Anda di halaman 1dari 34

PAPERS MUSIK TRADISI ASIA

NAMA: ANDRIANUS JULIO ALFA

KELAS/JURUSAN: C/ MUSIKOLOGI
ASIA

Benua Asia adalah benua terbesar di dunia. Benua Asia mengisi hampir 1/3
luas daratan di permukaan bumi yang terbentang dari wilayah kutub utara sampai
equator dan sebelah barat dari laut tengah, laut merah, pegunungan ural hingga
Samudra Pasifik. Secara astronomis letak benua Asia adalah antara 26oBT –
168oBB dan 11oLS - 77oLU.

Pembagian wilayah Benua Asia

Benua Asia yang merupakan benua terluas didunia di bagi menjadi beberapa
kawasan. Setiap kawasan dikelompokan berdasarkan posisinya. Berikut ini nama-
nama kawasan yang ada dibenua Asia berikut negara yang menjadi anggotanya.

Nama-nama Negara

1) Asia Utara: Rusia dan semua negara yang ada diwilayahnya.

2) Asia Barat: Siprus, Turki.

3) Asia Barat Daya: Lebanon, Israel, Palestina, Suriah, Yordania,Irak, Iran,


Afganistan, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman.

4) Asia Selatan: Pakistan: India, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Srilangka.

5) Asia Tengah: Mongolia: Azerbaijan, Kazakstan, Tajikistan, Turkmenistan,


Armenia, Uzbekistan.

6) Asia timur: RRC, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan.

7) Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Myanmar,


Vietnam, Kamboja, Philipina.
Kawasan Asia Barat Daya di sebut juga kawasan Timur Tengah adalah
wilayah benua Asia yang kaya akan sumberdaya alam berupa minyak bumi. Karena
itu negara-negara kawasan timur tengah hampir tidak pernah lepas dari konflik
perebutan wilayah. Seperti Agresi militer Iraq ke Kuwait atau agresi Israel ke
Palestina yang banyak menimbulkan korban jiwa.

DESKRIPSI

Musik Tradisi Asia adalah musik dan alat musik asli dari Asia, biasanya
digunakan para musisi-musisi Asia pada jaman dahulu untuk menghibur Raja atau
pesta rakyat dan untuk ritual-ritual keagamaan.

Berbeda dengan musik barat, musik asia biasanya mempunyai tangga nada
pentatonis.

Dan melalui tugas papers ini, saya akan menjelaskan mulai dari sejarah, alat
musik dan berbagai ritualnya.

MUSIK DAN ALAT MUSIK ASIA

MUSIK JEPANG
Musik Jepang merupakan gaya musik khas Jepang dari beragam artis, baik
tradisional maupun modern. Kata musik dalam bahasa Jepang berarti ongaku,
menggabungkan on dengan gaku. Jepang merupakan pasar musik terbesar kedua
di dunia, dengan nilai total area penjualan mencapai 4,422.0 juta dollar dan
sebagian besar pasar didominasi oleh artis Jepang.

Musik lokal sering muncul di berbagai tempat karaoke, dari label rekaman. Musik
tradisional Jepang sangat berbeda dari Musik Barat.

Musik tradisional dan daerah

Ada dua jenis musik yang diakui sebagai jenis musik tradisional Jepang
tertua, yaitu shomyo, atau nyanyian Budha, dan gagaku istana musik kuno, dimana
keduanya berada pada zaman Nara dan Heian. Gagaku adalah jenis musik klasik
yang telah ada pada istana Kekaisaran sejak zaman Heian. Kagura-uta, Azuma-
asobi dan Yamato-uta merupakan repertoar adat. Togaku dan komagaku berasal
dari Dinasti Tang, Cina melalui Semenanjung Korea. Gagaku dibagi menjadi kangen
(musik instrumen) dan bugaku (tarian disertai dengan gagaku).

Berasal pada awal abad ke-13 honkyoku, merupakan singel shakuhach, imam Zen.
Imam ini, disebut komusō (biksu), yang memainkan honkyoku untuk sedekah dan
pencerahan. Sekte Fuke tidak ada lagi pada abad ke-19, tetapi garis keturunan
verbal dan tertulis dari beberapa honkyoku tetap berlanjut, meskipun musik ini saat
ini sering dimainkan pada sebuah konser. Samurai sering mendengarkan dan
memainkan dalam kegiatan musik, dalam praktik memperkaya hidup dan
pemahaman.

Musik tradisional

Biwa hoshi, Heike biwa, moso, dan goze

Biwa, lute, dimainkan oleh sekelompok pemain keliling, yang digunakan untuk
mengiringi sebuah cerita. Yang paling terkenal dari cerita ini adalah sejarah The Tale
of the Heike, abad ke-12 dari kemenangan klan Minamoto atas Taira. Serikat ini
akhirnya menguasai sebagian besar budaya musik Jepang.
Selain itu, banyak kelompok musisi buta yang terbentuk khususnya di daerah
Kyushu. Musisi tersebut, yang dikenal sebagai mōsō (biksu buta) berkeliling di
daerah mereka dan melakukan berbagai ritual agama untuk menyucikan rumah agar
dapat membawa kesehatan dan keberuntungan. Biwa yang mereka mainkan jauh
lebih kecil dari Heike biwa yang dimainkan oleh biwa hoshi.

Terkait Lafcadio Hearn dalam bukunya yang berjudul Kwaidan: Stories and Studies
of Strange Things "Mimi-nashi Hoichi" (Hoichi the Earless), cerita hantu Jepang
tentang seorang biwa hōshi buta yang memainkan "The Tale of the Heike"

Seorang wanita buta, yang dikenal sebagai goze, juga berkeliling di negeri tersebut
sejak zaman abad pertengahan. Dia menyanyikan lagu dan bermain musik dengan
pukulan drum yang dibawanya.[butuh rujukan] Sejak abad ketujuh belas mereka
sering memainkan koto atau shamisen. Organisasi Goze bermunculan di seluruh
negeri, dan ada hingga saat ini di prefektur Niigata.

Taiko

Penampilan Taiko

Taiko merupakan drum Jepang dalam berbagai ukuran dan digunakan untuk
memainkan berbagai genre musik. Taiko ini telah menjadi sangat populer dalam
beberapa tahun terakhir sebagai instrumen utama perkusi yang didasarkan pada
berbagai daerah dan musik festival masa lalu. Musik taiko tersebut dimainkan
dengan gendang besar yang disebut kumi-daiko. Asal-usulnya tidak pasti, tetapi
dapat diperkirakan sejak abad ke-7. Negara Cina telah mengikuti budaya ini, tetapi
instrumen dan musiknya tetap khas Jepang, Drum Taiko pada zaman ini digunakan
saat pertempuran untuk menakuti musuh dan untuk mengkomunikasikan perintah.
Taiko selalu digunakan dalam musik religius Buddha dan Shinto. Taiko ini hanya
dimainkan pada saat acara-acara khusus dalam kelompok kecil. Tidak hanya laki-
laki, kaum wanita juga memainkan taiko dalam festival semi-agama seperti tarian
bon.

Taiko modern konon ditemukan oleh Daihachi Oguchi pada tahun 1951.
Pemain genderang jazz, Oguchi menggabungkan latar musik ini ke dalam ansembel.
Gaya energik ini membuat kelompoknya populer di seluruh Jepang, dan membuat
Wilayah Hokuriku sebagai pusat musik taiko. Popularitas beberapa musisi muncul
dari musik ini termasuk Sukeroku Daiko dan rekan band nya Seido Kobayashi. Pada
tahun 1969 ada sebuah kelompok yang disebut Za Ondekoza yang didirikan oleh
Tagayasu Den; Za Ondekoza dikumpulkan bersama-sama pemain muda yang
berinovasi membangun kembali versi baru dari taiko, yang dipakai sebagai cara
hidup dalam gaya hidup komunal. Selama tahun 1970-an, pemerintah Jepang
mengalokasikan dana untuk melestarikan budaya Jepang, dan banyak kelompok
komunitas taiko dibentuk. Pada abad ini, kelompok taiko sudah tersebar di seluruh
dunia, terutama di Amerika Serikat.Permainan video Taiko Drum Master juga
didasarkan pada budaya ini. Salah satu contoh Band Taiko modern adalah Gocoo.
Musik daerah Min'yo

(Seorang wanita daerah Jepang dengan shamisennya, pada tahun 1904)

Lagu daerah Jepang (min'yo) dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan dalam


banyak cara, tetapi sering kali dikelompokkan dari empat kategori utama seperti:
work song, lagu religi (seperti sato kagura, sejenis musik Shintois),

lagu yang digunakan untuk pertemuan-pertemuan seperti, pernikahan, pemakaman,


dan festival (matsuri, terutama Obon), dan lagu anak-anak (warabe uta).

Pada musik min'yo, penyanyi biasanya disertai dengan alat musik lute dan
tiga alat musik lainnya yang dikenal sebagai shamisen, drum taiko, dan seruling
bambu yang disebut shakuhachi. Instrumen lainnya adalah seruling melintang yang
dikenal sebagai shinobue, sebuah bel yang dikenal sebagai kane, drum tangan yang
disebut tsuzumi, dan / atau kecapi 13 senar yang dikenal sebagai koto. Di Okinawa,
instrumen utamanya adalah sanshin. Ini adalah instrumen tradisional Jepang, tapi
dengan instrumentasi yang modern, seperti gitar listrik dan penyintesis.

Banyak sekali peristilahan ketika membicarakan musik min'yō seperti ondo,


bushi, bon uta, dan komori uta. Ondo pada umumnya menjelaskan beberapa lagu
daerah dengan ayunan khasnya. Lagu khas daerah ini pada umumnya dapat
didengarkan pada festival tarian Obon. Fushi adalah lagu dengan melodi yang khas.
Komori uta adalah lagu pengantar tidur anak. Nama-nama pada lagu min'yo
biasanya meliputi peristilahan deskriptif dibagian akhir. Contoh: Tokyo Ondo,
Kushimoto Bushi, Hokkai Bon Uta, dan Itsuki no Komoriuta.
Banyak di antara lagu-lagu ini biasanya memerlukan penekanan yang lebih
pada beberapa suku kata tertentu serta teriakan bernada (kakegoe). Kakegoe pada
umumnya merupakan teriakan kegembiraan dalam musik min'yo, Kakegoe sendiri
sering dimasukkan sebagai bagian paduan suara. Ada banyak sekali variasi
kakegoe dari satu wilayah ke wilayah lainnya. DI Okinawa sendiri sebagai contoh,
teriakan itu berupa "ha iya sasa!" Di daratan Jepang sendiri teriakan itu berupa "a
yoisho!," "sate!," atau "a sore!" serta "a donto koi!," dan "dokoisho!"

Baru-baru ini sistem berbasis serikat dikenal sebagai sistem iemoto telah
diterapkan untuk beberapa jenis min'yo. Sistem ini awalnya dikembangkan untuk
mentransmisikan genre klasik seperti nagauta, shakuhachi, atau musik koto, tapi
karena terbukti menguntungkan untuk para guru dan didukung oleh siswa yang ingin
memperoleh sertifikat kemahiran serta nama-nama artis terus menyebar ke genre
seperti min'yō, Tsugaru-jamisen dan jenis-jenis musik tradisional lainnya ditularkan
dengan cara yang lebih resmi. Saat ini, beberapa min'yo diwariskan dalam
organisasi keluarga pseudo.

MUSIK KOREA

Musik tradisional Korea merupakan jenis musik yang dimainkan oleh rakyat
Korea dengan menggunakan alat-alat musik Korea, baik di Korea Utara maupun
Korea Selatan. Di Korea Selatan istilahnya adalah han-guk jeontong eum-ak atau
guk-ak, sementara di Korea Utara dinamakan minjok eum-ak.
SEJARAH

Musik awal rakyat Korea diketahui dimainkan sebagai bagian dari upacara
dan penyembahan kepada dewa-dewa. Umumnya, bukti-bukti tersebut berasal dari
sumber-sumber tertulis Cina kuno.

Karena Semenanjung Korea menjorok dari benua Asia bagian timur laut,
rakyat Korea telah melakukan pertukaran yang aktif sejak lama dengan bangsa
Cina, Mongol, Jepang, Siberia dan Asia Tengah yang ikut memengaruhi kesenian
mereka.

Tiga Kerajaan (57 SM-668 M)

Rakyat Korea dikenal pandai menyanyi dan menari sejak zaman kuno.
Catatan pertama yang merekam tentang kegemaran rakyat Korea bermusik adalah
kitab sejarah Cina abad ke-3, San Guo Zhi. Bangsa Cina kuno menyebut nenek
moyang orang Korea dalam artikel tulisan yang berjudul "Barbarian dari Timur" atau
Dong-yi. Dalam catatan tersebut tertulis:

Setelah musim tanam selesai pada bulan ke-5, mereka selalu melakukan
ritual menyembah dewa-dewa dengan membentuk kelompok, menari dan minum
sampai malam tanpa istirahat. Alat musik yang mereka gunakan adalah lonceng
yang dipukul seperti yang digunakan di Cina untuk menari. Pada bulan Oktober,
setelah selesai panen, mereka akan mengulangi ritual yang sama. Setiap desa
memberikan persembahan kepada dewa-dewa dengan petunjuk seorang pemimpin
yang dinamakan cheonggun, yang dipilih oleh warga desa sendiri. ”

Goguryeo (37 SM-668 M)

Rakyat kerajaan Goguryeo, yang tinggal di sebelah utara Semenanjung


Korea dan Manchuria, dikenal pada zaman Cina kuno akan kemahiran menyanyi
dan menarinya. Bangsawan Dinasti Sui dan Tang menyukai orkes musik dan tarian
Goguryeo. Alat musik yang dimainkan di Goguryeo antara lain suling yang
dinamakan piri dan mandolin bersenar 5 yang dinamakan pipa yang diperkenalkan
dari Asia Tengah. Seorang perdana menteri bernama Wang San-ak menulis ratusan
buah lagu berdasarkan permainan alat musik Cina dan menemukan kecapi petik
yang dinamakan geomungo.

Silla (57 SM-668 M)

Di kerajaan Silla, alat musik petik bersenar 12 yang dinamakan gayageum


dari Kerajaan Gaya menjadi terkenal. Masyarakat Silla menikmati lagu-lagu religius
bertema agama Buddha maupun sekuler. Musik asli mereka dinamakan hyang-ak
dan mendapat pengaruh musik Asia Tengah. Seorang musisi terkenal bernama
Baek Gyeol menciptakan karya lagu Banga Taryeong yang sampai sekarang masih
dinyanyikan.

Baekje (16 SM-660 M)

Musik dari kerajaan Baekje, negeri di sebelah barat daya Semenanjung


Korea, kurang begitu dipahami. Namun diperkirakan, musiknya dipengaruhi oleh
musik Cina. Berdasarkan catatan kuno, salah satu nomor musik istana yang masih
dimainkan sampai saat ini, sujecheon (harfiah:"hidup abadi bagai surga") didasarkan
dari musik kuno Baekje yang berjudul jeong-eup-sa atau kota Jeong-eup.

Gaya

Kerajaan Gaya paling dikenal akan kontribusinya terhadap penemuan alat


musik petik bersenar 12. Alat musik ini menyebar ke berbagai kerajaan lain di
sekitarnya dan dikenal dengan nama kecapi gaya atau gayageum.

Silla Bersatu (668-935)

Rakyat Silla Bersatu menikmati seni suara yang dinamakan hyangga atau
musik asli. Hyangga ditulis berdasarkan lirik yang bernuansa Buddhisme yang berisi
doa dan puji-pujian kepada Buddha. Tema lainnya adalah tentang sekuler dan
kehidupan sehari-hari. Hyangga mencerminkan kesenian religius dan sentimen
rakyat Silla Bersatu.

Dinasti Goryeo (935-1392)

Pada masa Dinasti Goryeo, musik Cina (dang-ak) dan musik upacara (Aak)
berkembang pesat bersamaan dengan musik asli (hyang-ak). Musik ritual
ditampilkan dalam upacara keagamaan Konfusius bersama tari-tarian. Berbagai
jenis alat musik baru diciptakan atau diperkenalkan dari Cina. Jenis alat musik yang
populer adalah gayageum, geomungo dan janggo.

Dinasti Joseon (1392-1910)

(Lukisan "anak penari", karya Kim Hong-do, Dinasti Joseon).

Musik pada masa Dinasti Joseon dibagi menjadi 2 jenis, yakni musik istana
(jeong-ak) dan musik rakyat (minsok-ak). Rakyat kelas atas dan istana
mendengarkan musik istana, yang terdiri dari musik Cina (dang-ak), musik asli
Korea (hyang-ak) dan musik ritual Konfusianisme.

Periode terpenting bagi bidang musik pada masa Dinasti Joseon adalah masa
pemerintahan Raja Sejong yang Agung (1418-1450). Kontribusi Raja Sejong
terhadap perkembangan musik Korea dianggap monumental seperti prestasinya
dalam bidang politik dan ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sebuah pipa bambu
yang dinamakan yulgwan untuk menandai pola titinada musik Korea, mendesain
ulang alat musik, menciptakan musik baru dan menciptakan jeongganbo, sistem
notasi musik pertama di Asia Timur.

Pada akhir periode Dinasti Joseon, popularitas musik istana semakin


menurun, sementara itu musik rakyat dan drama tradisional seperti pansori dan
changgeuk, berkembang pesat. Musik rakyat mulai diwariskan dari generasi ke
generasi. Seni suara yang didasarkan dari lirik penyair terkenal seperti Kim Cheon-
taek dan Kim Su-jang mulai populer di antara kaum bangsawan terpelajar.

Musik religius seperti musik agama Buddha dan Shamanisme juga semakin
memengaruhi genre musik rakyat Korea pada masa ini. Musik agama Buddha
mengalami kebangkitan, antara lain dengan populernya permainan musik Yeongsan
Hoesang, musik religius yang terinspirasi dari peristiwa khotbah Buddha di gunung
Gridhrakuta di India. Bentuk syair yang berasal dari zaman Dinasti Goryeo, sijo,
semakin digemari. Sijo adalah syair pendek yang dilantunkan bersama permainan
alat musik.

Korea Utara dan Korea Selatan

Karena Korea telah terbagi lebih dari setengah abad, musik tradisional yang
diwariskan antara kedua negara telah menjadi cukup berbeda. Musisi Korea Selatan
meyakini musik harus melampaui batas politik dan mencapai kemurnian yang tidak
menyampaikan pesan propaganda. Musisi Korea Utara pun berpendapat bahwa
musik harus melampaui politik namun untuk tujuan yang berbeda. Walaupun
memiliki pandangan yang hampir sama mengenai musik, tujuan dan metode yang
mereka kembangkan tidak sama.

Di Korea Utara, tidak ada istilah guk-ak (musik tradisional) dan jeon-tong
eum-ak juga tak pernah digunakan. Jenis-jenis musik tradisional yang dikenal di
Korea Selatan seperti jeong-ak (musik istana), pansori (opera tradisional), musik
rakyat dan sanjo (permainan musik solo) tidak dikenal di Korea Utara. Jenis musik
tradisional yang dipentaskan di Korea Utara hanya minyo atau nyanyian rakyat.
Namun, minyo di Korea Utara tidak dinyanyikan dengan gaya tradisional, melainkan
dengan gaya modifikasi yang diiringi aransemen permainan alat musik tradisional
yang direvisi dan musik barat.

Semua alat musik tradisional kecuali alat musik perkusi telah mengalami
rekonstruksi. Kim Il-sung dalam "Karya-karya pilihan Kim Il-sung, Volume 4,
Halaman 154" menuliskan, “Dalam upaya untuk memodernisasikan musik kita, kita
harus mempertimbangkan untuk memodifikasi alat musik yang tersedia. Tidaklah
mungkin untuk memodernisasikan musik nasional kita dengan alat musik Korea
yang kuno, atau cukup mengekspresikan etos pekerja negara kita. ”

Pernyataan Kim Il-sung ini merupakan awal dari modifikasi alat musik di
Korea Utara. Semua alat musik disesuaikan dengan skala musik barat, dan skala 7
not dimodifikasi agar mudah untuk dimainkan. Orang Korea Utara menganggap
suara "kasar" alat musik tradisional sebagai suara yang "kotor", sehingga mereka
membersihkannya dan membuatnya jelas. Mereka juga memperluas jangkauan alat
musik tradisional, sehingga satu jenis alat musik dapat memainkan jenis musik yang
berbeda-beda.

Konsep

Konsep terpenting yang dimiliki oleh musik Korea adalah menghasilkan


bentuk "rehat suara" yang sama banyaknya dengan permainan musik itu sendiri.
Maksudnya, musik Korea mementingkan jeda-jeda dalam permainan alat musiknya.
Hal ini berbeda dibandingkan konsep musik barat yang menerapkan permainan
yang terus menerus.

Falsafah permainan musik Korea disebut "lima aliran yin dan yang". Dua
belas not dalam satu oktaf dinamakan 6 yin dan 6 yang, yang dilambangkan oleh 12
buah bulan. Terdapat 5 suara mayor, antara lain gung, sang, gak, chi dan woo yang
melambangkan lima buah elemen alam (metal, kayu, air, api dan tanah), lima jenis
rasa, lima jenis kebajikan dan lima buah organ tubuh vital manusia.

Rakyat Korea umumnya tidak menyukai musik dengan notasi yang absolut
dan pasti, sehingga cenderung fleksibel. Dalam setiap permainan alat musik atau
menyanyikan lagu tradisional selalu terdapat vibrasi yang dalam waktu bersamaan
diperpanjang atau disembunyikan.

Melodi musik Korea penuh dengan ornamentasi, terutama sebelum atau


sesudah nada suara utama. Setiap permainannya, selalu terdapat pola ritme
pengulangan yang berfungsi memberi warna dan rasa musik.

Tempo

Tempo merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk alur


permainan musik Korea. Suara nada yang dimainkan dapat menjadi berbeda jika
dimainkan dalam tempo yang bervariasi. Dua jenis musik, musik istana dan musik
rakyat memiliki ciri khas masing-masing. Musik istana kaku, terkontrol dan kurang
menunjukkan emosi. Dibandingkan dengan musik klasik negara lain, musik klasik
(istana) Korea cenderung lambat sehingga tak dapat diukur dengan metronome.
Contohnya, salah satu nyanyian gagok berjudul isak-daeyeob yang terdiri dari 45
kata, dinyanyikan dalam tempo waktu 10 menit. Tempo moderato permainan musik
Korea mengikuti sistem pernapasan manusia, sementara musik klasik barat
mengikuti detak jantung. Tempo musik klasik barat tiga kali lebih cepat dibanding
musik Korea yang menerapkan sistem napas manusia dalam tiap menit.[3] Musik
rakyat sebaliknya, bertempo ceria, sederhana, dan penuh dengan emosi dan
antusiasme.

Pengaruh musik Cina

Berdekatan dengan lingkup kebudayaan Cina, Korea mengadaptasi tradisi


permainan musik Cina dan masih mempertahankannya sampai saat ini. Musik jenis
ini dianggap sebagai warisan kebudayaan penting di Korea, dikarenakan telah
punah di Cina itu sendiri. Penghormatan yang tinggi terhadap Cina dan
kebudayaannya oleh kaum pemerintah Korea, menghasilkan struktur musik yang
terdiri dari 2 jenis. Musik Cina dianggap memiliki tingkat yang lebih tinggi dibanding
musik asli Korea. Tradisi musik Cina di Korea hanya dilestarikan oleh kaum istana,
sementara rakyat memiliki gaya musiknya sendiri.

Walaupun begitu, para musisi Korea selalu menyeimbangkan permainan musik Cina
dan musik asli dan bahkan mengubah gaya musik Cina menjadi khas Korea.[3]
Musik hiburan pesta-pesta istana Korea lebih menunjukkan pengaruh Asia Tengah
dibanding Cina.

Klasifikasi

Musik tradisional Korea terbagi atas 2 kategori, musik istana (gungjung-eumak),


musik rakyat (minsok-eumak), musik militer, musik religius, musik instrumen, dan
musik vokal.
Musik istana

(Kitab musik Dinasti Joseon, Akhak kwebeom, menggambarkan alat musik


gendering).

Musik istana disebut juga dengan istilah jeong-ak atau musik yang pantas.
Musik istana di dibagi menjadi 2 jenis sejak zaman kerajaan Silla, yakni hyang-ak
dan tang-ak. Hyang-ak adalah musik asli Korea dan tang-ak adalah musik Cina yang
berasal dari Dinasti Tang. Penyatuan Semenanjung Korea oleh Silla yang beraliansi
dengan Tang di abad ke-8, menyebabkan aliran budaya Cina masuk ke Korea. Pada
masa-masa berikutnya, musik Cina terus dinamakan dengan istilah tang-ak
walaupun terjadi pergantian kekuasaan di negeri tersebut.

Raja Sejong yang Agung dikenal sebagai pionir dalam mengembangkan


musik istana Korea. Setelah menetapkan titinada dasar permainan musik, ia mulai
mengembangkan berbagai jenis alat musik untuk permainan musik istana. Alat
musik istana dikategorikan menjadi 8 jenis berdasarkan bahan pembuatannya:
metal, kayu, tembikar, mineral, benang katun, bambu, labu, dan kulit.

Tempo permainan musik istana lambat dan khidmat, dengan nomor musik
paling lambat memiliki kurang dari 30 ketukan per menit. Karena musik istana sulit
diukur karena konsep musik ini diukur dengan pernapasan. Musik istana Korea
masih dilestarikan sampai kini di Korea, mulai dari jenis a-ak, dang-ak, dan hyang-
ak.

Para musisi musik istana mengenakan pakaian berwarna merah (lambang


istana kerajaan) dan memainkan musik tanpa konduktor, melainkan dengan seorang
pemandu musik yang menandai awal mula, jeda dan akhir permainan musik.
Pada tahun 1493, Dinasti Joseon mencetak kitab musik yang dinamakan
Akhak kwebeom. Kitab ini mencatat musik dan tarian secara mendetail, termasuk
memberikan petunjuk mempraktikkannya. Rekaman akurat mengenai musik Korea
dalam Akhak gwebeom mendahului pencatatan musik serupa di barat. Intisari buku
ini adalah musik ritual a-ak, yang dianggap sebagai musik penting untuk
menjalankan ritual Konfusianisme.

Musik Militer

Chwita

Chwita adalah jenis musik militer yang dimainkan di istana ketika gerbang
utama dibuka untuk menyambut kedatangan raja yang pulang dari perjalanan, juga
untuk menyambut utusan asing atau pawai militer. Musik chwita dimainkan dengan
berbagai jenis alat musik besar dan didominasi oleh alat musik taepyeongso yang
memainkan melodi utama. Musik chwita dimulai dengan suara pemimpin musik yang
meneriakkan "myonggeum-iha...daechwita!" dengan mengangkat tongkatnya.
Permainan musik chwita memiliki 5 buah repertoar: chwita-gilgunak-giltaryong-
byeoljutaryong-gunak.
Musik Religius

(Alat musik pyeon-gyeong, Jongmyo Jerye).

Pada masa pemerintahan Raja Yejong dari Dinasti Goryeo (tahun 1105-
1122), musik ritual Konfusianisme diperkenalkan dari Dinasti Song, Cina. Musik ini
dinamakan Taeseong-ak atau a-ak. Kaisar Taizu, pendiri Dinasti Ming,
menghadiahkan perangkat alat musik ritual kepada Raja Gongmin. Musik ritual
Konfusianisme pada masa Dinasti Joseon menjadi penting dan menggantikan
Buddhisme sebagai agama negara.

Musik merupakan faktor penting bagi Dinasti Joseon yang menganut


Konfusianisme. Dalam Konfusianisme, musik adalah sarana untuk
menyempurnakan karakter manusia, memperindah masyarakat dan tradisi serta
mengilhami pemerintahan yang lebih baik. Musik tidak hanya menjadi
menyenangkan untuk didengar, namun juga harus menjadi pelajaran bagi batin.
Musik yang buruk akan menjerumuskan masyarakat ke dalam kekacauan dan
mengakibatkan kejatuhan negara. Musik yang baik, ye-ak (musik ritual), ditingkatkan
untuk memperbaiki lingkungan masyarakat, sementara musik yang kasar dan buruk
yang dianggap akan menimbulkan kekacauan, tidak dapat diterima.

Menurut Konfusius, musik yang tidak tepat akan mengakibatkan kejatuhan


bagi negara. Saat titinada dasar, tonggak dari semua nada, tidak disetel dengan
benar, maka pada akhirnya akan menyebabkan rakyat menderita. Titinada dasar
yang fundamental ini dinamakan hwangjeong. Raja Sejong adalah tokoh pertama
yang menyadari pengaruh titinada dasar dalam musik Korea. Pipa bambu yulgwan
yang memproduksi titinada dasar, tidak hanya mengukur musik, namun berfungsi
ganda sebagai standar harian untuk mengukur panjang, volume, dan berat. Panjang
pipa dijadikan sebagai unit standar panjang, jumlah jelai (palawija) yang muat masuk
dalam pipa dianggap sebagai unit standar volume dan berat jelai adalah unit standar
berat. Penentuan ukuran panjang pipa yulgwan merupakan hal yang serius bagi
kerajaan dan masyarakat Dinasti Joseon.

Musik Buddhisme

(Biksu memukul genderang sebelum beribadah, Haeinsa).

Dengan diperkenalkannya agama Buddha kepada masyarakat Korea di abad


ke-4, musik bernapaskan Buddhisme mulai digunakan untuk menyampaikan tujuan-
tujuan religius. Buddhisme dijadikan sebagai agama negara oleh Dinasti Goryeo
(935-1392) dan kesenian Buddhisme berkembang pesat, namun rekaman tertulis
hanya sedikit yang tersisa. Pengaruh musik Buddhis cukup besar pada musik rakyat
dan bangsawan. Jenis seni suara gagok memiliki kesamaan dalam teknik menyanyi
dengan mantra beompae. Musik Buddhis lain, yeongsan hoesang, berkembang
dengan permainan alat musik orkestra dan terdiri dari banyak versi berbeda. Musik
agama Buddha yang dimainkan pada saat upacara-upacara dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis, yakni yeombul, hwacheong dan beompae.
Yeombul: merupakan jenis mantra sutra yang dilantunkan pada upacara sehari-hari
oleh biksu di dalam kuil dan disebut pula anchaebi sori atau lagu dalam ruangan.

Beompae: adalah jenis mantra bakkachaebi sori atau lagu luar ruangan yang
dilantunkan pada saat upacara khusus oleh biksu-biksu khusus yang menguasai
musik Buddhis.

Hwacheong: adalah jenis mantra yang dilantunkan menggunakan bahasa Korea


untuk menyebarkan ajaran Buddha dalam bahasa yang mudah dimengerti.

Musik Shamanisme

(Jeju chilmeoridang yeongdeung-gut, ritual Shamanisme (gut) yang diiringi


permainan musik)

Shamanisme merupakan kepercayaan tertua rakyat Korea yang


menggabungkan unsur-unsur ritual penyembahan dengan musik dan tarian oleh
pimpinan seorang dukun (mudang atau baksu). Tidak hanya struktur ritual, namun
gaya musik dan bentuk tarian masing-masing berbeda berdasarkan daerahnya.
Bagian-bagian pertunjukkan musik Shamanisme terdiri syair-syair dan permainan
alat musik yang biasa ditampilkan dengan tari-tarian.

Pengaruh musik shamanisme terhadap musik rakyat cukup besar. Beberapa lagu
Shamanisme diadaptasi menjadi lagu rakyat (minyo atau sori) yang populer, seperti
changbu taryeong (harfiah:"lagu dukun lelaki") dan noraetgarak (harfiah:"melodi
lagu") dari Seoul. Jenis kesenian rakyat lain yang diadaptasi dari musik Shamanisme
adalah sinawi, sanjo dan tari salpuri.
Musik-musik ritual Shamanisme (gut) memiliki keunikan di masing-masing daerah di
Semenanjung Korea, yang dikategorikan menjadi musik gut dari daerah barat laut,
tengah, barat daya, timur dan Pulau Jeju.

Musik instrumental

(Permainan gayageum sanjo)

Permainan musik instrumental disebut dengan istilah gi-ak, yaitu permainan alat
musik tradisional, variasinya adalah:

Sanjo

Sanjo adalah permainan musik solo yang berasal dari wilayah selatan Korea.
Sanjo berasal dari musik ritual shamanisme. Tempo sanjo dimulai dari yang paling
lambat sampai tercepat. Berbagai alat musik dapat dimainkan dengan sanjo seperti
geomungo (geomungo sanjo), gayageum (gayageum sanjo), ajaeng (ajaeng sanjo)
dan sebagainya.

Musik rakyat

Musik rakyat Korea dapat dibedakan menjadi banyak jenis, antara lain
nongak (musik petani), minyo dan pansori.
Nongak

(Nongak)

Nongak adalah permainan musik petani yang dipentaskan oleh kelompok


pemusik yang terdiri dari para petani (nongaktae). Permainan musik nongak
diwariskan tanpa diketahui dengan jelas penciptanya. Namun begitu, asal usul
nongak diperkirakan telah ada sejak zaman Tiga Kerajaan dari rekaman sejarah
Cina kuno. Catatan mengenai nongak juga dapat ditemukan dalam Babad Dinasti
Joseon (Sillok), yang dipopulerkan oleh kelompok penghibur keliling.

Saat ini, permainan musik nongak (nongak nori) didasarkan untuk berbagai
aktivitas, antara lain ritual desa (gut), latihan militer, aktivitas-aktivitas kerja, atau
murni sebagai hiburan. Nongak memiliki variasi berdasarkan daerahnya, antara lain
gyeonggi nongak, jwado nongak, udo nongak, honam nongak, samcheonpo nongak,
uttari nongak dan yeongnam nongak. Pertunjukkan nongak dapat berlangsung
selama beberapa hari, yang meliputi permainan musik di kuil desa, sumur, rumah
warga, kantor desa, yang terdiri dari pawai (gil-gut), mengetuk pintu gerbang (mun-
gut), dan berjalan mengelilingi tembok halaman sebuah bangunan (heolsa-gut).

Empat jenis alat musik utama nongak adalah kwaenggwari (gong kecil), janggo
(genderang panjang), buk (genderang besar) dan jing (gong besar). Para pemain
musik lain memainkan alat musik sogo (genderang kecil) dan meniup nabal
(trompet).
Samul nori

(Samul nori)

Samul nori adalah jenis permainan musik tradisional yang berakar dari
kesenian menghibur kelompok penghibur keliling (namsadangpae) pada masa lalu.
Kelompok namsadang menampilkan hiburan berupa nongak, menari, dan akrobat
untuk mencari penghidupan. Pada tahun 1978, jenis musik nongak baru ditampilkan
oleh kelompok pemusik tradisional yang terdiri dari 4 orang, dipimpin oleh Kim Duk-
soo (lahir 1952). Jenis musik baru ini dinamakan samul nori dan saat ini dianggap
sebagai musik tradisional yang bergaya urban. Sejak saat itu, kelompok samul nori
bermunculan di seluruh Korea.

Samul nori disebut musik urban yang dibedakan dari nongak dan permainan
musik keliling. Berbeda dengan nongak yang ditampilkan dengan berdiri dan menari,
samul nori dimainkan dengan duduk untuk mengkonsentrasikan permainan musik
secara ritmik.
Musik Vokal

Musik vokal (seong-ak) adalah jenis seni suara yang ditampilkan berdasarkan
lirik-lirik cerita rakyat atau lagu rakyat.

ALIH Jenis musik vokal adalah jeong-ak dan minsok-ak.

ALIH Jeong-ak terbagi menjadi sijo, gasa dan gagok, sementara minsogak terbagi
atas japga, minyo, pansori, musik agama Buddha dan musik Shamanisme.

ALIH Minyo dan pansori adalah jenis seni suara yang berakar dari tradisi
nyanyian rakyat jelata, sementara chapga, sijo, gasa dan gagok adalah nyanyian
yang berasal dari kalangan bangsawan dan istana. Kedua jenis seni suara ini
memiliki karakteristik yang berbeda. Nyanyian rakyat jelata menerangkan kehidupan
rakyat yang jujur, sementara nyanyian bangsawan menyuarakan perasaan dan
emosi yang tidak sebebas nyanyian rakyat jelata. Cara menyanyi kedua jenis
nyanyian ini juga berbeda. Lagu rakyat cenderung menyanyikan lirik dengan
jangkauan nada maksimal, sementara nyanyian istana menggunakan teknik falsetto
untuk mencapai jangkauan nada tinggi.

Nyanyian rakyat merupakan cerminan perasaan dan kehidupan mereka yang


penuh kesulitan dengan ekspresi tawa, candaan, tangisan dan bahasa kasar.
Pertunjukkan mereka selalu ditampilkan di lapangan terbuka. Kehidupan masyarakat
kelas atas dicirikan dengan batasan, hal yang dibuat-buat dan artifisial, sehingga
berpengaruh pada musik mereka. Mereka menampilkannya di dalam ruangan
tertutup.

Minyo

Minyo atau sori adalah jenis nyanyian tradisional. Istilah minyo berasal dari
gabungan kata min (rakyat) dan yo (lagu). Minyo diciptakan oleh musisi yang tidak
diketahui dan telah berakar sejak lama. Jenis seni suara ini dikenal sedikit
mewariskan teks-teks tertulis dan bervariasi berdasarakan daerah. Rakyat Korea
menyanyikan minyo dalam kalimat yang sederhana untuk berbagai aktivitas seperti
bekerja, hiburan dan upacara pemakaman. Sebenarnya istilah minyo berasal dari
bahasa Jepang pada saat penjajahan dimana gramofon diperkenalkan. Musik-musik
yang direkam dengan gramofon pada saat itu adalah jenis minyo baru (sin-minyo)
yang ditampilkan oleh penyanyi profesional.

Variasi

Minyo memiliki ragam yang bervariasi berdasarakan daerah-daerahnya di Korea :

A) Namdo minyo
B) Seodo minyo
C) Gyeonggi minyo
D) Gyeongsang minyo
E) Jeju minyo.

Pansori

Pansori.

Pansori adalah jenis seni suara tradisional Korea yang menggunakan suara
alami untuk mencapai batas maksimum dengan cara unik. Pansori adalah jenis
musik rakyat yang diturunkan dari para penghibur sejak zaman Dinasti Joseon. Lirik-
lirik pansori menggambarkan emosi rakyat jelata yang jujur dan terbuka. Saat dalam
kondisi perasaan yang bagus, seorang penyanyi pansori dapat bernyani selama
berjam-jam, namun jika tidak mereka hanya akan tampil satu jam saja.
Arirang

Arirang adalah jenis nyanyian rakyat yang paling populer di Korea. Nyanyian
ini dikenal secara luas sejak perilisan film bisu tahun 1926 karya Na Un-gyu yang
juga berjudul sama, Arirang. Arirang pada saat itu menjadi simbol gerakan
kemerdekaan melawan penjajahan Jepang. Versi daerah lagu arirang beragam
berdasarkan daerahnya, mulai dari Jeongseon arirang, Jindo arirang dan Miryang
arirang. Asal-usul arirang diketahui berdasarkan cerita rakyat, namun penciptanya
tak diketahui.

Pemain musik tradisional

Musik tradisional Korea tidak diwariskan melalui metode pencatatan musik


(music scores) seperti musik barat, namun diturunkan dari pengajaran mulut ke
mulut dan menggunakan perasaan. Sejarah personal seorang musisi musik
tradisional dianggap penting dan bakat yang dimilikinya dihargai. Pada masa lalu
musisi tradisional berada pada kelas sosial yang rendah dalam masyarakat Korea.
Namun, mereka menganggap itu adalah nasib mereka untuk hidup sebagai pemusik
dan mewariskannya. Banyak di antara mereka telah mengembangkan dan
meningkatkan standar musik serta menciptakan musik-musik baru.

Sejak masa Dinasti Joseon, musisi tradisional Korea dibagi atas dua kategori:
musisi musik rakyat dan musisi musik istana. Tradisi ini sampai kini hanya
dilestarikan di Korea Selatan. Musisi rakyat umumnya berasal dari keluarga dukun
yang mementaskan musik dukun (mu-sok-ak) dari generasi ke generasi. Kelompok
warga yang berprofesi sebagai dukun melahirkan banyak musisi musik Korea yang
terkenal. Karya-karya musik dukun atau Shamanisme antara lain penampil musik
sinawi atau musik instrumental yang diiringi tarian dukun. Jenis musik ini berasal dari
Korea bagian selatan. Selain itu dari keluarga musisi ini lahir tradisi menyanyi opera
tradisional pansori. Begitu pula dengan pertunjukkan sanjo, menampilkan permainan
alat musik secara solo.

Musisi musik istana tidak hanya mewariskan teknik bermain musik istana
kepada keturunan mereka, namun juga posisi sebagai pemusik istana. Pada masa
penjajahan Jepang (1910-1945), para musisi istana mulai mendalami seni suara
gagok dan berbagai genre musik lain yang terkenal di masyarakat karena
repertoarnya. Sampai kini kelompok pemusik istana berkontribusi banyak terhadap
perkembangan dan pelestarian musik klasik.

Musisi musik rakyat

Di masa lalu, status dukun (mudang atau baksu) dipandang rendah dalam
masyakarat, namun pemusiknya mempunyai status lebih baik. Anak-anak dari
keluarga dukun selalu dilatih menyanyikan pansori. Pansori dianggap sebagai
bentuk musik yang paling bagus dan memiliki prospek cerah. Di daerah asalnya,
para musisi pansori dianggap sebagai artis terkenal dan beberapa bahkan dihargai
dengan jabatan penting ketika mendapat kesempatan pentas di istana. Itulah
sebabnya seorang dukun yang berniat menyempurnakan keahlian bermusiknya,
mempelajari pansori dengan giat. Namun begitu, tidak semua keturunan dukun
berbakat menyanyi pansori. Mereka yang tidak memiliki keahlian pansori diajarkan
keahlian lain seperti jultagi (berjalan di atas tali) atau akrobat. Itulah sebabnya,
keluarga dukun sangat erat kaitannya dengan kesenian dan musik tradisional rakyat
Korea.

Musisi musik istana

Musisi musik istana merupakan pemimpin dalam mengembangkan musik


klasik Korea sampai saat ini. Keluarga pemusik istana mewariskan kumpulan
keahlian dan pengetahuan musik istana kepada keturunannya. Sejak masa Dinasti
Joseon, seleksi dan manajemen pemusik istana telah mengalami banyak
perubahan. Namun, para musisi yang terkenal berasal dari keluarga pemusik
profesional.
MUSIK INDONESIA

Musik di Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku di


Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan seluruh 17.508
pulaunya memiliki budaya dan seninya sendiri. Indonesia memiliki ribuan jenis
musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang
paling banyak digemari adalah pop dan dangdut, sementara musik modern adalah
Rock dan Metal.

Instrumen Musik

Identitas musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya Zaman Perunggu


bermigrasi ke Nusantara pada abad ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-
musik suku tradisional Indonesia umumnya menggunakan instrumen perkusi,
terutama gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan
berbeda-beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau Rote, angklung dari Jawa
Barat, dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali.

Metalofon.
Gong.

Seorang pemain Gamelan.

Gamelan

Salah satu bentuk musik yang paling dikenal adalah gamelan, musik ini
dimainkan oleh beberapa orang bersama alat musik perkusi, seperti metalofon, gong
dan rebab bersama dengan suling bambu. Pertunjukan seperti ini umum di negara
seperti Indonesia dan Malaysia, namun gamelan berasal dari pulau Jawa, Bali dan
Lombok.
Kecapi Suling

Kecapi suling adalah sejenis musik instrumental yang bergantung pada


improvisasi dan populer di provinsi sunda Jawa Barat yang menggunakan dua alat
musik, kecapi dan suling. Kecapi suling masih berhubungan dengan tembang
Sunda.

Angklung

Angklung adalah alat musikyang secara tradisional berkembang dalam


masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Angklung terbuat dari
tabung bambu yang terhubung dengan rangka bambu. Angklung dimainkan dengan
cara digoyangkan sehingga menghasilkan bunyi dalam susunan nada dalam setiap
ukuran, baik besar maupun kecil.

Kolintang

Kolintang (atau kulintang) adalah alat musik perkusi yang terbuat dari kayu
dan perunggu asal Indonesia bagian timur dan Filipina. Di Indonesia kolintang
dihubungkan dengan orang Minahasa dari Sulawesi Utara, namun kolintang juga
terkenal di Maluku dan Timor.

Sasando

Sasando adalah alat musik petik yang berasal dari Pulau Rote di Nusa
Tenggara Timur. Bagian utama sasando adalah tabung dari bambu dan ganjalan-
ganjalan dimana senar direntangkan. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah
wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas.

Aliran

Aliran musik Indonesia yang beragam menghasilkan kreativitas musikal bagi


orang Indonesia, dan juga pengaruh musik luar dari pertemuan dengan budaya
musik luar yang masuk ke Nusantara. Selain bentuk-bentuk musik asli Indonesia,
beberapa aliran dapat ditelusuri asalnya dari pengaruh luar; seperti gambus dan
qasidah dari musik Islam Timur Tengah, keroncong dari pengaruh Portugis, dan
dangdut yang dipengaruhi musik Hindi.
Keroncong

Keroncong terbentuk sejak orang-orang Portugis memasuki Indonesia, yang


juga membawa alat musik Eropa. Pada permulaan 1900-an, musik ini dianggap
sebagai musik berkualitas rendah. Hal ini berubah pada 1930-an, ketika perfilman
Indonesia mulai bergabung dengan musik keroncong, dan mulai berjaya pada
dekade berikutnya, ketika musik ini terhubung dengan perjuangaan kemerdekaan.

Salah satu lagu keroncong paling terkenal adalah Bengawan Solo, yang
ditulis pada tahun 1940 oleh Gesang Martohartono, seorang pemusik dari Solo.
Lagu ini ditulis ketika Angkatan Darat Kekaisaran Jepang menguasai pulau Jawa
pada Perang Dunia II, lagu tersebut (tentang sungai Bengawan Solo, sungai
terpanjang dan terpenting di Jawa) menjadi populer di kalangan orang Jawa, dan
terkenal di seluruh Indonesia ketika mulai didengarkan di radio. Lagu ini juga populer
di kalangan tentara Jepang, sehingga ketika mereka kembali ke Jepang setelah
perang, banyak penyanyi Jepang menyanyikan lagu tersebut dan membuatnya
sebagai best-seller.

Dangdut

Dangdut adalah salah satu bentuk musik dansa yang populer sejak tahun
1970-an. Penyanyi dangdut terkenal adalah Rhoma Irama dan Elvy Sukaesih, begitu
juga dengan Inul Daratista, Evie Tamala, Mansyur S., A. Rafiq, dan Fahmy Shahab.
Musik ini juga terkenal di Malaysia sebagai simbol bangsa Melayu (namun bukan
bagian kebudayaan Melayu).
MUSIK CHINA

Musik tradisional di Cina dimainkan pada instrumen solo atau dalam


ansambel kecil dipetik dan di gesek, seruling, dan berbagai simbal, gong, dan drum.
Skalanya pentatonis. Pipa bambu dan qin adalah salah satu instrumen musik tertua
yang dikenal dari Cina, instrumen secara tradisional mereka dibagi dalam kategori
berdasarkan komposisi materi yaitu: kulit binatang, labu, bambu, kayu, sutra, pasir/
tanah liat, logam, dan batu. Orkestra China tradisional terdiri dari string tunduk,
woodwinds/ tiup, string petik dan perkusi.

Instrumen :

A ) Woodwind dan perkusi

B) Dizi, sheng, paigu, gong, paixiao, guan, bells, cymbals

C) String tunduk

D) Erhu, zhonghu, dahu, banhu, jinghu, gaohu, gehu, yehu, cizhonghu, diyingehu,
leiqin

E) String gesek dan di pukul.

F) Guqin, sanxian, yangqin, guzheng, ruan, konghou, liuqin, pipa, zhu

Musik vokal tradisional Cina telah dinyanyikan dengan suara lembut, non
resonansi atau dalam suara tinggi dan biasanya solo, bukan paduan suara. Semua
musik tradisional China berbentuk melodi harmonis. Musik vokal Cina biasanya
dikembangkan dari puisi dan ayat-ayat dinyanyikan dengan musik. Instrumental
potongan dimainkan pada Erhu atau dizi yang populer, dan sering tersedia di luar
China, tetapi musik pipa dan zheng, yang lebih tradisional, lebih populer di Cina
sendiri. Yang qin mungkin instrumen yang paling dikagumi di Cina, meskipun sangat
sedikit orang tahu apa itu atau melihat dan mendengar ketika sedang dimainkan.
Para zheng, bentuk sitar, yang paling populer di Henan, Chaozhou, Hakka dan
Shandong. Pipa, semacam kecapi, diyakini telah diperkenalkan dari daerah
Semenanjung Arab dari abad ke-6 dan diadopsi sesuai selera Cina. Ini merupakan
yang paling populer di Shanghai dan sekitarnya.

ZHONGHU

Musik Etnis Han

Han China terdiri dari 92% penduduk Cina. Musik Etnis Han terdiri dari musik
heterophonic, di mana musisi memainkan versi melodi tunggal. Perkusi biasanya
disertai dalam musik, tari, pembicaraan, dan opera. Musik Etnis cina Han memiliki
banyak aspek yang tergabung dalam artinya, rasa, dan nada suara. genre musik ini,
memiliki rasa, mirip dengan bahasa Cina. Hubungan ini dibuat oleh nada, pergeser
an dari nada tinggi ke nada rendah, atau nada yang lebih rendah ke nada tinggi,
atau kombinasi keduanya. Kesamaan ini berarti bahwa instrumen adalah bagian
yang sangat penting dalam teknik menguasai dengan tangan kiri dan kanan (tangan
kiri digunakan untuk membuat nada suara pada string, tangan kanan adalah untuk
mencabut atau memetik string), terutama untuk klasik (sastrawan) tradisi. Kadang-
kadang, bernyanyi dapat dimasukkan ke dalam musik untuk menciptakan harmoni
atau melodi yang menyertai instrumen. Musik rakyat cina Han ditampilkan dalam
puisi- dengan tempo lambat yang menenangkan mengekspresikan perasaan yang
menghubungkan dengan penonton atau siapa pun yang menampilkannya. Musik
rakyat Cina Han disampaikan dengansebuah cara, menggunakan keheningan yang
mengubah maknanya, ini juga menciptakan suara yang mirip dengan puisi.

(Musisi Cina di sebuah restoran di Shanghai)

Opera Cina

Opera Cina sangat populer dalam sejarah, khususnya opera Beijing. Musik
sering parau dengan vokal bernada tinggi, biasanya disertai oleh suona, Jinghu,
jenis lain dari instrumen string, dan perkusi. Jenis lain dari opera diantaranya genta
opera, Pingju, Kanton opera, opera wayang, Kunqu, Sichuan opera, Qinqiang, ritual
bertopeng opera dan Huangmei xi.

Musik Rakyat

Musik rakyat Han berkembang di pesta pernikahan dan pemakaman dan


biasanya mencakup bentuk obo disebut suona, dan ansambel perkusi yang disebut
chuigushou. Ansambel yang terdiri dari organ mulut (sheng), shawms (suona),
seruling (dizi) dan instrumen perkusi (terutama yunluo gong) yang populer di desa-
desa bagian utara; musik mereka adalah keturunan dari musik kuil kekaisaran
Beijing, Xian, Wutai shan dan Tianjin. musik drum Xian yang terdiri dari alat musik
tiup dan perkusi yang populer sekitar Xian, telah menerima beberapa popularitas di
luar Cina dalam bentuk yang sangat-dikomersialisasikan. Instrumen lain yang
penting adalah sheng, pipa, yang merupakan instrumen kuno yang merupakan
nenek moyang dari semua instrumen Barat gelagah bebas, seperti akordeon.
Parade yang dipimpin oleh Barat-jenis brass band sudah biasa, sering bersaing
dalam volume dengan band shawm / chuigushou.

Di selatan Fujian dan Taiwan, Nanyin atau Nanguanada genre balada


tradisional. Dinyanyikan oleh seorang wanita disertai dengan xiao dan pipa dan
instrumen tradisional lainnya. Biasanya Musik yang sedih dan berkabung, dan
biasanya berhubungan dengan cinta yg melanda perempuan. Lebih jauh ke selatan,
di Shantou, Hakka dan Chaozhou, erxian dan zheng ansambel yang populer.

Sizhu ansambel menggunakan seruling dan membungkuk atau memetik


instrumen string untuk membuat musik yang harmonis dan merdu yang telah
menjadi populer di Barat untuk beberapa pendengar. Ini populer di Nanjing dan
Hangzhou, serta tempat lain di sepanjang area selatan Sungai Yangtze. Sizhu telah
disekulerkan di kota-kota tetapi tetap spiritual di daerah pedesaan.

Jiangnan Sizhu (sutra dan musik bambu dari Jiangnan) adalah gaya musik
instrumental, sering dimainkan oleh musisi amatir di kedai-kedai teh di Shanghai,
yang telah menjadi banyak dikenal di luar tempat asalnya.

Guangdong Musik atau Kanton Musik adalah musik instrumental dari


Guangzhou dan sekitarnya. Hal ini didasarkan pada Yueju (Opera Kanton) musik,
bersama-sama dengan komposisi baru dari tahun 1920 dan seterusnya. Banyak
potongan pengaruh dari jazz dan musik Barat, menggunakan tiga sinkopasi dan
waktu. Musik ini biasanya menceritakan cerita dan mitos legenda.

PENUTUP

Asia menyimpan banyak sekali alat-alat musik tradisional maupun jenis-jenis


musik asli Asia, melalui papers ini saya semakin mengetahui kekayaan budaya dan
tradisi dari benua Asia maupun masyrakatnya, sebagai orang Asia, saya pun
merasa bangga, karena bisa mengetahui warisan budaya dan adat dari nenek
moyang kita khususnya di Indonesia melalui musik-musik tradisional, semoga
sebagai generasi penerus bangsa kami selalu menjaga dan melestarikan seni,
budaya dan tradisi orang Asia dan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai