Anda di halaman 1dari 36

BAB III

PERENCANAAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA RODA GIGI

Untuk merencanakan suatu sebuah roda gigi diperlukan data daya dan
putaran yang akan ditransfer melalui kopling untuk menggerakkan poros yang
digerakkan, data tersebut meliputi :
 Daya : 26 HP x 0,735 = 19,11 kW
 Putaran : 2200 rpm

3.1 Perencanaan Poros


Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama dengan putaran, dimana peranan utama
dalam transmisi dipegang oleh poros.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sebuah poros adalah
berat beban dan besarnya daya yang akan diberikan sedang yang lainnya adalah :
1. Kekuatan poros.
2. Kekakuan poros.
3. Putaran kritis.
4. Bahan poros.

 Daya Rencana
Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start atau mungkin juga
beban terus bekerja setelah start, maka untuk ini diperlukan koreksi pada yang
diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi yang terdapat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. faktor-faktor koreksi daya yang ditransmisikan,fc


Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata yang diperlukan 1.2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0.8 – 1.2
Daya normal 1.0 – 1.5
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,

9
Untuk daya rencana (Pd) :

P d = fc . P kW……………………………………(1)
Dimana :
Pd = daya rencana.
fc = faktor koreksi.
= 1.0 (daya maksimum yang diperlukan).
P = daya yang ditransmisikan (kW)
= 19,11 kW
Maka daya rencana :
Pd = 1.0 x 19,11 kW
= 19,11 kW

 Momen Puntir
Momen puntir terjadi karena adanya putaran poros akan mengalami
puntiran atau momen puntir (T) :

Pd
T  9.74 x 10 5 x ..................................................( 2)
N
Dimana :
T = momen puntir yang terjadi
Pd = daya rencana (kW)
= 19,11 kW
n = putaran poros (rpm)
= 2200 rpm

Maka momen puntir yang terjadi :


19,11
T  9.74 x 10 5 x
2200
 8460,52 Kg .mm.

10
 Bahan Poros
Bahan poros dapat diambil dari tabel 3.2. JIS G 4501. batang baja karbon
difinis dingin untuk poros. Bahan yang akan diambil adalah S30C dengan
kekuatan tarik (τb) (48) kg/mm2.

Tabel 3.2. Jis G 3123 batang baja karbon difinis dingin (sering dipakai)
Perlakuan Kekuatan tarik
Standar dan macam Lambing
panas (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
S35C “ 52
Baja karbon
S40C “ 55
konstruksi mesin (JIS
S45C “ 58
G 4501)
S50C “ 62
S55C “ 66
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,
1987, hal 3

Faktor keamanan dipandang cukup untuk kasus ini adalah :


Sf1 = 6.0, untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan baja.
Sf2 = 2.0, pengaruh konsentrasi tegangan dan kekerasan permukaan
poros.
Kt = 1.5, faktor koreksi untuk momen puntir, dipilih untuk sedikit
kejutan atau tumbukan.
Cb = 1.2, faktor koreksi untuk pembebanan lentur, bila terjadi beban
lentur.

 Tegangan Geser Izin (τa).


Tegangan geser izin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
b
a  ………………………………………….
Sf 1 x Sf 2

(3)

11
Dimana :
τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
Τb = kekuatan tarik beban (kg/mm2)
Maka :
48
a 
6 x 2
 4 kg / mm 2 .

 Diameter Poros pada mesin (ds) mm.


Diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1
 5.1  3
ds   x Kt x cb x T  ......................................(4)

 a 
1
 5.1  3
ds   x 1.5 x 1.2 x 8460,52
 4 
 26,88 mm

Maka diameter poros yang akan diambil harus berdasarkan tabel 3.3.:
yaitu 28 mm lebih besar dari hasil yang didapat.

12
Tabel 3.3. Diameter poros

4
40

42

10 100
4.5 45
(105)
0
11 110
*22.4 48 *224
5 24 50 240 420
*11.2 *112
25 250 440
12 120
55 260 450
*5.6 28 56 280 460
*12.5 125
30 300 480
130
6 60 *315 500
*31.5
32 320 530
14 140
*6.3 63 340
(15) 150
35 560
16 160
*35.5 *355
(17) 170
65 360 600
18 180
7 38 70 380
19 190
*7.1 71 630
20 200
75
22 220
8 80

85
9
90
95
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,
1987, hal 9

 Tegangan Geser yang Terjadi

13
5.1 T
  3
........................................................................(5)
ds

- Tegangan geser yang terjadi pada poros di mesin.


5.1 x 8460,52
 
( 28) 3
 1,97 kg / mm 2 .

Jadi berdasarkan perhitungan diatas maka didapat tegangan geser yang


terjadi lebih kecil dari tegangan geser izin.

a  
 4  1,97  kg / mm 2

Maka perencanaan baik dan aman.

- Tegangan geser yang terjadi pada poros dipuli roda gigi pertama.
5.1 x 25393,1
 
( 40) 3
 2,02 kg / mm 2 .

Jadi berdasarkan perhitungan diatas maka didapat tegangan geser yang


terjadi lebih kecil dari tegangan geser izin.
a  
 4  2,02 kg / mm 2

Maka perencanaan baik dan aman


- Tegangan geser yang terjadi pada poros di roda gigi kedua dan ketiga.
5.1 x 126904,89
 
(70) 3
 1,89 kg / mm 2 .

14
Jadi berdasarkan perhitungan diatas maka didapat tegangan geser yang
terjadi lebih kecil dari tegangan geser izin.
a  
 4  1,89 kg / mm 2

Maka perencanaan baik dan aman.

- Tegangan geser yang terjadi pada poros di mesin


5.1 x 253792,47
 
(85) 3
 2,11 kg / mm 2 .

Jadi berdasarkan perhitungan diatas maka didapat tegangan geser yang


terjadi lebih kecil dari tegangan geser izin.
a  
 4  2,11 kg / mm 2

Maka perencanaan baik dan aman.

15
3.2 Perhitungan Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang digunakan untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, spoker, puli, dan kopling pada poros. Yang
disambungkan dengan poros tersebut, momen diteruskan dari poros ke naf atau
dari naf ke poros.

3
Gambar, 3.1, Gambar Pasak.
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,
1987, hal:10.
Keterangan Gambar 3.1 :
1. Pasak.
2. Poros.
3. Puli / kopling.

16
3.2.1 Ukuran Pasak
Perhitungan pasak yang akan direncanakan dapat ditentukan dengan
langkah berikut:
- Diameter poros ( ds ) = 28 mm
Gaya tangensial permukaan poros ( F ) :

T
F  ..................................................(6)
(ds / 2)
8460,52

(28 / 2)
 604,32( kg )
- Diameter poros ( ds ) = 40 mm
Gaya tangensial permukaan poros ( F ) :
T
F 
(ds / 2)
25393,1

(40 / 2)
= 1269,66(kg)
- Diameter poros ( ds ) = 70 mm
Gaya tangensial permukaan poros ( F ) :
T
F 
(ds / 2)
126904,89

(70 / 2)
= 3625,85(kg)
- Diameter poros ( ds ) = 85 mm
Gaya tangensial permukaan poros ( F ) :
T
F 
(ds / 2)
253792,47

(85 / 2)
= 5971,59(kg)
3.2.2 Pemlihan Bahan Pasak
Untuk memilih bahan pasak diambil bahan yang berbeda dengan bahan
poros yaitu bahan yang kekuatan tariknya lebih besar dari kekuatan tarik bahan
poros, hal ini dilakukan karena tegangan tarik bahan pasak harus lebih kuat dari
bahan poros.

17
Tabel : 3.4, Standar Bahan Pasak.

Standar dan macam Lambang Pelakuan panas Kekuatan Tarik


- 53
Batang baja yang di S 35 C-D
- 60
S 45 C-D
definis dingin - 72
S 55 C-D
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,
1987, hal:3

Dengan melihat table di atas di peroleh:


- Bahan pasak : S 45 C-D
- Kekuatan tarik : 60 ( kg.mm2 )
- Faktor Keamanan : 6,0 ( untuk bahan S-C )
- Faktor Keamanan : 3,0 ( pengaruh tegangan kritis besar )

3.2.3 Menentukan ukuran pasak


Untuk menentukan ukuran pasak standar dapat dilihat pada table 3.5
Tabel 3.5, Standar Ukuran Pasak.
ukuran ukuran ukuran
nomina standa ukuran standar h standa ukuran standar t₂ referensi
p₁
l r r
pasak Pasa C p pasa pasa
pasak b,b₁ pasak dan diameter poros yang
priometis k k k
t₁
priometri
bxh dan b₂ pasak luncur Tirus luncu tirus p₂ dapat dipakai d
s
2x2 2 2 0,16 6-20 1,2 1,0 0,5 0,08 lebih dari 6-8
3x3 3 3 - 6-34 1,8 1,4 0.9 - lebih dari 8-10
4x4 4 4 0,25 8-45 2,5 1,8 1,2 0,16 lebih dari 10-12
5x5 5 5 10-56 3,0 2,3 1,7 lebih dari 12-17
6x6 6 6 0,25 14-70 3,5 2,8 2,2 0,16 lebih dari 17-22
- -
7x7 7 7 7,2 0,40 16-80 4,0 3,0 3,5 3,0 0,25 lebih dari 20-23
8x7 8 7 18-90 4,0 3,3 2,4 lebih dari 23-30
10x8 10 8 0,40 22-110 5,0 3,3 2,4 0,25 lebih dari 30-38
- -
12x8 12 8 28-140 5,0 3,3 2,4 lebih dari 38-44
0,60 0,40
14x9 14 9 36-160 5,5 3,8 2,9 lebih dari 44-50
15x10 15 10 10,2 40-180 5,0 5,0 5,5 5,0 lebih dari 50-55

