Anda di halaman 1dari 8

Perbandingan Efisiensi Antena Horn Sektoral Bidang-H Dengan

Berbagai Bahan Untuk Aplikasi WLAN 2,4 GHz


Frissa Oktin Rachmawati1, Budi Aswoyo2
1
Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi
2
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Surabaya 60111
e-mail : freeza_cut3@yahoo.co.id

Abstrak antena, gelombang elektromagnet dapat


Antena Horn Sektoral Bidang-H merupakan diterima dan ditransmisikan.
antena celah (aperture antenna) berbasis saluran Dalam pembuatan antena diperlukan
pandu gelombang persegi (rectangular waveguide), pemilihan bahan berdasarkan parameter
yang mulutnya melebar ke arah bidang medan
tertentu. Parameter bahan tersebut meliputi
magnet (H), sehingga bentuk akhir antena ini
menyerupai piramida. Dalam Proyek Akhir ini konduktivitas, permeabilitas, dan permitivitas.
dilakukan perancangan antena Horn Sektoral Bidang- Konduktivitas adalah parameter bahan yang
H pada frekuensi 2,4 GH. Jumlah antena yang dibuat sangat berpengaruh dalam pembuatan antenna
3 buah dengan bahan yang berbeda yaitu aluminium, sehingga diperlukan konduktivitas yang
seng, dan tembaga kemudian dilakukan perbandingan maksimal untuk mengoptimalkan efisiensi
efisiensi antara ketiga antena tersebut dan antenna.
diaplikasikan pada jaringan wireless LAN (WLAN). Pada proyek akhir ini akan dibuat antena
Karakteristik antena ini meliputi pola radiasi, Horn Sektoral Bidang-H dengan menggunakan
penguatan (gain) pada frekuensi 2,4 GHz. Pencatu
(driver) antena ini menggunakan USB Adapter WiFi.
bahan berbeda yang ukurannya sama. Ketiga
Proyek Akhir ini mempunyai pelebaran ke arah bahan tersebut adalah tembaga, seng, dan
bidang magnet (H)  = 31,2. Untuk antena bahan aluminium. Dari ketiga bahan antena tersebut
tembaga menghasilkan penguatan (gain) sebesar akan dibandingkan dan dievaluasi efisiensinya
13,15 dB, mempunyai nilai HPBW   27 dan dengan cara pengukuran direktivitas dan
 =40° sehingga menghasilkan direktivitas sebesar penguatan (gain) ketiga Horn Sektoral Bidang-
15,86 dB dan mempunyai hasil efisiensi sebesar H. Untuk menghasilkan direktivitas yang
53,19 %. Untuk bahan aluminium menghasilkan gain optimum, dibutuhkan ukuran dari dimensi
sebesar 11,15 dB, mempunyai nilai HPBW   antena yang tepat, mulai dari dimensi saluran
27° dan  =41° sehingga menghasilkan pandu gelombang pencatunya, dimensi panjang
direktivitas sebesar 15,75 dB dan menghasilkan
antena dari pencatu ke bidang aperture sampai
efisiensi sebesar 34,67%. Sedangkan bahan seng
menghasilkan gain 10,15 dB Mempunyai nilai
dengan dimensi pelebaran ke arah bidang
HPBW   28° dan  =40 sehingga menghasilkan medan magnet (H). Pencatu (driver) antena ini
direktivitas sebesar 15,62 dB dan menghasilkan menggunakan USB Adapter WiFi.
effisiensi 27,25%. Dari hasil pengukuran parameter
QoS pada implementasi WLAN 2,4GHz, II. LANDASAN TEORI
peningkatan nilai delay terjadi pada saat siang hari.
Kualitas layanan yang paling baik adalah saat 2.1 Antena Horn Sektoral Bidang H
menggunakan antena dengan bahan tembaga.
Dalam perancangan antena horn Sektoral
Kata Kunci – Antena Horn Sektoral Bidang-H, Bidang H untuk menghasilkan pengarahan
Rectangular Waveguide, Wireless LAN, USB Adapter radiasi (directivity) yang optimum, dibutuhkan
WiFi dimensi dari bentuk geometri antena yang tepat,
mulai dari dimensi saluran pandu gelombang
I. PENDAHULUAN (waveguide) pencatunya, dimensi panjang
Saat ini kebutuhan komunikasi sangatlah antena dari pencatu ke bidang aperture, sampai
tinggi. Untuk itulah perkembangan teknologi dengan dimensi pelebaran ke arah masing-
komunikasi sangat diperlukan. Di antaranya masing bidang E dan bidang H.
adalah penggunaan teknologi wireless sebagai Secara umum geometri antena Horn
penunjang kelancaran komunikasi. Teknologi Sektoral Bidang-H ditunjukkan pada Gambar
ini banyak dipakai karena selain murah juga 1[1] . Dimensi - dimensi antena Horn Sektoral
dirasa lebih efisien karena tidak memerlukan Bidang H dinyatakan dengan [1]:

kabel dalam konfigurasinya. Pada sistem  .....................................(1)
√
komunikasi wireless dibutuhkan peranan antena
dalam proses transmisi data. Karena dengan
  

 
…………………...(2)

1
y
x

(a)
Gambar 2. Normalisasi Directivity Antena
Horn Sektoral Bidang H

Direktivitas (keterarahan) adalah


parameter antena sangat penting dipakai untuk
menentukan penampilan suatu antena.
Karakteristik dari antena Horn Sektoral-H
adalah ketika sudut pelebaran semakin
meningkat, direktivitas antena Horn Sektoral
Bidang-H juga semakin meningkat hingga
mencapai nilai maximum. Dan ketika melewati
nilai maximum maka nilai direktivitas akan
menurun.

(b) Sedangkan untuk kearah sektoral bidang


medan magnet, yang menghasilkan antena Horn
Sektoral Bidang-H besarnya pengarahan radiasi
Gambar 1. Geometri Antena Horn Sektoral dapat dihitung dengan menggunakan prosedur
Bidang-H berikut [1]:
(a) Antena Horn Sektoral Bidang-H
(b) Tampak pada bidang H
…………………………...(6)

.(3) ……………………………......(7)

……….(4) ………………………......(8)

dimana:
……………....……..(5)
= pelebaran dimensi pandu gelombang
ke arah medan magnet (H)
= panjang gelombang
Dimana : b  dimensi panjang waveguide
: Dimensi pelebaran ke arah bidang H.
: Panjang antena dari ’virtual apex’ ke 2.2 Waveguide Persegi
bidang aperture. Waveguide persegi (rectangular
: Sudut pelebaran ke arah medan magnet. wavuguide) adalah pandu gelombang dengan
a,b: ukuran penampang pandu gelombang. penampang persegi dan model ini sering
digunakan dalam praktek. Mode yang paling
sederhana yang sering digunakan dalam bekerja
dengan waveguide persegi adalah mode .
Mode ini mempunyai frekuensi cut off yang

2
paling rendah dari mode yang dapat terjadi dari Definisi efisiensi antena dapat dinyatakan
suatu transmisi dengan waveguide persegi. dengan persamaan [3]:
Frekuensi dan panjang gelombang cut off nya
dapat dinyatakan sebagai berikut [2]: ......................(13)
dan ……(10) Besar efisiensi antena antara 0 sampai
dengan 100 %. Untuk mencari pendekatan
Dimana : efisiensi antena yang berbasis pada waveguide,
: frekuensi cut off. maka harus dicari dari asumsi rugi-rugi (losses)
: dimensi panjang waveguide. yang terjadi pada waveguide [4]. Jika
c : panjang gelombang cut off konduktivitas bahan dielektrik pengisi
: permitivitas, dimana permeabilita dan waveguide sangat kecil (mendekati nol) dan
permitivittas tergantung dari bahan atau konduktivitas konduktor dinding
yang mengisi dalam waveguide waveguide tidak tak berhingga (noninfinite),
persegi yaitu udara. maka gelombang akan teredam secara
exponensial selama perambatan dalam
Panjang gelombang di dalam waveguide waveguide.
dapat dinyatakan dengan Persamaan (11) [2] : Sedangkan dapat dinyatakan
……………….…(11) sebagai [3]:
= ..(14)

dimana : Rumusan efisiensi antena dinyatakan


λ = panjang gelombang di udara. dengan:
c = panjang gelombang cut off. …..(15)
2.3 Efisiensi Antena
Ketika antena dicatu oleh suatu daya Bagaimanapun juga, efisiensi ini sulit
masukan Pin di terminal input, maka daya untuk dihitung secara tepat, karena daya radiasi
total Prad dan arus pada antena I sulit dihitung
tersebut tidak akan seluruhnya untuk
secara tepat. Sehingga penentuan efisiensi
dipancarkan oleh antena ke udara. Faktor rugi- antena, pada umumnya dilakukan dengan cara
rugi antenna yang disebabkan oleh material, pengukuran eksperimental [3].
sangat berpengaruh terhadap efisiensi antenna. Persamaan 15, dapat dijadikan pendekatan
Hal ini dapat diterangkan pada Gambar 3 untuk menentukan efisiensi antena berbasis
sebagai berikut. waveguide yang dididingnya dari material
tertentu. Berdasarkan persamaan tersebut,
Terminal input dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai
konduktivitas material dinding suatu antena,
maka semakin tinggi nilai efisien suatu antena.
Sebagai ilustrasi, jika antena tersebut terbuat
Antena dari bahan dielektrik sempurna (σw ≈ 0) [4],
maka nilai efisiensi e ≈ 0. Artinya antena
tersebut sama sekali tidak dapat meradiasikan
gelombang radio sesuai dengan yang
diharapkan. Sebaliknya, jika dinding antena
terbuat dari bahan super konduktor (σw ≈ ∞ ),
Gambar 3. Teori efisiensi antena maka nilai efisiensi e ≈ 100 %. Artinya antena
tersebut akan meradiasikan gelombang radio
Dengan teori saluran transmisi, daya dengan sempurna, tanpa rugi-rugi ohmik.
masukan Pin yang masuk termnial antena akan
terbagi menjadi dua bagian, yaitu Prad dan III. METODOLOGI
Pohmic[3]
..................(12) 3.1 Perencanaan Suatu Antena Horn
Dari Persamaan (1) sampai Persamaan (5)
Dimana
dapat direncanakan suatu antena Horn Sektoral
= daya radiasi yang dipancarkan
oleh antena; Bidang-H yang dapat bekerja secara optimum.
= daya akibat rugi-rugi oleh Ada beberapa ketentuan yang harus
material.

3
diperhatikan dalam perencanaan antena tersebut Adapun konduktivitas dari beberapa penghantar
: ditunjukkan pada Tabel 1[5].
1. Antena dicatu oleh pandu gelombang
persegi (rectangular waveguide) dengan Tabel 1 Konduktivitas dari bahan
Konduktor Konduktivitas
ukuran    dan harga gain awal ( ). (mho/meter)
Antena bekerja pada frekuensi  2,4 GHz.
Alumunium 3,5 x 107
Antena ini di catu dengan tipe pandu
Tembaga 5,7 x 107
gelombang WR 340 dengan a = 8,636 cm Seng 1,7 x 107
dan b = 7.
2. Antena Horn Sektoral Bidang-H ini akan
3.4 Hasil Rancangan Antena Horn Sektoral
direncanakan dalam keadaan optimum,
Bidang-H
artinya ukuran dari antena ini mampu
menghasilkan gain yang maksimum.
3. Antena ini direncanakan mempunyai gain
15 dB.

3.2 Perancangan Antena Horn Sektoral


Bidang H
Untuk merencanakan suatu antena Horn
Sektoral Bidang-H pada umumnya hanya
(a) (b)
diinginkan mempunyai direktivitas tertentu
(DH). Antena ini dicatu dengan memakai pandu
gelombang persegi (rectangular waveguide)
tipe WR340 yang mempunyai ukuran a=8,636
cm dan b=7 cm. Sedangkan obyek lain dari
perencanaan ini adalah untuk mendapatkan
ukuran yang lainnya seperti  , ! ,"! .
Prosedur Perencanaan dan perancangan
Antena Horn Sektoral Bidang-H :
1. Menentukan frekuensi kerja antena
(c)
sehingga didapatkan panjang gelombang
(λ), dan menentukan ukuran waveguide.
Gambar 4. Antena Horn Sektoral
2. Menentukan besarnya direktivitas yang
Bidang-H yang telah jadi.
diinginkan DH.
(a) Bahan Aluminium
3. Menentukan dimensi X seperti
(b) Bahan Seng
Persamaan (1).
(c) Bahan Tembaga
4. Mendapatkan ! seperti Persamaan
(2).
5. Mendapatkan  seperti Persamaan IV. PENGUJIAN
(3). Sebelum dilakukan pengujian antena,
6. Mendapatkan sudut pelebaran pandu terlebih dahulu antena Horn Sektoral Bidang-H
gelombang (! ) seperti Persamaan yang telah jadi dilakukan pengukuran untuk
(5). mengetahui karakteristik dari antena tersebut
meliputi pola radiasi, penguatan (gain), dan
3.3 Pembuatan Antena Horn Sektoral direktivitas (directivity). Sehingga didapatkan
Bidang H hubungan antar parameter-parameter antena
Dalam pembuatan antena beberapa hal untuk kemudian dianalisa dan dapat dihitung
yang perlu diperhatikan yaitu bahan antena dan efisiensinya.
teknik pembuatan antena.
Bahan yang diperlukan untuk membuat 4.1 Pengukuran Pola Radiasi
suatu antena Horn Sektoral Bidang-H ini Dalam pengukuran pola radiasi dilakukan
diharapkan dapat memberikan daya pancar sebanyak dua kali untuk masing-masing antena.
radiasi gelombang elektromagnetik yang cukup Yaitu pola radiasi pada bidang E dan pada
besar, sehingga dibutuhkan pemilihan bahan Bidang-H. Dalam pengukuran ini harus
yang cukup memadai. memperhatikan jarak pada proses pengukuran.
Pada pembuatan Antena Horn Sektoral Setelah pengukuran pola radiasi antena
Bidang-H ini dari tiga bahan yaitu aluminium, Horn Sektoral Bidang-H 2,4 GHz pada bidang
tembaga, dan seng dengan ukuran sama. E dan bidang H selesai dilakukan, maka dapat

4
diketahui bentuk pola radiasi yang diperoleh =
dari pengukuran level sinyal antena dan data
pengukuran tersebut setelah dinormalisasi.
Hasil dari pola radiasi antena Horn
Sektoral Bidang-H tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5, 6 dan 7.
=

(b)

Gambar 6. Pola radiasi Antena bahan


seng
(a) Pola radiasi bidang H
(b) Pola radiasi bidang E
(a)
= =

(b)
(a)
Gambar 5. Pola radiasi Antena bahan
aluminium
=
(a) Pola radiasi bidang H
(b) Pola radiasi bidang E

(b)
Gambar 7. Pola radiasi Antena bahan
tembaga
(a) (a) Pola radiasi bidang H
(b) Pola radiasi bidang E

5
4.2 Pengukuran Gain
Untuk menyatakan gain maksimum 4.4 Perhitungan Efisiensi Antena
antena Horn Sektoral Bidang-H ini dengan cara Setelah dilakukan Pengukuran parameter-
membandingkan dengan antena lain yaitu parameter antenna yang meliputi direktivitas
Access Point (dengan metode pengukuran). dan gain maka dapat dihitung efisiensi antenna
Dalam posisi ini antena penerima harus dengan persamaan 18:
mempunyai polarisasi yang sama dengan

antena pada Access Point dan selanjutnya ia 0 1
 100%.................................(18)
diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya
output maksimum. Tabel 4. Hasil Perhitungan Efisiensi
No Bahan Direktivitas Gain Efisiensi
Antena Horn (dB) (dB) Antena
Sektoral Horn
Bidang H Sektoral
Bidang
H(%)
1 Antena Horn 15,75 11,15 34,67%
Bahan
Aluminium
2 Antena Horn 15,62 10,15 27,25%
Gambar 8. Pengukuran level daya pada Bahan Seng
USB Adapter 3 Antena Horn 15,86 13,15 53,19%
Bahan
Apabila pada USB Adapter Wifi gain Tembaga
maksimumnya, yaitu sebesar 2,15 dBi, maka
dari pengukuran diatas gain antena Horn 4.5 Pengujian video conference
Sektoral Bidang-H dapat dihitung dengan Setelah melakukan pengukuran beberapa
persamaan : parameter, antena Horn Sektoral bidang-H telah
siap digunakan untuk aplikasi video conference
# $%&'  "# $%&(' ) "* $%&(' + * $%&,'. . $16' pada jaringan wireless 2,4 GHz dengan
menggunakan software Net Meeting. Pengujian
Tabel 2. Hasil Pengukuran Gain antena pada jaringan WLAN ini tetap
Level Penerimaan Gain memanfaatkan bantuan dari Access Point.
Antena USB Horn Antena Horn Sektoral bidang-H dipasang
Horn Adapter Sektoral
Bahan Antena
Sektoral WiFi Bidang
sebagai antena penerima, sedangkan Access
No Horn Sektoral Point sebagai pemancarnya. Posisi antena
Bidang ("* ) H
Bidang H penerima dengan pemancar harus sejajar agar
H (dBm) (dB)
("# ) daya pancarnya dapat ditangkap maksimal.
(dBm) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
1 Antena Horn -35 -44 11,15
Bahan
keoptimalan dari antena Horn Sektoral Bidang-
Aluminium H yang telah dibuat dalam aplikasi video
2 Antena Horn -36 -44 10,15 conference. Dengan menggunakan wireshark
Bahan Seng dapat dilihat parameter yang akan dianalisa,
3 Antena Horn -33 -44 13,15 yaitu delay, jitter, dan troughput.
BahanTembaga
Hasil dari pengujian ketiga antena Horn
Sektoral Bidang-H tesebut dapat dilihat pada
4.3 Pengukuran Directivity
Tabel 5.
Directivity suatu antena dapat diperkirakan
dengan menggunakan pola radiasi yang
Tabel 5. Hasil Rata-rata Pengujian Video
dihasilkan pada pengukuran pola radiasi bidang
Conference
E dan bidang H. Persamaan untuk menghitung
directivity dapat menggunakan rumus [6] :
Antena bahan Tembaga
41253 Delay Jitter Troughput
D(dB) =10 log /θE θH …….(17) (ms) (ms) (kbps)
1. Bidang H
Tabel 3. Directivity pada antena Horn Sektoral Pagi 220,48 39,25 34,74
Bidang H Siang 231,97 41,84 33,28
Sore 212, 98 38,89 35,50
Nilai
2. Bidang E
No. Ukuran Antena Directivity
Pagi 225,92 41,23 33,80
(dB) Siang 240,57 43,89 32,60
1. Antena Bahan Aluminium 15,75 Sore 218,99 39,86 33,40
2. Antena Bahan Seng 15,62
3. Antena Bahan Tembaga 15,86

6
Antena bahan Aluminium nilai direktivitasnya 15,62 dB. Nilai directivity
Delay Jitter Troughput suatu antena bergantung pada daya pancar
(ms) (ms) (kbps) antenna tersebut. Pada antena hasil rancangan,
1. Bidang H
Pagi 244,57 45,24 33,95
memiliki ukuran dan bentuk yang sama
Siang 263,11 47,45 31,68 sehingga bentuk pola radiasi dari ketiga antena
Sore 240,99 43,86 34,38 tersebut sama maka nilai directiviy yang
2. Bidang E dihasilkan juga hampir sama. Selain hal
Pagi 250,67 45,47 32,86 tersebut, nilai dari parameter pada perancangan
Siang 267,02 48,01 31,20
Sore 247,63 44,47 33,42
sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan dan
kondisi pada saat pengukuran. Sehingga
terjadinya error akan mempengaruhi hasil dari
Antena bahan Seng
Delay Jitter Troughput parameter yang terukur.
(ms) (ms) (kbps) Berdasarkan pada Tabel 4, perhitungan
1.Bidang H efisiensi antenna yang didapatkan dari hasil
Pagi 269,66 46,37 32,50 pengukuran gain dan directivity menunjukkan
Siang 292,03 48,18 31,24 nilai efisiensi antena dari bahan tembaga
Sore 264,75 45,19 33,65
2. Bidang E
bernilai 53,19% dan alumunium bernilai
Pagi 276,54 47,49 32,38 34,67% sedangkan dari bahan seng 27,25%.
Siang 305,51 49,92 31,01 Sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui
Sore 269,60 45,85 33,54 bahwa bahan tembaga mempunyai efisiensi
paling besar dibandingkan aluminium maupun
4.6 Analisa bahan seng. Hal tersebut terjadi karena harga
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengukuran konduktivitas dari setiap bahan berbeda, dimana
gain, harga faktor penguatan pada antena bahan harga konduktivitas tembaga lebih besar
tembaga bernilai 13,15 dB alumunium bernilai daripada harga konduktivitas dari aluminium
11,15 dB sedangkan pada antena bahan seng maupun seng. Selain hal tersebut, nilai dari
bernilai 10,15 dB. Faktor tersebut bervariasi efisiensi juga dipengaruhi oleh nilai parameter
yang nilainya tergantung pada faktor attenuasi hasil pengukuran yaitu gain dan directivity.
pada attenuator. Faktor attenuasi tersebut Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa nilai
bergantung pada bahan yang digunakan dan dari parameter hasil pengukuran sangat
konduktivitas suatu bahan. Semakin tinggi nilai dipengaruhi oleh proses pembuatan dan kondisi
konduktivitas suatu bahan, semakin baik bahan pada saat pengukuran. Sehingga terjadinya error
tersebut manghantarkan gelombang sehingga akan mempengaruhi hasil dari parameter yang
semakin rendah attenuasi yang dihasilkan. Dari terukur.
hasil pengukuran gain bahwa nilai gain antena Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa
dari bahan tembaga lebih besar dari pada antena pada siang hari nilai delay yang terjadi lebih
dari bahan aluminium dan bahan seng. Harga besar daripada pagi hari dan sore hari. Hal ini
faktor penguatan (gain) antenna bervariasi yang dikarenakan pada waktu siang hari banyak
nilainya tergantung pada faktor attenuasi pada orang yang melakukan aktivitas yang dapat
attenuator, temperatur (kondisi ruangan dan menyebabkan sinyal dari pemancar ke penerima
pengaruh benda-benda disekitarnya. Sehingga putus-putus, sehingga gambar dan suara yang
sulit untuk dicari nilai yang tepat). Selain itu ditangkap di penerima hasilnya jelek., sehingga
nilai dari parameter antenna pada perancangan pada jam sibuk tersebut video conference
sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan dan mengalami hambatan sehingga delay yang
kondisi pada saat pengukuran. Sehingga terjadi semakin besar.
terjadinya error akan mempengaruhi hasil dari Dari data hasil pengujian pada Tabel 5
parameter yang terukur. dapat dilihat bahwa antena Horn Sektoral
Berdasarkan Gambar 5, 6 dan 7 bentuk Bidang-H yang dibuat masih layak digunakan
pola radiasi antena Horn Sektoral Bidang-H dalam aplikasi video conference sesuai dengan
yang dibuat memilki ukuran dan bentuk pola standar ITU G.1010. Untuk standar delay yang
radiasi yang hamper sama sehingga daya pancar diijinkan dalam pelaksanaan video conference
yang dihasilkan juga akan sama. Sehingga adalah <150 ms dengan hasil yang sangat baik,
menghasilkan nilai direktivitas yang hampir delay 150 ms – 400 ms masih dapat diterima
sama yang dapat dilihat pada Tabel 3. dengan baik, dan >400 ms dengan hasil yang
Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel sangat buruk dan tidak layak untuk diadakan
3, harga directivity yang dihasilkan memiliki video conference. Untuk jitter tidak ada standar
nilai yang hampir sama untuk antenna bahan yang diijinkan oleh ITU. Sedangkan troughput
tembaga menghasilkan tembaga sebesar 15,86 yang masih diijinkan adalah 16kbps – 384 kbps.
dB dan aluminium nilai direktivitasnya sebesar Maka antena Horn Sektoral Bidang-H yang
15,75 dB, sedangkan untuk antenna bahan seng telah dibuat dapat digunakan untuk aplikasi

7
video conference sesuai dengan standar ITU [5] Fawwaz T.Ulaby, Fundamental Of Applied
yang telah ditentukan Electromagnetics, International Edition, 2001.
[6] John D.Krous, Antenas,McGraw-Hill Book
Company, 1998.
V. KESIMPULAN [7] Budi Aswoyo, Antena dan Propagasi, Surabaya,
Berdasarkan pada hasil pengujian dan 2006.
[8] Bruce A. Blevins President, Ph.D.,Small Spacecraft
analisa terhadap hasil yang didapatkan, dapat Antena Selection Tutorial, Utah State University,
diambil suatu kesimpulan yaitu : Logon, Utah, 1999.
 Proyek Akhir ini menghasilkan [9] Chusaini, Muhammad, ”Perencanaan Dan
penguatan (gain) untuk antena bahan Pembuatan Antena H Plane Sectoral Horn Pada
Frekuensi X-Band”, PENS-ITS, 1994.
tembaga sebesar 13,15 dB, antena [10] Hidayanto Djamal, Sistem Komunikasi I Modul
bahan aluminium sebesar 11,15 dB 14, Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB
sedangkan bahan seng sebesar 10,15 Universitas Mercubuana.
dB. [11] Rizqi, A., Desain dan Implementasi Antena Horn
Sektoral Bidang H untuk Link Line of Sight
 Proyek akhir ini menghasilkan pola Wireless LAN 2,4 GHz, PENS-ITS, Surabaya,
radiasi yang hampir sama. Antena Horn 2008.
Sektoral Bidang-H bahan tembaga [12] Woon-Gi Yeo, Tae-Yoon Seo, Jae W. Lee, dan
mempunyai nilai HPBW 27° untuk Choon Sik Cho, H-Plane Sectoral Filtering Horn
Antenna in PCB Substrates Using Via Fences at
bidang H dan 40° untuk bidang E Millimetre-Wave, School of Electronics,
sehingga menghasilkan direktivitas Telecommunication, and Computer Engineering,
sebesar 15,86 dB. Dan yang kedua Korea, 2007.
dengan bahan aluminium mempunyai [13] www.google.com, Antena Horn, Wireless 2,4
GHz, Kabel Coaxial, Waveguide, Link LOS, USB
nilai HPBW 27° untuk bidang H dan Adapter.
41° untuk bidang E sehingga
menghasilkan direktivitas sebesar 15,75
dB. Sedangkan antenna bahan seng
mempunyai nilai HPBW 28° untuk
bidang H dan 40° untuk bidang E
sehingga menghasilkan direktivitas
sebesar 15,62 dB.
 Pada Proyek akhir ini menghasilkan
nilai efisiensi antenna yang berbeda –
beda yaitu untuk antenna bahan
tembaga nilai effisiensinya sebesar
53,19 %, antenna bahan aluminium
menghasilkan efisiensi sebesar 34,67%,
sedangkan antenna bahan tembaga
menghasilkan effisiensi 27,25 %.
 Pada aplikasi video conference
menggunakan antena Horn Sektoral
Bidang-H hasil rancangan, nilai delay,
jitter, dan troughput yang terjadi sesuai
dengan standar ITU G.1010 yang telah
ditetapkan, sehingga antena tersebut
masih layak digunakan untuk
melakukan video conference.

VI. DAFTAR PUSTAKA


[1] Balanis, C. A., Antenna Theory: Analysis and
Design, Third Edition, John Willey and sons,
New York, 2005.
[2] Muhamad Milchan, Mr. Miura, Transmisi
Gelombang Radio dan Micro 1. PENS-ITS,
Surabaya, 2000.
[3] Harry Ramza, Buku Antena dan Propagasi,
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA,
Jakarta.
[4] Joseph A. Edminister Schaum’s Outline Of,
theory and problems of electromagnetic, second
edition.

Anda mungkin juga menyukai