Anda di halaman 1dari 21

BAB III

PERENCANAAN

Data perencanaan dari Mobil Avanza dengan type standart deck :


1. Daya maksimum : 83 Ps
2. Putaran maksimum : 4200 rpm
3.1. Desain Poros
A. Perhitungan Diameter Poros
1. Momen Puntir Yang terjadi
N
Mp  71620
n
83
Mp  71620  1415,34kg.cm
4200
2. Momen Puntir Yang Direncanakan
Mtd = Mp . V ; V = Faktor Keamanan
=16
= dipilih 4, untuk mengantisipasi adanya
pembebanan yang tiba-tiba.
Semakin tinggi faktor keamanan maka momen puntir yang
direncanakan semakin baik terhadap perencanaan poros.
Mtd = (1415.34) (4)
= 5661,36 kg.cm.
3. Momen Gesek
Mfr =  . Mtd ;  = Faktor konstanta
= 1,2  1,5
= dipilih 1,2 untuk memperoleh gesekan
yang kecil, sehingga poros yang
direncanakan tidak
mudah aus.
Semakin besar konstanta maka momen gesek yang terjadi
semakin rendah menyebabkan gesekan yang terjadi juga semakin
besar.
Mfr = (1,2) (5661.36)
= 6793,63 kg.cm
4. Diameter Poros
Karena poros merupakan bagian dari suatu mesin yang
sangat vital, maka material poros yang digunakan haruslah benar-
benar kuat. Untuk menjaga agar dalam operasinya lebih aman maka
dipilih baja St – 60 sebagai bahan poros dalam perencanaan ini.
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II
dengan faktor keamanan S = 5  8 maka tegangan-tegangan yang
terjadi adalah sebagai berikut : (dipilih S = 6)
a. Tegangan tarik yang diizinkan :
6000
boll  II  1000 kg cm 2
6
b. Tegangan geser yang diizinkan :
bollII
bollII 
1,73
1000
boll 
II  578,03 kg cm 2
1,73
c. Diameter Poros

5.Mfr
Dp  3
 bol

5.6793,63
= 3
578,03
= 3,88 cm
= 4 cm
5. Pemeriksaan tegangan geser pada poros
P P
s  
A  dp 2
4
Mp 1415,34
P   141,34kg
l 10
141,34
s   2
 11,25 kg cm 2
4
x4
Material poros cukup aman karena tegangan geser yang terjadi
lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
s < 
11,25 < 578,03 kg/cm2

B. Perhitungan Splines
Splines berfungsi untuk menghubungkan poros dengan cakra
sehingga momen puntir cakra dapat dipindahkan melalui alur splines
yang mengakibatkan poros berputar bersama-sama dengan cakra.
1. Pemilihan bahan splines
Dari perencanaan ini material poros yang digunakan adalah
baja St 70 maka bahan sepline yang digunakan juga adalah baja St
70 yang bekerja pada kondisi pembebanan dinamis II dengan faktor
keamanan yang diambil adalah 8. Selanjutnya dari bahan tersebut
kita dapat menentukan tegangan – tegangan yang diizinkan, yaitu :
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
7000
 bol II = = 1166,6 kg/cm2
6
Tegangan geser yang diizinkan adalah :
bol 1166,6
 bolII = 
II

1,7 1,7
 bol II = 686,27 kg/cm2
2. Pemilihan jumlah splines
Dengan menentukan jumlah splines, kita dapat menentukan
dimensi splines yang lain. Dalam perencanaan ini kita merencana
sebanyak 10 buah splines.
3. Perhitungan diameter splines (Ds)
dp
Ds 
0,8
4
=
0,8
= 5 cm
4. Jari-jari rata-rata splines (rms)
rms = ¼ (Ds + dp)
= ¼ (5 + 4)
= 2,25 cm
5. Tingi splines
h = 0,1 Ds
= 0,1 (5)
= 0,5 cm
6. Lebar Splines (w=b)
w = 0,25 Ds
= 0,25 (5)
= 1,25 cm
7. Diameter rata-rata splines (Dms)
Dms = 2 rms
= 2 (2,25)
= 4,5 cm
8. Koreksi faktor keamanan pada spline
Tegangan geser yang terjadi pada spline
Mfr
g 
rm.F .z.
dimana : μ = 0,75 (untuk distribusi pembebanan merata)
F = 0,8 . dm . l/z
Dimana : l = panjang spline
= 6 cm (direncanakan)
z = 2.rm
= 2 . 2,25
= 4,5 cm
F = 0,8 . 4,5 . 6/10
= 2,16 cm2
6793,63
g 
2,25.2,16.10.0,75
= 186,38 kg/cm2

3.2. Desain Kampas Kopling


Dari tabel untuk bahan plat gerek spesifikasinya adalah sebagai berikut
(buku ir.J Stolk hal.210) selnjutnya terdapat pada lampiran.
a) Material plat gesek : asbes
b) Keadaan plat gesek : kering
c) Koefisien gesek (f) : 0,2
d) Tekanan permukaan (P) : 8 kg/cm2
e) Temperatur maksimum : 250C
A. Perhitungan Plat gesek
1. Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata
adalah :
b rog  rig
= = (0,2 – 0,5)
2 (rog  rig
rmg 1

Dalam hal ini dipilih 0,5 sebab semakin besar permukaan geges
maka gaya geseknya juga semakin besar sehingga kopling dapat
berfungsi dengan baik.
2. Perbandingan jari-jari dalam dan jari-jari luar adalah :
rig
= (0,6 – 0,8)
rog
Dalam hal ini dipilih 0,6 sebab semakin kecil perbandingan
jari-jari dalan dan jari-jari luar maka geseknya juga semakin kecil
sehingga kopling dapat berfungsi dengan baik.
3. Momen gesek (Mfr)
Mfr = f . P . Fm . rm
Dimana Fm = 2π .rm . b . z
Z = jumlah plat gesek
= 2 ( direncanakan )
= 2π . rm . 0,5rm . 2
= 2π . rm2
Mfr = f. P . 2π . rm3

Mfr
rm = 3
f .P.2

6793,63
= 3
0,2.8.2.3,14
= 8,77 cm

Sehingga dari persamaan (A) didapat lebar permukaan gesek :


b = 0,5.rm
= 0,5.8,77
= 4,38 cm
Karena rm = ½ ( rog + rig ) maka :
rm = ½ ( rog + 0,6 rog )
8,77 = ½ (1,6) rog
rog = 10,96 cm
rig = 0,6 rog
= 0,6 . 10,96
= 6,57 cm
Syarat tebal plat gesek ( 0,2  0,5 ) cm sehingga diplih 0,5 cm
Semakin tebal pelat gesek yang direncanakan maka semakin baik
karena semakin lama dipakai.
 Diameter luar pelat gesek :
Dog = 2 rog
= 2 (10,96 )
= 21,92 cm
 Diameter dalam pelat gesek adalah :
Dig = 2 rig
= 2 ( 6,57)
= 13,14 cm
B. Perhitungan Plat Tengah Gesek
Plat ini disatukan dengan naf dan juga berfungsi untuk
memegang plat gesek. Dimensi – dimensi plat gesek tengah yang
direncanakan adalah sebagai berikut :
1. Dimeter luar plat tengah sama dengan diameter luar palat gesek.
Dot = Dog = 21,92 cm
2. Bahan plat tengah yaitu St-60
t = 6000 kg/cm2
3. Tebal pelat tengah direncanakn 0,4 cm
t = 0,4 cm
4. Diameter dalam plat tengah direncanakan sama dengan diameter
luar naf yaitu sama dengan diameter luar naf
Dit = 7 cm
C. Naf
Naf berfungsi untuk mentransmisi daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain
Dimensi – dimensi yang direncanakan :
1. Diameter luar naf
Don = 7 cm
2. Diameter dalam naf sama dengan diameter poros
Din = 6,25 cm
3. Panjang naf direncanakan sama dengan panjang splain yaitu 6 cm
4. Bahan naf direncanakn adalah St-60.
D. Perhitungan kopling dan komponen-komponennya
1. Berat plat gesek


G1 = 2 Do g  Di g . t.γ/4
2 2

 asbes = Massa jenis asbes = 2,1 gr/cm3

= 2 21,92 2  13,14 2 .0,5 x 2,1/4 
= 507,45 gram
2. Berat plat tengah
G2 
= 2 Do t  Di t . t.γ/4
2 2

 baja = 7,8 gr/cm3
G2 
= 2 21,92 2  7 2 0,4 x 7,8/4 
= 2113,59 gr
3. Berat naf

G3 = 1
4 
 Do  Di n
2
n
2
. t.γ
baja = 7,8 gr/cm3
= 1
4  7 2  5 2  0,6 x 7,8
= 176,34 gr
4. Berat rumah kopling

G4 
= 14  Dog  2. ak 2 - Din 2 . t.γ 
baja = 7,8 gr/cm3
t = ak = tebal rumah kopling = 0,5 cm
direncanakan
= 1
4 
 21,92  2. 0,52 - 5 2 0,5 x 7,8 
= 1531,74 gram
5. Berat Poros
G5 = ¼ .dp2 . L. 
= ¼ .3,14 .42 .10 .7,8
` = 976,68 gram
6. Berat total kopling tanpa berat poros
Gtot = G1 + G2 + G3 + G4
= 507,45 + 2113,59 + 176,34 + 1531,74
= 4329,12 gram

E. Pemeriksaan putaran kritis


1. Defleksi pada poros
Defleksi yang terjadi pada poros kita dapat menganggapnya
sebagai akibat dari dua macam pembebanan, yaitu pembebanan
akibat berat poros itu sendiri (beban terbagi merata) dan
pembebanan terpusat yang diakibatkan oleh berat kopling.
a. Beban akibat berat poros (beban terbagi merata)

½ ql ½ ql
 x

Mx
qx

½ ql x/2
x/2

Mx = 0
= -½ ql.x + ½ qx2
Karena

d2y
Mx = EI
dx 2
d2y
Maka EI = -½ qlx + ½ qx2
2
dx
dy
EI = -¼ qlx2 + 1/6 qx3 + c1
dx
EI y = 1/12 qlx3 + 1/24 qx4 + c1x + c2
Syarat Batas :

Pada x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x= ½l ; =0
dx
 -¼ ql (1/2 l)2 + 1/6 q(1/2 l)3 + c1 = 0
 -1/8 ql3 + 1/12 ql3 + c1 = 0
 c1 = 1/24 ql3
Sehingga persamaannya menjadi :

1  ql 3 qx 4 ql 3 x 
y =  
EI  12 24 24 

Lendutan maximum terjadi pada pertengahan poros atau x = ½ l


Maka :

  ql  1 2 l   q 2   gl  2 
1  1 3 1 1 4 1 3 1 
y =
EI  12 24 24 

1  ql 4 qx 4 ql 4 
y =   
EI  96 384 48 

1  5.ql 4 
y =  
EI  384 
 
Dimana :
E = Modulus elastisitas untuk beban poros St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen Inersia poros
~ 1/64..dp4
~ 1/64.3,14.44 = 11,739 cm4
q = Beban terbagi merata
Gp
~ /l = 0,979/10 = 0,0979 kg/cm
Sehingga lendutan akibat berat poros adalah :

1  5.0,0979.10 4 
y =  
2,15 .10 6..7,36  384 
y = 8,015.10-7 cm = 0,8075. 10-6

b. Beban akibat berat kopling (beban terpusat)

Gtot = P
x
Mx b
a
b

Pb/l Pb/l

Mx =0
Pb
= .x
l
Karena :

d2y
Mx = EI
dx 2
Maka :

d2y Pb
EI =  .x
dx 2 l

dy Pbx 2
EI =   c1
dx 2.l

Pbx 2
EI y =   c1 x  c 2
2.l
Syarat batas :
x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = 1/2l dan = 0 , maka :
dx

dy Pbx 2
EI =  c1
dx 2.l

Pbx 2
C1 = 
2.l

C1 = Pbl/8
Sehingga :

1  Pb.x 3 Pb.l.x 
y = . 
EI  6.l 8 

dimana lendutan maximum terjadi pada x = l/2 dan b = l/2


 3
P. l 2 . l 2 .l 
1  P. l 2 . l 2
y = . 
EI  6.l 8 

 

1  P.l 3 
y = .
EI  48 

Dimana :
E = Modulus elastisitas kopling dipakai standar baja St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen inersia poros
3,14.4 4
= 1/64 .dp4 =  7,36
64
P = Berat total kopling 1,672 kg
Sehingga lendutan akibat beban terpusat dari berat kopling adalah :

1  P.l 3 
y = .
EI  48 
1  1,672.10 3 
y = . 
6 
2,15.10 .7,36  48 

y = 2,2013.10-6 cm
Maka Ytotal adalah :
= y1 +y2 cm
= 0,8075.10-6 +2,2013.10-6 cm
= 3.10-6

Putaran Kritis

1
ncr = 300
ytot

1
ncr = 300
3.10 6
ncr = 173205 rpm
Putaran poros (n) dianggap cukup aman jika fluktuasinya berada
diantara (0,8n 1,2n), dimana putaran poros n = 4800 rpm. Sehingga
interval putaran maksimum adalah (1,2) (4800rpm) = 5760 rpm.
Karena putaran optimum (nopt) lebih kecil dari putaran kritis (ncr)
maka dapat dikatakan bahwa kondisi putaran poros berjalan dengan
stabil terhadap akan adanya pembebanan.
nopt < ncr
5780 < 173205 rpm
F. Pemeriksaan Kekuatan Poros Momen Lentur
1. Akibat beban terpusat (P = Gtot)

P
L/2

A B

l
P/2 P/2
Momen lentur terjadi maximum pada L = l/2

½.l
A Ml1

P/2

Ml1 = 0

P l Pl
= . 
2 2 4
2. Akibat beban terbagi merata (berat poros)

L = 1/2

A B
1/
4

ql/2 ql/2

X= l/2

Ml2

qx
ql/2
Ml2 =0
= -qx.(l/4) + q.(l/2).(l/2)
= - (ql2/8) + ql2/4)
= ql2/8.
3. Momen lentur yang terjadi
Ml = Ml1 + Ml2
= Pl/4 + ql2/8
dimana : P = Berat kopling = 1,672 kg
l = Panjang poros = 10 cm
q = Berat beban terbagi merata
ql = qp/l = 0,97/10 = 0,0974 kg/cm.
Ml = (0,0979.102/8) + (1,672.10/4)
= 5,3975 kg.cm

G. Diameter Kritis
Pemeriksaan diameter kritis menggunakan momen reduksi

Mred = Ml 2  (Mp) 2

dimana :  = faktor koreksi


 = bol III/bol II
Berdasarkan tabel XX.4 pada buku referensi Bagian-
bagian mesin dan merencana, hal 186, karangan Umar Sukrisno,
untuk baja St 60-70 :
bol III = 600  800 kg/cm2 ; dipilih boll III = 600.
= 600/875 = 0,685
Semakin kecil tegangan tarik yang digunakan maka momen
reduksinya juga senakin kecil sehingga diameter kritis yang terjadi
juga kecil
Sehingga :

Mred = 5,39752  (0,685).1193.672


= 817,682 kg.cm
Diameter kritis

Mrd
=
0,1.bol II

817,682
=
0,1 x 600
=3,69 cm
Karena diameter kritis adalah 3,69 cm dan diameter
poros adalah 4 maka dalam perencanaan ini dianggap aman sebab
diameter kritis lebih kecil dari diameter poros.
dcr  dp
3,69  4 cm

3.3. KARAKTERISTIK KOPLING


A. Suhu Kampas Kopling
Suhu kampas kopling sama dengn suhu kopling dan akan meningkat
akibat gesekan/slip saat penyambungan. Kenaikan suhu ini tidak
melebihi batas tertentu agar plat gesek lebih awal. Untuk asbes suhu
kerja yang direncanakan adalah 250o. Untuk menghitung kenaikan suhu
kopling direncanakan (diambil asumsi) :
 waktu penyambungan : 1 detik
 panas ditimbulkan oleh plat tengah
1. Energi yang hilang karena gesekan
Mt.t..
Wfr =
2
Mt = Momen puntir rencana
= Mtd . 9,81
= 56.61 . 9,81
= 555,34 Nm
t = Waktu penyambungan (0,2  1) detik
= dipilih 1 detik.
Semakin cepat waktu penyambungan maka energi yang hilang
juga semakin kecil agar energi yang dihasilkan tidak terbuang
percuma.
ω = Kecepatan sudut
2. .n 2. .4200
= =
60 60
= 439,6 rad/sekon
Sehingga:
555,34.1.439,6
Wfr =
2
= 12,2064.104 Joule.
2. Kenaikan temperatur
Q = Wfr
Q = 2,488.105 Joule
Q = Go . Cp . t
Q
t =
Go.Cp

dimana : Go = Berat plat tengah


=0,764 kg/m3
Cp = Panas spesifik udara pada 27C
= 1,0053 kJ/kgC = 1005,3 J/kgC
Maka :
12,2063.104
t =
0,764.1003,5
= 159 oC
Karena temperatur kopling dipengaruhi oleh temperatur luar maka :
t kop = t udara + t
= (27 + 159)C
= 186 C
Karena temperatur kopling lebih kecil dari temperatur yang
direncanakan maka kondisi kopling berada dalam keadaan aman.
Tkop < tdirencaanakan
186 < 250C
B. Umur Kopling
Umur kopling plat gesek kering adalah lebih rendah dari pada
plat gesek basah. Umur kopling gesek basah kurang lebih sepuluh kali
umur kopling gesek kering. Karena laju keausan plat gesek sangat
tergantung pada macam bahan geseknya, tekanan kontak, kecepatan
keliling, temperatur dan lain-lain, maka agak sukar menentukan umur
secara lebih teliti.
Lama gesekan
a.k . Am
Ld =
Nfr
dimana : a = Tebal plat gesek = 0,5 cm
= Luas permukaan gesek
= ¼  (Dog2 – Dig2). 2

= ¼ (3,14)(21,922 – 13,142). 2
= 60,51 cm2
k = Kerja spesifik untuk bahan asbes,
dimana daya yang merusak asbes (5 - 8) dk/cm3
dipilih 8
= 5968 waat jam/cm2
Nfr = Daya yang hilang karena gesekan
Mtd . .t.z
=
2.3600
1 60
Nfr = 555,34 . 439,6. .
2 3600
= 2034,39 Watt
Maka :
Lama gesekan adalah :
0,5.60,51.5968
Ld =
2034,39
= 188,75 jam
Dalam penentuan umur kopling, direncanakan penyambungan
oleh kopling 60 kali tiap jamnya dimana waktu kopling menyambung 1
detik dan melepas 1 detik. Sehingga waktu yang diperlukan tiap jam
adalah ~ 60(1 + 1) detik/jam  120 detik/jam
Jika diperkirakan kendaraan dipakai selama 10 jam setiap hari, maka :
N = 10 jam/hari x 120 detik/jam
N = 1200 detik/hari
= 0,3 jam/hari
Sehingga umur kopling didapat adalah :
Lt = 188,75 / 0,3
=1,7 tahun
Jadi kopling dapat dipakai selama 1,7 tahun

C. Efisiensi Kopling
Efisiensi kopling merupakan besarnya kemampuan kopling
bekerja secara efektif untuk memindahkan daya maksimum ke bagian
transmisi lain.
Nm - Ng
 = . 100%
Nm
Nm = Daya rata-rata kopling tiap jam
= 83 . 736
= 61088 waat
Sehingga efesiensi kopling didapat
61088  2034,39
η= x100%
61088
= 96,6 %

Anda mungkin juga menyukai