Anda di halaman 1dari 9

PERBANDINGAN EFISIENSI ANTENA HORN SEKTORAL BIDANG-E

DENGAN BERBAGAI BAHAN


UNTUK APLIKASI WIRELESS LAN 2,4 GHz

Anindita Kemala Hardiani ¹, Ir.Budi Aswoyo, MT ².


¹Mahasiswa Jurusan Teknik Telekomunikasi
²Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS, Surabaya 60111
email : anin.dita39@yahoo.co.id

Perancangan optimasi ini dilakukan dengan


Abstrak menggunakan algoritma genetika. Dari hasil
Pada Proyek Akhir ini dilakukan perancangan simulasi perancangan dibuat 4 sampel antena dan
dan pembuatan Antena Horn Sektoral Bidang-E pada diukur harga pengarahan radiasinya untuk
frekuensi 2,4 GHz dengan pelebaran pada arah bidang dibandingkan dengan hasil rancangan.
listrik sebesar 31,17 cm. Pembuatan antena dilakukan
Antena horn sektoral bidang-E adalah antena
dengan tiga bahan yang berbeda yaitu
aluminium,tembaga dan seng, dengan ukuran sama. celah (aperture antenna) berbentuk piramida
Dari ketiga antena tersebut akan membandingkan dan yang mulutnya melebar sejajar dengan arah
mengevaluasi efisiensinya dengan pengukuran bidang listrik (E) dengan berbasis saluran pandu
directivitas yang didapatkan dari gain. Dari ketiga gelombang (waveguide). Antena jenis ini
antena tersebut akan diimplementasikan pada jaringan umumnya dioperasikan pada frekuensi
wireless LAN 2,4 GHz dengan menggunakan aplikasi gelombang mikro (microwave) di atas 1.000
video conference. MHZ.
Dari hasil pengukuran pola radiasi pada antena Pengarahan radiasi (directivity) dari antena
dengan bahan seng memiliki nilai HPBW sebesar 44°
ini selain tergantung dari dimensi saluran pandu
pada bidang-H, dan 42° pada bidang-E dengan
direktivitas sebesar 13,48 dB, sehingga mempunyai gelombangnya, juga pelebaran mulut horn ke
nilai efisiensi sebesar 46,45 %.Pada antena dengan arah medan listrik-nya (jarak dari ‘virtual apex’
bahan aluminium pada bidang-H mempunyai nilai ke bidang aperture-nya = R dan panjang
HPBW sebesar 42° dan pada bidang-E sebesar 39° pelebaran bidang aperture ke arah medan listrik
dengan direktivitas sebesar 14,01 dB, sehingga = B), hingga mencapai akumulasi ‘pase error’
mempunyai nilai efisiensi sebesar 65,15 %. Dan pada yang domain untuk menghasilkan harga
antena dengan bahan tembaga pada bidang-H pengarahan radiasi yang optimum.
mempunyai nilai HPBW sebesar 40° dan pada bidang- Pada proyek akhir ini akan dibuat antena
E sebesar 35° dengan direktivitas sebesar 14,69 dB,
horn sektoral bidang-E dengan menggunakan
sehingga mempunyai nilai efisiensi sebesar 69,97 %.
Pada aplikasi video conference menghasilkan tiga bahan yang berbeda yaitu
rancangan nilai delay, jitter, dan troughput yang aluminium,tembaga dan seng, dengan ukuran
terjadi sesuai dengan standar ITU yang telah sama. Dari ketiga antena tersebut akan
ditetapkan, sehingga ketiga antena tersebut masih membandingkan dan mengevaluasi efisiensinya
layak digunakan untuk melakukan video conference dengan pengukuran directivitas yang didapatkan
dari gain. Pencatu (driver) antena ini
Kata kunci – Antena Horn Sektoral Bidang-E, menggunakan Wireless USB Adapter.
Circular Waveguide, Wireless LAN 2,4 GHz.
2. LANDASAN TEORI
1. PENDAHULUAN
2.1 Antena Horn Sektoral Bidang-E
Pada penelitian sebelumnya Ir. Budi
Antena horn sektoral bidang-E adalah
Aswoyo, MT dosen politeknik Elektronika
antenna horn berbentuk persegi yang mana
Negeri Surabaya telah melakukan penelitian
Mulut dari antena ini melebar ke arah medan
dengan judul perancangan optimasi dan
listriknya (E). Dimensi pelebaran ini dinyatakan
implementasi antena horn sektoral bidang-E pada
dengan . Antena ini dicatu oleh saluran pandu
frekuensi band-X [1]. Dalam penelitian tersebut
disajikan tentang antena horn sektoral bidang-E, gelombang persegi (rectangular waveguide)
dengan dimensi penampang a x b (a = panjang
perancangan optimasi dan implementasinya pada
penampang; b = lebar penampang). Dimensi dari
frekuensi gelombang mikro (mikrowave) band-
X, tepatnya 9.000 MHz. Sehingga menghasilkan bidang medan magnet sama dengan panjang
penampang saluran pandu gelombang
pengarahan radiasi (directivity) yang optimum.

1
pencatunya, yaitu a. Jarak R diukur dari virtual
apex dari horn ke bidang aperture-nya. Bentuk ......................................... (3)
dan konstruksi dari antena horn sektoral bidang
E dapat dilihat pada Gambar 1 [2].
dimana :
: pelebaran dimensi pandu gelombang
kearah medan listrik (cm
λ : panjang gelombang (cm).
: dimensi panjang waveguide (cm)

2.2 Waveguide Persegi


Waveguide persegi adalah pandu
gelombang dengan penampang persegi dan
model ini sering digunakan dalam praktik. Hal
ini disebabkan karena perencanaan, analisa serta
pembuatan relatif mudah. Dalam analisanya,
waveguide persegi memberikan hasil yang
Gambar 1. Geometri Antena Horn Sektoral
Bidang-E sederhana dengan menggunakan koordinat siku-
siku (kartesian).
Pada waveguide persegi menggunakan
Direktivitas dari antena horn sektoral mode . Frekuensi cut-off pada waveguide
bidang-E berdasarkan dimensinya dapat
persegi adalah [3] :
ditunjukkan pada Gambar 2 [2].

 .................................. (4) 

dimana :
: dimensi panjang waveguide.
: permeabilitas.
: permitivitas

Panjang gelombang dalam waveguide dapat


dituliskan [3] :

................................... (5)
²

dimana :
λ : panjang gelombang diruang hampa
(cm).
Gambar 2. Normalisasi directivity pada Antena Horn : Panjang Gelombang cut off ( = 2 ).
Sektoral Bidang – E.
2.3 Efisiensi Antena
Ketika sudut pelebaran semakin
Ketika antena dicatu oleh suatu daya
meningkat, direktivitas Antena Horn Sektoral
Bidang-E juga semakin meningkat hingga masukan Pin di terminal input, maka daya
mencapai nilai maximum. Dan ketika melewati tersebut tidak akan seluruhnya untuk
nilai maximum maka nilai direktivitas akan dipancarkan oleh antena ke udara. Faktor rugi-
menurun. rugi antenna yang disebabkan oleh material,
Directivity dari horn sectoral bidang-E sangat berpengaruh terhadap efisiensi antenna.
dapat diperoleh dengan persamaan [2]: Hal ini dapat diterangkan pada Gambar.3
sebagai berikut.
............................... (1)

.................................. (2)

