13 PDF
13 PDF
PERAN PPR
DALAM RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL
Togap Marpaung
Abstrak
PERAN PPR DALAM RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. Latar belakang
tulisan ini adalah adanya persepsi yang kurang tepat mengenai status PPR secara legal, selain itu peran
PPR hanya dianggap sekedar persyaratan teknis untuk memenuhi peraturan Masyarakat sains nuklir yang
bekerja di bagian radiologi rumah sakit, khususnya Radiografer menganggap PPR suatu profesi, pendapat
ini masuk akal karena pada umumnya PPR adalah praktisi medik yang berasal dari bagian radiologi.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 dinyatakan bahwa PPR adalah “kedudukan sesuai tanggung jawab”
dan “setiap petugas tertentu (PPR) di dalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion wajib
memiliki izin berupa surat izin bekerja (SIB)”. PP No. 33 Tahun 2007 menegaskan bahwa PPR adalah
petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin (PI) dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan
pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi. Klassifikasi PPR terdiri dari 3 tingkatan dan mereka
adalah PPR Medik Tingkat 2. Hingga bulan September 2010, sesuai data b@lis, jumlah PPR Medik Tingkat
2 adalah 2.350 personil. Masa berlaku SIB adalah 4 tahun dan untuk perpanjangan SIB maka PPR wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh BAPETEN. Dasar hukum adalah Perka BAPETEN No.15
Tahun 2008. Perwujudan peran PPR dapat tercermin dari terpenuhinya persyaratan administrasi terkait
dengan masalah perizinan dan persyaratan keselamatan radiasi penggunaan pesawat sinar-X. Semua
persyaratan tersebut menjadi tanggung jawab PPR. Ruang lingkup adalah pembahasan peran PPR terkait
dengan tanggung jawabnya dalam rangka menjamin implememtasi dari program proteksi dan keselamatan
radiasi (Program P & KR).
Kata kunci: PPR, Radiologi Diagnostik dan Intervensional, Pesawat Sinar-X, Program P & KR.
Abstract
RULE OF RPO IN DIAGNOSTIC AND INTERVENTIONAL RADIOLOGY. The Background of
this paper is there is an incorrect perception on status of RPO legally, besides that the role of RPO just
consider as a technical requirement to comply with the regulations. Nuclear scientists who work at radiology
department in hospital, especially Radiographers consider that RPO as a profession, this opinion makes
sense because they are medical practitioners in general, coming from department of radiology. Based on Act
No. 10 Year 1997 stated that RPO is “a status related with responsibility” and “every particular personnel
(RPO) in installation which utilize ionizing radition shall have a license as a working permit (WP)”.
Government Regulation No. 33 Year 2007 states that RPO is a personnel which is pointed by Licensee and by
Regulatory Authority declared they are capable to perform their job which is relevant to radiation protection.
Classification of RPO consits of 3 levels and they are RPO of Medical Level 2. Until September 2010, refer
to b@lis data, number of RPO Medical Level 2 are 2,350 personnels. Validity of WP is 4 years and to extend
it, RPO shall follow a refresher course conducted by BAPETEN. Legal basis is Chairman Regulation of
BAPETEN No. 15 Year 2008. Realization of the role of RPO can be reflected from by complying with the
administrative requirement related to a problem of licensing process and radiation safety requirement for the
use of X-ray equipment. All those requirements become a responsibility of RPO. Scope is a discussion of the
role of RPO related to their reponsibility in the frame of ensuring the implementaion of radition protection
and safety program (RP & S Program).
Keywords: RPO, Diagnostic Radiology and Interventional, X-ray equipment, R P & S Program.
fungsional pengawas radiasi yang berasal dari luar terpidana dipidana dengan kurungan paling
instansi BAPETEN sudah ada, yaitu staf Badan lama 6 (enam) bulan.
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sejak beberapa Selanjutnya UU No. 10 Tahun 1997 ini
tahun yang lalu. Salah satu ketentuan menjadi mengamanatkan beberapa hal yang terkait dengan
tenaga fungsional adalah PPR wajib mengikuti dan PPR dalam bentuk peraturan pelaksanaannya, yaitu
lulus pelatihan tenaga fungsional yang PP dan Perka BAPETEN.
diselenggarakan oleh BAPETEN.
PPR juga sebagai mitra kerja dari BAPETEN
dalam berbagai situasi, misalnya ketika proses a. PP No. 33 Tahun 2007
permohonan izin, inspektur BAPETEN
melaksanakan inspeksi, dalam hal terjadi situasi Dalam ketentuan umum PP No. 33 Tahun 2007
abnormal atau insiden (paparan berlebih), tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
konsultasi publik mengenai draf peraturan atau Keamanan Sumber Radioaktif sebagai pelaksanaan
sosialisasi mengenai peraturan yang baru, dan ketentuan pasal 16 UU No. 10 Tahun 1997,
sistem perizinan. Jelasnya PPR merupakan kontak ditetapkan bahwa PPR adalah petugas yang
person dari pihak BAPETEN tetapi bukan sebagai ditunjuk oleh PI dan oleh BAPETEN dinyatakan
perpanjangan tangan dari BAPETEN. mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan
dengan proteksi radiasi. Pada pasal 6 ayat 1,
DASAR HUKUM MENGENAI PERAN PPR ditetapkan bahwa penanggung jawab keselamatan
radiasi terdiri dari: (a) pemegang izin (PI); dan (2)
U U No. 10 Tahun 1997 pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan
pemanfaatan tenaga nuklir.
Dalam Undang-undang (UU) No. 10 Tahun 1997 Pada ayat 2, tanggung jawab PI, terkait
tentang Ketenaganukliran, pada Bab V Pengawasan, dengan peran PPR, sebagai berikut:
pasal 19 ayat 1, menetapkan bahwa “setiap petugas 1. membentuk dan menetapkan pengelola
yang mengoperasikan reaktor nuklir dan petugas keselamatan radiasi di dalam fasilitas atau
tertentu di dalam instalasi nuklir lainnya dan di instalasi sesuai dengan tugas dan tanggung
dalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi jawabnya.
pengion wajib memiliki izin. Pada ayat 2 ditetapkan 2. menyusun, mengembangkan, melaksanakan,
bahwa, “persyaratan untuk memperoleh izin dan mendokumentasikan Program P & KR,
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur oleh yang dibuat berdasarkan sifat dan risiko untuk
Badan Pengawas. setiap pemanfaatan tenaga nuklir.
Pada bagian penjelasan ayat 1 diuraikan Dalam hal ini, PI dalam melaksanakan
bahwa kedudukan petugas dalam pengoperasian tanggung jawabnya dapat mendelegasikan kepada
reaktor nuklir dan pemanfaatan sumber radiasi atau menunjuk personil yang bertugas di fasilitas
sangat penting. Mengingat peranannya dapat atau instalasinya untuk melakukan tindakan yang
menentukan aman atau tidaknya pengoperasian dan diperlukan dalam mewujudkan keselamatan radiasi.
pemanfaatan itu, maka untuk mendapatkan izin, Pendelegasian atau penunjukan tidak membebaskan
petugas tersebut harus menjalani suatu pengujian PI dari pertanggung jawaban hukum jika terjadi
untuk membuktikan kualifikasinya. Sedangkan situasi yang dapat membahayakan keselamatan
yang dimaksud petugas tertentu adalah, antara lain, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup.
ahli radiografi, operator radiografi, petugas proteksi Penanggung jawab keselamatan radiasi wajib
radiasi, petugas dosimetri dan petugas perawatan. mewujudkan budaya keselamatan pada setiap
Oleh karena ada kewajiban bagi petugas pemanfaatan tenaga nuklir dengan cara:
tertentu, khususnya PPR memperoleh izin dari 1. membuat standar operasi prosedur dan
Badan Pengawas maka UU No. 10 Tahun 1997 ini kebijakan yang menempatkan proteksi dan
juga mengatur mengenai sanksi pidana terkait keselamatan radiasi pada prioritas tertinggi;
dengan pelanggaran ketentuan tersebut, yang 2. mengindetifikasi dan memperbaiki faktor-
ditetapkan pada bab VIII, Ketentuan Pidana, pasal faktor yang mempengaruhi proteksi dan
42, yaitu: keselamatan radiasi sesuai dengan tingkat
ayat 1: Barang siapa melakukan perbuatan yang potensi bahaya;
bertentangan dengan ketentuan pasal 19 ayat 3. mengidentifikasi secara jelas tanggung jawab
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama setiap personil atas proteksi dan keselamatan
2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. radiasi;
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 4. menetapkan kewenangan yang jelas masing-
ayat 2: Dalam hal tidak mampu membayar masing personil dalam setiap pelaksanaan
denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), proteksi dan keselamatan radiasi;
1. berusia paling rendah 18 (delapan belas tahun); banyak profesi sebagai praktisi medik tersebut
2. berijazah serendah-rendahnya D-III jurusan tergantung dari status rumah sakit, misalnya tipe
eksakta atau teknik; atau kelasnya, yang dipengaruhi oleh beberapa
3. berbadan sehat; dan faktor, antara lain: jumlah pasien (beban kerja),
4. lulus pelatihan PPR. jumlah dan jenis pesawat sinar-X yang tersedia
Masa berlaku untuk PPR Medik Tingkat 1 serta kualifikasi personil (sumber daya manusia).
berlaku selama 3 (tiga) tahun, untuk PPR Medik Untuk layanan radiologi yang sederhana PPR dapat
Tingkat 2 berlaku selama 4 (empat) tahun; dan dirangkap oleh radiografer bahkan untuk praktek
untuk PPR Medik Tingkat 3 berlaku selama 5 (lima) dokter gigi perorangan, seorang Pemilik pesawat
tahun. sinar-X gigi dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai
Pemegang SIB PPR wajib mengikuti 1 (satu) PI, PPR, Operator dan Dokter gigi yang kompeten
kali Pelatihan Penyegaran yang diselenggarakan untuk membaca citra radiologi. Dalam halini,
oleh Kepala BAPETEN selama masa berlaku SIB. Radiografer tidak hanya kompeten mengerjakan
Selanjutnya SIB PPR berakhir jika: pembuatan citra sesuai permohonan dokter yang
1. habis masa berlaku SIB; atau memberi rujukan tetapi juga tetap dalam koridor
2. dicabut oleh Kepala BAPETEN. proteksi dan keselamatan radiasi.
Kepala BAPETEN langsung mencabut SIB Kementerian Kesehatan melalui lembaga
PPR jika: pendidikan politeknik kesehatan (Poltekkes) yang
1. Pemegang SIB PPR menyampaikan data yang menyelenggarakan tenaga kesehatan untuk
tidak benar dalam dokumen persyaratan untuk radiologi juga telah meningkatkan kemampuan
memperoleh SIB; personilnya. Untuk bidang atau disiplin ilmu
2. Pemegang SIB PPR karena perbuatannya tertentu, yang pada awalnya pendidikan seorang
terbukti menurut peraturan perundang- Radiografer hanya strata D3 (diploma tiga)
undangan menyebabkan terjadinya kecelakaan ditingkatkan menjadi D4 (dilpoma empat).
radiasi. Kebutuhan peningkatan komptensi Radiografer
karena tuntutan prosedur yang semakin kompleks,
Personil Berkualifikasi, Tugas dan Tanggung peralatan yang semakin canggih dan sistem
Jawab manajemen radiologi yang berbasis mutu. Semua
hal ini didedikasikan demi terwujudnya
Personil Berkualifikasi keselamatan pasien dari semua aspek (tidak hanya
aspek keselamatan radiasi tetapi juga aspek
Salah satu hal penting yang diatur dalam draf Perka lainnya). Radiografer yang sudah berpendidikan D4
BAPETEN terkait penggunaan pesawat sinar-X ini juga dapat sebagai PPR, apalagi yang
adalah kualifikasi personil dan peran PPR yang bersangkutan telah ditunjuk PI sebagai Kepala
diuraikan dalam bentuk tugas dan tanggung jawab. ruangan radiologi.
Penanggung jawab utama keselamatan radiasi Pilihan yang ideal sebagai PPR seharusnya
adalah PI, namun pihak terkait lain juga tetap berasal dari latar belakang pendidikan fisika medis
memiliki tanggung jawab sesuai peran tiap personil berdasarkan beberapa pertimbangan yang objektif,
yang berkualifikasi meliputi: (1) PPR; (2) sebagaimana lazimnya di negara maju (misalnya
Radiografer; 3) Dokter yang Kompeten; (4) Amerika, Australia, Jepang dan Jerman) dan negara
Fisikawan Medis; (5) Tenaga Ahli (Qualified berkembang (Filipina, Malaysia, Thailan, dan
Expert). Personil ini adalah tenaga kesehatan yang Singapur). Tenaga Fisika Medis adalah tenaga
bertindak sebagai praktisi medik di bagian radiologi kesehatan yang memiliki kompetensi dalam bidang
sesuai dengan profesinya. fisika medik klinik dasar. Bahkan untuk rumah sakit
Menjadi PPR harus terlebih dahulu menjadi yang memiliki fasilitas layanan nuklir yang
seorang yang profesional bahkan secara ideal yang lengkap, meliputi: radiologi diagnostik dan
bersangkutan telah memiliki pengetahuan yang intervensional, radioterapi dan kedokteran nuklir,
mumpuni atau komprehensif terkait dengan PPR adalah seorang pakar, yaitu seorangi Fisikawan
tanggung jawab yang dipikulnya dalam hal proteksi Medis dengan latar belakang pendidikan S (3) atau
dan keselamatan radiasi. Oleh karena itu, seseorang setidaknya S (2) yang sangat kompeten dalam
menjadi PPR dapat berasal dari praktisi medik yang bidangnya. Tenaga Ahli (Qualified Expert) adalah
berprofesi antara lain sebagai Radiografer, tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam
Fisikawan Medis dan Dokter yang kompeten bidang fisika medik klinik lanjut, telah mengikuti
(misalnya Dokter spesialis radiologi-DSR, Dokter clinical residence, dan telah bekerja di instalasi
spesialis kardiologi, Dokter spesialis radiologi radiologi paling kurang 5 (lima) tahun.
kedokteran gigi, Dokter umum, dan Dokter gigi).