18
16x10 16 10 45-180 6,0 4,3 3,4 lebih dari 50-58
18x11 18 11 50-200 7,0 4,4 3,4 lebih dari 58-65
20x12 20 12 56-230 7,5 4,9 3,9 lebih dari 65-75
22x14 22 14 63-250 9,0 5,4 4,4 lebih dari 75-85
24x16 24 16 16,2 0,60 70-280 8,0 8,0 8,5 8,0 0,40 lebih dari 80-90
- -
25x14 25 14 0,80 70-280 9,0 5,4 4,4 0,60 lebih dari 85-95
28x16 28 16 80-320 10,0 6,4 5,4 lebih dari 95-110
32x18 32 18 90-360 11,0 7,4 6,4 lebih dari 110-130
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,
1987, hal:10

a. Dari dalam table 3.5, untuk pasak dengan diameter poros 28 mm, dapat
diperoleh keterangan sebagai berikut :
- Penampang pasak ( b x h ) :8x7
- Kedalaman alur pasak pada poros( t1) : 4,0
- Kedalaman alur pasak pada naf (t2) : 3,3

Tegangan geser yang diizinkan (τka ) :

B
 ka  ...............................................(7)
( sf 1  sf 2 )

60

(6  3)

= 3,3 ( kg / mm2 )

Tekanan permukaan yang diizinkan ( Pa ) :


Harga Pa adalah sebesar 8 ( kg / mm2 ) untuk poros dengan diameter
kecil.
Pa = 8
Tegangan geser (τk ) :

F
k  ........................................................(8)
bl
604,32
k  ≤ 3,3 ... l1 ≥ 22,89 ( mm )
(8  l1 )

Tekanan Permukaan (P) :

19
F
P .......................................(9)
(l  t1 ataut 2 )

604,32
8 ≤7 ... l2 ≥ 18,86 ( mm )
(l 2  4.0)

Jadi :
l = 18,86
lk = 41,75 mm
Untuk penyesuaian pasak antara kopling dan poros maka panjang pasak
aktif yang diambil adalah 45 mm. Dengan demikian :
b 8

ds 28
= 0,29
Maka : 0,25 < 0,29 < 0,35 , baik
lk 45

ds 28
= 1,61
Maka : 0,75 < 1,61 < 2,5 , Baik

b. Dari dalam table 3.5, untuk pasak dengan diameter poros 40 mm, dapat diperoleh
keterangan sebagai berikut :
- Penampang pasak ( b x h ) : 12 x 8
- Kedalaman alur pasak pada poros( t1) : 5,0
- Kedalaman alur pasak pada naf (t2) : 3,3

Tegangan geser yang diizinkan (τka ) :


B
 ka 
( sf1  sf 2 )
60

(6  3)

= 3,3 ( kg / mm2 )

20
Tekanan permukaan yang diizinkan ( Pa ) :
Harga Pa adalah sebesar 8 ( kg / mm2 ) untuk poros dengan diameter
kecil.
Pa = 8
Tegangan geser (τk ) :
F
k 
bl

1269,66
k  ≤ 3 ,3 ... l1 ≥ 32,1 (mm)
(12  l1 )

Tekanan Permukaan (P) :


F
P
(l  t1 ataut 2 )

1269,66
8 ≤8 ... l2 ≥ 31,74 ( mm )
(l 2  4.0)

Jadi :
l = 31,74 mm
lk = 63,84 mm

Untuk penyesuaian pasak antara kopling dan poros maka panjang


pasak aktif yang diambil adalah 70 mm. Dengan demikian :

b 12

ds 40
= 0,3
Maka : 0,25 < 0,3 < 0,35 , baik
lk 70

ds 40
= 1.75
Maka : 0,75 < 1,75 < 2,5 , Baik

c. Dari dalam table 3.5, untuk pasak dengan diameter poros 70 mm, dapat
diperoleh keterangan sebagai berikut :