2
pada frekuensi operasi f tertentu dinyatakan
dengan [3] ,

... (9)
²
dengan,
: permeabilitas dielektrik pengisi
waveguide.
: permitivitas dielektrik pengisi
waveguide.
: konduktivitas dielektrik pengisi
Gambar 3. Teori efisiensi antena
waveguide.
: frekuensi cut off mode TE10.
Dengan teori saluran transmisi, daya TE : impedansi waveguide mode TE10.
masukan Pin yang masuk termnial antena akan
terbagi menjadi dua bagian, yaitu Prad dan Pohmic Jika waveguide berisi udara ( = σudara 0),
[6] , maka rugi-rugi dielektrik 0). Sehingga
............................ (6) rugi-rugi waveguide terjadi hanya karena bahan
dinding.
dimana Rugi-rugi dinding waveguide, berkaitan
: daya radiasi yang dipancarkan dengan jenis material diding waveguide dan
oleh antena; frekuensi kerja operasi f, dinyatakan dengan [6],
: daya akibat rugi-rugi oleh
material.
............... (10)
Sedangkan dapat dinyatakan sebagai
dimana :
= permeabilitas material dinding
..................... (7) waveguide, dan
= konduktivitas material dinding
Definisi efisiensi antena dapat dinyatakan waveguide.
dengan persamaan [4]
Sedangkan berdasarkan persamaan (10),
......................... (8) maka Pohmic dinyatakan dengan

Besar efisiensi antena antara 0 sampai dengan ............ (11)


100 %.
Sehingga rumusan efisiensi antena dinyatakan
Untuk mencari pendekatan efiseinsi antena dengan :
yang berbasis pada waveguide, maka harus
dicari dari asumsi rugi-rugi (losses) yang terjadi ........... (12)
pada waveguide [5]. Jika kondutivitas bahan /

dielektrik pengisi waveguide sangat kecil


Bagaimanapun juga, efisiensi ini sulit untuk
(mendekati nol) dan/atau konduktivitas dihitung secara tepat, karena daya radiasi total
konduktor dinding waveguide tidak tak Prad dan arus pada antena I sulit dihitung secara
berhingga (noninfinite), maka gelombang akan tepat . Sehingga penentuan efisiensi antena, pada
teredam secara exponensial selama perambatan umumnya dilakukan dengan cara pengukuran
dalam waveguide. eksperimental [6].
Untuk mode TE10, pendekatan rugi-rugi Persamaan (12), dapat dijadikan
pendekatan untuk menentukan efisiensi antena
dielektrik (dielectric loss) dan rugi-rugi dinding
berbasis waveguide yang dididingnya dari
waveguide dinyatakan sebagai berikut. Rugi- material tertentu. Berdasarkan persamaan
rugi dielektrik yang diisikan pada waveguide tersebut, dapat dilihat bahwa semakin tinggi
nilai konduktivitas material dinding suatu

3
antena, maka semakin tinggi nilai efisien suatu Sedangkan packet loss yang masih diijinkan
antena. Sebagai ilustrasi, jika antena tersebut adalah <2,5 % [10].
terbuat dari bahan dielektrik sempurna (σw ≈ 0)
[7], maka nilai efisiensi e ≈ 0. Artinya antena
tersebut sama sekali tidak dapat meradiasikan 3. METODOLOGI
gelombang radio sesuai dengan yang
diharapkan. Sebaliknya, jika dinding antena 3.1 Perencanaan Suatu Antena Horn
terbuat dari bahan super konduktor (σw ≈ ∞ ), Dari rumus-rumus diatas, dapat
maka nilai efisiensi e ≈ 100 %. Artinya antena direncanakan suatu antena horn sektoral bidang‐
tersebut akan meradiasikan gelombang radio E yang dapat bekerja secara optimum. Ada
dengan sempurna, tanpa rugi-rugi ohmik. beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dalam perencanaan antena tersebut :
pernyataan gain antena memuat rugi-rugi ohmik
dari material antena, sedangkan untuk 1. Antena Horn ini dicatu dengan rectangular
direktivitas antena tidak memuat rugi-rugi [5]. waveguide (pandu gelombang yang
berbentuk persegi) tipe WR340 dengan
2.4 Quality of Service (QoS) ukuran a=8,636 cm dan b=7 cm.
Quality Of Service (QoS) 2. Antena Horn ini akan direncanakan dalam
adalah mekanisme jaringan yang memungkinkan keadaan optimum, artinya ukuran dari
aplikasi-aplikasi atau layanan dapat beroperasi antena ini mampu menghasilkan gain yang
sesuai dengan yang diharapkan dengan tujuan maksimum.
untuk menyediakan kualitas layanan yang 3. Antena ini direncanakan mempunyai
berbeda-beda untuk beragam kebutuhan akan direktivitas tertentu.
layanan di dalam jaringan IP (Internet Protocol)
[9]. Parameter-parameter QoS antara lain : Hal ini dimaksud agar mendapatkan hasil
a. Delay yang ekonomis pada bahan pembuatan antena.
Delay adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mentransmisikan data sampai ke 3.2 Perencanaan Implementasi Antena
penerima. Standar delay yang diijinkan Horn Sektoral Bidang-E Pada Jaringan
dalam pelaksanaan video converence adalah Wireless LAN 2,4 GHz
<150 ms dengan hasil yang baik, delay 150 Pada tugas akhir ini antena horn sektoral
ms – 400 ms masih dapat diterima dengan bidang-E akan diaplikasikan pada video
baik, dan >400 ms dengan hasil yang sangat conference pada jaringan wireless 2,4 GHz.
buruk dan tidak layak untuk diadakan video Parameter yang akan di ukur adalah delay, jitter
conference. dan throughput dengan menggunakan software
b. Jitter wireshark.
Jitter merupakan variasi delay yang
terjadi akibat adanya selisih waktu atau
interval antar kedatangan paket di 4. PENGUJIAN DAN ANALISA
penerima. Untuk standar jitter yang
diijinkan oleh ITU adalah < 75 ms [10]. 4.1 Pembuatan Antena Horn Sektoral
c. Throughput Bidang-E
Di dalam jaringan telekomunikasi Pada sub bab ini akan dicoba untuk
throughput adalah jumlah data persatuan membuat suatu Antena Horn Sektoral Bidang-E
waktu yang dikirim untuk suatu terminal sesuai dari hasil perancangan dan perhitungan
tertentu di dalam sebuah jaringan, dari dengan bantuan program komputer untuk
suatu titik jaringan atau suatu titik ke titik mendapatkan ukuran-ukuran dari pada Antena
jaringan yang lain. Untuk standar troughput Horn Sektoral Bidang-E yang diperlukan untuk
yang diijinkan oleh ITU adalah antara 14- gain optimum. Sebelum pembuatan antena ada
300 Kbps. beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
d. Probabilitas Dropping / Packet Loss bahan antena dan teknik pembuatan antena.
Packet loss terjadi ketika ada peak load
dan congestion (kemacetan 4.2 Hasil Rancangan Antena Horn Sektoral
transmisi paket akibat padatnya traffic yang Bidang-E
harus dilayani) dalam batas waktu tertentu, Antena Horn Sektoral Bidang-E yang telah
maka frame (gabungan data payload dan dibuat merupakan hasil dari perencanaan yang
header yang ditransmisikan) akan dibuang ada, dapat dilihat pada Gambar 4.
sebagaimana perlakuan terhadap frame data
lainnya pada jarinngan berbasis IP.

4
4.3.2 Pengukuran Pola Radiasi
Pengukuran pola radiasi dilakukan pada
pola radiasi bidang-H dan bidang-E. Dalam
pengukuran harus memperhatikan jarak pada
proses pengukuran. Dua antena yang merupakan
bagian dari link komunikasi di ruang bebas (free-
space), dengan jarak antar antena R, yang
dianggap jarak cukup jauh dan memenuhi syarat
daerah medan jauh (far-field).
Setelah melalui langkah-langkah
pengukuran pola radiasi Antena Horn Sektoral
Gambar 4. Antena Horn Sektoral Bidang-E dengan Bidang-E pada frekuensi 2,4 GHz pada bidang-E
bahan seng, aluminium dan tembaga
dan H, maka diketahui bentuk pola radiasi yang
diperoleh dari pengukuran level sinyal antena
Setelah dilakukan pengukuran parameter- dan data pengukuran tersebut dinormalisasi. Data
parameter antena yang meliputi directivitas dan hasil pengukuran serta normalisasi selengkapnya
gain maka akan dibandingkan efisiensi dari dapat dilihat pada bab lampiran. Gambar berikut
masing-masing antena. merupakan gambar pola radiasi yang didapat dari
hasil pengukuran.
4.3 Pengukuran Parameter Antena
Parameter pengukuran yang direncanakan
adalah :

