Anda di halaman 1dari 15

2.

4 Rumus Rumus

1. Rumus Bantalan

a. Perhitungan berat roda gigi :

   
W = 2   Dsp1   t  BJ 
2

 4  

b. Berat total terhadap poros adalah :

F+W

A C

RA RC

Gambar 12.9 Poros pada bearing

1. Pertama adalah mencari perbandingan antara panjang dan diameter lubang


I
 1,6
d

I = 1.6 x D

2. Kemudian kita dapat mengetahui tekanan bearing


RA
P=
I d

Sedangkan maksimum tekanan bearing 7 s.d 1 N/cm2

p < pijin
3. Kekentalam mutlak dari lapisan oil

Z = 25 centipoise

Modulus bearing pada titik maksimum dari gesekan :

Z n
3K 
p

1 zn
K   
3  p 

4. koefisien gesek

33  Z  n  d 
=     k
1010  p  c 

Dimana K = factor koreksi = 0,002

5. Panas yang timbul

WV
Hg 
J

 d n
V  (m/min)
100

J = energi panas = 427 N.m/kcal

2. Rumus Poros

. Perhitungan gaya tangensial, Ft


1. Menentukan daya rencana, Pd
Pd = P x fc ………………………………….….( Sularso, halaman 7)
Di mana :
Pd : daya rencana ( kw )
P : daya nominal ( kw )
fc : faktor koreksi……………….………..( Sularso, tabel 1.6 )

2. Putaran poros, n
np zw
=
nw zp
di mana :
np : Putaran poros pinion (rpm)
nw : Putaran poros wheel (rpm)
Zp : jumlah gigi pinion
Zw : jumlah gigi wheel

3. Pemilihan modul, m
Pemilihan modul dapat di lihat pada diagram pemilihan modul roda gigi lurus
(lenturan) yang terdapat pada gambar 6.24, Sularso, halaman 245, dengan
menggunakan variabel sebagai berikut :
- daya rencana
- putaran pinion
Kemudian dipotongkan pada grafik dan didapatkan modul yang diinginkan

4. Perhitungan diameter pitch, dp


d =mxZ
dimana :
d : diameter pitch (mm)
m : modul (mm)
Z : jumlah gigi (mm)

5. Kecepatan keliling, V
V = п x dp x np ……………………………………(Sularso, halaman 238)

60 x 1000
di mana :
V : kecepatan keliling (m/s)

6. Gaya Tangensial, Ft
Ft = Pd x 102 ………………………………………..(Sularso, halaman 238)
V

Di mana :
Ft : Gaya tangensial (kg)

Apabila tidak dapat mencari gaya tangensiall dengan cara tersebut, karena jumlah putaran
yang besar misalnya 8000 rpm , maka dapat digunakan cara sebagai berikut :
1. . Gaya tangensial reduksi awal,Ft1
p.4500.Cs
Ft1  ……………………………..( Khurmi, halaman 1007)
v
di mana :
Ft1 = gaya tangensial (kg)
Cs = service faktor, diambil 1,54 karena medium shock dengan pemakaian 8
– 10 jam per hari ( tabel 23.8; Khurmi )

 lebar gigi ( b )
b = 9m
di mana:
b = lebar gigi (mm)

 velocity factor, Cv
3
Cv  ……………………………………….(khurmi, halaman 1002)
3v
dimana :
Cv : velocity factor dengan kecepatan sampai 12,5 m/s

 faktor bentuk gigi untuk pinion dengan sudut tekan 20o ( y )


0,912
y p  0,154  ……………(Khurmi, halaman 1001)
 gigi pinion
0,912
y w  0,154  …………………(Khurmi, halaman 1001)
 wheel

 persamaan Lewis
Ft2 = fop.Cv.b.R.m.yp .......................(Khurmi, halaman 1005)
di mana :
fop = tegangan lentur ijin (tabel 23.6, Khurmi)
maka :
Ft1 = Ft2
14,02 34759,8m 2

m 3  71,2m
m = 0,15 = 1,5 mm

 gaya tangensial, Ft
D 2.102
Ft 
v

b. Perhitungan momen lentur


Perhitungan momen lentur dengan menggunakan kesetimbangan gaya,
∑M=0
∑F =0

c. Perhitungan diameter poros, dsh


1. Faktor koreksi bahan, sf1 dan sf2
sf1 = 5,6 ≈ 6
sf2 = 1,3 – 3,0

2. Faktor koreksi
 Lenturan (km)
 Puntiran (kt)
 Bending (cb)

BEBAN kt km cb
Halus 1 1,5
Sedikit Kejut 1 - 1,5 1,5 - 2 1,2 - 2,3
3. Bahan Tumbukan 1,5 - 3,0 2,0 - 3,0 Poros
Bahan poros dapat
dilihat pada tabel 1.1 dan 1.2 pada Sularso. Dari tabel tersebut akan diperoleh kekuatan
tarik ( σB ) (kg/mm2 ).

4. Tegangan yang diijinkan,  a


B
a  ……………………………………………….(Sularso, halaman 8 )
sf1. sf 2
di mana :
a = tegangan yang diijinkan (kg/mm2 )

5. Momen rencana, T
Pd
T = 9,74 105 ………………………….(Sularso, halaman 7)
n
dimana :
T = Torsi ( kg.mm)
n = putaran poros (rpm)

6. Diameter poros, dsh


1
 5,1  2
3
dsh    km.M   kt.   …………………(Sularso, halaman 18)
2

  a  
di mana :
dsh : diameter poros (mm)
M : momen lentur maksimum ( kg.mm)

d. Evaluasi
1. Deformasi puntir, 
T .L
  584 ………………………………………….(Sularso, halaman 18)
G.d sh4
di mana :
 = deformasi punter (˚)
L = panjang poros (mm)
G = Modulus geser ( kg/mm2 )
Agar memenuhi syarat maka,  ≤ 0,25˚

2. Lenturan poros, Y
4 F . 12  22
y  3,23.10 ………………………..(Sulaso, halaman 18)
d sh4 .
dimana :
Y = lenturan poros (mm)
F = gaya resultan (kg)
L1 = jarak roda gigi ke bantalan 1 (mm)
L2 = jarak roda gigi ke bantalan 2 (mm)
Agar memenuhi syarat maka, Y ≤ (0,3 – 0,35)

3. Putaran kritis, Nc
d2 
Nc  52700 sh …………………………(Sularso, halaman 19)
 1 . 2 w
dimana :
Nc = putaran kritis (rpm)
W = beban roda gigi ( kg)
Apabilla ada lebih dari satu beban yang bekerja pada poros maka putran kritis
gabungannya adalah (Nco) :
1 1 1 1
  .......  …………..(Sularso, halaman 19)
Nco 2 Nc12 Nc2 2 Nci 2
di mana :
Nco = putaran kritis gabungan (rpm)
Nci = putaran kritis beban ke- I (rpm)
n
Agar memenuhi syarat maka, ≤ ( 0,6 – 0,7)
Nco

3. Rumus Kopling

Rumus-Rumus Yang Digunakan Pada Kopling


• Torsi maksimum
Kopling plat gesek bekerja karena adanya gaya gesek (U) dengan
permukaan, sehingga menyebabkan terjadinya momen puntir pada poros yang di gerakkan.
Momen ini bekerja dalam waktu tr sampai putaran kedua poros sama. Pada keaadan terhubung tidak
terjadi slip dan putaran kedua poros sama dengan putaran awal poros penggerak, sehingga dapat dibuat
persamaan :
• Teori Gesek

Kerja Gesek dan Daya Gesek


Kerja gesek ditentukan dari hubungan antara torsi, putaran, dam waktu terjadinya slip yaitu :
Harga daya gesek dapat ditentukan dari hubungan kerja gesek dengan frekuensi penggunaan kopling, yaitu
jumlah penekanan atau pelepasan kopling persatuan waktu yaitu :

Diameter Rata-rata Plat Gesek


Diameter rata-rata plat gesek ditentukan dengan menggunakan persamaan untuk diameter rata-
rata, yaitu :
Pengujian harga KT dan KU
Untuk memeriksa apakah harga KT dan KU masih dalam batas-batas yang diizinkan setelah adanya
pembulatan-pembulatan dalam perhitungan, maka jika harga KT tidak berbeda jauh dengan
pemilihan harga awal dan harga KU masih berkisar antara 2-8 maka rancangan ini dapat dilanjutkan
:

Luas Bidang Tekan


Tekanan permukaan terjadi akibat adanya gaya tekan yang mengenai satuan luas bidang
tekan, gaya ini dipengaruhi oleh koefisien gesek sebesar μ = 0.3, dan ini adalah koefisien gesek
bahan permukaan pelat gesek yang kita pilah. Luas
bidang tekan sama dengan luas permukaan pelat dan dapat diperoleh dari hubungan :
Tekanan Rata-rata Permukaan
Tekanan rata-rata dicari dari hubungan torsi maksimum, diameter rata-rata, koefisien gesekan dan
luas bidang tekan :

Tekanan Maksimum Permukaan


Tekanan permukaan maksimum digunakan untuk memilih pelat gesek yang cocok dan aman. Pada
lampiran tebal tertulis harga-harga tekanan untuk bahan pelat gesek. Hubungan antara tekanan maksimum
dan tekanan rata-rata adalah :

Umur Pelat Gesek


Daya saing pelat gesek sangat ditentukan oleh umur dari pelat gesek itu. Umur pelat gesek
ditentukan dari hubungan antara volume keausan spesifik dan gaya gesek, sedangkan untuk menghitung
volume keausan digunakan rumus :
Temperatur Kerja Plat dan Kopling
Temperature kerja kopling harus memenuhi temperature yang diizinkan,
karena apabila melewati batas yang diizinkan akan menyebabkan pelat gesek cepat sekali aus
sehingga umur kopling akan lebih pendek. Temperature kerja kopling dipengaruhi oleh koefisien
perpindahan panas dari rumah kopling, luas perpindaha panas dan temperature sekeliling,
temperature kerja kopling adalah :
koefisien perpindahan panas, dari rumah kopling dapat diketahui dari hubungan berikut :
Pemasangan Paku Keling
Paku keeling yang dipasang pada pelat gesek dan pelat penghubung berfungsi untuk
meneruskan putaran pelat gesek ke pelat penghubung dan seterusnya ke HUB, dan selanjutnya
keporos. Untuk perhitungan pemasangan
paku keeling didapat dengan menggunakan perhitungan berikut. Gaya yang dialami oleh setiap
paku keeling didapatkan dengan menggunakan persamaan berikut :

.Analisis Pegas
Pegas berfungsi sebagai peredam getaran dan penahan gaya permukaan terhadap pelat
gesek. Pegas ini juga berfungsi sebagai penerus daya dari HUB kepelat. Pada pegas ini bekerja
momen torsi yang mengakibatkan tegangan geser. Tegangan ini dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

.Analisis Tegangan Pada Pegas Diafragma


Pada rumah kopling terdapat pegas diafragma yang berbentuk cincin (bellivelle spring) pada
pegas ini terdapat gaya P yang dapat melakukan
pemasangan dan palepasan kopling. Tengangan yang terjadi pada pegas ini didapat dari
persamaan berikut :

4. Rumus Pully

n1 = D2

n2 : rpm mesin yang digerakkan

D1 : Diameter Puli motor Pengerak

D2 : Diameter Puli mesin yang digerakkan


5. Rumus sabuk

Anda mungkin juga menyukai