius dari titik pusat poros ke titik pusat baut.
n = Jumlah baut.
Fr = Gaya radial.
Karena pada pemakaian terjadi momen punter maksimum, untuk
mengantisipasi hal tersebut baut harus mampu menahan kelebihan
beban sebesar 50 %.
Fd = 1,50 x Fr
Diameter baut
4 . Fd
d> ........................................... (Sularso, 2016)
π . σ g . 0,64