¾ Gain antena
¾ Pola radiasi antena
¾ Directivity antena
¾ Efisiensi antena

Dalam proses pengukuran harus terhindar


dari gangguan pantulan, serta memperhatikan
jarak antar penerima dan pemancar.

4.3.1 Pengukuran Gain


Pada pengukuran gain diperlukan antena
standar untuk membandingkannya. sektoral
bidang-E sama seperti pengukuran pola radiasi,
hasil pengukuran tertinggi akan dibandingkan
dengan antena standar. Untuk menghitung gain (a)
pada pengukuran dapat menggunakan rumus
berikut [7]:

..... 13

Hasil ukuran dari gain berdasarkan pada


sinyal level pada USB adapter. Dari hasil
pengukuran faktor penguatan (gain) dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 1. Hasil pengukuran gain

Level Penerimaan
Antena
Horn USB
Bahan Sektoral adapter Gain
No.
Antena Bidang wifi (dB)
E (Ps)(-
(Pt)(- dBm) (b)
dBm)
1. Seng -36 -44 10,15 Gambar 5 .Pola radiasi Antena Horn Sektoral
2. Aluminium -34 -44 12,15 Bidang-E pada bahan seng
3. Tembaga -33 -44 13,15 (a). Bidang-E (vertikal)
(b). Bidang-H (horisontal)

5
(b)
(a)
Gambar 7. Pola radiasi Antena Horn Sektoral
Bidang-E pada bahan tembaga.
(a). Bidang-E (vertikal)
(b). Bidang-H (horisontal)

4.3.3 Pengukuran Directivity


Directivity suatu antena dapat diperkirakan
dengan menggunakan pola radiasi yang
dihasilkan pada pengukuran pola radiasi bidang-
E dan bidang-H. Sudut tersebut dapat dicari
dengan menggunakan gambar pola radiasi.
Dengan menandai titik -3dB pada pola radiasi
kemudian menarik sudut pada titik tersebut.
Persamaan untuk menghitung directivity dapat
menggunakan rumus [8]:

.................................(14)
(b)
dimana :
Gambar 6. Pola radiasi Antena Horn Sektoral
Bidang-E pada bahan aluminium. : sudut pada titik setengah daya bidang-
(a). Bidang-E (vertikal) H (radian)
(b). Bidang-H (horisontal) : sudut pada titik setengah daya bidang-
E (radian)

Seperti yang telah dijelaskan pada tabel 2,


bahwa nilai dari parameter pada perancangan
sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan dan
kondisi pada saat pengukuran. Nilai directivity
pada antena tergantung pada daya pancar antena
tersebut.

Tabel 2. Pengukuran directivity menggunakan pola


radiasi
No Bahan Antena Nilai
directivity
(dB)
1. Seng 13,48
2. Aluminium 14,01
3. Tembaga 14,69
(a)

6
5. ANALISA
4.3.4 Perhitungan Efisiensi Antena
Perhitungan efisiensi antena dapat Dari hasil pengukuran faktor penguatan
dihasilkan dengan membandingkan gain pada (gain) antena hasil rancangan dapat dilihat pada
antena dan directivity. Persamaan untuk Tabel 2, nilai factor pada antena dengan bahan
menghitung efisiensi dapat menggunakan rumus seng mencapai 10,15 dB , pada antena dengan
[7] : bahan aluminium mencapai 12,15 dB dan pada
antena dengan bahan tembaga mencapai 13,15
dB. Bahan sangat berpengaruh dalam
100% .............................(15) menghantarkan gelombang. Pada saat
konduktivitas suatu bahan besar maka semakin
Tabel 3. Hasil pengukuran efisiensi antena besar gain yang didapatkan.Karena pada bahan
No. Bahan Antena Efisiensi ynag mempunyai konduktifitas besar akan dapat
1. Seng 46,45 % menghantarkan gelombang elektromagnetik
2. Aluminium 65,15 % dengan baik. Nilai factor penguatan pada hasil
pengukuran gain bervariasi tergantung pada
3. Tembaga 69,97 %
faktor attenuasi pada attenuator. Sehingga untuk
mendapatkan nilai yang tepat sulit. Faktor
4.4 Implementasi Antena Horn Sektoral attenuasi tersebut tergantung temperatur kondisi
Bidang-E Pada Jaringan Wireless LAN ruangan dan pengaruh benda-benda disekitarnya
2,5 GHz sangat berpengaruh.
Pengukuran untuk mendapatkan faktor
Tabel 4. Hasil rata-rata pengujian video conference penguatan antena horn tersebut diatas cukup sulit
Bahan Waktu Delay Jitter Troughput
dilakukan untuk mendapatkan harga yang tepat
Antena (ms) (ms) (Kbps)
sesuai dengan perencanaan, hal ini disebabkan :
Seng Pagi 301,72 44,54 34
Bidang-E Siang 304,13 42,57 34,61 ¾ Radiasi sinyal yang dipancarkan sangat
peka terhadap lingkungan sekitarnya,
Sore 262,84 41,13 38,42
karena sinyal akan mengalami attenuasi
Aluminium Pagi 257,84 43,13 34
Bidang-E Siang 271,16 38,11 32,35
di ruang bebas dan dipantulkan atau
Sore 239,85 37,36 33,90 diserap oleh benda-benda diruangan, juga
Tembaga Pagi 245,03 42,25 35,78 bahan yang digunakan mempengaruhi
Bidang-E Siang 280,60 43,11 36,5 daya pancarnya.
Sore 217,80 38,14 34,87 ¾ Gelombang pantul yang cukup besar,
Seng Pagi 311,76 45,58 37,35 karena adanya benda-benda disekitar
Bidang-H Siang 315,88 42,64 35,80 pengukuran.
Sore 263,61 46,09 37,07 ¾ Setting alat pada saat pengukuran sulit
Aluminium Pagi 255,48 49,05 37,35 dipertahankan ketepatannya. Misalnya:
Bidang-H Siang 273 45 33 letak access point tidak dapat benar-benar
Sore 252,43 39,70 34,92 sejajar dengan antena.
Tembaga Pagi 245,03 45,35 36,33
Bidang-H Siang 281,58 42,07 36,5 Dari pengukuran pola dapat diketahui pada
Sore 219,29 40,18 35,28 antena horn sektoral bidang-E untuk bahan
aluminium seng dan tembaga menerima level
Setelah melakukan pengukuran beberapa tertinggi berada pada posisi 0º dB bahan seng, -
parameter, antena horn sektoral bidang-E telah 36 dB pada bahan aluminium dan -34 dB pada
siap digunakan untuk aplikasi video conference tembaga -33 dB. Hal ini menyatakan bahwa
pada jaringan wireless 2,4 GHz. antena horn sektoral bidang-E mengarah ke satu
Pada pengukuran ini dilakukan arah tertentu. Sehingga pada posisi tersebut
pengambilan data sebanyak 42 kali dengan antena menerima sinyal secara maksimal. Level
waktu yang berbeda (pagi, siang, dan sore) yang sinyal yang ditangkap akan terus berkurang pada
bertujuan untuk mendapatkan beberapa saat setiap putaran 10°. Karena pada kondisi saat
perbandingan data hasil pengukuran. Parameter ini antena tidak mengarah pada pemancar (acces
pengukuran pada aplikasi video conferernce ini Point). Pada posisi antena 180º antena masih
meliputi delay, jitter, dan troughput. Pada Tabel menangkap sinyal yang dipancarkan Access
4 merupakan hasil rata-rata parameter pengujian Point, namun level sinyal yang terekam
tiap waktu. sangatlah kecil. Pada saat ini antena tidak
mengarah pada pemancar (access point). Dapat
dilihat bahwa antena horn sektoral bidang-E
dapat menerima polarisasi lebih baik pada
vertikal dibandingkan horisontal.

7
Pada antena ini mempunyai polarisasi yang Dari hasil Pengujian video conference
terarah dengan menerima sinyal dengan baik diatas. Dapat dilihat bahwa, waktu pada
pada posisi 0º dan menerima sinyal dengan pengujian juga berpengaruh, delay pada siang
lemah pada posisi 180º. Namun pada pengukuran lebih besar dibandingkan pada pagi dan malam.
sinyal terendah tidak tepat pada posisi 180°. Kondisi ruangan dan benda-benda disekitarnya
Dikarenakan adanya factor lain yang sangat berpengaruh. Dengan adanya pantulan
mempengaruhi misalnya adanya benda lain yang pada benda-benda sekitar. Sehingga hambatan
ada pada ruangan chamber. yang berakibat delay semakin besar , data yang
Dapat dilihat HPBW pada posisi bidang-E diterima terlambat dan kualitas gambar dan suara
(vertikal) lebih lancip daripada HPBW pada terputus-putus.
posisi bidang-H (horisontal). karena kebanyakan Throughput juga dipengaruhi oleh jumlah
antena omni directional yang menyebarkan paket data yang dikirim, semakin besar jumlah
sinyal wireless pada hotspot dipasang secara data yang dikirimkan maka troughput akan
vertikal.Sehingga dari gambar pola radiasi yang bertambah. Nilai jitter yang cukup besar bisa
didapat dari hasil pengukuran dapat dikatakan disebabkan karena nilai delay tidak konstan.
bahwa antena yang telah dibuat telah sesuai Dari Hasil pengujian diatas dapat dilihat
dengan harapan karena memiliki pancaran daya bahwa Antena Horn Sektoral Bidang-E yang
yang terarah. telah dibuat telah layak digunakan pada aplikasi
Pada antena dengan bahan seng , video conference sesuai dengan standar ITU,
aluminium maupun tembaga memiliki nilai yaitu pada delay menghasilkan 150-400 ms,
directivity tidak jauh berbeda. Dimana antena sedangkan jitter menghasilkan < 75 ms dan
dengan bahan seng bernilai 13,48 dB , antena throughput menghasilkan antara 14-300 Kbps.
dengan bahan aluminium bernilai 14,01 dB dan
antena dengan bahan tembaga bernilai 14,69 dB.
Ketiga antena tersebut mempunyai nilai 6. KESIMPULAN
directivity yang hampir sama. Sehingga dari
ketiga antena mempunyai daya pancar sama. 1. Proyek Akhir ini menghasilkan pola radiasi
Nilai pengukuran yang tidak sama dimungkinkan yang directional dengan kedua antena ini
karena factor lain yang dapat mempengaruhi menghasilkan penguatan (gain) untuk antena
misalnya adanya benda-benda lain pada saat dengan bahan seng sebesar 10,15 dB,
pengukuran. sedangkan untuk antena dengan bahan
Dapat dilihat hasil dari efisiensi seperti aluminium menghasilkan penguatan (gain)
pada Table 3, bahwa hasil pengukuran efisiensi sebesar 12,15 dB dan untuk antena dengan
antena didapatkan dengan membandingkan nilai bahan tembaga menghasilakn penguatan
gain yang dihasilkan dalam pengukuran dengan (gain) sebesar 13,15 dB.
nilai directivity yang telah diukur. Semakin besar 2. Hasil pengukuran pola radiasi pada antena
directivity pada antena maka semakin besar pula dengan bahan seng memiliki nilai HPBW
nilai efisiensinya. Sehingga didapatkan besarnya sebesar 44° pada bidang-H, dan 42° pada
nilai efisiensi pada antena dengan bahan tembaga bidang-E dengan direktivitas sebesar 13,48
lebih besar mencapai 69,97 % dibandingkan dB, Pada antena dengan bahan aluminium
dengan efisiensi antena dengan bahan seng yang pada bidang-H mempunyai nilai HPBW
mencapai 46,45 % dan aluminium mencapai sebesar 42° dan pada bidang-E sebesar 39°
65,15 % . Hal tersebut terjadi karena harga gain dengan direktivitas sebesar 14,01 dB, Dan
pada antena dengan bahan tembaga lebih besar pada antena dengan bahan tembaga pada
daripada gain pada antena dengan bahan bidang-H mempunyai nilai HPBW sebesar
aluminium maupun seng. Nilai konduktivitas 40° dan pada bidang-E sebesar 35° dengan
suatu bahan juga dapat mempengaruhi efisiensi direktivitas sebesar 14,69 dB,
pada antena. Pada bahan seng mempunyai nilai 3. Pada pengukuran didapatkan nilai efisiensi
konduktivitas sebesar 1,7 10 mho/meter, pada antena dengan bahan seng sebesar
bahan aluminium mempunyai nilai konduktivitas 46,45 %. Pada antena dengan bahan
sebesar 3,5 10 mho/meter dan pada bahan aluminium sebesar 65,15 % dan pada antena
tembaga mempunyai nilai konduktivitas 5,7 dengan bahan tembaga sebesar 69,97 %.
10 mho/meter . Dimana semakin besar 4. Pada aplikasi video conference
konduktivitas suatu bahan maka efisiensi pada menggunakan antena Horn Sektoral Bidang-
bahan tersebut akan semakin besar, demikian E dapat dikatakan bahwa nilai Qos tersebut
sebaliknya. kondisi ruangan dan benda-benda telah sesuai dengan standar ITU yang telah
disekitarnya sangat berpengaruh.Dari hasil ditetapkan, sehingga ketiga antena tersebut
tersebut dapat diketahui bahwa bahan seng dan masih layak digunakan untuk melakukan
aluminium memiliki faktor attenuasi yang lebih video conference.
tinggi daripada tembaga.

8
7. DAFTAR PUSTAKA

[1] Budi Aswoyo , Perancangan Optimasi desain


Implementasi Antenna HornSektoral Bidang-E pada
Frekuansi Band-x, PENS-ITS, Surabaya
[2] Balanis, C. A., Antenna Theory: Analysis and Design,
Third Edition, John Willey and sons, New York, 2005.
[3] Muhammad Milchan, Mr. Miura, Transmisi Gelombang
Mikro, PENS-ITS, Surabaya, 1999.
[4] Harry Ramza, Buku Antena dan Propagasi, Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA,Jakarta
[5] Fawwaz T.Ulaby, Fundamental Of Applied
Electromagnetics, Internationa Editional, 2001.
[6] Joseph A. Edminister Schaum’s Outline Of, theory and
problems of electromagnetic, second edition.
[7] John D. Krous, Antenas,McGraw-Hill Book
Company,1988.
[8] Budi Aswoyo, Antena Propagasi, Surabaya,2006
[9] Made Suhendra. Analisa Performansi Live Streaming
dengan menggunakan Jaringan HSDPA, Institut
Teknologi Sepuluh November.
[10] ITU-T Rec.G.1010
[11] Hidayanto Djamal, Sistem Komunikasi I Modul 14, Pusat
Pengembangan Bahan Ajar-UMB Universitas
Mercubuana.
[12] Warren L. Stutzman, “Antenna Theory and Design”,
John Wiley & Sons, 1981.

Anda mungkin juga menyukai