I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, dunia perbankan telah mengalami perkembangan pesat yang
diikuti dengan semakin kompleksnya resiko kegiatan usaha perbankan. Dalam
menghindari hal tersebut, diperlukan tata kelola yang baik (good corporate
governance) dan manajemen resiko. Menurut pedoman standar penerapan manajemen
resiko bagi bank umum yang dibuat oleh bank Indonesia (2003), esensi dari
penerapan manajemen resiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan
resiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas
atau limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Salah satu resiko yang
dihadapi bank ialah resiko kredit. Agar terhindar dari kredit yang bermasalah atau
kredit macet, selain manajemen resiko, bank memerlukan sistem pengendalian
internal. Menurut Sukrisno Agoes (2008:79), pengendalian internal adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan, seperti keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi,
dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Untuk meminimalisir terjadinya kredit yang bermasalah, bank juga
memerlukan peran penting auditor internal dalam pemeriksaan internal untuk menilai
sejauh mana kebijakan yang ditetapkan perusahaan dan melakukan perbaikan apabila
ditemukan penyimpangan.. pentinngnya dilakukan internal audit dikarenakan
pemeriksaan ini menyediakan alternatif yang berkontribusi dalam memecahkan
masalah, membantu lembaga dalam mencapai tujuan dan rekomendasi audit akan
direncanakan untuk dilakukan perbaikan serta pengembangan lebih lanjut. Tantangan
audit internal adalah untuk memastikan bahwa bank memiliki praktek penuh dalam
model manajemen risiko, di mana termasuk tata kelola lembaga, kebijakan, prosedur,
dan dokumentasi. Hal ini karena lingkungan harus menjadi lebih berhati-hati tentang
manajemen risiko kredit. Fokus audit internal tidak hanya dibatasi dalam mencermati
dan mengendalikan pekerjaan mereka, tetapi juga dalam memberikan efikasi dan
keamanan dalam rangka mengelola risiko kredit.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor internal juga membutuhkan sikap
profesionalisme. Salah satu sikap profesionalisme yang paling utama ialah
independensi, dimana diperlukan auditor yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan dan bergantung pada orang lain, sehingga dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik.
Penelitian ini akan menguji hubungan keempat komponen diatas, yaitu
profesionalisme auditor internal, pengendalian internal, pelaksanaan audit internal
dan resiko kredit. Penelitian tentang hal ini telah banyak dilakukan sebelumnya,
beberapa diantaranya ialah Putri (2010) yang meneliti tentang pengaruh penerapan
manajemen resiko perbankan dan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit,
yang memberikan hasil signifikan, Christo (2012) dan Karmudiandri (2014) yang
menganalisis peran audit internal dalam proses manajemen resiko pada masing-
masing subjek yang diteliti, Christo (2012) dalam pene;itiannya menemukan bahwa
audit internal perusahaan belum baik dalam manajemen resiko, dan sebaliknya pada
subyek penelitian Karmudiandri (2014), audit internal perusahaan berjalan optimal
dalam manajemen resiko. Nainggolan (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh
keterlibatan auditor internal dalam manajemen resiko perusahaan dan menemukan
bahwa tingkat keterlibatan auditor berpengaruh negatif terhadap ERM dan
sebaliknya. Bayyoud & Sayyad (2015) dengan judul “The impact of internal control
and risk management on bank in Palestine” , Tujuan dari penelitiannya mencoba
untuk menganalisis dampak dari pengendalian internal dan manajemen risiko pada
bank di Palestina, Temuan menunjukkan bahwa kontrol dan manajemen risiko
internal yang sistem keseluruhan di Palestina telah mempengaruhi secara positif
bank-bank dalam hal kuantitatif serta kinerja kualitatif. Dabari & Saidin (2015)
meneliti tentang faktor penentu yang mempengaruhi penerapan manajemen resiko
pada sektor perbankan di Nigeria, Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
efektivitas audit internal, kompetensi sumber daya manusia, pengaruh Peraturan dan
komitmen manajemen puncak secara statistik positif yang signifikan ke tahap
implementasi ERM sementara karakteristik papan adalah negatif signifikan. Sekyi &
Gene (2016) yang melakukan penelitian dengan judul “Effect of internal controls on
credit risk among listed spanish bank”, penelitiannya bertujuan untuk mengkaji
efektivitas sistem pengendalian internal, mengeksplorasi eksposur bank Spanyol
terhadap bahaya default sebagai akibat dari pengendalian internal sistem dan
menetapkan hubungan antara kontrol internal dan risiko kredit. Temuan dari
penelitian ini yaitu adanya pengaruh yang signifikan dari kontrol internal atas risiko
kredit terutama lingkungan pengendalian,manajemen risiko, aktivitas pengendalian
dan pemantauan. Terakhir ada Harlina (2016) yang telah melakukan penelitian
mengenai pengaruh profesionalisme internal auditor terhadap efektifitas pengendalian
internal perusahaan yang memberikan hasil signifikan. Sikani & Sekiraca (2016)
yang melakukan penelitian dengan judul “The Impact of the Internal Audit in
Reducing Credit Risk in Commercial Banks in Kosovo”, yang berdasarkan hasil dari
responden menyatakan bahwa proses internal audit berkontribusi dalam mengurangi
resiko kredit.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian
pada PT. BANK BUKOPIN tbk. cabang Mataram Nusa Tenggara Barat. Bank
Bukopin dengan produk kredit serba guna nya tanpa agunan dan pencairan yang cepat
kini menjadi salah satu bank yang menarik perhatian masyarakat mataram untuk
mengambil pinjaman. Tingginya tingkat konsumen yang mengambil pinjaman akan
menimbulkan pula kecenderungan terjadinya kredit bermasalah atau Non Performing
Loan (NPL).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan internal audit berpengaruh terhadap resiko kredit?
2. Apakah profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap resiko kredit?
3. Apakah internal audit berpengaruh secara tidak langsung terhadap resiko kredit
melalui sistem pengendalian internal perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh internal audit, profesionalisme auditor internal dan
pengendalian internal terhadap resiko kredit pada PT. Bank Bukopin Cabang
Mataram.
2. Untuk menguji pengaruh penerapan internal audit terhadap resiko kredit dengan
dimediasi oleh sistem pengendalian internal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang audit internal dan manajemen resiko telah banyak dilakukan
sebelumnya, beberapa diantaranya ialah Putri (2010) yang meneliti tentang pengaruh
penerapan manajemen resiko perbankan dan audit internal terhadap kebijakan
pemberian kredit, Christo (2012) dan Karmudiandri (2014) yang menganalisis peran
audit internal dalam proses manajemen resiko, Nainggolan (2013) melakukan
penelitian tentang pengaruh keterlibatan auditor internal dalam manajemen resiko
perusahaan, Bayyoud & Sayyad (2015) dengan judul “The impact of internal control
and risk management on bank in Palestine” , Dabari & Saidin (2015) meneliti
tentang faktor penentu yang mempengaruhi penerapan manajemen resiko pada sektor
perbankan di Nigeria, Sekyi & Gene (2016) yang melakukan penelitian dengan judul
“Effect of internal controls on credit risk among listed spanish bank”, Harlina (2016)
yang telah melakukan penelitian mengenai pengaruh profesionalisme internal auditor
terhadap efektifitas pengendalian internal perusahaan. Sikani & Sekiraca (2016) yang
melakukan penelitian dengan judul “The Impact of the Internal Audit in Reducing
Credit Risk in Commercial Banks in Kosovo”.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Sikani & Sekiraca (2016) yang
melakukan penelitian dengan judul “The Impact of the Internal Audit in Reducing
Credit Risk in Commercial Banks in Kosovo”. Persamaan dari penelitian ini ialah
melakukan penelitian tentang internal audit dan resiko kredit pada perbankan.
Namun, dalam penelitian ini, penulis menambah 2 variabel yaitu profesionalisme
auditor internal dan pengendalian internal.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Audit Internal
2.2.1.1 Konsep Tentang Audit Internal
Definisi Tentang Audit Internal
Secara umum audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang
independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilaksanakan. Audit internal berkewajiban untuk menyediakan
informasi tentang kelengkapan dan keefektifan pengendalian internal. Menurut
sukrisno agoes (2012:4) pengertian auditing adalah : “Auditing adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan
tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.”
Jenis-Jenis Audit
Menurut Sukrisno Agoes (2012:10) ditinjau dari luasnya pemeriksaan
audit dibedakan atas :
1. General Audit (Pemeriksaan Umum)
2. Special Audit ( Pemeriksaan Khusus)
Sukrisno Agoes (2012:10) memaparkan bahwa jika ditinjau dari jenis
pemeriksaan audit bisa dibedakan atas :
- Operational audit (Audit Operasional)
- Complience audit ( pemeriksaan ketaatan)
- Internal audit ( pemeriksaan Interen)
Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Menurut Sukrisno Agoes (2012:222) tujuan pemeriksaan yang dilakukan
oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan
(manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya. Lingkup penugasan audit internal menurut Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:20) yaitu :
1. Pengelolaan Resiko
Fungsi audit internal harus dapat membantu organisasi dengan cara
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan
kontribusi tehadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem
pengendalian internal.
2. Pengendalian
Fungsi audit internal harus dapat membantu organisasi dalam
memelihara pengendalian intern dengan cara mengevaluasi kecukupan,
efesiensi, dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong
peningkatan pengendalian secara berkesinambungan.
3. Proses Governance
Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang
sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan
Fungsi dan Tanggungjawab Audit Internal
Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk
menilai efisiensi dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern
perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi
dan memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan
mengambil keputusan atau tindak lanjutnya. Tanggung jawab auditor
internal yang diperuntukkan bagi Ikatan Akuntan Indonesia adalah Auditor
internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan evaluasi,
memberikan keyakinan dan rekomendasi, informasi kepada manajemen
suatu usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara dengan
wewenang dan tanggung jawabnnya untuk memenuhi tanggung jawab
tersebut. Auditor internal mempertahankan obyektifitasnnya yang
berkaitan dengan aktifitas yang diauditnnya.
2.2.2 Profesionalisme Auditor Internal
Profesionalisme berarti bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-tugasnya
dengan kesungguhan dan kecermatan. Sebagai seorang yang professional, auditor
harus menghindari kelalaian dan ketidakjujuran. Sebagai profesional, auditor
mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap
rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini
merupakan pengorbanan pribadi.
Dimensi Profesionalisme
Konsep profesionalisme banyak digunakan oleh para peneliti untuk
mengukur profesionalisme dari profesi auditor yang tercermin dari sikap
dan perilaku. Menurut Hall (1968) dalam Novanda Friska Bayu Aji
Kusuma (2012:15) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:
- Pengabdian pada profesi
- Kewajiban sosial
- Kemandirian
- Keyakinan terhadap peraturan profesi
- Hubungan dengan sesama profesi
Indikator Profesionalisme Auditor
Konsorsium organisasi profesi audit internal menerbitkan Standar Profesi
Audit Internal (SPAI), dijelaskan oleh Hiro Tugiman (2001:6) dalam
bukunya yang berjudul Standar Profesional Internal Audit, isi dari standar
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Independensi
Independensi diartikan sebagai kebebasan yang melekat pada dirinya,
lingkup yang tak terbatas, kewenangan untuk memeriksa apapun pada
saat kapanpun, kebebasan menyatakan sesuatu seperti apa adanya, dan
dukungan penuh dari atasan.
2. Kemampuan Profesional
Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana yang diharapkan
dan memenuhi syarat profesionalisme, maka audit intern harus terdiri
dari tenaga-tenaga yang kompeten, mempunyai pengetahuan dan
kemampuan teknis audit dengan standar yang tinggi, memiliki daya
imajinasi serta berinisiatif, dan mampu berhubungan dengan bagian
lainnya dalam organisasi perusahaan tersebut.
3. Program Audit
Program audit intern dewasa ini bukan hanya menyangkut kebenaran
dan kewajaran, akan tetapi meliputi semua aspek organisasi
perusahaan. Tujuan audit intern untuk membantu semua anggota
manajemen dalam tugas mereka dengan memberikan saran-saran dan
komentar-komentar analisis dan penelitian mengenai kegiatan yang
diperiksanya.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Tahap awal dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan adalah
perencanaan atau membuat program audit intern. Program tersebut
akan menjadi pedoman bagi auditor dalam melaksanakan kegiatan
audit. Hiro Tugiman (2003:18) menyebutkan bahwa pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan harus meliputi: Perencanan pemeriksaan,
pengujian dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil
pemeriksaan, tindak lanjut hasil pemeriksaan.
5. Laporan Hasil Audit Internal
Pelaporan hasil audit internal merupakan dokumen formal di mana
audit internal merangkum pekerjaannya dengan melaporkan
pengamatan dan rekomendasi.
2.2.3 Sistem Pengendalian Internal
Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-masing
sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional
perusahaan atau organisasi tertentu. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern
merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan
saling mendukung satu dengan yang lainnya. Di lingkungan perusahaan,
pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh
pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk
memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum
dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
- Ke-efektif-an dan efisiensi operasional perusahaan
- Pelaporan Keuangan yang handal
- Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan
perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi:
a. Direksi dan manajemen mendapat pemahaman akan arah pencapain tujuan
perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan,
termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya
(asset) perusahaan.
b. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya,
yang meliputi laporan segmen maupun interim.
c. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati
dan dipatuhi dengan semestinya.
Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara
umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi: Integritas, Nilai Etika,
Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya
operasional, cara manajmene di dalam mendelegasikan tugas dan
tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan
yang diberikan oleh dewan direksi.
2. Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian
tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk
kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko
baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum
melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan
terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen
hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan
dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan.
Meliputi : aktifitas-aktifitas persetujuan, kewenangan, verifikasi,
rekonsiliasi, inspeksi atas kinerja operasional, keamanan sumberdaya
(aset), pemisahan tugas dan tanggung jawab.
4. Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi,
mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak
yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di
dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari
komponen pengendalian ini.
5. Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di
dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan
dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga
dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan
aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern
hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya
dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi.
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat
memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi
secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional
perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur
perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan
(organisasi).
2.2.4 Manajemen Resiko Perbankan
Menurut Husnan (2002), risiko ditafsirkan sebagai kemungkinan
keuntungan yang sebenarnya meyimpang dari keuntungan yang diharapkan.
Semakin besar kemungkinan penyimpangan itu terjadi, dikatakan risikonya
semakin tinggi. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian yang berarti,
ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko,
karena mengakibatkan keragu-raguan seseorang mengenai kemampuannya untuk
meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa datang.
Risiko yang dihadapi perbankan menurut Basel II dalam Basyaib (2007:2)
meliputi empat jenis, yaitu:
a. Risiko kredit, yaitu risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan
gagalnya pihak pasangan (counterpart) dalam memenuhi kewajiban,
dengan kata lain merupakan risiko tidak dilunasinya hutang-hutang
peminjam.
b. Risiko pasar, yaitu risiko kerugian untuk posisi didalam atau diluar neraca
yang muncul karena perubahan harga dalam pasar yang diakibatkan oleh
perubahan suku bunga, nilai tukar, harga saham serta harga komoditas.
c. Risiko operasi, yaitu kerugian yang diakibatkan kurangnya atau gagalnya
proses internal, sumber daya manusia, dan sistem, atau dapat juga
diakibatkan oleh kejadian-kejadian eksternal. Risiko hukum dan kewajiban
perundangan termasuk dalam risiko operasi.
d. Risiko lain-lain, risiko yang termasuk dalam risiko lain-lain adalah sebagai
berikut:
- Risiko bisnis
- Risiko stratejik
- Risiko reputasi,
IC = b1IA+e1........(1)
RC = b1IA+b2IC+b3PAI+e3........(2)
Keterangan :
b1,b2b3 : Koefisien variabel
IC : Internal Control (Pengendalian internal)
IA : Internal Audit
RC : Resiko kredit
PAI : Profesionalisme Auditor Internal
e : error
3.7.4 Uji Hipotesis
3.7.4.1 Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen
secara keseluruhan terdapat variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Uji F digunakan untuk
menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel
tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan
terhadap variabel tergantung, maka model persamaan regresi masuk dalam
kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan
maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Untuk
menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita
harus membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas
: df: α, (k-1), (n,k), dimana k adalah jumlah variabel dan n adalah jumlah
pengamatan (ukuran sampel). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika
nilai F hitung > F tabel, maka berarti bahwa variabel independen secara
simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika
F hitung < F tabel, maka berarti bahwa variabel independen secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.7.4.2 Adjusted R2
Nilai Koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik
garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien
determinasi ini mengukur presentase total varian variabel dependen Y yang
dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi. Nilai R2
mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1). Semakin besar R2
(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin
mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat
menjelaskan variabel dependen. Kali nilai koefisien determinasi yang
digunakan adalah nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (adjusted
R2) karena nilai ini telah disesuaikan dengan banyaknya variabel independen
(X) yang masuk untuk menjelaskan variabel dependen (Y).
3.7.4.3 Uji t
Uji t (uji parsial) digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh
independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap
variabel lain bersifat konstan. Nilai t hitung digunakan untuk menguji apakah
sebuah variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
tergantung atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memperbandingkan t hitung dengan t tabel.