Anda di halaman 1dari 4

PRODUKSI BIOETANOL DARI KULIT PISANG (MUSA PARADISIACA) DENGAN

MENGGUNAKAN MIKROORGANISME SACHHAROMYCES CEREVISIAE

Danu Purnawan, Nikolaus Darmawan D


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jln. Prof.Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

Abstrak
Salah satu sumber energi terbarukan (renewable energy) adalah biomassa. Biomassa adalah materi
organik yang berasal dari bahan-bahan biologis. Biomassa sebagian besar tumbuh dari hasil
pertanian di Indonesia, salah satunya adalah buah pisang. Pati adalah polimer D – Glukosa dan
ditemukan sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuh – tumbuhan, antara lain adalah ketela
pohon, pisang, jagung. Komposisi terbanyak kedua pada kulit pisang adalah karbohidrat. Mengingat
akan hal ini, maka limbah kulit pisang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
Dalam pelaksanaan pembuatan bioetanol dari limbah kulit pisang (Musa paradisiaca) ada tiga tahap
yaitu, Pretreatment, Hidrolisis, dan Fermentasi. Respon yang didapatkan pada penelitian ini adalah
kadar glukosa dan kadar etanol yang dihasilkan, yakni kadar glukosa akan semakin menurun seiiring
berjalannya waktu, disebabkan Saccharomyces cereviseae mengkonversi gula menjadi alkohol,
sedangkan kadar etanol yang paling tinggi adalah pada saat kondisi pH 4. pH optimal untuk berat
ragi yang sama adalah 4 karena ketahanan bakteri saccharomyces cerevisiae adalah pada rentang
pH 4-5. Pada pH 6 konversi etanol lebih besar daripada pH 2, dikarenakan Saccharomyces
cereviseae lebih suka kondisi netral daripada terlalu asam. Pada saat fermentasi harus menjaga
kondisi lingkungan dari segi kebersihan dan suhu karena dapat mempengaruhi bakteri. Berdasarkan
hasil peneltian ini, produksi bioetanol dari kulit pisang dengan mikroorganisme Saccharomyces
cerevisieae masih kurang ekonomis, karena membutuhkan energi untuk pretreatment dan biaya bahan
baku yang lebih mahal daripada produk yang dihasilkan

Kata kunci : Pretreatment, hidrolisis, fermentasi, bioetanol.

Abstract

One of the source of renewable energy is biomass. Biomass is organic material derived from biologic
material. Biomass is mostly grown an agricultural products in Indonesia, one of which is a banana.
Starch is D-glucose polymer and found as carbohydrat stores in growing plants, among others, are
casava, banana, maize, etc. The second most composition on the banana peel is carbohydrate.
Remember of this, so banana peel waste will use as raw material to make bioetanol. In the
implementation of bioethanol from banana peel waste are three stages, pretreatment, acid hydrolysis,
and fermentation. Responses were obtained in this study are glucose and level of ethanol produced,
the glucose level will decrese concurrently passage of time, due to Saccharomyces cerevisiae convert
sugar into alcohol, while the highest concentration of ethanol that is when the condisition of pH 4.
The optimal pH for yeast for the same weight is 4 because resistance of bacterial Saccharomyces
cerevisisae in the pH range 4-5. At pH 6 the conversion of ethanol is greater than pH 2, because
Saccharomyces cerevisiae prefer neutral conditions rather than acid condition. At the time of
fermentation must maintain the environtment conditions in terms of cleanliness and temperature,
becaues it can affect the Saccharomyces cerevisiae. Based on this research, manufactured of
bioethanol from banana peel with Saccharomyces cerevisieae is not economic, because need lot of
energy for pretreatment and raw materials are more expensive than product.

Keyword : Pretreatment, hydrolysis, fermentation, bioethanol.

PENDAHULUAN dan berkhasiat tinggi bagi kesehatan manusia,


misalnya sebagai obat perut / diare. Negara-negara
Sekarang ini kebutuhan energi sangatlah penghasil pisang yang populer diantaranya Brasil,
besar, dikarenakan pertumbuhan penduduk dunia Filipina, Panama, Honduras, India, Ekuador,
yang semakin melonjak, seiring pertambahan Thailand, Karibia, dan Hawai. Di daerah-daerah
penduduk maka kebutuhan akan energi meningkat tropis yang basah, pisang akan tumbuh dengan
pula baik bahan bakar kendaraan maupun bahan baik. Tetapi pisang akan tumbuh dengan baik
bakar untuk memasak dalam memenuhi kebutuhan apabila di daerah yang memiliki iklim lembab dan
hidup sehari-hari manusia. Kita mengingat bahwa panas yang merata, artinya perubahan panas yang
energi yang ada sekarang ini akan habis karena tidak menyolok (Ardian A, 2004). Indonesia cocok
tidak dapat didaur ulang. Pisang merupakan untuk pertumbuhan tanaman pisang, walau
tanaman holtikultura yang penting di dunia karena demikian tidak semua wilayah di Indonesia
potensi produksinya yang cukup besar. Pisang merupakan sentra produksi tanaman pisang. Selain
sejak lama sudah dikenal sebagai buah yang lezat iklim yang sesuai, budidaya yang dilakukan oleh
masyarakat di daerah itu menjadi penentu sentra membentuk satu komponen dan hidroksil ke
tanaman pisang (Ardian A, 2004). Kulit pisang komponen lain. Reaksi hidrolisis pati berlangsung
mengandung karbohidrat yaitu sekitar 18,5 % menurut persamaan reaksi sebagai berikut :
(Tety, 2006), sehingga limbah kulit pisang dapat C6H10O5 + H2O  C6H10O6
digunakan untuk menghasilkan alkohol. Jadi
limbah kulit pisang ini merupakan salah satu Fermentasi adalah suatu proses oksidasi
biomass yang dapat dijadikan bahan baku alternatif karbohidrat anaerob jenuh atau anaerob sebagian.
untuk memproduksi bioetanol. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari seperti natrium klorida bermanfaat untuk
disebut dengan pati terdapat dalam berbagai jenis membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan
tumbuh – tumbuhan yang disimpan dalam akar, mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme
batang buah, kulit, dan biji sebagai cadangan yang lain (Setiawati dkk, 2013). Suatu fermentasi
makanan. Pati dalah polimer D – Glukosa dan yang busuk biasanya adalah fermentasi yang
ditemukan sebagai karbohidrat simpanan dalam mengalami kontaminasi, sedangkan fermentasi
tumbuh – tumbuhan, antara lain adalah ketela yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi
pohon, pisang, jagung, dan lain – lain (Poedjiadi A, alkohol. Saccharomyces cerevisieae
1994). Kulit pisang (Musa paradisiaca) digunakan dimanfaatkanuntuk melangsungkan fermentasi,
karena mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. baik dalam makanan maupun dalam minuman yang
Karbohidrat tersebut diurai terlebih dahulu melalui mengandung alkohol. Jenis mikroba ini mampu
proses hidrolisa kemudian di fermentasi dengan mengubah cairan yang mengandung gula menjadi
menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiaei) alkohol dan gas CO2 secara cepat dan efisien
yang kemudian menjadi produk yaitu alkohol. (Sudarmadji K, 1989).
Bioetanol diartikan juga sebagai bahan kimia yang
diproduksi dari bahan pangan yang mengandung METODE PENELITIAN
pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu.
Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak
nabati yang memiliki sifat menyerupai bahan bakar Bahan yang digunakan antara lain, Limbah kulit
premium (Retno dan Nuri, 2011), berikut pisang, Bakteri Saccharomyces cerevisiae, Asam
merupakan komposisi dari kulit pisang. Sulfat 0,5 N, Ammonium Sulfat, Urea dan NaOH,
sedangkan untuk alat yang digunakan antara lain
UNSUR KOMPOSISI Autoclave, Fermentor ( Erlenmeyer 500 ml),
Rangkaian alat destilasi, timbangan digital, pipet
AIR 69,80 % tetes, pipet volume, pengaduk, gelas ukur, kertas
KARBOHIDRAT 18,50 % saring, oven, kompor listrik, dan corong.
LEMAK 2,11 %
Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap utama,
PROTEIN 0,32 % yaitu pretreatment, hidrolisis, dan fermentasi. Pada
KALSIUM 715 mg/100gr tahap pretreatment kulit pisang dipotong menjadi
kecil lalu diblender dengan perbandingan aquadest
POSPOR 117 mg/100gr 1:1, kemudian disaring dan diambil filtratnya, dan
BESI 0,6 mg/100gr dikeringkan pada oven dengan suhu 40-500C. Pada
tahap hidrolisis pati kulit pisang yang telah kering
VITAMIN B 0,12,g/100gr tadi ditambah 0,5 N Asam Sulfat sebanyak 25 ml
VITAMIN C 17,5 mg/100gr kedalam labu leher tiga, dihidrolisis selama 2,5
Mikroorganisme yang dapat digunakan jam, kemudian hasil hidrolisis disaring dan
untuk fermentasi terdiri dari yeast (ragi), khamir, didapatkan filtrat unutk dianalisa kadar glukosanya.
jamur, dan bakteri. Mikroorganisme tersebut tidak Pada tahap fermentasi hasil hidrolisa ditambahkan
mempunyai klorofil, tidak mampu memproduksi 6 gr ammonium sulfat dan 6 gr urea pada
makanannya dengan cara fermentasi, dan erlenmeyer, dipasteurisasi selama 15 menit pada
menggunakan substrat organik untuk sebagai suhu 121oC, kemudian masukkan berat ragi sesuai
makanan. Saccharomyces cereviseae lebih banyak variabel (1 %, 2%, 3% berat) serta mengatur pH
digunakan untuk memproduksi alkohol secara sesuai variabel (2, 4, dan 6). Lalu inkubasi selama
komersial dibandingkan dengan bakteri dan jamur. 1-5 hari, kemudian pada hari terakhir dianalisa
Hal ini disebabkan karena Saccharomyces kadar etanolnya.
cerevisieae dapat memproduksi alkohol dalam
jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar HASIL DAN PEMBAHASAN
alkohol yang tinggi. Kadar alkohol yang dihasilkan
sebesar 8 – 20 % pada kondisi optimum. Kadar glukosa yang dihasilkan pada setiap harinya,
Saccharomyces cerevisieae yang besifat stabil, pada pH 2 dengan berat ragi 1%, 2%, 3%, kadar
tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah glukosa akan semakin menurun seiring berjalannya
didapat dan bahkan mudah dalam pemeliharaan. waktu fermentasi, hal ini dikarenakan glukosa
Bakteri tidak banyak digunakan untuk dikonversi oleh bakteri Saccharomyces cerevisieae
memproduksi alkohol secara komersial, karena menjadi bioetanol, penurunan terbesar pada run ke
kebanyakan bakteri tidak tahan terhadap kadar 4 dengan berat ragi 2 %, fenomena ini terjadi pada
alkohol yang tinggi (Sudarmadji K, 1989). pH 4 dan 6 juga. Untuk pH 4 penurunan kadar
glukosa terbesar adalah pada run ke 2 dengan berat
Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air ragi 1 %, sedangkan pada Ph 6, penurunan kadar
dengan suatu zat lain yang menghasilkan zat baru glukosa terbesar pada run ke 3 dengan berat
atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan ragi 1 %.
dengan menggunakan air. Proses ini melibatkan
pengionan molekul air ataupun peruraian senyawa
lain (Daud dkk, 2002). Hidrolisis diterapkan pada
reaksi kimia yang berupa organik ataupun
anorganik dimana air mempengaruhi dekomposisi
ganda dengan campuran yang lain, hiddrogen akan
Volume etanol yang dihasilkan pada pH 2,
4, dan 6 dengan berat ragi 1%, paling banyak
adalah pada Run ke 2 saat pH operasi adalah 4, hal
ini disebabkan pada saat fermentasi
mikroorganisme Saccharomyces cereviseae
mengkonversi glukosa menjadi etanol, pH sangat
mempengaruhipertumbuhan mikroorganisme dalam
mengkonversi glukosa menjadi etanol, walaupun
penambahan berat ragi hanya 1 % tetapi
Saccharomyces cereviseae tumbuh pada kondisi
yang optimum yaitu pH 4 pada Run ke 2. Begitu
juga pada berat ragi 2% dan 3%, Pada berat ragi 2
% volume etanol paling banyak adalah pada run ke
5 saat pH operasi adalah 4. Pada berat ragi 3 %
Gambar IV.1 Hubungan antara kadar glukosa (pH
volume etanol paling banyak adalah pada run ke 8
2) dengan berat ragi
saat pH operasi adalah 4.
1%, 2%, dan 3%

Gambar IV.4 Grafik % v/v Etanol pada


penambahan berat ragi 1%

Gambar IV.2 Hubungan antara kadar glukosa (pH


4) dengan berat ragi

1%, 2%, dan 3%

Gambar IV.5 Grafik % v/v Etanol pada


penambahan berat ragi 2 %

Gambar IV.3 Hubungan antara kadar glukosa (pH


6) dengan berat ragi

1%, 2%, dan 3%


Ardian Adi. “Pengaruh Lama Fermentasi dan
Konsentrasi Ragi Kulit Pisang Ambon
(Musa paradisiaca L var. Sapientum
kuntze) Terhadap Kadar Alkohol”.
Penelitian, 2004: Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Daud, M., Safii, W., dan Syamsu, K., 2012,


“Biokonversi Bahan Berselulosa menjadi
Biothanol menggunakan Sacchaeomyces
cerevisiae ”, Jurnal Perennial Vol. 8
(2):45-51, Departemen Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Desrorier, Norman., 1988, “Unit Proccesing


Gambar IV.6 Grafik % v/v Etanol pada Organic Synthesis”, ed 5, McGrwah-Hill
penambahan berat ragi 3 % Book Company, New York.

Poedjiadi A, 1994, “Dasar-dasar Biokimia”,


KESIMPULAN
Universitas Indonesia, Jakarta.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa
kadar glukosa akan semakin menurun setiap Prescott, S. G and C. G. Dunn, 1959, “Industrial
harinya. Penurunan terbesar terjadi pada run ke
2(pH 4, berat ragi 1%), 3(pH 6, berat ragi 1%), dan Microbiology”, ed 3, McGraw-Hill Book
4(pH 2, berat ragi 1%), pada run ke 4 (pH 2, berat Company, New York.
ragi 2%) didapat hasil bahwa kadar glukosa
mengalami penurunan sebesar 3,66 %, pada run ke
2 (pH 4, berat ragi 1%) didapat hasil bahwa kadar Retno Tri, D., dan Nuri W, 2011, “Pembuatan
glukosa mengalami penurunan sebesar 3,76 %,
pada run ke 3 (pH 6, berat ragi 1%) didapat hasil Bioetanol dari Kulit Pisang”, Seminar
bahwa kadar glukosa mengalami penurunan Nasional Teknik Kimia, Jurusan Teknik
sebesar 2,89 %, jadi dapat disimpulkan bahwa Kimia FTI UPN Veteran, Yogyakarta.
kadar glukosa akan semakin berkurang seiring
bertambahnya waktu, hal ini disebabkan oleh
konversi yang dilakukan oleh bakteri
Saccharomyces cerevisiae
Fermentasi ini dilakukan pada rentang pH Rhonny dan Danang, 2003, “Laporan Penelitian
2-6, didapatkan hasil bahwa kadar etanol terbesar Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang”,
didapat pada pH 4. Yaitu pada run ke 2(berat ragi
1%, pH 4), 5(berat ragi 2%, pH 4), dan 8(berat ragi Universitas Pembangunan Nasional,
3%, pH 4). Kadar etanol pada run ke 2 (berat ragi Yogyakarta.
1%, pH 4) didapat kadar etanol sebesar 0,6 %, pada
run ke 5 (berat ragi 2%, pH 4) didapat kadar etanol
sebesar 1,115 %, pada run ke 8 (berat ragi 3%, pH Setiawati, R. D., Sinaga, R.A., dan Dewi, K. T.,
4) didapat kadar etanol sebesar 1,12 %, Jadi pH
optimum pada penelitian ini adalah pH = 4 2013, “Proses Pembuatan Bioetanol dari
Kulit Pisang Kepok”, Jurnal Teknik Kimia
Berdasarkan hasil peneltian ini, produksi No. 1 Vol. 19, Jurusan Teknik Kimia
bioetanol dari kulit pisang dengan mikroorganisme
Saccharomyces cerevisieae masih kurang Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.
ekonomis, karena membutuhkan energi untuk Palembang.
pretreatment dan biaya bahan baku yang lebih
mahal daripada produk yang dihasilkan
Sudarmadji. S., Haryono. B., dan Suhardi, 1989,
DAFTAR PUSTAKA
“Mikrobiologi Pangan”, PAU Pangan dan
Anonim, 2007. “Produksi Bioetanol Berbahan Gizi Universitas Gadjah Mada,
Baku Biomassa”. Online di http:// Yogyakarta.
isro.wordpress.com. (Diakses pada tanggal
4 April 2016 pukul 20.00 WIB). Tety, 2006. “Kandungan Kulit Pisang”. Online di
http://www.risvank.com/reaksi-bioetanol. (Diakses
pada tanggal 4 April 2016 pukul 20.45 WIB)

Anda mungkin juga menyukai

  • Lampiran F Dari Rina
    Lampiran F Dari Rina
    Dokumen25 halaman
    Lampiran F Dari Rina
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Cover Paper 2
    Cover Paper 2
    Dokumen1 halaman
    Cover Paper 2
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen19 halaman
    Bab Ii
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Cover Paper 1
    Cover Paper 1
    Dokumen1 halaman
    Cover Paper 1
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Edi 1
    Edi 1
    Dokumen1 halaman
    Edi 1
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • D1
    D1
    Dokumen44 halaman
    D1
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • SOAL UJIAN PPK PPS KIP Aceh
    SOAL UJIAN PPK PPS KIP Aceh
    Dokumen21 halaman
    SOAL UJIAN PPK PPS KIP Aceh
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Vii. Tata Letak Pabrik
    Vii. Tata Letak Pabrik
    Dokumen8 halaman
    Vii. Tata Letak Pabrik
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Kuliah X
    Kuliah X
    Dokumen15 halaman
    Kuliah X
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar-Daftar Isi
    Kata Pengantar-Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar-Daftar Isi
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • 1 Keseimbangan Kimia 1
    1 Keseimbangan Kimia 1
    Dokumen59 halaman
    1 Keseimbangan Kimia 1
    Prasetya Ghilang
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen5 halaman
    Bab 3
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Skema Yuna
    Skema Yuna
    Dokumen1 halaman
    Skema Yuna
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustak1
    Daftar Pustak1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustak1
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen5 halaman
    Bab 2
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Lmpiran 2
    Lmpiran 2
    Dokumen1 halaman
    Lmpiran 2
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Perhitungan FDLN
    Perhitungan FDLN
    Dokumen5 halaman
    Perhitungan FDLN
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Industri Pulp
    Industri Pulp
    Dokumen23 halaman
    Industri Pulp
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Localized Corrosion
    Localized Corrosion
    Dokumen12 halaman
    Localized Corrosion
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • BAB I Insyaallah Fix
    BAB I Insyaallah Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB I Insyaallah Fix
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Pim
    Daftar Isi Pim
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi Pim
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Elektrokimia
    Makalah Elektrokimia
    Dokumen19 halaman
    Makalah Elektrokimia
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    fadlinayani
    100% (1)
  • Proposal KP Aldila
    Proposal KP Aldila
    Dokumen12 halaman
    Proposal KP Aldila
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    fadlinayani
    Belum ada peringkat
  • IIIII
    IIIII
    Dokumen1 halaman
    IIIII
    fadlinayani
    Belum ada peringkat