Anda di halaman 1dari 31

Search

2.PULPITIS REVERSIBLE
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa
ringan sampai sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi
pulpa mampu kembali pada keadaan tidak teinflamasi setelah stimuli
ditiadakan.
Gejala pulpitis reversible ada yang simtomatik dan
asimtomatik.
- Simtomatik : rasa sakit tajam yang hanya sebentar, disebabkan oleh
makanan, minuman dan udara dingin. Tidak timbul secara spontan
dan tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan.
- Asimtomatik : dapat disebabkan oleh karies yang baru mulai dan
normal kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan
baik.
Patologi : pulpitis reversible dapat berkisar dari hiperemia
ke perubahan inflamasi ringan sampai sedang terbatas pada daerah
dimana tubuli dentin terlibat, seperti misalnya karies dentin. Secara
mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas,
pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema dan adanya
sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat juga sel inflamasi akut.

3.PULPITIS IRREVERSIBLE
Pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa
yang persisten dapat simtomatik maupun asimtomatik yang
disebabkan oleh suatu stimuli noksius. Rasa sakit bertahan untuk
beberapa menit sampai berjam-jam dan tetap ada setelah stimuli
dihilangkan.
Gejala : pada tingkat awal, suatu paroksisme (serangan
hebat) rasa sakit dapat disebabkan oleh : - perubahan suhu yang
drastis (terutama dingin)
- makanan manis atau asam
- tekanan makanan ke dalam kavitas atau pengisapan oleh lidah
atau pipi.
Gambaran rasa sakitnya adalah menusuk, tajam menusuk atau
menyentak-nyentak.
Patologi : disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya yang
berlangsung lama seperti karies. Bila karies menembus dentin dapat
menyebabkan respon inflamasi kronis. Venula pascakapiler menjadi
padat dan mempengaruhi sirkulasi di dalam pulpa, serta dapat
mengakibatkan nekrosis. Daerah nekrotik ini menarik leukosit PMN
dengan kemotaktik dan memulai reaksi inflamasi akut. Terjadi
fagositosis oleh PMN pada daerah nekrosis. Setelah itu PMN yang
masa hidupnya pendek, mati dan melepaskan enzim lisosomal. Enzim
ini menyebabkan lisis beberapa stroma pulpa dan bersama debris
seluler PMN yang mati membentuk eksudat purulen (nanah).
Reaksi ini menghasilkan mikroabses (pulpitis akut). Pulpa
memproteksi dengan membatasi daerah mikroabses dengan jaringan
penghubung fibrus. Di pusat abses tidak dijumpai mikroorganisme
karena aktivitas fagositik PMN. Bila proses karies berlanjut dan
menembus pulpa akan terjadi ulserasi (pulpitis ulseratif kronis) yang
cairannya keluar melalui pembukaan karies ke dalam kavitas mulut
dan mengurangi tekanan intrapulpal dan rasa sakit. Secara histologis
terlihat suatu daerah fibroblas yang berproliferasi membentuk dinding
lesi, dimana mungkin terdapat massa mengapur. Daerah di luar abses
atau ulserasi mungkin normal atau mungkin mengalami perubahan
inflamatori.

4.NEKROSIS
Nekrosis adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau
seluruhnya tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa
telibat. Disebabkan oleh bakteri, trauma dan iritasi.
Gejala : gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik
tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah
indikasi pertama bahwa pulpa mati. Penampilan mahkota yang buram
atau opak hanya disebabkan karena translusensi normal yang jelek,
tetapi kadang-kadang gigi mengalami perubahan warna keabu-abuan
atau kecoklat-coklatan yang nyata dan dapat kehilangan
kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai. Adanya pulpa
nekrotik mungkin ditemukan secara kebetulan, karena gigi macam itu
adalah asimtomatik dan radiograf adalah nondiagnosis. Gigi dengan
nekrosis sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan termal, karena
adanya serabut saraf vital yang melalui jaringan inflamasi di
dekatnya.
Patologi : jaringan pulpa nekrotik, debris selular dan
mikroorganisme mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan
periapikal mungkin normal atau menunjukkan sedikit inflamasi yang
dijumpai pada ligamen periodontal. Pulpa nekrosis dapat terjadi dari
lanjutan pulpitis irreversible.

2.2 Penyakit Pulpa

2.2.1 Pulpitis

Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi
dengan gambaran klinik yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena
didahului oleh terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu
menjadi Pulpitis, yaitu ketika radang sudah mengenai kavum pulpa.