Idealnya yang menjadi PPR dari sekian
Sebagaimana diuraikan dalam tugas dan tanggung Persyaratan ini terkait dengan penyelenggaran
jawab PPR untuk membantu PI, maka dalam hal proteksi dan keselamatan radiasi (bentuk
proses permohonan izin baru maupun perpanjangan organisasi), kualifikasi setiap personil, tanggung
pesawat sinar-X, PPR harus memahami persyaratan jawab, dan rekaman.
izin penggunaan pesawat sinar-X sebagai berikut:
a. fotokopi identitas pemohon izin, untuk Persyaratan Proteksi Radiasi
orang atau badan yang baru mengajukan
izin, meliputi: Persyaratan ini terkait dengan justifikasi
1. kartu tanda penduduk (KTP), kartu izin penggunaan pesawat sinar-X, limitasi dosis, dan
tinggal sementara (KITAS), paspor, penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan
atau surat keterangan domisili radiasi. Optimisasi ini diterapkan melalui prinsip
perusahaan; dan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi,
2. akta pendirian badan hukum atau badan meliputi: Pembatas dosis untuk personil dan
usaha. anggota masyarakat, dan Tingkat panduan paparan
b. izin pelayanan kesehatan yang diterbitkan medik untuk pasien.
oleh instansi yang berwenang di bidang
kesehatan. Persyaratan Teknik
c. data lokasi Penggunaan Pesawat Sinar-X.
d. dokumen denah ruangan dan sekitarnya, Persyaratan ini terkait dengan standar pesawat
meliputi: sinar-X sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
1. ukuran; atau standar lain yang tertelusur (misal ISO),
2. bahan; dan peralatan penunjang radiologi, ketentuan
3. ketebalan dinding ruangan. operasional, ketentuan fasilitas, dan instalasi
e. fotokopi spesifikasi teknis atau manual pesawat sinar-X.
pesawat sinar-X dari pihak pabrikan;
f. rekaman hasil pengukuran paparan radiasi Verifikasi Keselamatan
di sekitar fasilitas yang dibuat oleh PPR
dari perusahaan yang memasang pesawat Verifikasi ini harus dilakukan melalui dokumen
sinar-X spefisikasi teknik pesawat sinar-X sesuai dengan
g. fotokopi ijazah semua personil yang SNI atau standar lain yang tertelusur yang
berkompeten dalam bidang radiologi diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium
diagnostik dan intervensional; terakreditasi di negara asal, pemantauan paparan
h. fotokopi surat izin bekerja (SIB) dari PPR; radiasi, dan uji kesesuaian pesawat sinar-X serta
i. fotokopi bukti permohonan pelayanan hasilnya harus dicatat dalam Logbook.
pemantauan dosis perorangan atau hasil
evaluasi pemantauan dosis perorangan, PERAN PPR DALAM PENERAPAN
sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang PROGRAM P & KR
akan dicantumkan dalam Izin;
j. fotokopi bukti kepemilikan dosimeter Salah satu tugas penting PPR adalah menyusun
pembacaan langsung; dan dokumen Program P & KR sebagai salah satu
k. dokumen Program P & KR. persyaratan izin, isinya disesuaikan dengan
Pedoman yang diberikan oleh BAPETEN. Prosedur
Persyaratan Keselamatan Radiasi terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi juga
harus disusun oleh PPR dan prosedur ini dapat
Demikian halnya dengan persyaratan dibuat tersendiri sesuai dengan jenis pesawat sinar-
keselamatan radiasi untuk radiologi diagnostik X. Mengenai Instruksi Kerja untuk setiap
maupun intervensional, PPR senantiasa harus radiografer hendaknya juga dibuat oleh PPR.
menjamin terpenuhinya persyaratan tersebut, Selanjutnya PI akan mensyahkan dokumen tersebut
meliputi: setelah terlebih dahulu dievaluasi oleh BAPETEN.
a. persyaratan manajemen; Dokumen P & KR ini bersifat dinamis, sangat
b. persyaratan proteksi radiasi; terbuka untuk dikembangkan dan dimutakhirkan
c. persyaratan teknik; dan secara periodik sesuai situasi dan kondisi baik atas
d. verifikasi keselamatan. inisiatif pihak pengguna sendiri maupun
berdasarkan masukan yang disampaikan oleh
BAPETEN, antara lain melalui inspektur pada saat
DAFTAR PUSTAKA