AHMAD BASO
Pusat-pusat skriptorium
historiografi wali songo
Jar-kanlah! lafazh yg kedua (Mudhof Ilaih). Dan mengiralah pada midhaf ilahi itu makna
MIN atau FI bilamana tidak pantas kecuali dengan mengira demikian. Dan mengira-ngira
pula makna LAM ...
Islam nusantara:
ngaji “muttashil” dari kitab alfiyah ibnu malik
ARTI KATA “ISLAM NUSANTARA”:
menemukan yang muttashil itu
Babad Cirebon naskah Br 75/PNRI: “Pon Duriyating Rasulullah, kang bade [bakal]
mencar ngajawi”. Naskah Babad Bali Lombok menyebut para penyebar Islam ke
Nusantara “pan punika, wiwitane wang ajawi, milane gami Slam”.
Dalam Serat Suryo Rojo, dari abad ke-18, yang sekarang menjadi pusaka Kraton
Yogyakarta, ada istilah Din Arab Jawi. Naskah itu mengungkap kisah tentang
pembaiatan Sunan Giri kepada seorang raja dengan gelar ‘Kimudin Arab Jawi’
(komitmen menegakkan Islam Nusantara).
Din Arab = agama Islam, Aswaja
Jawi = pengamalan dan suara ke-Nusantara-an.
Din Arab Jawi = Islam Aswaja dari Arab tapi dengan karakter Jawi atau ke-
Nusantara-an.
rasionalitas,
Obyektifitas,
“angajawi” (ber-nusantara)
Sumber-sumber (bahan-bahan) penulisan sejarah indonesia
Visi, sumber, & metode
historiografi indonesia
Dua naskah Wali Songo dari Giri dan Ampel yg menjadi rujukan utama penulisan sejarah para Waliyullah penyebar Islam di
Nusantara: naskah Babad Gresik dan Babad Ampel Denta.
Kedua naskah ini jadi rujukan orang Situbondo: Kiai As'ad Syamsul Arifin menggunakan referensi ini dalam menulis bukunya
Tarikh Islam di Indonesia.
Juga referensinya wong Tuban: Mbah Bafadlol Senori merujuk ini ketika menulis Ahlal Musamarah fil Awliya al Asyarah.
Juga rujukannya wong Rembang: Mbah Bisri Musthofa merujuk ini kala menulis naskah pegon Tarikh Al Awliya.
Juga referensinya orang Sumenep: Panembahan Abdurrahman Natakusuma merujuk ini kala menulis sejarah Islam di Jawa yg
jadi bahan Raffles menulis History of Java.
Juga referensinya orang Demak Semarang ketika Raden Surodimenggolo Bin Yahya menulis sejarah Wali Songo di pesisir yg
kemudian jadi bahan Raffles menulis History of Java
ASAL-USUL DAN ARTI PENTING naskah-naskah demak koleksi keluarga
habaib bin yahya demak-semarang
Keluarga bin yahya semarang abad 18-19:
informan raffles untuk sejarah jawa
Naskah ini mengoreksi pemahaman populer selama ini bahwa SUnan Kalijaga itu bertapa di pinggir kali
sendirian bertahun tahun sampai katanya 40 tahun lalu kemudian menjadi waliyullah ...
berikut bunyi teksnya:
Bahwa inilah adaseora[ng] nama Raden Said anak Tumenggung Tuban, yaitu raden Said berbuat rumah ekcil
dengan kedua istrinya ada di tepi sungai Kali Jaga. Tepi rumah itu mendamping ke pantai. Dan [ditemani] dua
orang muridnya. dengan keras riyadlahnya, yakni mengurangkan makan dan tidur dan minum.
Lama dan kelamanya masyhur lah banyak karamahnya menjadi tanda awliyaullah, maka digelar Raden Said itu
Suhunan Kalijaga .....
Naskah semarang: memperkenalkan tradisi-tradisi islam nusantara = halal bihalal
Strategi Para Wali Songo membetulkan arah kiblat Mesjid Ageng Demak
Naskah Serat Sajarah Demak (BL Add 12313) dari tahun 1792 pada halaman foto ini
berbicara tentang para Wali di Demak berkumpul "mawas benerekaken Ka'bah" di Mesjid
Agung itu. Setelah baru saja dibangun ternyata Kanjeng Sunan Bonang menemukan
ternyata arah kiblat mesjid ini tidak sesuai dengan arah Ka'batullah.
Inilah cerita mereka membetulkan posisi kiblat mesjid itu sebagaimana diceritakan teks
dari Demak Semarang ini dari koleksi keluarga habaib Bin Yahya di Semarang awal abad
19.
Naskah Serat Surya Ngalam Demak koleksi British Library London (BL Add
12329)
Karena keluarganya Bin Yahya di Semarang adalah pelestari dokumen Islam Nusantara, Raden Saleh
nyantri di Eropa dan tetap ingat akar kebangsaannya, bahkan ngajarin orang bule sana cara melukis
secara nasionalis modern. Ini seperti ditunjukkan dalam lukisannya tentang penangkapan Pangeran
Diponegoro yg bikin geger kolonialisme Eropa.
Karena akrab dengan naskah2 Wali Songo, saat ditanya di Belanda dan Jerman apa arti KIAI, ya
jawabnya kiai itu MASTER ...
Foto yang menunjukkan tulisan tangan dan tanda tangan Raden Saleh pas di Jerman dan Perancis
dalam aksara Jawa, Arab dan Jawi Melayu
Naskah babad Cirebon (br 75/pnri)
Ini kutipan naskah babad Cirebon koleksi perpusnas RI yg berbicara tentang pelembagaan
pemerintahan Kesultanan Demak era raden Patah, PERHATIKAN PULA asal usul sebutan
PANATAGAMA yg dikhususkan untuk jabatan qadhi/penghulu Kesultanan, bukan untuk raja:
Nama Raja: Arya Palembang Raden Patah Sultan ing Demak Ratu Agami Muhammad Tajul Arifin
Nama Patih: Patih Wanasalam
Nama penghulu (qadhi, panatagama): Pangeran Kudus Panatagama Qodli Amirul Mu'minin
Nama Jaksa: Ki jaksa Yuda Bintara (mantan jaksa Majapahit)
Halaman naskah ini juga menyebut asal-usul penyelenggaraan Maulid Nabi di Nusantara yg dimulai
di Demak era Raden Patah. Perayaan itu ditandai dengan lantunan musik gamelan yg dilakukan oleh
para Wali.
Korpus babad demak
Babad Demak kode Ms or oct 175 Koleksi Perpus Berlin, Jerman
Tertulis di atas kertas daluwang atau kertas rakyat dengan tahun sangkala waktu disalin dari naskah tua:
Karti suta tunggang wulan (tahun Jawa 1714/1792 M)
Babad Demak (Schoemann II, 8 koleksi Berlin), asalnya dibawa ke Eropa oleh Dr Schoemann yang
menghabiskan waktunya selama 1845-1851 keliling Indonesia dan pernah menjadi guru bagi anak-anak
Gubernur Jendral Rochussen.
Kolofon bagian awal naskah: h. 1, nalikanira winarni, kala wanti pukul songa, Kemis kaliwon pasarane,
anuju sasi punika, sasi Pasa awitya, tahun sewu wolung ngatus, patang puluh langkung lima [1845].
Serat Sajarah Demak (BL Add 12313), ditulis di tahun 1778 M, koleksi Crawfurd yang dijual pada
Februari 1842 kepada British Museum