Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

ANTENA DAN PROPAGASI


ANTENA YAGI 7 GAMMA MATCH ELEMENT

Disusun oleh:

HASRIADI (32214030)
ARDI (32214045)
ABDUL WAHID RIZAL WALDI (32214032)

2B TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PROGRAM STUDI TEKNIK


TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK
ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN 2015-2016
ANTENA YAGI 7 GAMMA MATCH ELEMENT

1. TUJUAN:
- Mampu mengukur antena
- Mampu menghitung Frekuensi antena, lebar Bandwidth, koefisien
pantul, Return Loss dan Impedansi
- Mampu mendesain antena
- Mampu membuat antena
- Mampu menggunakan modul Sweep Oscillator

2. DASAR TEORI

Sejarah Antena

Yagi

Tidak banyak orang yang mengetahui siapa sebenarnya penemu antenna


Yagi, yang banyak dipakai oleh Rekan-Rekan Amatir sedunia ( terutama yang
bekerja pada Band VHF maupun Band HF ) maupun oleh hampir semua penerima
siaran TV dirumahrumah saat ini. Antena Yagi ditemukan oleh Profesor
Hidetsugu ( 1886 – 1976 ) dan Assistantnya yang bernama Shintaro Uda ( 1896 –
1976 ) pada tahun 1925.

Hidetsugu Yagi dilahirkan di Osaka, Japan pada tanggal 28 Januari 1886. Dia
memperoleh Engineering Degree dari Tokyo Imperial University ( sekarang
Tokyo University ) pada usia 24 tahun. Karirnya dimulai sebagai guru di Sendai
Engineering High School. Setelah mengajar selama 4 tahun, Menteri Pendidikan
Jepang saat itu, mengirimnya ke Eropa untuk belajar. Hidetsugu Yagi pergi ke
German untuk belajat Resonant Transformer yang digunakan pada Transmitter.
Dia bekerja bersama Heinrich Barkhausen yang sedang mempelajari Vacum Tube
CW Oscillation. Karena pecah Perang Dunia I pada tahun 1914, Hidetsugu Yagi
kemudian meninggalkan German dan pergi ke Inggris dan bekerja pada J.A
Flemming di London. Flemming telah menemukan Vacuum Diode dan sudah
digunakan sebagai Detector pada Radio. 2 tahun kemudian, Hidetsugu Yagi pergi
ke Amerika untuk bekerja pada George W Pierce di Harvard University. Pierce
adalah penemu Pierce Oscillator. Selama di Amerika, Hidetsugu Yagi bergabung
dengan Institute of Radio Engineers ( IRE ), sekarang IEEE, sehingga dia bisa
mengakses berbagai macam informasi. Sekembalinya ke Japan, Hidetsugu Yagi
meneruskan karirnya sebagai Pengajar dan Peneliti. Dia memperoleh gelar Doctor
pada tahun 1921.

Dalam penelitiannya, Hidetsugu Yagi dibantu oleh Team yang sangat excellent,
diantaranya Shintaro Uda dan Kinjiro Okabe. Hidetsugu Yagi dan Shintaro Uda
menemukan suatu antenna yang bisa memperbaiki arah pancaran antenna
( directivity ), yaitu dengan penambahan parasitic element pada antenna Dipole,
berupa Reflector dan Director. Dengan penambahan parasitic element, maka
forward gain akan meningkat tajam dan Front to Back Ratio juga meningkat. Dia
kemudian mengajukan hak paten atas penemuannya di Japan pada 28 Desember
1925 dan di Amerika pada September 1926.

Hak paten dari Japan diperoleh pada tahun 1926 dan dari Amerika diperoleh pada
24 Mei 1932. Sejak itu, antena Yagi-Uda digunakan secara komersial mulai tahun
1933. Profesor Hidetsugu Yagi juga mempunyai call sign yaitu J7AA dan
merupakan anggota JARL ( Japan Amateur Radio Leaque ).

Pengrtian Antena

Demikian merupakan sepenggal sejarah dari antena yagi,dan kalian tahu apkah
Antena itu? Secara sederhana, antena adalah alat untuk mengirim dan menerima
gelombang elektromagnetik, bergantung kepada pemakaian dan penggunaan
frekuensinya, antena bisa berwujud berbagai bentuk, mulai dari seutas kabel,
dipole, ataupun yagi, dsb. Antena adalah alat pasif tanpa catu daya(power), yang
tidak bisa meningkatkan kekuatan sinyal radio, dia seperti reflektor pada lampu
senter, membantu mengkonsentrasi dan memfokuskan sinyal.

Kekuatan dalam mengkonsentrasi dan memfokuskan sinyal radio, satuan


ukurnya adalah dB. Jadi ketika dB bertambah, maka jangkauan jarak yang bisa
ditempuhpun bertambah. Jenis antena yang akan dipasang harus sesuai dengan
sistem yang akan kita bangun, juga disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran
sinyalnya. Secara umum ada dua jenis antena yaitu :

1. Directional
Antena jenis ini merupakan jenis antena dengan narrow beamwidth, yaitu
punya sudut pemancaran yang kecil dengan daya lebih terarah, jaraknya
jauh dan tidak bisa menjangkau area yang luas, antena directional mengirim
dan menerima sinyal radio hanya pada satu arah, umumnya pada fokus yang
sangat sempit, dan biasanya digunakan untuk koneksi point to point, atau
multiple point, macam antena direktional seperti antena grid, dish
“parabolic”, yagi, dan antena sectoral.

2. Omni Directional
Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide beamwidth)
yaitu 3600; dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih pendek tetapi dapat
melayani area yang luas Omni antena tidak dianjurkan pemakaian-nya,
karena sifatnya yang terlalu luas se-hingga ada kemungkinan
mengumpulkan sinyal lain yang akan menyebabkan inter-ferensi. antena
omnidirectional mengirim atau menerima sinyal radio dari semua arah
secara sama, biasanya digunakan untuk koneksi multiple point atau hotspot.

Fungsi Antena

Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal


elektromagnetik, lalu meradiasikannya (Pelepasan energy elektromagnetik ke
udara / ruang bebas). Dan sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk
menerima sinyal elektromagnetik (Penerima energy elektromagnetik dari ruang
bebas ) dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Pada radar atau sistem
komunikasi satelit, sering dijumpai sebuah antena yang melakukan kedua fungsi
(peradiasi dan penerima) sekaligus. Namun, pada sebuah teleskop radio, antena
hanya menjalankan fungsi penerima saja.

Karakter antena

Ada beberapa karakter penting antena yang perlu dipertimbangkan dalam


memilih jenis antena untuk suatu aplikasi (termasuk untuk digunakan pada sebuah
teleskop radio), yaitu pola radiasi, directivity, gain, dan polarisasi. Karakter-
karakter ini umumnya sama pada sebuah antena, baik ketika antena tersebut
menjadi peradiasi atau menjadi penerima, untuk suatu frekuensi, polarisasi, dan
bidang irisan tertentu. Misalnya, David Welkinson (0806322514) ingin membeli
antena maka untuk mendapatkan antena yang sesuai dengan fungsi yang
dinginkan, ia harus memimilih antena dengan karakter yang sesuai dengan fungsi
yang dia inginkan.

Pola radiasi Antena

Pola radiasi antena adalah plot 3-dimensi distribusi sinyal yang dipancarkan
oleh sebuah antena, atau plot 3-dimensi tingkat penerimaan sinyal yang diterima
oleh sebuah antena. Pola radiasiantena dibentuk oleh dua buah pola radiasi
berdasar bidang irisan, yaitu pola radiasi pada bidang irisan arah elevasi (pola
elevasi) dan pola radiasi pada bidang irisan arah azimuth (pola azimuth).

Kedua pola di atas akan membentuk pola 3-dimensi. Pola radiasi 3-dimensi
inilah yang umum disebut sebagai pola radiasi antena dipol. Sebuah antena yang
meradiasikan sinyalnya sama besar ke segala arah disebut sebagai antena
isotropis. Antena seperti ini akan memiliki pola radiasi berbentuk bola Namun,
jika sebuah antena memiliki arah tertentu, di mana pada arah tersebut distribusi
sinyalnya lebih besar dibandingkan pada arah lain, maka antena ini akan memiliki
directivity Semakin spesifik arah distribusi sinyal oleh sebuah antena, maka
directivity antena tersebut.

Antena dipol termasuk non-directive antenna. Dengan karakter seperti ini, antena
dipol banyak dimanfaatkan untuk sistem komunikasi dengan wilayah cakupan
yang luas. Pada astronomi radio, antena dipol digunakan pada teleskop radio
untuk melakukan pengamatan pada rentang High Frekuensi (HF). Bentuk data
yang dapat diperoleh adalah variabilitas intensitas sinyal yang dipancarkan oleh
sebuah objek astronomi. Namun, karena antena dipol tidak memiliki directivity
pada arah tertentu, teleskop radio elemen tunggal yang menggunakan antena jenis
ini tidak dapat digunakan untuk melakukan pencitraan.

Gain Antena

Gain (directive gain) adalah karakter antena yang terkait dengan kemampuan
antena mengarahkan radiasi sinyalnya, atau penerimaan sinyal dari arah tertentu.
Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya
seperti watt, ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh
karena itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah desibel.

3. ALAT dan BAHAN

- Pipa Aluminium (8mm)


- Connector
- Aplikasi M-MANAGAl
- Gurinda
- Kikir
- Modul Sweep Oscillator

4. LANGKAH PERCOBAAN

- Menentukan frekuensi kerja Antenna agar kita dapat menentukan


ukuran antenna yang akan di buat.
- Membuat simulasi Antenna pada aplikasi M-MANAGAL.
- Membuat real antenna dengan cara memotong pipa aluminium sesuai
dengan ukuran setiap element antenna yang sudah kita tentukan pada
simulasi antenna dengan menggunakan aplikasi M-MANAGAL.
- Membuat penyangga untuk setiap element antenna dengan membentuk
akrilik sesuai dengan desain antenna yang kita inginkan.
- Membuat lubang untuk setiap elemen pada penyangga yang telah kita
buat tadi dengan mengguakan bor.
- Haluskan setiap bekas potongan agar antenna yang kita buat terlihat rapi
dengan menggunakan kikir.
- Pasangkan Connector pada elemen antenna yang kita tentukan sebagai
Driven dengan model gamma match.
- Lakukan pengukuran antena menggunakan Sweep Oscillator untuk
mengukur Frekuensi antena, lebar Bandwidth, koefisien pantul, Return
Loss dan Impedansi.
5. HASIL dan ANALISA

Frekuensi kerja pada antenna yagi gamma match ini adalah 700 MHz sehingga
kita mengetahui λ dari antenna ini adalah :
c
λ= f

300 x 106
λ= 700 x 10
6
= 0,42

ℓ = λ/2
= 0,38/2 = 0,21
HASIL SIMULASI

1. Bentuk Fisik

2. SWR

3. Pola Radiasi
3D FF OV O• Total O V*H PnnT

Prim
HASIL PENGUKURAN

Percobaan ini menggunakan band frekuensi dari 500 MHz sampai 800 MHz
dengan frekuensi resonansi 666 MHz

VSWR
Gambar di atas menunjukkan VSWR yang di dapatkan sebesar 1,014

Maka kita dapat menghitung nilai koefisien pantulnya menggunakan persamaan


berikut:
VSWR−1
ᴦ = VSWR+1

1,014−1
0,014
ᴦ = 1,014+1 = 2,014 = 0,69 %

untuk menghitung Return Loss kita dapat menggunakan persamaan berikut:

Return Loss = 20 log10 |ᴦ|

= 20 log10 |0,96|

= 19,2

Smitchar

Gambar di atas menunjukkan nilai impedansi yang di dapatkan dari hasil


pengukuran yaitu :

Impedansi = 46.5 – j0.5 Ω


Sedangkan pada perhitungan di dapatkan hasil sebagi berikut :

Untuk antenna λ/2

R11 = 30 Cin (2π) = 73 Ω

X11 = 30 Sin (2π) = 42,5 Ω

Z11 = (73 + j42,5) Ω


Kesimpulan :

- Frekuensi yang di inginkan berbeda dengan hasil dari pengukuran,


Yakni dengan Hasil perhitungan 700 MHZ, Tapi kenyataanya 666 MHZ
- VSWR yang di dapatkan dari pengukuran sebesar 1,014 sedangkan dalam
Perhitungan sebesar 1,6.
- VSWR dalam pengukuran dan perhitungan masih dalam toleransi yaitu di
bawah angka 2 yang merupakan batas toleransi VSWR.
- Dalam perhitungan kita mendapatkan return loss yang merupakan daya
yang hilang pada beban dan tidak kembali sebagai pantulan sebesar 26%.
- Dalam melakukan percobaan ini dibutuhkan suasana yang tenang karena
dapat mengganggu hasil pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai