Anda di halaman 1dari 11

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP X-BAND

UNTUK SISTEM CIRCULARLY POLARIZED


SYNTHETIC APERTURE RADAR (CP-SAR)
F. Khairullah and T. Hariyadi
Departemen Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia,
Jl. Dr. Setiabudhi 207, Bandung 40154, Indonesia.
falahkhairullah@student.upi.edu tommi.haryadi@upi.edu

Abstrak. Antena mikrostrip berguna untuk radar, satelit komunikasi dan berbagai
sistem nirkabel seluler karena keunggulannya dalam ukuran yang kecil, ringan, dan
fleksibel dalam pemilihan jenis polarisasi. Antena ini dirancang untuk polarisasi
sirkular digunakan dalam sistem Circularly Polarized Synthetic Aperture Radar (CP-
SAR). Antena mikrostrip X-band ini digunakan untuk komunikasi data pada satelit
GAIA II / LAPAN- Chiba . Satelit ini berfungsi sebagai alat pemantauan deformasi
tanah global. Makalah ini menjelaskan pembuatan Antena mikrostrip X- Band secara
simulasi menggunakan CST Studio Suite 2019 dan kemudian di realisasi/Fabrikasi.
Antena ini di rancang dengan struktur substrat ganda, berat yang ringan dan pencatu
tunggal menggunakan substrat RO4350B (Lossy). Frekuensi kerja antena berada di 8 –
8.4 GHz. Hasil Simulasi dan pengukuran menunjukkan parameter yang sudah sesuai
spesifikasi, return loss yang rendah, Gain yang cukup besar ,Pola Radiasi Directional
dan polarisasi Circular.

1. Pendahuluan
Antena mikrostrip umumnya berguna untuk radar, satelit komunikasi dan berbagai sistem
nirkabel seluler karena keunggulannya dalam ukuran yang kecil, ringan, dan fleksibel dalam
pemilihan jenis polarisasi [1] . Berdasarkan jenis polarisasi, antena mikrostrip dapat dikategorikan
ke dalam Linier Polarization (LP) dan Circular polarization (CP). Namun, antena dengan LP
hanya dapat menerima dan mengirim dengan jenis polarisasi antena yang sama. Kelemahan lain
dari tipe LP dipengaruhi oleh rotasi Faraday [2]. Antena mikrostrip yang terpolarisasi sirkular
memiliki keunggulan penting dibandingkan dengan antena tipe LP seperti antena tipe CP mampu
mengurangi efek rotasi Faraday di ionosfer dan fleksibel terhadap jenis polarisasi lain dalam
menerima dan mengirim data [3]. CP adalah jenis polarisasi yang dapat diandalkan dalam
propagasi radio. Salah satu aplikasi CP adalah Circularly polarized synthetic Aperture Radar (CP-
SAR). Dengan polarisasi CP ini, konsumsi daya CP-SAR lebih rendah dari Synthetic Aperture
Radar (SAR) biasa. [4] .
Saat ini , Synthetic Aperture Radar (SAR) menjadi lebih populer, karena dapat digunakan
dalam microsatellite, aircraft, and pengembangan unmanned aerial vehicle (UAV) [5] . Gambar
SAR dibuat dengan mentransmisikan pulsa gelombang radio secara konsekutif untuk menerangi
area target, di mana oleh antena penerima, gelombang radio memantul kembali ke target di
lapangan kemudian diterima dan disimpan [6]. sensor SAR lebih mudah beradaptasi dalam segala
situasi, siang hari atau malam dan semua kondisi cuaca yang buruk [7]. Sensor SAR juga
menyediakan gambar beresolusi tinggi. Keuntungan ini tidak dapat ditemukan disensor optik, yang
sangat tergantung pada kondisi cuaca dan situasi siang hari [8]. Namun, Satelit atau space-born
dengan SAR masih dibatasi oleh biaya fabrikasi yang tinggi dan muatan yang besar, yang
biasanya hasil disponsori oleh lembaga pemerintah [9]. Salah satu satelit yang menggunakan sensor
SAR adalah GAIA II /LAPAN –Chiba
Satelit GAIA II / LAPAN-Chiba adalah produk kerja sama antara Universitas Chiba, Jepang
dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Indonesia (LAPAN). Satelit ini ditujukan untuk
aplikasi pemantauan bencana dan penelitian lingkungan dengan SAR digunakan sebagai sensor
[10]. Satelit ini juga dilengkapi dengan L-band SAR terpolarisasi sirkular dengan massa 100 kg
termasuk muatan. Sebagai hal terpenting dalam sistem satelit, sistem komunikasi mengambil
bagian penting dalam mengendalikan operasi satelit dan komunikasi data [11], [12]. Pada dasarnya
komunikasi sistem antara satelit dan stasiun bumi terdiri dari 2 hal, yaitu down-link (dari satelit ke
stasiun darat) dan komunikasi up-link (dari stasiun darat ke satelit). Untuk komunikasi down-link
dan up-link, GAIA II / LAPAN-Chiba satellite akan menggunakan Frekuensi S-band sebagai
komunikasi telemetri dan frekuensi X-band sebagai komunikasi data [13]. Di sini, antena
mikrostrip adalah salah satu perangkat penting untuk memastikan keandalan komunikasi
antarasatelit atau space-born lainnya dan stasiun bumi [14]. telah dilakukan penelitian yang serupa.
namun, pada penelitian tersebut hanya dilakukan analisis pengaruh truncation bentuk
patch.terhadap axial ratio dan pola radiasi nya masih omnidirectional dan bahan substrat yang
digunakan adalah NPC-H220A [15].
Dalam penelitian ini , penulis akan merancang antena mikrostrip dengan frekuensi X-band
CP-SAR untuk komunikasi data pada GAIA II / LAPAN-Chiba satellite . Antena ini memiliki pola
radiasi directional , pola radiasi directional cocok untuk komunikasi data satelit karena memiliki
data transfer yang besar, dan signal to noise yang baik [16] . CP-SAR dipilih karena memiliki
konsumsi daya untuk transmitter data yang rendah [17]. Realisasi antena mikrostrip menggunakan
bahan Rogers RO-4350B (Lossy) yang memiliki konstanta dielektrik 3.66 dan memiliki ketebalan
1.524 mm.

2. Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metodologi eksperimen. Antena Mikrostrip X-band dibuat melalui
tiga tahap, yaitu tahap perancangan, simulasi dan fabrikasi. Diagram alir yang prosedur penelitian
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir prosedur penelitian

2.1 Perancangan Antena


Antena didesain beroperasi pada frekuensi X- Band dengan rentang frekuensi 8 – 8.4 GHz dan
frekuensi tengah 8.2 GHz. Aplikasi antena ini digunakan untuk komunikasi antara satelit dengan
stasiun bumi . Desain secara keseluruhan antena memiliki elemen peradiasi berbentuk elips dengan
slot berbentuk cincin dan trunction berbentuk persegi. Struktur terdiri dari 2 bahan substrat RO4350B
(lossy) yang bertumpuk dengan tebal masing-masing 1.524 mm dan konstanta dielektrik 3.66 , dimana
sisi atas substrat pertama merupakan elemen peradiasi, sisi atas substrat kedua merupakan saluran
pencatu dan sisi paling bawah merupakan groundplane. Spesifikasi antena X-Band dapat dilihat pada
tabel 1. Pada Gambar. 2 adalah tampak detail dimensi keseluruhan antena dan detail ukuran antena
nya dijelaskan pada Tabel. 2
Tabel. 1 Spesifikasi Antena X- Band
Parameter Nilai
Frekuensi Kerja (GHz) 8-8.4
Return loss (dB) ≤ -10
Gain (dB) ≥5
Polarisasi Circular
Axial Ratio (dB) ≤- 3
Pola Radiasi Directional

Gambar 2. Dimensi keseluruhan antena

Tabel 2. Detail Ukuran Antena


Parameter Simbol Dimensi(mm)
Lebar Substrat Ws 35.6
Panjang Substrat 2 Ls1 35.6
Tebal substrat h 1.524
Radius Patch R 4.12
Lebar Trunction Wt 1.8
Panjang Feed line Lf 4.9
Lebar feed line Wf 4.15
Panjang Square-feed Lfh 3.3
Lebar Square-feed Wfh 3.6
Panjang Radius slot Vs 3.3
Panjang radius ring Vr 2.3
Lebar Radius ring Ur 1.25

2.2 Simulasi Desain Antena


Pada Bagian ini dilakukan simulasi antena mikrostrip , menggunakan perangkat lunak CST Studio
Suite 2019. Modifikasi ukuran antena dilakukan sebagai bentuk optimasi jika antena tidak sesuai
spesifikasi yang sudah ditentukan
2.3 Fabrikasi Antena
Pada bagian fabrikasi antena. Simulasi antena yang sudah sesuai spesifikasi pada CST Studio Suite
2019 kemudian kita cetak ke bahan Substrat RO4350B (lossy) fabrikasi antena ini sama seperti hal nya
pencetakan PCB biasa, terdapat proses etching kemudian tembaga pada substrat dilapisi perak untuk
mengurangi efek oksidasi

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil Simulasi Antena
Pada tahap simulasi ini digunakan perangkat lunak CST Studio Suite 2019.selama proses simulasi
terdapat beberapa desain antena sebagai bentuk optimasi untuk mendapatkan antena yang memenuhi
spesifikasi yang sudah di tentukan

3.1.1 Desain Awal Antena


Setelah melakukan studi literatur dan perancangan dilakukan simulasi dengan CST Studio Suite 2019.
Didapat desain awal antena seperti gambar 3.

Gambar 3. Desain Awal Antena

Pada gambar 4 merupakan hasil simulasi dari return loss desain awal antena. Hasil menunjukkan ≤ -
10 dB pada frekuensi kerja antena sehingga sudah memenuhi spesifikasi minimal antena, tetapi
frekuensi resonansi berada pada frekuensi 8,6 GHz masih jauh dari yang ditetapkan yakni di frekuensi
8,2 GHz. Untuk mendapat polarisasi circular axial ratio harus ≤ 3dB dari gambar 5 didapat axial rasio
seluruh frekuensi kerja masih ≥ 3dB sehingga hasil simulasi antena desain awal ini belum memenuhi
spesifikasi antena berpolarisasi circular. Pada gambar 6. Ditunjukan pola radiasi dari keseluruhan
frekuensi kerja antena baru frekuensi 8 GHz yang menunjukkan hasil yang directional tapi belum
terlalu halus.

Gambar 4. Return Loss Desain Awal Gambar 5. Axial Ratio Desain Awal
Gambar 6. Pola Radiasi Desain Awal

3.1.2 Tahap Optimasi


Dari desain awal di atas di perlukan beberapa optimasi untuk mencapai hasil sesuai spesifikasi
terutama di bagian polarisasi yang masih jauh dari nilai minimum polarisasi circular. Dan untuk
return loss hanya perlu sedikit digeser frekuensi resonansi nya.

3.1.2.1 Optimasi Radius Patch


Optimasi pertama yang dilakukan untuk mencapai polarisasi sirkular yaitu dengan cara mengubah
radius patch antena. Dalam tahap ini parameter Ws dan parameter Ls1 konstan masing-masing bernilai
62 mm dan 70 mm. Pada gambar 7 hasil dari return loss optimasi radius menunjukkan hasil yang
masih jauh dari spesifikasi . Axial rasio pun masih cukup jauh untuk mencapai polarisasi circular yang
ditunjukkan gambar 8. Hasil optimasi ini yakni semakin kecil patch semakin buruk hasil dari return
loss dan juga axial ratio.

Gambar 7. Return loss optimasi radius Gambar 8. Axial Ratio 8,2 GHz

3.1.2.2 Optimasi Dimensi Substrat


Selanjutnya optimasi pada dimensi substrat. Parameter R pada tahap optimasi ini bernilai konstan
dengan nilai 4.12 mm . pada gambar 9 hasil return loss optimasi pada dimensi substrat menunjukkan
semakin kecil dimensi antena maka semakin kecil return loss,tapi masih cukup jauh dari spesifikasi ≤-
10 dB dan hal ini juga berlaku pada axial rasio yang menunjukkan hasil yang semakin kecil seperti
pada gambar 10. Axial rasio menunjukkan tren positif yang semakin mendekati spesifikasi ≤-3 dB.
Dari optimasi radius patch dan optimasi dimensi substrat didapat bahwa patch dan dimensi berbanding
lurus.
Gambar 9. Return loss optimasi dimensi Gambar 10. Axial Ratio 8,2 GHz

3.1.2.3 Optimasi Sudut Patch


Sama dengan optimasi parameter parameter sebelumnya optimasi sudut patch ini bertujuan mendapat
kan return loss ≤-10 db pada frekuensi kerja antena dan antena yang berpolarisasi sirkular. Pada
optimasi ini posisi patch akan diputar dengan sudut seperti gambar 11 berturut-turut dari kiri 45 ° ,20°,
0°, -45°. Pada gambar 12 return loss yang didapat sudah sesuai spesikasi terutama pada sudut 45 °
terhadap sumbu x dan sudut -45° terhadap sumbu x. pada sudut -45° didapat hasil frekuensi resonansi
yang sesuai yakni sekitar 8.2 GHz. Axial ratio pun memenuhi polarisasi circular pada sudut -45° dan
45° terlihat pada gambar 13. Setelah mengetahui polarisasi circular, tentukan arah polarisasi nya ada 2
tipe polarisasi circular yaitu Right Hand Circular Polarization (RHCP) atau Left Hand Circular
Polarization (LHCP). Didapat hasil sudut -45° menghasilkan polarisasi RHCP dan sudut 45°
menghasilkan LHCP selengkapnya pada gambar 14 dan gambar 15. untuk Merubah arah polarisasi
patch cukup diputar sejauh 90°.

Gambar 11. Model Perputaran posisi patch Gambar 12. Return Loss optimasi sudut patch

Gambar 13. Axial Ratio 8,2 GHz Gambar 14. Arah Polarisasi Patch -45°
Gambar 15. Arah Polarisasi Patch 45°

3.1.2 Desain Akhir Antena


Setelah melalui proses optimasi beberapa kali didapat desain akhir antena yang memenuhi spesifikasi
yang sudah ditentukan. Desain akhir inilah yang akan difabrikasi. Gambar 16 merupakan desain akhir
antena.

Gambar 16. Desain Akhir antena

Pada gambar 17 merupakan hasil simulasi dari return loss desain akhir antena. Hasil menunjukkan ≤ -
10 dB pada frekuensi kerja antena dan frekuensi resonansi nya pun mendekati 8.2 GHz sehingga sudah
memenuhi spesifikasi minimal antena. Gain untuk antena harus sesuai spesifikasi yakni ≥ 5 dB pada
gambar 18 didapat gain. Untuk mendapat polarisasi circular axial ratio harus ≤ 3dB dari gambar 19
didapat axial rasio seluruh frekuensi kerja sudah ≤ 3dB sehingga hasil simulasi antena desain akhir ini
telah memenuhi spesifikasi dengan berpolarisasi circular. Pada gambar 20 Ditunjukan pola radiasi
dari keseluruhan frekuensi kerja antena dan didapat hasil dari simulasi bahwa antena memiliki pola
radiasi directional. Nilai VSWR Pun sudah sesuai spesifikasi bisa dilihat pada gambar 21.

6.5 Gain
6
5.5
5
dB

4.5
4
3.5
3
8 8.2 8.4

Frekuensi(GHz)
Gain Simulasi

Gambar 17. Return loss Desain Akhir antena Gambar 18. Gain antena
Gambar 19. Axial Ratio Desain Akhir Gambar 20. Pola Radiasi Desain Akhir

Gambar 21. VSWR Desain Akhir

3.2 Hasil Fabrikasi


Fabrikasi dari desain akhir antena dicetak pada bahan Rogers RO4350B (Lossy) dengan nilai konektor
sma sesuai dengan simulasi . Hasil fabrikasi dapat dilihat pada gambar 22

Gambar 22. Tampak Antena yang di Fabrikasi

Dari hasil fabrikasi telah dilakukan pengukuran, kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan
hasil simulasi. Kita diharapkan mampu mengetahui penyebab perbedaan hasil pengikuran dan
simulasi. Antena telah diukur dengan menggunakan Vector Network Analyzer (VNA). Pengukuran ini
dilakukan di LIPI – Bandung. Dari pengukuran didapatkan bahwa hasil dari setiap parameter sudah
memenuhi spesifikasi. Dari hasil pengukuran didapat bahwa hasil dari setiap parameter sudah
memenuhi spesifikasi. Pada gambar 23 merupakan grafik perbandingan hasil pengukuran dan hasil
simulasi return loss hasilnya ≤ -10 dB dari 8,0 – 8,4 GHz, hasil return loss pengukuran resonansi
frekuensinya aga bergeser tidak seperti di simulasi. Pada gambar 24 merupakan grafik perbandingan
hasil pengukuran dan hasil simulasi VSWR hasilnya ≤ 2 dari 8,0 – 8,4 GHz .Gain antena tidak sesuai
spesifikasi pada frekuensi 8 GHz grafik bisa dilihat pada gambar 25. Antena yang dicoba melalui
pengukuran mau pun melalui simulasi menunjukkan polarisasi circular grafik perbandingan pada
gambar 26. pada gambar 27 adalah hasil perbandingan dari pola radiasi antena yang diukur setiap 10 °
dan hasil dari simulasi didapat hasil bahwa pola radiasi antena directional
6
Return Loss VSWR
0. 5
-5. 4
-10. 3
-15.
dB

-20. 2
-25. 1
-30. 0
7.00E+097.84E+098.68E+099.52E+09 7.00E+097.81E+098.62E+099.43E+09
Frekuensi (GHz) Frekuensi (GHz)
Return Loss
Pengukuran VSWR
Return Loss Penguku-
Simulasi ran

Gambar 23. Grafik Perbandingan Return Loss Gambar 24. Grafik Perbandingan VSWR

Gain Axial Ratio


6.5
6 3.5
3
5.5 2.5
5 2
1.5
dB

4.5
1
4 0.5
3.5 0
8 8.2 8.4
3 Frekuensi(GHz)
8 8.2 8.4
Frekuensi (GHz) Axial Ratio
Simulasi
Gain Pengukuran
Axial Rasio
Gain Simulasi Pengukuran

Gambar 25. Perbandingan Gain Gambar 26. Perbandingan Axial Ratio

Pola Pola Radiasi


0 -30
Ra- 30 0
diasi -60
Pen- 60 -20
guku- -90
ran
-40
90
-120
120
-150
150 180

Gambar 27. Perbandingan Pola Radiasi Azimuth


4. Kesimpulan
Telah dirancang Antena mikrostrip pada frekuensi X-Band untuk sistem CP-SAR. Hasil Simulasi dan
Hasil Fabrikasi untuk setiap parameter pada frekuensi 8.0 – 8.4 GHz hampir semua telah memenuhi
spesifikasi yang diinginkan, baik untuk return loss, VSWR, axial ratio, Gain dan Polarisasi. Khusus
pada nilai gain pada frekuensi 8 GHz masih belum memenuhi spesifikasi dengan nilai ≤ 5dB. Dan
didapat kesimpulan bahwa sudut patch antena mempengaruhi Arah polarisasi. Pada sudut -45°
menghasilkan RHCP sedangkan sudut 45° menghasilkan sudut LHCP. Untuk mengubah arah
polarisasi circular cukup putar patch sejauh 90°. Dan juga dimensi substrat berbanding lurus dengan
radius patch. Semakin kecil Radius Patch maka harus semakin kecil juga dimensi substrat begitupun
sebaliknya.

Referensi
[1] I. Singh dan D. V. S. Tripathi, “Micro strip Patch Antenna and its Applications: a Survey,” vol. 2,
hlm. 5, 2011.
[2] F. Kurniawan, J. T. Sri Sumantyo, S. Gao, K. Ito, dan C. E. Santosa, “Square-shaped feeding
truncated circularly polarised slot antenna,” IET Microw. Antennas Propag., vol. 12, no. 8, hlm.
1279–1286, Jul 2018, doi: 10.1049/iet-map.2017.0805.
[3] S. Murugan dan V. Rajamani, “Study of broadband circularly polarised microstrip antennas,”
dalam 2014 International Conference on Science Engineering and Management Research
(ICSEMR), Chennai, India, 2014, hlm. 1–6, doi: 10.1109/ICSEMR.2014.7043644.
[4] F. Heryanto, H. Wijanto, A. D. Prasetyo, dan Edwar, “Slotted patch and truncated edge techniques
on microstrip antenna for CP-SAR S-band data transmitter,” dalam 2018 International
Conference on Signals and Systems (ICSigSys), Bali, 2018, hlm. 219–223, doi:
10.1109/ICSIGSYS.2018.8372670.
[5] J. T. S. Sumantyo, N. Imura, K. N. Urata, R. H. Triharjanto, dan S. Gao, “Multiband Circularly
Polarized Synthetic Aperture Radar (CP-SAR) Onboard Microsatellite Constellation,” Prog.
Electromagn. Res. Symp., hlm. 6, 2018.
[6] F. Kurniawan, J. T. Sri Sumantyo, K. Ito, H. Kuze, dan S. Gao, “PATCH ANTENNA USING
RECTANGULAR CENTRE SLOT AND CIRCULAR GROUND SLOT FOR CIRCULARLY
POLARIZED SYNTHETIC APERTURE RADAR (CP-SAR) APPLICATION,” Prog.
Electromagn. Res., vol. 160, hlm. 51–61, 2017, doi: 10.2528/PIER17082903.
[7] J. C. Curlander dan R. N. McDonough, Synthetic aperture radar: systems and signal processing.
New York: Wiley, 1991.
[8] F. T. Ulaby, R. K. Moore, dan A. K. Fung, Microwave remote sensing : active and passive, vol. 1.
Norwood: Artech House, 1981.
[9] K. N. Urata, J. T. S. Sumantyo, N. Imura, K. Ito, dan S. Gao, “Development of a circularly
polarized L-band SAR deployable mesh reflector antenna for microsatellite earth observation,”
dalam 2017 IEEE International Symposium on Antennas and Propagation & USNC/URSI
National Radio Science Meeting, San Diego, CA, USA, 2017, hlm. 995–996, doi:
10.1109/APUSNCURSINRSM.2017.8072540.
[10]J. T. S. Sumantyo, “Development of Circularly Polarized Synthetic Aperture Radar (CP-SAR)
Onboard Small Satellite,” PIERS Proc., hlm. 334–341, 2011.
[11]J. T. Sri Sumantyo dan K. Ito, “Circularly polarised equilateral triangular patch array antenna for
mobile satellite communications,” IEE Proc. - Microw. Antennas Propag., vol. 153, no. 6, hlm.
544, 2006, doi: 10.1049/ip-map:20050032.
[12]J. T. S. Sumantyo, K. Ito, dan M. Takahashi, “Dual-band circularly polarized equilateral
triangular-patch array antenna for mobile satellite communications,” IEEE Trans. Antennas
Propag., vol. 53, no. 11, hlm. 3477–3485, Nov 2005, doi: 10.1109/TAP.2005.858849.
[13]J. T. S. Sumantyo dan N. Imura, “Development of GNSS-RO and EDTP sensors onboard
microsatellite for ionosphere monitoring,” dalam 2015 IEEE International Geoscience and
Remote Sensing Symposium (IGARSS), Milan, Italy, 2015, hlm. 4886–4889, doi:
10.1109/IGARSS.2015.7326926.
[14]F. Kurniawan, J. T. S. Sumantyo, G. S. Prabowo, dan A. Munir, “Wide bandwidth left-handed
circularly polarized printed antenna with crescent slot,” dalam 2017 Progress In Electromagnetics
Research Symposium - Spring (PIERS), St Petersburg, Russia, 2017, hlm. 1047–1050, doi:
10.1109/PIERS.2017.8261900.
[15]F. Kurniawan, J. T. S. Sumantyo, Mujtahid, dan A. Munir, “Effect of truncation shape against
axial ratio of left-handed circularly polarized X-band antenna,” dalam 2017 15th International
Conference on Quality in Research (QiR) : International Symposium on Electrical and Computer
Engineering, Nusa Dua, 2017, hlm. 83–86, doi: 10.1109/QIR.2017.8168457.
[16]S. M. Hasan, M. Rana, T. Islam, dan T. Islam, “Circularly Polarized S Band Patch Antenna for
Small Satellite Application,” IEEE ICTP, hlm. 5, 2017.
[17]J. T. S. Sumantyo dan N. Imura, “Development of circularly polarized synthetic aperture radar for
aircraft and microsatellite,” dalam 2016 IEEE International Geoscience and Remote Sensing
Symposium (IGARSS), Beijing, China, 2016, hlm. 5654–5657, doi:
10.1109/IGARSS.2016.7730477.

Anda mungkin juga menyukai