4 Rumus Rumus
1. Rumus Bantalan
W = 2 Dsp1 t BJ
2
4
F+W
A C
RA RC
I = 1.6 x D
p < pijin
3. Kekentalam mutlak dari lapisan oil
Z = 25 centipoise
Z n
3K
p
1 zn
K
3 p
4. koefisien gesek
33 Z n d
= k
1010 p c
WV
Hg
J
d n
V (m/min)
100
2. Rumus Poros
2. Putaran poros, n
np zw
=
nw zp
di mana :
np : Putaran poros pinion (rpm)
nw : Putaran poros wheel (rpm)
Zp : jumlah gigi pinion
Zw : jumlah gigi wheel
3. Pemilihan modul, m
Pemilihan modul dapat di lihat pada diagram pemilihan modul roda gigi lurus
(lenturan) yang terdapat pada gambar 6.24, Sularso, halaman 245, dengan
menggunakan variabel sebagai berikut :
- daya rencana
- putaran pinion
Kemudian dipotongkan pada grafik dan didapatkan modul yang diinginkan
5. Kecepatan keliling, V
V = п x dp x np ……………………………………(Sularso, halaman 238)
60 x 1000
di mana :
V : kecepatan keliling (m/s)
6. Gaya Tangensial, Ft
Ft = Pd x 102 ………………………………………..(Sularso, halaman 238)
V
Di mana :
Ft : Gaya tangensial (kg)
Apabila tidak dapat mencari gaya tangensiall dengan cara tersebut, karena jumlah putaran
yang besar misalnya 8000 rpm , maka dapat digunakan cara sebagai berikut :
1. . Gaya tangensial reduksi awal,Ft1
p.4500.Cs
Ft1 ……………………………..( Khurmi, halaman 1007)
v
di mana :
Ft1 = gaya tangensial (kg)
Cs = service faktor, diambil 1,54 karena medium shock dengan pemakaian 8
– 10 jam per hari ( tabel 23.8; Khurmi )
lebar gigi ( b )
b = 9m
di mana:
b = lebar gigi (mm)
velocity factor, Cv
3
Cv ……………………………………….(khurmi, halaman 1002)
3v
dimana :
Cv : velocity factor dengan kecepatan sampai 12,5 m/s
persamaan Lewis
Ft2 = fop.Cv.b.R.m.yp .......................(Khurmi, halaman 1005)
di mana :
fop = tegangan lentur ijin (tabel 23.6, Khurmi)
maka :
Ft1 = Ft2
14,02 34759,8m 2
m 3 71,2m
m = 0,15 = 1,5 mm
gaya tangensial, Ft
D 2.102
Ft
v
2. Faktor koreksi
Lenturan (km)
Puntiran (kt)
Bending (cb)
BEBAN kt km cb
Halus 1 1,5
Sedikit Kejut 1 - 1,5 1,5 - 2 1,2 - 2,3
3. Bahan Tumbukan 1,5 - 3,0 2,0 - 3,0 Poros
Bahan poros dapat
dilihat pada tabel 1.1 dan 1.2 pada Sularso. Dari tabel tersebut akan diperoleh kekuatan
tarik ( σB ) (kg/mm2 ).
5. Momen rencana, T
Pd
T = 9,74 105 ………………………….(Sularso, halaman 7)
n
dimana :
T = Torsi ( kg.mm)
n = putaran poros (rpm)
a
di mana :
dsh : diameter poros (mm)
M : momen lentur maksimum ( kg.mm)
d. Evaluasi
1. Deformasi puntir,
T .L
584 ………………………………………….(Sularso, halaman 18)
G.d sh4
di mana :
= deformasi punter (˚)
L = panjang poros (mm)
G = Modulus geser ( kg/mm2 )
Agar memenuhi syarat maka, ≤ 0,25˚
2. Lenturan poros, Y
4 F . 12 22
y 3,23.10 ………………………..(Sulaso, halaman 18)
d sh4 .
dimana :
Y = lenturan poros (mm)
F = gaya resultan (kg)
L1 = jarak roda gigi ke bantalan 1 (mm)
L2 = jarak roda gigi ke bantalan 2 (mm)
Agar memenuhi syarat maka, Y ≤ (0,3 – 0,35)
3. Putaran kritis, Nc
d2
Nc 52700 sh …………………………(Sularso, halaman 19)
1 . 2 w
dimana :
Nc = putaran kritis (rpm)
W = beban roda gigi ( kg)
Apabilla ada lebih dari satu beban yang bekerja pada poros maka putran kritis
gabungannya adalah (Nco) :
1 1 1 1
....... …………..(Sularso, halaman 19)
Nco 2 Nc12 Nc2 2 Nci 2
di mana :
Nco = putaran kritis gabungan (rpm)
Nci = putaran kritis beban ke- I (rpm)
n
Agar memenuhi syarat maka, ≤ ( 0,6 – 0,7)
Nco
3. Rumus Kopling
.Analisis Pegas
Pegas berfungsi sebagai peredam getaran dan penahan gaya permukaan terhadap pelat
gesek. Pegas ini juga berfungsi sebagai penerus daya dari HUB kepelat. Pada pegas ini bekerja
momen torsi yang mengakibatkan tegangan geser. Tegangan ini dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
4. Rumus Pully
n1 = D2