Anda di halaman 1dari 6

Adi Fadlillah Muhammad

14120100

NASKAH-NASKAH KUNO INDONESIA DI MANCANEGARA

Sudah diketahui bahwasannya Sejak lama, banyak diantaranya warisan


budaya Indonesia diboyongi ke mancanegara. Entah itu sebagai barang antik ataupun
menjadi benda-benda dekorasi sekaligus investasi yang menggiurkan. Selain itu
mengkoleksi barang antik di mata segelintir masyarakat, mempunyai nilai kegunaan
yang cukup tinggi seperti melambangkan status sosial atau gengsi. Banyaknya
barang-barang antik yang dibawa oleh para kolektor dari berbagai negara, hingga
tidak menutup kemungkinan banyak naskah kuno asal Indonesia juga telah bermukim
di mancanegara sejak ratusan tahun yang lalu. Sulit mengetahui apakah motivasi
mereka mengoleksi naskah kuno milik bangsa lain.

Namun, yang mesti kita ketahui, meskipun naskah-naskah tersebut bukan


milik bangsanya, ada diantaranya dari mereka yang sangat peduli sekali terhadap
kekayaan milik bangsa lain. Terbukti, di Inggris naskah-naskah kita terinventarisasi
secara teliti dalam sebuah katalogus susunan M.C. Ricklefs dan P. Voorhoeve.
Menurut katalogus tersebut, naskah kita sudah bermukim di Inggris sejak awal abad
ke-17, bahkan mungkin sebelumnya.

Naskah-naskah itu teridentifikasi ditulis dalam berbagai bahasa daerah, seperti


Aceh, Bali, Batak, Bugis, Jawa (kuno), Kalimantan, Lampung, Madura, Makasar,
Melayu, Minangkabau, Nias, Rejang, Sangir, Sasak, Sunda (kuno), dan Sulawesi (di
luar Bugis dan Makasar). Seluruh naskah yang ada di sana berjumlah lebih dari
1.200. Semuanya tersimpan rapi pada 20-an perpustakaan dan museum di beberapa
kota di Inggris. Koleksi terbanyak berada di British Library dan School of Oriental
and African Studies. Di kedua tempat itulah para arkeolog, sejarawan, dan filolog dari
seluruh dunia, termasuk dari Indonesia, sering melakukan riset kepustakaan.
Menurut Annabel Teh Gallop, staf British Library, sewaktu berkunjung ke
Jakarta pada 1990-an lalu, di tempatnya bekerja tersimpan berbagai macam hikayat,
syair, primbon, surat, sampai bukti transaksi dagang dari masa abad ke-15. Bahan-
bahan itu kerap dimanfaatkan peneliti Barat dan Indonesia. Justru karena tersimpan
rapi dan terawat baik, peranannya jauh lebih besar daripada Perpustakaan Nasional RI
yang juga banyak mengoleksi naskah kuno.

Kehadiran Raffles di Indonesia pada abad ke-18 diperkirakan mempermudah


pihak Inggris untuk mendapatkan surat-surat dari berbagai raja yang berkuasa di
Indonesia. Surat-surat demikian menjadi koleksi unggulan sampai sekarang. Misalnya
surat dari Sultan Pontianak kepada Raffles yang dikirim dalam sampul terbuat dari
kain sutra berwarna-warni.

Begitu pula surat dari Raja Bali kepada seorang Gubernur Belanda di
Semarang. Surat itu ditulis di atas lempengan emas. Dari segi fisik, koleksi-koleksi
itu begitu menarik dan unik. Dari segi isi, juga sarat informasi kesejarahan. Beberapa
negara yang mempunyai hubungan dengan negara Indonesia

Juga dikeahui turut serta dalam penanganan tentang naskah kuno yang berasal
dari Indonesia, seperti di negara Belanda Sebagai negara yang pernah berhubungan
erat dengan Indonesia di masa penjajahan, sudah barang tentu koleksi naskah
Indonesia lebih banyak berada di Belanda. Naskah-naskah tersebut juga disimpan
pada sejumlah perpustakaan dan museum, antara lain di Amsterdam, Leiden, Delft,
dan Rotterdam.

Berbeda dengan Inggris, naskah-naskah Indonesia di Belanda banyak yang


tergolong adikarya. Ini dapat dimaklumi karena Belanda jauh lebih lama menguasai
negeri kita daripada Inggris. Yang amat terkenal adalah naskah Nagarakretagama.
Naskah itu telah dikembalikan ke Indonesia pada 1970-an oleh Ratu Yuliana kepada
Presiden Suharto. Namun yang patut disayangkan, isi naskah tersebut telah dikupas
habis sarjana-sarjana Belanda. Jadinya, kita hanya menerima “ampas” yang hampir
tidak berguna lagi.
Sebagian besar dibawa pada masa penjajahan, antara lain sebagai barang
sitaan, cendera mata dari pejabat lokal kepada pejabat asing, pembelian, perburuan,
dan tukar-menukar. Sebagian lagi, selepas masa kemerdekaan, diperoleh dengan cara
hibah, titipan, pinjaman, dan transaksi lewat balai lelang.

Dalam penanganan naskah kuno inipun kita di untungkan oleh kemajuan yang
diberikan oleh negara luar yang sudah ahli serta beralatkan nan canggih dalam
penanganan tersebut. Karena terbuat dari bahan-bahan yang relatif mudah rapuh,
mereka menanganinya dengan hati-hati sekali. Malah, mereka melakukannya dengan
teknologi modern, seperti disalin ke dalam mikrofilm. Naskah-naskah kuno yang
dilestarikan dengan cara demikian tentu saja membawa dampak positif bagi peneliti-
peneliti masa sekarang.

Ironisnya, di negeri sendiri perawatan seperti itu sebelumnya tidak pernah


dilakukan karena ketiadaan SDM, teknologi, dan dana. Berkat bantuan luar negerilah,
sejumlah naskah kuno pernah dibuatkan mikrofilm. Naskah-naskah Jawa milik
Kraton Yogyakarta, misalnya, ditangani oleh Dr. Jennifer Lindsay dari Australia.
Sedangkan naskah-naskah lontar Bali dikomputerkan dengan sponsor perusahaan
raksasa IBM.

Pada 1989 Pemerintah Inggris pernah menghadiahkan Sri Sultan Hamengku


Buwono X berupa ratusan mikrofilm semua naskah Jawa yang disimpan di Inggris.
Ini karena sebagian naskah Jawa itu berasal dari wilayah Yogyakarta. Pada 1991
Perpustakaan Nasional yang mendapat hadiah. Kali ini berupa mikrofilm rekaman
naskah yang tertulis dalam berbagai bahasa daerah. Upaya tersebut menunjukkan
kepedulian yang amat tinggi terhadap peninggalan budaya Indonesia. Tentulah sangat
memalukan, kiprah bangsa sendiri terhadap naskah-naskah kuno miliknya, belum
setinggi apresiasi mereka.

Karena naskah-naskah kuno di Indonesia kurang dikenal masyarakat, maka


tidak ada yang peduli terhadap warisan budaya masa lalu itu. Padahal, naskah-naskah
kuno mengandung manfaat dan kearifan yang besar buat generasi sekarang. Adapun
dapat diketahui sejumlah naskah kuno koleksi Perpustakaan Nasional yang berasal
dari berbagai daerah ini yaitu:

Naskah Riwayat Kota Pariaman (aksara Latin, bahasa Melayu, bahan kertas)

Naskah ini ditulis di kota Pariaman oleh Baginda Said Zakaria. Terdiri atas
sepuluh bab, berisi tentang keadilan kota Pariaman, mata pencarian penduduk,
upacara kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan upacara mendirikan
rumah. Selain itu ada uraian tentang keadaan dan bangunan masjid Batu Pasar
Pariaman, riwayat hidup Syekh Muhammad Jamil al-Khalidi (seorang tokoh agama
Islam di Pariaman) dan suasana pada saat bulan Ramadhan, termasuk 1 Syawal di
kota Pariaman.

Naskah Asal Raja-raja Sambas (aksara Arab dan Latin, bahasa Melayu, bahan kertas)

Naskah ini berbentuk prosa. Isinya diawali kisah sejarah Raja Sapudak yang
memerintah di kota lama secara turun-temurun. Dikisahkan, Raja Fangah dari Brunei
pindah ke Sambas. Dia berputra lima orang dan masing-masing menjadi raja.

Kronik Maluku (aksara Arab, bahasa Melayu, bahan kertas)

Naskah ini berbentuk prosa. Isinya diawali dengan cerita keajaiban raja-raja
Turki, China, Belanda, dan negeri-negeri lain. Baru kemudian berisi kronik
kepulauan Maluku.

Babad Lombok (aksara Jawa, bahasa Jawa, bahan kertas)

Naskah ini berbentuk macapat. Berisi sejarah Lombok yang dimulai dengan
cerita nabi-nabi, sampai kekalahan Lombok oleh kerajaan Karangasem.

Hikayat Aceh (aksara Arab, bahasa Arab dan Aceh, bahan kertas)

Naskah ini berbentuk prosa. Berisi antara lain syair-syair pujian yang
ditujukan kepada Nabi Muhammad. Selain itu juga berisi doa-doa.

Naskah Bomakawya (aksara Bali, bahasa Bali, bahan lontar)


Naskah ini berbentuk prosa dan berilustrasi. Berisi kisah perang yang dahsyat
antara Kresna dan Boma.

Sureq Baweng atau Surat Nuri (aksara Bugis, bahasa Bugis, bahan lontar)

Naskah ini berbentuk prosa. Berisi perjalanan Sawerigading sewaktu mencari


calon istri yang baik, dilengkapi cerita burung nuri yang mengandung nasehat, tata
cara meminang seorang perempuan, dan sejumlah ajaran budi pekerti.

Naskah Carita Parahyangan (aksara Sunda Kuno, bahasa Sunda Kuno, bahan lontar)

Naskah ini berbentuk prosa, terdiri atas 45 lempir dan tiap lempir terdiri atas
empat baris tulisan. Cerita dimulai dari kisah Sang Resi Guru turun-temurun sampai
raja-raja di Jawa Barat.

Naskah Sajarah Banten (aksara Arab, bahasa Jawa, bahan kertas)

Naskah ini berbentuk macapat. Isinya tentang silsilah Nabi Muhammad serta
keturunannya. Diceritakan juga riwayat Sunan Gunung Jati yang menurunkan sultan-
sultan Banten.

Pustaha Laklak (aksara Batak, bahasa Batak, bahan kulit kayu)

Naskah ini berbentuk prosa, terdiri atas 38 halaman. Berisi kisah Tuan Saribu
Raja yang mempunyai banyak anak dan cucu. Diuraikan juga cara membuat benteng
kekuatan diri, ramalan baik dan buruk, dan sesajen yang perlu dibuat setiap hari.

Naskah Japar Sidik (aksara Arab, bahasa Sunda, bahan kertas)

Naskah ini berbentuk prosa. Berisi kata-kata mutiara berdasarkan ajaran


agama Islam dan alam pikiran orang Sunda, seperti manfaat bermusyawarah, hari
yang baik untuk berburu dan bepergian, perdagangan, keturunan, dan sifat-sifat
terpuji.
Tergambar bahwa naskah memiliki beragam jenis bahasa, isi, dan bentuk.
Upaya untuk memahami naskah-naskah kuno itu sangatlah penting guna menjaga
kelestarian segala informasi tentang masa lampau agar tersampaikan kepada generasi
masa kini dan masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

https://hurahura.wordpress.com/2010/03/02/naskah-naskah-kuno-indonesia-di-
mancanegara/

Anda mungkin juga menyukai