Etiologi
Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan
email dan dentin, penyebab kedua adalah cedera.
Gejala
Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila
terkena oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan
menghisap angina pun sakit. Rasa sakit dapat menyebar ke kepala,
telinga dan kadang sampai ke punggung.
- Sondasi (+)
- Perkusi (-)
- Reaksi dingin, manis dan asam (+)
- Pembesaran kelenjar (-)
- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari
- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.
- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat
menjalar ke kepala dan telinga kadang ke punggung

Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis.
Dalam hal ini dapat dilakukan beberapa pengujian :
- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis
Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan
dingin, asam dan manis (+)
- Penguji Pulpa Elektrik
pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat
nyeri, kadang belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri
- Perkusi Dengan Pangkal Sonde
pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+),
disebabkan karena pada dasarnya pasien sudah merasa sakit pada
giginya sehingga hanya paktor sugesti yang mendasarinya. Bila
perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka peradangan telah menyebar ke
jaringan dan tulang sekitarnya.
- Roentgen Gigi
pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran
radiologist berupa gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum
pulpa. Pemeriksaan radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnosa
dan menunjukkan apakah peradangan telah menyebar ke jaringan dan
tulang sekitarnya.

Rencana Therapy
a. Endodontics (perawatan saraf gigi)
b. Ekstraksi gigi

a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang
tidak parah. Jika penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan
pulih kembali dan pulpa akan kembali normal. Pulpitis reversible
dapat ditimbulkan oleh stimuli ringan atau yang berjalan sebentar
seperti karies insipien, erosi servikal atau atrisi oklusal, sebagian
prosedur operatif, kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur
enamel yang menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis
reversible tidak menimbulkan gejala (asimtomatik), akan tetapi jika
ada, gejala biasanya timbul dari suatu pola tertentu. Aplikasi cairan
atau udara dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri tajam
sementara. Jika stimuli dihilangkan, yang secara normal tidak
menimbulkan nyeri atau ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera.
Stimuli panas atau dingin menghasilkan respons nyeri yang berbeda-
beda pada pulpa normal. Jika panas diaplikasikan pada gigi yang
pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon awal yang lambat;
intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan.
Sebaliknya, nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa
normal akan segera terjadi; intensitas nyeri cenderung menurun jika
stimulus dinginnya dipertahankan tetap. Berdasarkan observasi-
observasi ini, respons pulpa pada kedua keadaan, sehat atau sakit,
tampaknya
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan
inflamasi ringan hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli
dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan
lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan adanya sel
inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan
gejala sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering
diakibatkan oleh rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa
sakit bila kemasukan makanan, terutama makanan dan minuman
dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan dihilangkan, rasa sakit
yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu
timbul bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel,
kadang-kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak
sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan,
tetapi jika karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila
1 minggu kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan
penumpatan.

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan.


Perawatan periodik untuk mencegah perkembangan karies,
penumpatan awal bila kavitas meluas, desensitisasi leher gigi dimana
terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis kavitas atau semen dasar
sebelum penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas dan
pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut. Bila
dijumpai pulpitis reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya
sudah cukup, begitu gejala telah reda, gigi harus dites vitalitasnya
untuk memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis. Apabila rasa sakit
tetap ada walaupun telah dilakukan perawatan yang tepat, maka
inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang
perawatannya adalah eksterpasi, untuk kemudian dilakukan
pulpektomi.
Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini,
kalau tidak kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis
irreversibel.
b. Pulpitis Ireversible
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa
yang persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan
oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali
ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya
disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang
timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit
sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal
dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal
dari karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies,
meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan
mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan
kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan
dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan
suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh
hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin;
bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang
menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang
dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit
seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau
menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa
sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada
tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke
telinga bila bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya
terdapat pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu
lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik
karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin,
rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan
walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa
sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk
di bawah tumpatan yang bocor.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:


- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta
menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada
rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda
perforasi, perkusi dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga
keadaan gigi dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi

Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi


kronis dan akut. Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat
menarik sel-sel radang terutama leukosit polimorfonuklear dengan
adanya kemotaksis dan terjadi radang akut. Terjadi fagositosis oleh
leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis dan leukosit mati
serta membentuk eksudat atau nanah. Tampak pula sel-sel radang
kronis seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi,
dan penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau
obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau
formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu
faktor, maka pengambilan pulpa koronal atau pulpektomi dan
penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa
radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.
Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak
dapat direstorasi.
Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan
terapi endodontik dan restorasi yang tepat.

c. Pulpitis Kronis Hiperplastik


Pulpitis hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversible
akibat bertumbuhnya pulpa muda yang terinflamasi secara kronik
hingga ke permukaan oklusal. Baisanya ditemukan pada mahkota
yang karies pada pasien muda. Pulpa poip biasanya diasosiasikan
dengan kayanya pulpa muda akan pembuluh darah, memadainya
tempat terbuka untuk drainase, dan adanya proliferasi jaringan. Pada
pemeriksaan histology terlihat adanya epitel permukaan dan jaringan
ikat di bawahnya yang terinflamasi. Sel-sel epitel oral tertanam dan
bertumbuh menutupi permukaan dan membentuk tutup epitel.
Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan
jaringan ikat seperti kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi
kavitas karies di permukaan oklusal yang besar. Hal ini kadang-
kadang diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis ireversibel
seperti nyeri spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus
panas dan dingin . Aambang rangsang terhadap stimulus elektrik
adalah sama dengan pulpa normal. Respon gigi terhadap palapasi atau
perkusi normal. Perawatannya adalah pulpotomi, perawatan saluran
akar atau ekstraksi.

2.2.2 Nekrosis Pulpa


Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap
berbagai stimulus (panas atau dingin). Pulpa normal merespon
terhadap panas atau dingin dengan nyeriyang ringan yang terjadi
selama kurang dari 10 detik. Juga perkusi pada gigi tidak
menimbulkan respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa tidak akan
merespon terhadap tes suhu. Jika kanal pada akar mengalami
kalsifikasi karena proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau
penyebab lainnya, tes suhu tidak akan memberikan respon selama
pulpa gigi pasien tetap sehat dan berfungsi normal. Tes elektrik pulpa
memunculkan respon dari pasien yang pulpanya masih berfungsi.
Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena hasilnya
tidak tetap se/hingga tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.
Pengertian Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses
lanjutan dari inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi
darah secara tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi
parsialis ataupun totalis

Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:


1. Tipe koagulasi
Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah
menjadi bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu
bahan yang lunak atau cair.Pada setiap proses kematian pulpa selalu
terbentuk hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan-bahan yang
bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2. Diantaranya juga
dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan
bau busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa
nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, maka
kematian pulpa ini disebut gangren pulpa3.
Etiologi
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi,
pada umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel
tanpa penanganan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka
trauma yang mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun
bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa
tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang
mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis2.
Penyebab nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan
restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi
pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi seperti arsen dan
paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam
beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi
atrisi dan karies yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan
nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase
kronis dibanding fase akut.
Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast;
memiliki kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu
kemampuan untuk mengadakan pemulihan jika terjadi
peradangan.Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan
pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka
akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai
akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau
penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpayang meradang
semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan
vitalitasnya. Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena
adanya infeksi bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat
adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat
terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini
memudahkan infeksi bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan
radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan,
maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi
perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya
menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk
sebagai hasil dari operative atau restorative procedure yang kurang
baik atau akibat restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga
diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, proses erosi,
atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi bakteria dapat
mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan
direct pulpal exposure bisa disebabkan karenaproses trauma,
operative procedure dan yang paling umum adalah karena adanya
karies. Hal ini mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa
dan terjadi peradangan jaringan pulpa. Nekrosis pulpa yang
disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan nekrosis
pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada
dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di
dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.
Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah
utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi
pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti
dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena
kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi
ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan
respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan
bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks.
Semuaproses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
Gejala-gejala
Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat
memperlihatkan gejala pulpitis yang ireversibel. Yaitu menunjukkan
rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin,
atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk
beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan. Pada awal pemeriksaan klinik
ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat
disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba,
terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau
pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring
yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa
sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat
datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa
sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau
menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa
sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada
tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke
telinga bila bawah belakang yang terkena.
Diagnosis
Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar,
suatu jalan terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligamen
periodontal.

Pengobatan
Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
Tindakan :
Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas.
Beri anagesik, bila ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic
Sesudah peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk
untuk perawatan saluran akar. Biasanya perawatan saluran akar yang
digunakan yaitu endodontic intrakanal. Yaitu perawatan pada bagian
dalam gigi (ruang akar dan saluran akar) dan kelainan periapaikal
yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut
a. Nekrosi Parsialis
Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilingkungi oleh dinding yang
kaku, tidak memiliki sirkulasi darah kolateral, dan venula serta system
limfenya akan lumpuh jika tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh
karena itu, pulpitis irreversible akan menyebabkan nekrosis
likuefaksi. Jika eksudat yang timbul selama pulpitis ireversibel
diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau melalui daerah pulpa
terbuka ke dalam rongga mulut, terjadinya nekrosis akan tertunda;
pulpa di akar mungkin masih tetap vital untuk waktu yang lama.
Sebaliknya, penutupan atau penambalan pulpa terinflamasi akan
menginduksi nekrosis pulpa yang cepat dan total serta penyakit
periradikuler. Selain nekrosis likuefaksi, nekrosis pulpa iskemik dapat
timbul akibat trauma karena terganggunya pembuluh darah. Dapat
dikatakan nekrosis pulpa parsialis apabila sebagian jaringan pulpa di
dalam saluran akar masih dalam keadaan vital.

Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga


disertai dengan episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari
periapeks). Gejala klinis nekrosis pulpa parsialis:
- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum
apikal.

Pemeriksaan klinis dari nekrosis pulpa parsialis:


- Tes termis: bereaksi atau tidak bereaksi.
- Tes jarum Miller: bereaksi.
- Pemeriksaan rontgenologis: terlihat adanya perforasi.

Nekrosis pulpa parsialis dapat dilakukan perawatan dengan


pulpektomi.

b. Nekrosis Totalis
Merupakan matinya pulpa seluruhnya.
Gejala klinis :
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai
dengan nyeri spontan dan ketidaknyamanan nyeri tekan (dari
periapeks). Diskolorisasi gigi merupakan indikasi awal matinya pulpa.
Dapat dilihat dari penampilan mahkota yang buram atau opak dan
perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau kecoklatan serta bau
busuk dari gigi.
Rencana perawatan :
Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar (perawatan
saluran akar).
Pemeriksaan Klinis :
1. Pemeriksaan subyektif
2. Pemeriksaan obyektif
Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes termal dingin,
tes pulpa listrik, atau tes kavitas. Namun, gigi dengan pulpa nekrotik
sering kali sensitive terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai
dengan inflamasi periapikal.
3. Rontgenologis
Gambaran radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas atau
tumpatan besar, jalan terbuka ke saluran akar, dan penebalan ligament
periodontal. Kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan
atau kavitas pulpanya mati karena akibat trauma.

2.3 Penegakan Diagnosis


1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang
dapat diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang
dirasakan pasien dalam bahasanya sendiri yang berkaitan dengan
kondisi yang membuatnya cepat-cepat dating mencari perawatan.
Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa adanya menurut
pasien.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)

2. Riwayat Kesehatan Umum


Suatu riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien terdiri atas
data demografis rutin, riwayat medis, riwayat dental, keluhan utama,
dan sakit yang sekarang diderita.
a. Data Demografis
Data demografis mengidentifikasi karakteristik pasien.
b. Riwayat Medis
Karena suatu riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan
klinis lengkap, pertanyaan medis janganlah terlalu luas. Buatlah
formulir pemeriksaan yang berisi penyakit serius yang sedang dan
pernah dialami. Jika ditemukan adanya penyakit fisik atau psikologis
yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang mungkin
mengganggu diagnosis dan perawatan kita, lakukanlah pemeriksaan
lebih lanjut dan konsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.

c. Riwayat Dental
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang
pernah dan sedang diderita. Informasi ini menyediakan informasi
yang sangat berharga mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi,
pemeliharaan, serta perawatannya. Infromasi demikian tidak hanya
berperan penting dalam penegakan diagnosis, melainkan berperan
pula pada rencana perawatan. Kuesionernya hendaknya berisikan
pertanyaan mengenai gejala dan tanda, baik kini maupun di masa lalu.
Pengambilan riwayat dental ini merupakan langkah teramat penting
dalam menentukan diagnosis yang spesifik.(Walton & Torabinejad,
1997 : 72-73)

3. Pemeriksaan Subyektif
Sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat
medis, dan riwayat dental serta keluhan utama didapatkan dari
pemeriksaan subyektif. Banyak pasien yang menunjukkan tingkatan
nyeri yang jelas dan merasa tertekan. Pada umumnya nyeri dan
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit pulpa dan
periradikuler yang parah dapat mempengaruhi kondisi fisik pasien.
Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai lokasi, asal nyeri, karakter
dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan lanjutan
mengenai spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang
merangsang atau meredakan nyeri. Keparahan rasa nyeri dan obat-
obatan yang diminum pasien untuk meredakan nyeri dan
keefektifannya juga perlu diketahui.
Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit
irreversible. Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible atau dari
periodontitis atau abses apikalis akut. Nyeri spontan yang bersama
dengan nyeri intens juga mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau
periradikuler yang parah. (Walton & Torabinejad, 1997 : 73-75)

4. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan,
perubahan warna, jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau nodus
jaringan limfe servikal atau fasial yang membesar, merupakan
indokator status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati
akan membantu mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya
dan luasnya reaksi inflamasi rongga mulut.

b. Pemeriksaan intraoral
Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua
keabnormalan diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-
cekatnya untuk memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi
mengalami ulserasi, atau mempunyai saluran sinus. Suatu stoma
saluran sinus biasanya menandakan adanya pulpa nekrosis atau
periodontitis apikalis supuratif atau kadang-kadang abses
periodontium.
Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna,
fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas
lain. Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adanya
penyakit pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran akar yang
telah dilakukan sebelumnya.

c. Tes klinis
Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde
serta tes periodontium selain tes pulpa dan jaringan periapeks. Hasil
satu tes harus dikonfirmasikan dengan tes tambahan yang lain.
Penting untuk diingat bahwa tes-tes ini bukan tes untuk gigi
melainkan tes mengenain respons pasien terhadap berbagai stimuli.
Pasien mungkin tidak memahami arti stimuli atau salah
menginterpretasikannya. Oleh karena itu, hasil tes obyektif dan
subyektif dan tanda yang ditemukan tidak konsisten sehingga kadang
–kadang membingungkan. (Walton & Torabinejad, 1997 : 77-78)

5. Tes Periapeks
a. Perkusi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler.
Respons positif yang jelas menandakan adanya inflamasi
periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam ligament
periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat diinduksi oleh
penyakit periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan tes
yang lain. Cara melakukan perkusi dengan mengetukan ujung kaca
mulut yang dipegang paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada
permukaan insisal atau oklusal mahkota.
b. Palpasi
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses
inflamasi meluas kearah periapeks. Respon positif menandakan
adanya inflamasi periradikuler. Palpasi dilakukan dengan menekan
mukosa di atas apeks dengan cukup kuat. Pemeriksaan hendaknya
memakai juga gigi pembanding.

c. Tes kevitalan pulpa


Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada
cotton palate. Respon nyeri tajam dan sebentar akan timbul baik pada
pulpa normal, pulpitis reversible maupun irreversible. Akan tetapi jika
responnya cukup intens dan berkepanjangan, pulpa biasanya telah
mengalami peradangan irreversible. Sebaliknya jika pulpa nekrosis
tidak akan memberikan respon.
Tes panas menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan
diaplikasikan pada permukaan fasial. Seperti halnya pada tes dingin,
nyeri tajam dan sebentar menandakan pulpa vital atau peradangan
reversible. Respon hebat dan tidak cepat hilang adalah pulpitis
irreversible. Jika tidak ada respon menandakan pulpanya nekrosis.
Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada permukaan fasial
untuk menentukan ada tidaknya saraf sensoris dan vital tidaknya
pulpa. Tes ini masih belum sempurna dan mungkun menghasilkan
respons positif dan negative palsu. Metamorphosis kalsium dapat
menghasilkan respons negative palsu. (Walton & Torabinejad, 1997 :
79-81)

6. Pemeriksaan Radiografis
a. Periapeks
Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki
empat karakteristik yaitu (1) hilangnya lamina dura di daerah apeks,
(2) radiolusensi tetap terlihat di apeks bagaimanapun sudut
pengambilannya, (3) radiolusensi menyerupai suatu hanging drop;
dan (4) biasanya nekrosisnya pulpa telah jelas. Lesi radiolusen yang
terbentuk sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa yang
nekrosis. Suatu radiolusensi yang cukup besar di daerah periapeks
dengan gigi yang pulpanya vital adalah bukan berasal dari lesi
endodonsi melainkan struktur normal atau penyakit nonendodonsi.
Perubahan juga bisa berupa radioopak. Condensing osteitis adalah
reaksi yang jelas terhadap pulpa atau inflamasi periradikuler dan
mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.
b. Pulpa
Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan
pulpitis ireversibel terlihat secara radiografis. Suatu pulpa yang
terinflamasi dengan aktivitas dentinoklast dapat memperlihatkan
pembesaran ruang pulpa yang berubah abnormal dan merupakan
tanda patologis dari resorpsi interna.kalsifikasi yang menyebar luas
dalam kamar pulpa menunjukkan adanya iritasi dengan derajat rendah
yang sudah berjalan lama (tidak harus suatu pulpitis ireversibel.)
(Walton & Torabinejad, 1997 : 83-85)

7. Tes Khusus
a. Pembuangan karies
Pada beberpa keadaan, yang perlu dilakukan untuk menentukan
diagnosis yang tepat adalah penentuan kedalaman penetrasi karies.
Keadaan yang sering dijumpai adalah adanya karies dalam yang
terlihat secara radiografis, tidak ada riwayat penyakit, dan pulpa yang
memberikan respons terhadap ter-tes klinis. Semua temuan lain tidak
begitu relevan. Tes definitive finalnya adalah pembuangan karies
seluruhnya untuk melihat keadaan pulpanya.
Penetrasi karies ke dalam pulpa menandakan adanya pulpitis
irebersible. Karies yang belum berpenetrasi ke dalam pulpa biasanya
menunjukkan suatu pulpitis reversible (walaupun ada sejumlah pulpa
yang mengalami inflamasi irreversible tanpa ada daerah yang
terbuka). Gigi kemudian direstorasi secara nirtrauma.
b. Anastesi selektif
Tes ini berlawanan dengan tes kavitas yang dilaksanakan pada gigi
tanpa nyeri maupun gigi yang disertai gejala. Tes ini bermanfaat pada
gigi yang sedang nyeri terutama jika pasien tidak dapat menentukan
gigi mana yang sakit, bahkan tidak dapat pula menentukan lengkung
giginya. Jika dicurigai gigi yang sakit ada di daerah mandibula,
anastesi blok mandibula akan mengkonformasikan paling sedikit
region sakitnya apabila nyeri tersebut hilag setelah dianastesi.
c. Transluminasi
Tes ini membantu mengidentifikasi fraktur mahkota vertical karena
segmen fraktur dari mahkota tidak mentransmisikan cahaya secara
sama. Transluminasi menghasilkan bayangan gelap dan abu-abu di
daerah fraktur.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 85-87)

2.4 Rencana Perawatan


Jika sifat penyakitnya telah ditentukan, buatlah keputusan perawatan
dasarnya. Keputusannya dapat berupa perawatan saluran akar atau
cara lain yang lebih tepat. Sejumlah keadaan memerlukan perawatan
saluran akar yang dikombinasikan dengan prosedur tambahan.
Sedangkan yang lain mungkin memerlukan pencabutan atau
perawatan sementara (misalnya pada suatu keadaan darurat) dengan
perawatan saluran akar definitif pada kunjungan berikutnya. Akan
tetapi keputusan utama adalah apakah memang suatu perawatan
saluran akar merupakan indikasi atau bukan.

Perawatan Berdasarkan Diagnosis


Diagnosis pulpa secara umum menentukan apakah perawatan saluran
akar memang diperlukan. Andaikata berbagai keadaan pulpa ini
dibuat daftarnya, yakni : normal, pulpitis reversible, pulpitis
irreversible, dan nekrosis, terdapat suatu garis yang membentang
antara pulpitis reversible dan ireversibel. Semua yang ada di sisi yang
reversible mungkin perlu atau mungkin pula tidak perlu dilakukan
perawatan noninvasive, sedangkan yang berada pada sisi irreversible
memerlukan pencabutan atau perawatan saluran akar atau paling tidak
pembuangan jaringan pulpanya yang terinfeksi.
Diagnosis periapeks menandakan adanya sifat khusus yang harus
diikuti, biasanya dalam kaitannya dengan perawatan saluran akar.
Dengan perkataan lain, berkembangnya lesi periradikuler hanyalah
karena adanya suatu penyakit pulpa yang parah. Hal ini memerlukan
terapi saluran akar (jika memang dibutuhkan) dan kadang-kadang
prosedur bedah lain seperti insisi dan drainase.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 90)

Jumlah kunjungan
Walaupun masih merupakan bahan perdebatan, hasil penelitian
mutakhir menunjukkan bahwa perawatan saluran akar satu kali
kunjungan dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Akan tetapi,
dokter gigi umum harus mengerjakan macam perawatan ini dengan
hati-hati serta memilih kasusnya dengan teliti.

a. Kunjungan Jamak
Ada dua keadaan yang memerlukan lebih dari satu kunjungan pasien.
Pertama adalah kasus yang rumit atau memerlukan waktu banyak.
Yang berkaitan dengan hal ini dan yang paling penting adalah
manajemen pasien dan tingkat toleransi pasien dan operatornya. Jika
sudah lelah atau frustasi, hentikan dahulu perawatan dan buat
tumpatan sementara serta perjanjian pertemuan berikutnya.
Situasi lain adalah jika pasien memiliki gejala periradikuler parah dan
keluarnya eksudat saluran akar yang tidak berhenti. Flare up diantara
waktu kunjungan lebig sering terjadi pada situasi seperti ini. Flare up
pasca perawatan akan lebih sukar ditanggulangi jika saluran akarnya
telah diiisi.

b. Pengaruh pada Prognosis dan Rasa Nyeri


Prognosis jangka panjang dan gejala setelah perawatan adalah dua hal
utama yang harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah
kunjungan. Dari penelitian terungkap bahwa pada pasien yang
asimtomatik, baik nyeri pascaperawatan maupun kegagalan perawatan
tidak disebabkan oleh apakah perawatannya dilakukan dalam satu kali
kunjungan. Tetapi perawatan saluran akar satu kali kunjungan harus
selalu disertai dengan kehati-hatian yang tinggi dan dengan
mempertimbangkan kasus per kasus dengan teliti. (Walton &
Torabinejad, 1997 : 90-91)
Seperti telah dikemukakan di muka, jika diagnosis telah ditegakkan,
buatlah rencana perawatan keseluruhan. Walaupun demikian,
pendekatan khusus juga dilakukan tergantung kepada situasi tiap-tiap
pasien. Rekomendasi umum berikutnya dibuat berdasarkan diagnosis
pulpa dan jaringan periapeks. Variasi atau perubahan dalam
perawatan ditentukn kemudian berdasarkan situasi yang dihadapi.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

Perawatan Untuk Diagnosis Pulpitis Reversible


Perawatan saluran akar bukan merupakan indikasi untuk kasus
pulpitis reversible (kecuali pada kasus-kasus tertentu). Pasien dengan
pulpitis reversible, biasanya ditangani dengan membuang
penyebabnya kemudian diikuti dengan restorasi (jika diperlukan).
(Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

DAFTAR PUSTAKA

Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar
Ilmu KonservasiGigi, Edisi 3. Jakarta: EGC
Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia,
London: Lea and Febiger
Tarigan, Rasinta. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta :
Widya Medika
Walton, Richard. E & Torabinejad, Mahmoud. 1997. Prinsip dan
Praktik Ilmu Endodonsi. Jakarta : EGC.

PENYAKIT PULPA ( PULPITIS )


2010 April 20
Tags: gangraena pulpa, iritasi pulpa. penyakit pulpa, nekrosis pulpa,
pulpitis
Posted by lampe' uttu'

Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila
penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan pulpa akan
kembali normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversible,
antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi
servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase
periodontium yang dalam dan fraktur email yang menyebabkan
tubulus dentin terbuka.
Gejala
Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena
karies yang baru muncul dan akan kembali normal bila karies
dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik, apabila ada gejala
(bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola khusus. Aplikasi
stimulus dingin atau panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam.
Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda. Stimulus panas
dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal.
Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak
terinflamasi, respon awal yang langsung terjadi (tertunda), namun jika
stimulus panas ditingkatkan maka intensitas nyeri akan meningkat.
Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan segera
terasa nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan.
Berdasarkan observasi hal ini, respon dari pulpa sehat maupun
terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan
dalam tekanan intrapulpa.
Pulpitis Irreversible

Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa


pulih walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa
akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan
akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula
disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan
dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan
gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya
aliran darah pulpa.
Gejala
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan
suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh
hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin;
bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang
menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang
dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit
seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau
menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa
sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada
tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke
telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri
pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan
menjadi lebih sulit jika nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal,
seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal
atau sehat. Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat
menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak
hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim bahwa gigi
dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang rangsang yang
rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford ambang
rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak
terinflamasi adalah sama.
Nekrosis Pulpa

pulpa nekrosis
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis,
meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatic
yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada
dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi (pengentalan dan pencairan).
Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap
atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk
nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti
keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air.
Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan
menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorfus. Pulpa
terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi daerah
kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya
tekanan jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis
likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversible
diserap atau didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang
tebuka ke dalam rongga mulut, proses nekrosis akan tertunda; pulpa
di daerah akar akan tetap vital dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sebaliknya, tertutup atau ditutupnya pulpa yang terinflamasi
mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan total serta
timbulnya patosis periapikal.
Gejala
Gejala umum nekrosis pulpa :

1. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis


irreversible
2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri
spontan.
3. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
4. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif
seperti pelebaran jaringan periodontal yang sangat nyata adalah
kehilangan lamina dura
5. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
6. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar
apeks dari salah satu atau beberapa gigi, tergantung pada
kelompok gigi.

Keluhan subjektif :

1. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan


panas
2. Bau mulut (halitosis)
3. Gigi berubah warna.

Pemeriksaan objektif :

1. Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman


2. Terdapat lubang gigi yang dalam
3. Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
4. Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal.
Kecuali pada nekrosis tipe liquifaktif.
5. Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium,
perkusi,palpasi dan sondenasi sakit.

1. 2. Pulpitis Reversibel

Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa


ringan sampai sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa
masih mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas
dihilangkan. Rasa sakit biasanya sebentar, yang dapat dihasilkan oleh
karena jejas termal pada pulpa yang sedang mengalami inflamasi
reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah jejas
dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan
contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu
melukai pulpa, antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau
hubungan oklusal yang terganggu; syok termal, seperti yang timbul
saat preparasi kavitas dengan bur yang tumpul, atau membiarkan bur
terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas yang berlebihan saat
memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform
yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya
terbuka, adanya bakteri dari karies.
Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh
tentang sensitivitas ringan terhadap permukaan temperatur, terutama
dingin. Hal ini dapat berlangsung dua sampai tiga hari atau satu
minggu, tetapi berangsur-angsur akan hilang. Sensitivitas ini adalah
gejala pulpitis reversibel. Rangsangan tersebut di atas dapat
menyebabkan hiperemia atau inflamasi ringan pada pulpa sehingga
menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan cukup ringan atau bila
pulpa cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa
karena trauma yaitu apa saja yang dapat melukai pulpa. Seperti telah
diterangkan di atas bahwa sejak lapisan terluar gigi terluka sudah
dapat menyebabkan perubahan pada pulpa.
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang
hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan atau minuman
dingin daripada panas, tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut
bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis
reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis
irreversibel adalah lebih parah dan beralngsung lebih lama.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap
suatu stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan
irreversibel rasa sakit dapat datang tanpa stimulus yang nyata. pulpitis
reversibel asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru
mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan dan gigi
direstorasi dengan baik.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan
inflamasi ringan hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli
dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan
lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan adanya sel
inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan
gejala sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering
diakibatkan oleh rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa
sakit bila kemasukan makanan, terutama makanan dan minuman
dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan dihilangkan, rasa sakit
yang timbul tidak secara spontan. Cara praktis untuk mendiagnosa
pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang
setelah rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa
linu timbul bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel,
kadang-kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak
sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan,
tetapi jika karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila
1 minggu kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan
penumpatan.
1. 3. Pulpitis Irreversibel

Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa


yang persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan
oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali
ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya
disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang
timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit
sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal
dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang
berasal dari karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui
karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal,
dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan
kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan
dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan
suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh
hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin;
bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang
menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang
dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit
seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau
menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa
sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada
tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke
telinga bila bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya
terdapat pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu
lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik
karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin,
rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan
walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa
sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk
di bawah tumpatan yang bocor. Cara praktis untuk mendiagnosa
pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan
serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada
rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda
perforasi, perkusi dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga
keadaan gigi dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi

1. 4. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,


tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat.
Nekrosis, meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas
traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.
Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuefaksi (pengentalan
dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut
mengendap atau dirubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu
bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa
seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air.
Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan
menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorfus.
Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan
pulpa seperti bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. Gigi yang kelihatan
normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa sakit.
Sering adanya perubahan warna pada gigi keabu-abuan/kecoklat-
coklatan adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.
Pada pemeriksaan histopatologis tampak debris seluler dan
mikroorganisme mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan
periapikal mungkin normal atau menunjukkan sedikit inflamasi yang
dijumpai pada ligamen periodontal.
NEKROSIS PULPA
I. Definisi
Nekrosis pulpa (gangrene) merupakan proses lanjut dari radang pulpa
akut maupun kronis atau terhentinya darah secara tiba-tiba karena
trauma. Nekrosi pulpa dapat terjadi parsial maupun full. Ada 2
macam nekrosis :
Ø Tipe koagulasi terjadi karena jaringan yang larut mengendap dan
berubah menjadi bahan yang padat.
Ø Tipa liquefaction terjadi karena enzim proteolitik mengubah
jaringan pulpa menjadi bahan yang lunak dan cair.
Penyebabnya :
1. Microbakterial
2. Trauma fisik (benturan, radiasi)
3. Bahan-bahan kimia (tumpatan gigi, bahan korosif)
4. Reaksi hipersensitivitas
Umumnnya nekrosis pulpa disebabkan karena pulpitis reversible dan
irreversible yang tidak di tangani dengan baik/benar (kegagalan
perawatan).
Nekrosis pulpa ditandai dengan hasil akhir berupa H2S, amoniak,
bahan yang bersifat lemak, indikan, protamine, CO2 selain itu Indole,
Skatol, Putresin dan kadaverin yang menimbulkan bau busuk.
Ditemukan juga kuman saprofit anaerob.
II. Mekanisme
Meknisme terjadinya nekrosis pulpa merupakan penjalaran yang
membutuhkan waktu yang lama. Proses terjadi nekrosis dimulai dari :
ð Karies superfacial (karies email).
Dimana terjadi pembentukan plak dan penguraian karbohidrat oleh
bakteri dengan menggunakan enzim Ftase dan Gtase. Bakteri yang
mengurai karbohidrat (sukrosa) akan menghasilkan asam sebagai
hasil akhir yang meng-etsa email gigi hingga tebentuk kavitas.
ð Karies dentin
Merupakan kelanjutan invasi bakteri setelah terbentuk kavitas
superfacial.
ð Peradangan pulpa (infeksi pulpa)
Merupakan reaksi terhadap invasi bakteri yang telah mengenai pulpa.
Ditandai dengan terjadinya dilatasi pembuluh darah, peningkatan
volume darah dalam ruangan pulpa (kongesti)
ð Pulpitis
Dibedakan menjadi 2 :
- Reversible
Inflamasi pulpa yang masih ringan yang disebabkan oleh stimuli tapi
pulpa dapat kembali ke keadaan tidak terinflamasi bila stimuli
dihilangkan.
a. Kronik (tanpa gejala)/asimtomatik
b. Akut (dengan gejala)/symtomatik
- Ireversibel
Inflamasi pulpa yang persisten yang dapat simtomatik ataupun
asimtomatik yang menyebabkan pulpa menjadi nekrosis (mati).
a. Akut
b. Kronik : pulpitis hiperplastik
Ditandai dengan berlanjutnya dilatasi pembuluh darah, akumulasi
cairan udema pada jaringan penghubung yang mengelilingi pembuluh
darah kecil. Cairan udema ini akan merusak kapiler yang ditandai
dengan ektravasasi sel darah merah dan diapedesis sel darah putih.
Ditemukan juga PMN disekitar dinding pembuluh kapiler yang aktif
bergerak secara teratur. Sel-sel yang rusak, leukosit PMN, bakteri
yang mati yang menyebabkan terbentuknya PUS (abses pulpa). Pus
tersebut akan menyumbat jalan peredaran darah sehingga drainase
terganggu akibatnya pus menjalar di seluruh bagian pulpa dan
menyebabkan terjdinya nekrosis.
ð Nekrosis (gangrene)
Nekrosis yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya abses periapikal.
ð Abses periapikal
ð Penyebaran PUS ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah, yang
bisa menyebabkan kematian.
III. Gejala :
Gejala umum nekrosis pulpa :
a. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
b. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri
spontan.
c. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
d. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif
seperti pelebaran jaringa periodontal yang sangat nyata adalah
kehilangan lamina dura
e. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
f. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks
dari salah satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
• Keluhan subjektif :
Ø Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
Ø Bau mulut (halitosis)
Ø Gigi berubah warna.
• Pemeriksaan objektif :
Ø Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
Ø Terdapat lubang gigi yang dalam
Ø Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
Ø Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali
pada nekrosis tipe liquifaktif.
Ø Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi
dan sondenasi sakit.
IV. Pengobatan
a. Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
b. Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
c. Tindakan :
- Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas.
- Beri anagesik, bila ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic
- Sesudah peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk
untuk perawatan saluran akar.
- Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan yaitu endodontic
intrakanal.
Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar dan saluran akar)
dan kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai