OLEH
AGUNG PRTAMA
EICI19014
Weight feeder coal adalah alat penimbang dan pengumpan material yang akan masuk dan
digiling di dalamcoal mill[2]. Weight feeder digerakan oleh sebuah motor listrik yang dayanya
diteruskan oleh kopling berjenis flange kopling dan di transmisikan oleh gearboxuntuk menghasilkan
putaran dan torsi yang dibutuhkan oleh belt weight feeder untuk transportmaterial.Flange kopling
yang digunakan menggunakan plate flange berbahan aluminium telah digunakan selama 23 tahun,
hal tersebut membuat kopling mengalami fatik dan akhirnya rusak. Berikut ini grafik performa dari
weight feeder selama bulan desember 2018:
Berdasarkan grafik yang di dapat dari Technical Information System PT. SBI, terlihat jelas pada
bulan desember run hours dari weight feeder memiliki rata-rata dibawah 24 jam, penyebab utama
dari rendahnya run hours weight feeder adalah rusaknya kopling weight feeder.Hal tersebut sangatlah
merugikan baik dari biaya mekanikal maupun produksi.
Kopling tersebut telah berumur 23 tahun dan tidak pernah dilakukan pergantian maupun
perawatan. Tujuan projek rancang bangun kopling weight feeder coal L62-WF1 adalah untuk
membuat weight feeder coal bekerja dengan baik tanpa adanya kerusakan pada sistem penggerak
yang mana menyebabkan proses produksi fine coal menjadi terhambat dan menyebabkan perusahaan
mengalami kerugian.
Kerusakan kopling tersebut membuat proses produksi fine coal menjadi terhambat dan sangat
merugikan perusahaan karena jika jumlah fine coal pada penampungan atau bin menipis maka bahan
bakar solar digunakan sebagai bahan bakar yang di mix atau di campur dengan fine coal untuk
mengurangi jumlah penggunaan fine coal sebagai bahan bakar utama. Penggunaan bahan bakar solar
tersebut tentu sangatlah merugikan, karena sesuai SOP perbandingan penggunaan campuran fine coal
dengan solar pada feed material raw meal yaitu 1:10. Dalam menit solar yang digunakan sekitar 170
liter, yang mana harga persatuan liter solar industri adalah Rp 9.314, maka jika di kalkulasi dalam 1
jam kerugian perusahaan dari penggunaan solar adalah Rp 95.000.000,00.
METODE
Berdasarkan Gambar 3, maka berikut adalah metode yang digunakan. Pertama melakukan
analisa kebutuhan. Analisa kebutuhan dilakukan dengan mengamati secara langsung benda kerja yang
menjadi tugas akhir serta mempelajari informasi-informasi hasil observasi guna mempermudah dalam
menyelesaikan masalah Selain itu analisa kebutuhan juga mempermudah perancangan alat tugas
akhir seperti mengetahui mekanisme kerja alat dan konstruksi weight feeder secara detail. Metode
yang kedua yaitu melakukan studi literature mekanisme kerja alat, studi literature dilakukan dengan
mencari informasi dari internet, jurnal-jurnal penelitian, Technical Information System (TIS) serta
buku manual yang terkait dengan tugas akhir ini.
Diagram alir berikutnya setelah melakukan studi literature yaitu melakukan perhitungan
kekuatan alat, seperti torsi dan beban yang di terima, kemudian penentuan material. Material
ditentukan dari kekuatan atau beban yang diterima oleh benda. Setelah penentuan bahan dilakukan
maka metode selanjutnya adalah menentukan ukuran benda kerja, benda kerja di tentukan
ukurannya didasarkan dari beban yang diterima dan juga bahan yang dugunakan. Kemudian hasil
perancangan tersebut menjadi bahan diskusi dengan superintendent area tugas akhir dan juga
engineer area. Setelah rancangan disetujui maka metode selanjutnya ialah pembuatan gambar
assembly, setelah gambar assembly di setujui maka dimulai untuk membuat kerja tiap bagian dengan
menggunakan software desain. Setelah gambar kerja di setujui maka proses pembuatan benda
dilakukan, proses pembuatan tersebut seperti fabrikasi dan juga machining.
Metode selanjutnya setelah pembuatan alat kerja selesai dilakukan yaitu perakitan dan juga
pemasangan, perakitan dan pemasangan dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti, hal ini dilakukan
agar mendapatkan hasil kerja yang memuaskan. Setelah perakitan dan pemasangan selesai dilakukan,
metode selanjutnya ialah test run atau pengujian alat dan dikontrol kualitasnya atau pengamatan
terhadap hasil rancang bangun tersebut, pengamatan tersebut dilakukan agar penulis dapat
melakukan evaluasi kerja dan memastikan keberhasilan perancangan alat rancang bangun.
HASIL
Diketahui:
p=3,1 kw
po= p × Fc
¿ 3,1 ×1,2
¿ 3,72 kw
n=1,636 rpm
2 πnT
po= (2)
60
PO ×60
T= Nm
2 πnT
3
(3,72 ×10 )× 60
¿ Nm
2 πn
¿ 22,2133758 Nm
3
¿ 22,2133758 ×10 Nmm
3,14
22,2133758 ×103= ×103,75 ×d 3
16
3
d =¿ 1090, 98001
d=¿10, 29450805 mm
Dari perhitungan tersebut maka dipilih shaft dengan diameter 20 mm. Dalam tabel
pembuatan flange kopling di tentukan bahwa standar ukuran bagian-bagian dari kopling adalah
seperti gambar berikut:
3. Desain hub
Dalam tabel desain flange kopling di tentukan bahwa standar dari ukuran hub[4], adalah :
=2 20
= 40mm
= 1,5 20
= 60
τ ¿ 1,886486268 N /mm2
4. Desain Flange
Dalam tabel pembuatan flange kopling di tentukan bahwa standar dari ukuran
flange[4], adalah :
¿ 0,5 ×20
¿ 10 mm
lebar flange D2 ¿ 4 ×d s ha ft
¿ 4 ×20
¿ 80 mm
T ¿ F× r (6)
d ou t s id e hu b
¿ S× A×
2
d outside hub
=τ × πd outside hub tf
2
40
22, 22,133758×10 3 =τ ×3,14 ×40 × 10
2
Dari data tersebut maka pin kuat dan sesuai standar untuk digunakan pada kopling.
5. Desain Pin
1
Dpin ¿ ×d s ha ft
4
1
¿ ×20
4
¿ 5 mm
1
Lpin= ×d s ha ft
2
1
¿ × 40
2
¿ 20 mm
T =F × r
D1
T =S ×a ×
2
20 =
22, 2133758×10 ¿ τ × Dpin × Lpin × 2
3
3 20
22, 2133758×10 =τ ×5 ×20 ×
2
2
τ =2 2, 213375 8 N /mm
T =F × r
D1
T =S ×a ×
2
3 20
22,133758×10 =σpin × Dpin
2
τ ¿ τ yang di izinkan
8 8 , 8 53 5 032 N /mm2 <103,75 N /mm2
Dari data tersebut maka pin kuat dan sesuai standar untuk digunakan pada kopling.
6. Desain baut
Dari penyesuaian data perhitungan flange dan hub, maka di dapatkan data sebagai
berikut
PCD / D 1=3 × d s ha ft
¿ 3 ×20
¿ 60
Dipilih 2 buah baut dengan bahan structural steel dengan grade 8.8 yang mana memiliki
kekuatan ( 𝜏 ) 640 MPa dengan safety faktor adalah 10[3], Maka
2
τ =640 N /mm
640
τ izin=
10
2
¿ 64 N /mm
T =F × r
D1
T =S ×a ×
2
π 2 D1
¿τ × d 1 ×n ×
4 2
3 3,14 2 20
22,133758×10 =64 × ×d 1 ×2 ×
4 2
2
d 1=7 ,3 6 9086982
2
d 1=2 , 71460623 mm
Baut yang tersedia dan mudah didapat adalah baut ukuran M8[3]. Maka baut yang digunakan
adalah baut M8 dengan grade 8,8. Menguji tegangan tekan pada baut :
T =F × r
D1
T =S ×a ×
2
D1
T =σc ×d 1 × tf × n
2
3 60
22,133758×10 =σc × 8 ×10 ×2 ×
2
σc=4,627786625 N /mm2
σ ¿ τ yang di izinkan
2 2
4 , 6 02895833 N /mm <103,75 N /mm
π
T= × τ ׿ ¿
16
(24 ¿ ¿ 4−21 )
4
22,133758×10 =
3,14
3
×τ × ×4¿
16 24
2
τ =4,946538886 N /mm maka dengan prhitungan tersebut disimpulkan bahwa
τ ¿ τ yang di izinkan
2 2
4,946538886 N /mm <103,75 N /mm
Dari data tersebut maka hub kuat dan sesuai standar untuk digunakan pada kopling. Menguji
tegangan geser pada flange :
T =F × r
D
T =S × A ×
2
d outside hub
¿ τ × πd outside hub × tf × ×4
2
2
τ =1,221881164 N /mm
τ ¿ τ yang di izinkan
Dari data tersebut maka flange kuat dan sesuai standar untuk digunakan pada kopling .
8. Desain Karet/Rubber
Rubber yang digunakan berdiameter dalam 12 mm dan diameter luar 21 mm, dan
dengan panjang 20 mm, maka :
Menguji tegangan geser pada hub :
π
τ= ×τ׿¿
16
× jumlah lubang
(24 ¿ ¿ 4−21 )
4
22,133758×10 3=
3,14
×τ × ×4¿
16 21
2
τ =3,20203023 N /mm
τ ¿ τ yang di izinkan
2 2
3,20203023 N /mm <103,75 N /mm
Dari gambar analisa tersebut dapat dilihat bahwa stress tertinggi terdapat pada tubing dan
hub pada plate flange dengan warna merah dan kuning. Namun stress yang terjadi pada plate flange
tersebut memiliki nilai paling tinggi 3.01138 N/mm²., nilai tersebut sangatlah jauh dari batas aman
yang di izinkan yaitu 103,75 N/mm². Maka dari itu kopling tersebut sangatlah aman untuk di gunakan.
Hasil pemasangan kopling dengan tingkat kelurusan mencapati 0,00 mm menggunakan water
level digital.
Test run dan monitoring setelah pemasangan
Gambar diatas menunjukan kuantitas produksi fine coal sebelum rancang bangun dilakukan
dan setelah rancang bangun dilakukan. Dari data tersebut pada tanggal 7/12/2018 sampai
28/12/2018 merupakan data sebelum rancang bangun yang mana produksi fine coal sangat rendah
yaitu dibawah 1200 ton/hari, setelah rancang bangung selesai pada tanggal 28/12/2018 produksi fine
coal rata-rata diatas 1200 ton/hari.
KESIMPULAN
Dengan dibuatnya kopling baru dan untuk mengurangi kemungkinan missalignment yang
terjadi, Pembuatan base motor didasarkan pada dimensi motor dan juga keselarasan posisi dari shaft
motor dan juga shaft reducer. Motor 3 phase dengan daya 3,1 kw digunakan sebagai penggerak belt
weight feeder dengan VSD yang dipasang sebagai control kecepatan dari putaran motor yang
tergantung pada beban yang diterima pada carry roller. Dengan 4 buah baut dan nut M10 sebagai
pengikat dan penahan motor dengan motor base.
Flange kopling dengan plate flange berbahan AISI4140 dengan rubber disetiap hubnya
mampu menahan beban yang ada dan berhasil mengakomodasi kemungkinan missalignment yang
terjadi. biaya dari potensi kerusakan berulang yang di dapatkan dari rancang bangun kopling weight
feeder coal tersebut adalah Rp 95.000.000,00.per satuan jam.