Anda di halaman 1dari 11

Presentasi Kasus

KETUBAN PECAH DINI

Disusun oleh:

Claudia Natalia Zachawerus

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK


Jalan Akses Universitas Indonesia (Mako Korps Brimob Polri), Kelapa Dua, Cimanggis
Depok, Jawa Barat
2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i


LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… iv
BAB I STATUS PASIEN ……………………………………………... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 17
BAB III ANALISIS KASUS …………………………………………… 30
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 33
BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Y
Umur : 25 tahun
Alamat : Jl. Benuang
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMU
MRS : 27 September 2016

II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Keluar air-air sejak 3 jam sebelum masuk Rumah Sakit
Riwayat perjalanan penyakit
±3 jam SMRS os mengeluh keluar air-air, banyaknya 3x ganti celana dalam
basah, warna jernih, bau (-), riwayat keluar darah lendir (-), riwayat nyeri perut
yang menjalar ke pinggang semakin lama semakin sering dan kuat (-), riwayat
trauma (-), riwayat keputihan (+), riwayat demam (-), riwayat post coitus (-).
Pasien lalu ke RS Bhayangkara Brimob Depok, dilakukan pemeriksaan dalam,
dikatakan ketuban pasien sudah pecah.
Status soseial ekonomi : sedang
Status reproduksi : menarche 12 tahun, siklus teratur, 28 hari, lama 7 hari
Status perkawinan : menikah 1x lama 2 tahun
Status persalinan : 1x, hamil ini

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat hipertensi (-)
Riwayat kencing manis (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah :110/70 mmHg
Resp rate : 20x/menit
Nadi : 84x/menit

b. Keadaan khusus
Kepala : normochepali
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher : perbesaran KGB(-)
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : suara fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+), wheezing (-), ronki (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordi tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
FUT 3 JBPX (30cm), memanjang, kepala, his 2x/10’/25”, DJJ
145x/menit, PBJ 2635 g
Genitalia
Insekulo
Tampak ssptum vagina transversal dengan luang kecil diameter 0,5 cm,
arah jam 10, ketuban keluar dari lubang septum, lakmus (+)
Portio
Portio tidak teraba, teraba septum vagina, terbawah kepala
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,2 12,0 - 14,0 g/dl
Leukosit 16.700 4.000 – 10.000 sel/μl
Hematokrit 33 36 – 48 %
Trombosit 323.000 150.000 – 400.000 sel/μl
HEMOSTATIS
Masa Perdarahan (BT) 3 1–6 menit
Masa Pembekuan (CT) 13 10 - 15 menit

V. DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu dengan KPD 4 Jam+ incomplete septum
vagina, JTH , Preskep
VI. TATALAKSANA
Observasi tanda vital ibu
IVFD gtt XX/menit
Cek lab
Rencana persalinan perabdominal

VII. DIAGNOSIS PASCA OPERASI


P1A0 post SC atas indikasi Ketuban Pecah Dini

VIII. EVALUASI
S : nyeri post operasi
O:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 89x/menit
Resp rate : 20x/menit

A: P1A0 post SC atas indikasi KPD

P:
Observasi TTV, KU, kesadaran
IVFD RL
Imobilisasi 24 jam
Medikamentosa
Ceftriaxone 2x1 mg IV
Ketorolac 3x1 mg IV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketuban Pecah Dini


2.1.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau
ketuban pecah premature (KPP) adalah keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir sebelum
proses persalinan (Saifuddin dkk, 2000). Beberapa penulis mendefinisikan KPD sebagai
ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan. Ada pula teori yang
menghitung beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada
juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya ketuban pecah
sebelum pembukaan serviks pada primigravida 3cm dan pada multigravida kurang dari 5cm.2
Ketuban pecah dini disebut juga Premature Rupture of Membrane (PROM). Jika
ketuban pecah sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini preterm atau
Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM).

2.1.2 Epidemiologi
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 8-10% pada semua kehamilan. 1 Insiden dari
PROM yaitu 6-19%, sedangkan pada PPROM insidensinya 2% dari semua kehamilan. Saat
ketuban pecah, 50% ibu akan mengalami persalinan secara spontan dalam 24 jam dan 80%
akan memulai persalinan dalam 48 jam. Apabila setelah 18 jam belum dimulai suatu
persalinan, maka dapat menyebabkan kolonisasi kuman Streptokokus grup beta yang terus
meningkat sehingga terjadi infeksi ascending dimana kuman tersebut dapat menyabakan
infeksi pada neonatus dan berujung pada sepsis.

2.1.3 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.

2.1.4 Faktor Resiko


Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD antara lain:

Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun infeksi ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban.

Servik yang inkompetensia
Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat
persalinan dan kuretase)

Tekanan intrauterine
Tekanan intrauterine yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidroamnion, dan gemelli.

Trauma
Tramua oleh beberapa ahli disepakati sebagai factor predisposisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menybabkan terjadinya KPD dan biasanya disertai
infeksi.

Keadaan letak janin
Keadaan letak, misalnya letak sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah.

Defisiensi gizi
Defisiensi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C)

Faktor lain:

Faktor golongan darah

Kulit ketuban

Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu

Faktor multi graviditas, riwayat kelahiran preterm sebelumnya, merokok dan
perdarahan antepartum.

2.1.5 Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi
dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin.
Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon
yang merangsang aktivitas matrix degrading enzyme.
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah sehingga menyabakan selaput ketuban pecah.1
Menurut Mochtar, ternyata terdapat hubungan dengan hal-hal berikut:

Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pienefritis-sistitis, servisitis dan vaginitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas rahim.

Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan selaput ketuban)

Infeksi (amnionitis dan korioamnionitis)

Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi adalah: multipara, malposisi,
disproporsi, serviks inkompetensia, dan lain-lain.

Ketuban pecah dini artificial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu
dini.
KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak pecahnya ketuban dan
permulaan persalinan disebut periode laten atau lag periode (LP). Makin muda umur
kehamilan makin memanjang LP nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa,
yaitu pada primipara 10 jam dan 6 jam pada multipara 2

2.1.6 Diagnosis
Menetapkan diagnosis pecahnya ketuban tidak selalu mudah, kecuali jelas tampak
atau dirasakan oleh pemeriksa, yaitu mengalirnya air ketuban dari mulut rahim. Diantaranya
yang mungkin banyak yang digunakan untuk mendiagnosis pecahnya selaput ketuban adalah
dengan menentukan derajat keasaman cairan yang berada di vagina. Dasar dari pemikiran ini
adalah perbedaan antara pH lendir vagina dengan pH cairan ketuban. pH cairan vagina
berkisar antara 4,5-5,5 sedangkan cairan ketuban biasanya antara 7-7,5.
Secara procedural, diagnosis KPD ditegakkan dengan cara:

Anamnesa
Penderita merasakan cairan yang banyak keluar secara tiba-tiba dari vagina, dengan
berbau khas.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak cairan keluar dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas. Adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa (lemak putih)
rambut lanugo, bila telah terinfeksi akan berbau.1

Inspekulo
Pada pemeriksaan dengan speculum, akan tampak keluar cairan dari orifisium
uteri eksternum (OUE). Bila tidak tampak cairan yang keluar, fundus uteri
ditekan, penderita diminta batuk/ mengejan, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior. Lihat dan perhatikan apakah
memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,
atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior.1

2.1.7 Klasifikasi
Klasifikasi ketuban pecah dini dibagi atas usia kehamilan, yaitu kapan ketuban pecah
dini itu terjadi. Batasan waktu usia kehamilan berdasarkan yang dijadikan pemisah antara tipe
ketuban pecah dini yaitu pada usia kehamilan 37 minggu.

Ketuban pecah dini atau disebut juga Premature Rupture of Menmrane atau
Prelabour Rupture of Membrane (PROM), adalah pecahnya selaput ketuban pada
saat usia kehamilan lebih dari 37 minggu. Insiden PROM adalah 8-10%
kehamilan.

Ketuban pecah premature pada preterm yaitu pecahnya merman koriomanionitik
sebelum usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm
Premature Rupture Of Membran atau Preterm Prelabour Rupture Of Membrane
(PPROM). Insiden PPROM adalah sekitar 1% kehamilan.1

2.1.8 Tatalaksana
Usia Gestasi Manajemen

Aterm (> 37 minggu) Dilakukan tindakan persalinan dengan
tatacara sesuai indikasi

Diberikan profilaksis Streptokokus Grup
B atas indikasi dari kultur

Near term (34 – 36 Dilakukan tindakan persalinan dengan
minggu) tatacara sesuai indikasi

Diberikan profilaksis Streptokokus Grup
B atas indikasi dari kultur

Preterm (32 – 33 Manajemen ekspektansi, jika
minggu) kematangan paru bayi diketahui

Hindari pemeriksaan serviks secara
digital jika sudah memasuki persalinan
aktif

Diberikan profilaksis Streptokokus Grup
B atas indikasi dari kultur

Pemberian kortikosteroid antenatal

Pemberian antibiotik

2.1.9 Komplikasi
Adapun komplikasi KPD terhadap ibu dan janin adalah:
Bagi ibu

Infeksi dalam persalinan

Masa nifas

Partus lama

Perdarahan pasca persalinan

Meningkatkan tindakan operatif obstetric

Morbiditas dan mortalitas maternal
Bagi Janin

Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah sindrom
gawat napas, hipotermia, masalah asupan makan neonatus, prematuritas retinopati,
perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, gangguan otak,
hiperbilirubinemia dan anemia.

Sepsis
Dengan pecahnya selaput ketuban setelah 18 jam dikarenakan belum dimulainya
suatu persalinan, mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri pathogen lainnya
secara ascenden dapat mencapai cairan amnion dan janin dimana kuman tersebut
dapat menyebakan infeksi pada neonatus dan mengakibatkan sepsis pada
neonatus.3

Prolaps funiculli
Prolaps funiculli dapat menyebabkan gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia.

Hipoksia dan asfiksia sekunder
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, nilai
APGAR rendah, ensefalopati, serebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal,
respiratory distress.

Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas
ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)

Morbiditas dan mortilitas perinatal

Oligohidramnion

Partus kering

DAFTAR PUSTAKA

1. Preterm Labor and Preterm Birth. American College of Obstetricians and


Gynecologists; 2013.
2. Manuaba I.B.G., Manuaba Chandranita, Manuaba Fajar. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC; 2007.
3. Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) 2012 – 2016. Departemen
Kesehatan Indonesia; 2013.

Anda mungkin juga menyukai