21
- Penampang pasak ( b x h ) : 20 x 12
- Kedalaman alur pasak pada poros( t1) : 7,5
- Kedalaman alur pasak pada naf (t2) : 4,9

Tegangan geser yang diizinkan (τka ) :


B
 ka 
( sf1  sf 2 )

60

(6  3)

= 3,3 ( kg / mm2 )
Tekanan permukaan yang diizinkan ( Pa ) :
Harga Pa adalah sebesar 8 ( kg / mm2 ) untuk poros dengan diameter
kecil.
Pa = 8

Tegangan geser (τk ) :


F
k 
bl
3625,85 ≤ 3 ,3 ... l1 ≥ 54,94 ( mm )
k 
(20  l1 )

Tekanan Permukaan (P) :


F
P
(l  t1 ataut 2 )

3625,85
8 ≤ 12 ... l2 ≥ 60,43 ( mm )
(l 2  7,5)

Jadi :
l = 60,43 mm
lk = 115,37 mm

22
Untuk penyesuaian pasak antara kopling dan poros maka panjang pasak
aktif yang diambil adalah 140 mm. Dengan demikian :

b 20

ds 70
= 0,29
Maka : 0,25 < 0,29 < 0,35 , baik
lk 140

ds 70

=2
Maka : 0,75 < 2 < 2,5 , Baik

d. Dari dalam table 3.5, untuk pasak dengan diameter poros 85 mm, dapat diperoleh
keterangan sebagai berikut :
- Penampang pasak ( b x h ) : 22 x 14
- Kedalaman alur pasak pada poros( t1) : 9,0
- Kedalaman alur pasak pada naf (t2) : 5,4

Tegangan geser yang diizinkan (τka ) :


B
 ka 
( sf 1  sf 2 )

60

(6  3)

= 3,3 ( kg / mm2 )
Tekanan permukaan yang diizinkan ( Pa ) :
Harga Pa adalah sebesar 8 ( kg / mm2 ) untuk poros dengan diameter
kecil.
Pa = 8
Tegangan geser (τk ) :
F
k 
bl

23
5971,59 ≤ 3 ,3 ... l1 ≥ 82,25 (mm)
k 
( 22  l1 )

Tekanan Permukaan (P) :


F
P
(l  t1 ataut 2 )

5971,59
8 ≤ 14 ... l2 ≥ 82,94 (mm)
(l 2  9,0)

Jadi :
l = 82,94 mm
lk = 165,19 mm

Untuk penyesuaian pasak antara kopling dan poros maka panjang pasak
aktif yang diambil adalah 180 mm. Dengan demikian :

b 22

ds 85
= 0,25

Maka : 0,25 < 0,25 < 0,35 , baik


lk 180

ds 85
= 2,12
Maka : 0,75 < 2,12 < 2,5 , Baik

3.3 Perencanaan alat pereduksi putaran


Pada mesin pencetak batu-bata merek changchai memakai dua jenis alat
pereduksi putaran, yaitu :
1. Puli sabuk
2. Roda gigi

24
Mesin ini memiliki putaran (n) sebesar 2200 yang nantinya akan direduksi
putarannya oleh ketiga alat pereduksi tersebut sehingga besar putarannya untuk
masing-masing alat antara lain :
- Untuk puli (n1) : Dari 2200 menjadi 733,33
- Untuk roda gigi (n2) : Dari 733 menjadi 146,67
- Untuk roda gigi (n3) : Dari 146 menjadi 73,34

3.3.1 Puli Sabuk


Puli dan sabuk merupakan sistem transmisi daya yang dipakai bila poros
input jauh dari poros output, dalam perencanaan ini kita memilih sabuk dengan
tipe-V sebagai transmisi daya yang terdapat pada mesin.
Parameter yang akan kita hitung antara lain :

 Perbandingan Putaran
n1
i  .....................................................................................(10
n2
2200

733,33
 3

 Jarak Sumbu Poros (C)


Dalam perencanaan ini besar jarak sumbu poros puli (C) adalah 1500 mm

 Momen Rencana Pada Poros Puli (T)


pd
T  9,74 x 10 5
n1

Maka :
19,11
T1  9,74 x 10 5
2200
 8460,52 kg .mm

 Diameter Poros pada mesin (ds)

25
Untuk besar diameter poros pada puli dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (4) berikut :
1
 5 .1  3
ds   x Kt x cb x T 
 a 
1
 5 .1  3
ds   x 1.5 x 1.2 x 8460,52
 4 
 26,88 mm

Dari hasil perhitungan diameter poros maka besar diameter yang akan kita
ambil adalah: 28 mm

 Pemilihan Penampang Sabuk


Dalam perencanaan ini sabuk yang akn kita rencanakan adalah sabuk V
dengan penampang tipe-B.

 Diameter lingkaran Jarak (dp) (Dk)


Sebelum menghitung diameter lingkaran jarak, terlebih dahulu kita harus
menentukan putaran puli yang kita rencanakan. Maka dalam perencanaan ini
diameter puli yang akan kita rencanakan adalah sebesar : 2200 rpm.
Untuk menghitung diameter lingkaran jarak (dp) dapat digunakan persamaan :
 n penggerak 
D p  d p x  ……………………………...……
 n yangdigerakkan 

(11)

Maka :
2200
D p  145 x
733,33
 435,2 ( mm)

 Diameter Minimum Puli (dmin) (mm)


Dari tabel 3.6, untuk diameter minimum puli dapat kita mengambil 145
karena jenis/tipe penampang sabuk yang kita pilih adalah tipe B.

26
 Diameter Luar Puli (dk) (Dk)
dk = dmin + (Kt . K)……………………………………….…(12)

Maka :
dk = 145 + (1,5 . 5,5)
= 153,25 (mm)
Untuk Dk :
Dk = dp + (Kt . K)
= 435,32 + (1,5 x 5,5)
= 443,45 (mm)

Tabel 3.6 Ukuran puli-V


Diameter nominal
Penampang
(diameter lingkaran Α(o) Wo Lo K Ko e f
Sabuk V
jarak bagi dp)
71 - 100 34 11.95
9.2
A 101 - 125 36 12.12 4.5 8.0 15.0 10.0
126 atau lebih 38 12.30
125 – 160 34 15.86
B 161 - 200 36 16.07 12.5 5.5 9.5 19.0 12.5
201 atau lebih 38 16.29
200 – 250 34 21.18
C 251 - 315 36 21.45 16.9 7.0 12.0 25.5 17.0
316 atau lebih 38 21.72
355 - 450 36 30.77
D 24.6 9.5 15.5 37.0 24.0
451 atau lebih 38 31.14
500 – 6930 36 36.95
E 28.7 12.7 19.3 44.5 29.0
631 atau lebih 38 37.45
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,
1987, hal166

27
 Kecepatan Sabuk (v)
 . d p . n1
v  ...........................................................................(13
60 . 1000

Maka :
3,14 . 145 . 2200
v 
60 . 1000
 16,7 ( m / s )

Untuk konstruksi yang baik dan aman maka, kecepatan sabuk harus lebih
kecil dari 30,
maka :
V < 30
16,7 (m/s) < 30 (m/s) maka konstruksi baik dan aman.

3.4 Perencanaan Roda Gigi


Adapun parameter yang akan dihitung pada perencanaan roda gigi antara
lain:

 Putaran Yang Terjadi


Pada perencanaan ini direncanakan tiga buah roda gigi yang berbeda maka
besar putaran yang terjadi adalah :
n1 z n2 z n3 z
 1 i  2 i  3 i
n2 z2 n3 z3 n3 z3
733 146,67 73,34
i  i  i 
146,67 73,34 73,34
5  2 1

 Daya Rencana (Pd)


Untuk menghitung daya rencana (Pd) dapat digunakan persamaan berikut :
P d = fc . P kW……………………….…………..(14)

28
Dimana :
Pd = daya rencana.
fc = faktor koreksi.
= 1.0 (daya maksimum yang diperlukan).
P = daya yang ditransmisikan (kW)
= 19,11 kW
Maka daya rencana :
Pd = 1.0 x 19,11 kW
= 19,11 kW

 Momen Puntir
Momen puntir terjadi karena adanya putaran poros akan mengalami
puntiran atau momen puntir (T) :
Pd
T  9.74 x 10 5 x
N
Dimana :
T = momen puntir yang terjadi
Pd = daya rencana (kW)
= 19,11 kW
n1 = putaran poros (rpm)
= 733,33 rpm

Maka momen puntir yang terjadi :


a. Momen puntir pada puli dan roda gigi pertama.
19,11
T2  9.74 x 10 5 x
733,33
 25393,1 Kg .mm.

b. Momen puntir pada roda gigi kedua dan ketiga.

29
19,11
T3  9,74 x 10 5 x
146,67
 126904,89 Kg .mm.

c. Momen puntir pada roda gigi keempat dan kelima.


19,11
T4  9.74 x 10 5 x
73,34
 253792,47 Kg .mm.

 Bahan Poros.
Bahan poros dapat diambil dari tabel 3.2. JIS G 4501. batang baja karbon
difinis dingin untuk poros.Bahan yang akan diambil adalah S30C dengan
kekuatan tarik (τb) (48) kg/mm2.

Faktor keamanan dipandang cukup untuk kasus ini adalah :


Sf1 = 6.0, untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan baja.
Sf2 = 2.0, pengaruh konsentrasi tegangan dan kekerasan permukaan
poros.
Kt = 1.5, faktor koreksi untuk momen puntir, dipilih untuk sedikit
kejutan atau tumbukan.
Cb = 1.2, faktor koreksi untuk pembebanan lentur, bila terjadi beban
lentur.

 Tegangan Geser Izin (τa).


Tegangan geser izin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3):
b
a 
Sf 1 x Sf 2

Dimana :
τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
Τb = kekuatan tarik beban (kg/mm2)

30
Maka :
48
a 
6 x 2
 4 kg / mm2 .

3.4.1 Diameter Poros (ds) mm.


a. Diameter poros pada puli dan roda gigi pertama.
1
 5 .1  3
ds   x Kt x cb x 25393,3

 a 
1
 5 .1  3
ds   x 1.5 x 1.2 x 25393,1
 4 
 38,77 mm

Maka diameter poros yang akan diambil harus berdasarkan tabel


3.3, : yaitu 40 mm lebih besar dari hasil yang didapat.

b. Diameter poros pada roda gigi kedua dan ketiga.


1
 5.1  3
ds   x Kt x cb x 25393,3

 a 
1
 5.1  3
ds   x 1.5 x 1.2 x 126904,89
 4 
 66,29 mm

Maka diameter poros yang akan diambil harus berdasarkan tabel


3.3, : yaitu 70 mm lebih besar dari hasil yang didapat.

c. Diameter poros roda gigi keempat dan kelima.

31
1
 5. 1  3
ds   x Kt x cb x 25393,3
 a 
1
 5. 1  3
ds   x 1.5 x 1.2 x 253792,47 
 4 
 83,51 mm

Maka diameter poros yang akan diambil harus berdasarkan tabel


3.3, : yaitu 85 mm lebih besar dari hasil yang didapat.

 Perencanaan Modul
Besarnya modul, dapat kita tentukan dengan melihat diagram pada gambar
3.2. Maka dalam perencanaan ini besar modul pahat (m) yang akan digunakan
adalah : 2.5

Gambar 3.2 Diagram pemilihan modul roda gigi lurus (kenturan) (α =20, b = 10 m)
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya
Paramita,

 Ukuran-Ukuran Utama Roda Gigi


- Diameter lingkaran jarak bagi (dz)
dzn = m . zn…………………………………………………….(15)

32
dimana :
m = modul
z = jumlah gigi
maka :
dz1 = m . z1 dz2 = m . z2 dz3 = m . z3 dz4 = m . z4 dz5 = m . z5
= 6 x 12 = 6 . 60 = 6 . 16 = 6 . 32 = 6 . 22
= 72 mm = 360 mm = 96 mm = 192 mm = 132 mm
Catatan: dz5 = dz6

- Diameter lingkar kepala (dk)


dk = ( z + 2,5 )m……………………………………………(16)

maka :
dk1 = ( z + 2,5 ) m dk2 = ( z2 + 2,5 ) m dk3 = ( z3 + 2,5 ) m
= (12 + 2,5 ) 6 = ( 60 + 2,5 ) 6 = ( 16 + 2,5 ) 6
= 87 mm = 375 mm = 111 mm

dk4 = ( z4 + 2,5 ) m dk5 = ( z5 + 2,5 ) m


= ( 32 + 2,5) 6 = ( 22 + 2,5 ) 6
= 207 mm = 147 mm

- Tinggi gigi (H)


H = 2 (m) + ck………………………………………………...(17)
Dimana :
ck = kelonggaran puncak yaitu celah antara lingkaran kepala dan
lingkaran kaki dari gigi pasangannya.
ck = 0,5 . m
ck = 0,5 . 6
= 3 mm
Maka :

33
H  2 (m)  ck
 2 (6)  3
 15 mm

- Jarak bagi lingkar (t)


. d d
t   m
z z
  . m .....................................................................................

Maka :
t   .m
 3,14 x 6
 18,84 mm

- Tebal gigi (h)


. m
h   .m  t
2
Maka :

t
h  .........................................................................................(19)
2
18,84

2
 9,42 mm

- Lebar gigi (b)


b = 6 . m …………………………………………………….(20)
maka :
b = 6 .m
= 6 x 6
= 36 mm

34
- Tinggi kaki (hf)
hf = k . m + ck ………………………………………………(21)
dimana :
k = faktor tinggi kepala
= 1
Maka :
hf = k .m + ck

= 1.6 + 3
= 9 mm
- Tinggi kepala (hk)
hk = m ………………………………………………………...(22)
maka :
hk = 6 mm

- Jari-jari fillet (r)


r = 0,3516 m ………………………………………………...(23)
maka :
r = 0,3516 . m
= 0,3516 . 6
= 2,11 mm

- Diameter lingkaran kaki (df)


df = dk - 2H …………………………………………………(24)
maka :
df1 = dk1 – 2H df2 = dk2 – 2H df3 = dk3 – 2H
= 87 - (2 x 15) = 375 - (2 x 15) = 111 - (2 x 15)
= 57 mm. = 345 mm = 81 mm

df4 = dk4 – 2H df5 = dk5 – 2H

35
= 207 - (2 x 15) = 147 – (2 x 15)
= 177 mm = 117 mm

 Jarak Sumbu Poros (a)


Jarak sumbu poros dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

- Poros I dan Poros II :


dz1  dz 2 dz 3  dz 4
a  a 
2 2
72  360 96  192
 
2 2
 216 mm  144 mm

dz 5  dz 6
a 
2
132  132

2
 132 mm

 Bahan Roda Gigi


Dalam perencanaan ini diambil bahan untuk semua roda gigi yaitu : S35C

dengan kekuatan tarik (σB= 52 Kg/mm2) dan kekerasan brinnnel : HB = 149 – 207

Tabel 3.8 Pemilihan bahan roda gigi


Tegangan
Kekerasan
Kelompok Lambang Kekuatan lentur yang
Brinnel
Bahan bahan tarik σB diizinkan
HB
σa (Kg/mm2)
Baja karbon S25C 45 123 – 183 21
untuk S35C 52 149 - 207 23
konstruksi S45C 58 167 – 229 30
mesin
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,

36
 Gaya-Gaya Pada Roda Gigi
Gaya-gaya yang terjadi pada roda gigi dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

o Pemeriksaan Pada Konstruksi Roda Gigi


Pemeriksaan suatu roda gigi apakah tahan terhadap gaya-gaya yang
terjadi. Dalam hal ini akan ditinjau roda gigi yang pertama kali mengalami
pembebanan yaitu : Z1 dan Z2, maka untuk itu kecepatan untuk roda gigi
tersebut :

 .d .n
V  .................................................................(25)
60 .1000

Dimana :
d = diameter lingkaran jarak bagi (m)
n = jumlah putaran (rPm)

Karena diameter setiap roda gigi tidak sama, maka kecepatan keliling
untuk setiap roda gigi adalah :
 . d 1 . n1  . d 2 . n2
V1  V2 
60 .1000 60 .1000
3,14 . 72 . 733 3,14 . 360 . 146
 
60 .1000 60 .1000
 2,762 m / det  2,75 m / det

 . d 3 . n2
V3 
60 .1000
3,14 . 96 . 146

60 .1000
 0,734 m / det

 . d 4 . n3  . d 5 . n3
V4  V5 
60 .1000 60 .1000
3,14 . 192 . 73 3,14 . 132 . 73
 
60 .1000 60 .1000
 0,734 m / det  0,5043 m / det

37
o Gaya Tangensial
Gaya tangensial yang terjadi pada roda gigi dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :

102. pd
Ft  .............................................................................(26)
V
Dimana :
Ft = gaya tangensial
Pd = daya rencana
V = kecepatan keliling.
Maka :
102 . pd 102 . pd
Ft1  Ft 2 
V1 V2
102 .19,11 102 .19,11
 
2,762 2,762
 705,73 Kg  705,73 Kg

102 . pd
Ft 3 
V3
102 .19,11

0,732
 2662,9 Kg

102 . pd 102 . pd
Ft 4  Ft 5 
V4 V5
102 .19,11 102 .19,11
 
0,732 0,5043
 2662,9 Kg  3865,2 Kg

Catatan: Ft5 = Ft 6

o Faktor Dinamis

38
Untuk menghitung faktor dinamis dapat digunakan persamaan

6
Fv  ............................................................................(27)
6 V

Dimana :
fv = faktor dinamis
V = kecepatan keliling

Maka :

6 6 6
Fv1  Fv3  Fv 2 
6  V1 6  V3 6  V2
6 6 6
  
6  2,762 6  0,734 6  2,762
 0,685 m / det  0.891 m / det  0,685 m / det

6 6
Fv 4  Fv5 
6  V4 6  V5
6 6
 
6  0,734 6  0,5043
 0,891 m / det  0,9225 m / det

o Tegangan Lentur
Untuk tegangan lentur yang terjadi pada roda gigi adalah :
Ft
b  ………………………………………………
b . m . y. fv

(28)
Dimana :

σb = tegangan lentur
y = faktor gigi (lihat tabel 3.8)

39
Untuk jumlah gigi yang tidak tercantum dalam tabel dapat dicari dengan
jalan interpolasi, maka :

Ft1 Ft2
b1  b2 
b . m . y 1 . fv 1 b . m . y 2 . fv 2
705 ,73 705 ,73
 
36 . 6 . 0 ,245 . 0 .685 36 . 6 . 0 ,421 . 0 ,685
 19 ,468 Kg / mm 2
 11 ,330 Kg / mm 2

Ft3 Ft4
b3  b 4 
b . m . y 3 . fv 3 b . m . y 4 . fv 4
2662 ,9 2662 ,9
 
36 . 6 . 0 ,295 . 0 ,891 36 . 6 . 0 ,365 . 0 ,891
 46 ,903 Kg / mm 2
 37 ,908 Kg / mm 2

Ft5
b5 
b . m . y 5 . fv 5
3865 ,2

36 . 6 . 0 ,333 . 0 ,923
 58 ,22 0 Kg / mm 2

Catatan : b5 = b 6

o Beban Lentur Izin


Beban lentur izin roda gigi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

Fbn = σbn . m . yn. fvn ……………………………………..(29)


Dimana :
Fbn = Beban lentur izin
Maka :

Fb1 = σb1. m . y1. Fv1

40
= 19,468 . 6 . 0,245 . 0,685
= 19,60 Kg/mm2

Fb3 = σb3. m . y3. Fv3


= 46,903 . 6 . 0,295 . 0,891
= 73,97 Kg/mm2

Fb5 = σb5. m . y5. Fv5


= 58,22 . 6 . 0,333 . 0,923
= 107,37 Kg/mm2

Catatan : Fb1= Fb2, Fb3= Fb4 dan Fb5= Fb6

Tabel 3.8. Pemilihan faktor bentuk gigi


Jumlah gigi Jumlah gigi
Y Y
Z z
10 0.201 25 0.339
11 0.226 27 0.349
12 0.245 30 0.358
13 0.261 34 0.371
14 0.276 38 0.383
15 0.289 43 0.396

41
16 0.295 50 0.408
17 0.302 60 0.421
18 0.308 75 0.434
19 0.314 100 0.446
20 0.320 150 0.459
21 0.327 300 0.471
22 0.333 Batang gigi 0.484
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita,

 Tegangan Yang Terjadi


Tegangan yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan peersamaan
berikut :

Ft n
n  ...................................................................................(30)
A
Dimana :

σ = tegangan yang terjadi


A = luas penampang
=b.h

Maka :
705,73 2662 ,9
1  3 
6 . 9,42 6 . 9 ,42
 12,49 Kg / mm 2  47 ,11 Kg / mm 2

3865 ,2
 5 
6 . 9 ,42
 68 ,37 Kg / mm 2

42
Catatan :  1 =  2 ,  3 =  4 ,  5=  6

Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui aman atau tidak dengan
persyaratan dibawah ini :

σa ≥ σb
σB ≥ σ
maka :
62 Kg/mm2 ≥ 58,22 Kg/mm2
52 Kg/mm2 ≥ 47,11 Kg/mm2
Dari hasil yang diperoleh maka konsntruksi baik dan aman.

o Berat Poros
Berat poros dapat dihitung dengan memakai persamaan :

Gp  ds  2 . L .  …………………………………………..
4
(31)
Dimana : Gp = berat poros
L = panjang poros yang direncanakan

Dalam perencanaan ini poros yang akan kita rencanakan sebanyak 4 buah
poros yang masing-masing panjangnya adalah sebagai berikut :
- untuk poros pada mesin panjangnya (Lm) = 250 mm
- untuk poros 1 panjangnya (L1) = 500 mm
- untuk poros 2 panjangnya (L2) = 800 mm
- untuk poros 3 panjangnya (L3) = 200 mm

maka :
- Untuk poros pada mesin :

43

Gp   d s  2 . Lm . 
4
3 .14
 (28 )2 . 250 . 7 .8 x 10 6
4
 1 ,20 kg

- Untuk poros I :
3 .14
Gp  (28 )2 . 500 . 7 .8 x 10 6
4
 2 ,40 kg

- Untuk poros II :
3 .14
Gp  ( 40 )2 . 800 . 7 .8 x 10 6
4
 7 ,84 kg

- Untuk poros III :


3 .14
Gp  ( 40 )2 . 200 . 7 .8 x 10 6
4
 1 ,96 kg

44

Anda mungkin juga menyukai