Anda di halaman 1dari 13

SBK

Sejarah Alat Musik

Nama : Indrawan Pramestya Dwi Putra


Kelas : IX 9

Asal-usul[sunting | sunting sumber]


Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang
diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16
ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan
kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada
abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk
awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban
ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan
nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal
dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur
tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan.
Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di
Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga
sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik
populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya grup
musik Beatles dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian,
musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat
di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Fado, Gereja Protestan dan Musik


Keroncong[sunting | sunting sumber]
Seperti diketahui bahwa Musik Keroncong [1] masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu
pada waktu Ekspedisi Portugis pimpinanAlfonso de Albuquerque datang
ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Tentu saja para pelaut Portugis membawa lagu
jenis Fado, yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor, karena
orang Moor Arab pernah menjajah Portugis/Spanyol tahun 711 - 1492. Lagu jenis Fado
masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio Los
Panchos atau Los Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat (budaya Arab)
seperti Ayam Den Lapeh.
Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa (India) di Kampung Tugu dibebaskan
pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC), mereka diharuskan pindah
agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado
menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada tangga nada mayor.
Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan awal ini Musik Keroncong juga
dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di
Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong (lihat Musik Suku Ambon atau The
Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng).

Alat-alat musik[sunting | sunting sumber]


Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai,
seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam
ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh
komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta
Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang
Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat
perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai
sifat orang Jawa.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik
seperti

sitar India

rebab

suling bambu

gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan

gong.

Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup

ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat
musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong
(ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik
keroncong)

ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat
musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal
dengan sebutan in F);

gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti
melodi);

biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat


oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah
berubah modelnya hingga sekarang;

flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling
Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh

orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling
Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang
indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);

selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat
oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong
dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;

kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah
sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya;

Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang
ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus
hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang
melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ
tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ
tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).

Jenis keroncong[sunting | sunting sumber]


Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak
pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat
dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya,
mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan
pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut.
Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.

Perkembangan musik keroncong masa


kini[sunting | sunting sumber]
Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia
(1522) dan pemukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661

[2][3]

, dan ini

merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua
abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya
dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir
tahun 1661-1880.
Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880
hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu
perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun
1879 [4], di saat penemuan ukulele di Hawai [5] yang segera menjadi alat musik utama dalam

keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong), sedangkan awal keroncong millenium


sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah[6]
(a) Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920),
(b) Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
(c) Masa keroncong modern (1960-2000), serta
(d) Masa keroncong millenium (2000-kini)

Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920)


[sunting | sunting sumber]
Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada
tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di daerah
Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir (lihat
ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie
Stamboel 1891-1903 lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891,
berupa Pentas Gaya Instanbul, yang mengadakan pertunjukan keliling di
Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat jalur kereta api maupun
kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi Cerita 1001 Malam (Arab)
dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat), termasuk Hikayat India dan
Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan,
diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus
musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I, Stambul II, dan
Stambul III.
Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu
ketuk seperempat nada), di mana Warga Kampung
Tugu maupun Kusbini menyebut sebagaiKeroncong Portugis,
sedangkan Gesang menyebut sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur
dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo,
dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (perhatikan rekaman Idris
Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M.
Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama,
yang terdiri atas:
Stambul I:[sunting | sunting sumber]
Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina
Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A - B - A - B atau A - B - C D (16 birama):

|I , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |

|, , , , |, , , , |, , , , |I , , , |

|I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , , |

|, , , , |V7, , , |, , , , |I , , , ||

Stambul II:[sunting | sunting sumber]


Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada Akord IV
sebagai ciri Stambul II dengan struktur A - B - A - C (16 birama):

|I . . . |. . . . |. . . . |IV, , , | (tanda . artinya tacet)

|, , , , |, , , , |, , V7, |I , , , |

|, , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |

|, , , , |, , , , |, , , , |I , , , ||

Stambul III:[sunting | sunting sumber]


Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong A sli
sehingga sering salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya
Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude - A - Interlude - B - C (16
birama):

Pr|I , , , |, , , , | Prelude 2 birama

A1|, , , , |, , , , |

A2|II#, , ,|V7, , , | Modulasi 2 birama

In|, , , , |IV, , , | Interlude 2 birama

B1|, , , , |I , , , |

B2|V7, , , |I , , , |

C1|, , , , |, , , , |

C2|V7, , , |I , , , ||

Musiq Losquin Bugis: Dari periode tempo doeloe ini lahir pula di Makassar
bentuk keroncong khas yang dikenal sebagai musiq losquin Bugis,
misalnya lagu Ongkona Arumpone yang dinyanyikan oleh Sukaenah B.
Salamaki. Irama keroncong ini, tanpa seruling-biola-cello, tapi dengan
melodi guitar yang kental, mirip seperti gaya Tjoh de
Fretesdari Ambon. Kalau kita hubungkan kesemua ini, maka ada garis
kesamaan dengan Orkes Keroncong Cafrino Tugu (Kr. Pasar Gambir)

Orkes Keroncong Lief Java (Kr. Kali Brantas) Losquin Bugis (Ongkona
Arumpone) Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yaitu gaya era
tempo doeloe dengan irama yang cepat sudah dengan kendangan cello
dan dengan guitar melodi yang kental.

Masa keroncong abadi (1920-1960)[sunting | sunting


sumber]
Pada masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama, akibat
pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa Hotel2 di
Indonesia pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina (spt
Pablo, Sambayon, dll), dan berakibat juga lagu pada waktu itu telah 32
birama juga, perhatikan lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pada
waktu itu juga sudah 32 birama. Selanjutnya pusat perkembangan beralih
ke timur mengikuti jaringan kereta api melalui Solo dan iramanya juga
lebih lamban (sekitar 80 untuk seperempat nada) dengan kendangan cello
mirip kendangan gamelan, dan permainan gitar melodi mirip alunan siter
musik gamelan yang kontrapuntis. Masa ini lahir para musisi Solo,
seperti Gesang dan penyanyi legendaris Annie Landouw. Lagu Keroncong
Abadi terdiri atas: Langgam Keroncong, Stambul Keroncong, dan
Keroncong Asli.
Langgam Keroncong[sunting | sunting sumber]
Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A - A - B - A dengan
pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A - Verse
A - Bridge B - Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua,
yakni pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki
bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas
diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia
sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan
irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam. Alur akordnya sebagai berikut:

Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |

Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |

Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|

Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |

Stambul Keroncong:[sunting | sunting sumber]


Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B') x 2 = 16 birama x 2 = 32 birama,
merupakan modifikasi Stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama

(menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul


merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara
yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di
Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama "stambul" diambil
dari Istambul di Turki.
Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. (tanda - adalah tacet atau
iringan tidak dibunyikan):

|I - - - | - - - - | - - - - |IV , , , | dibuka dg broken chord I utk mencari nada

|IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , , , |

|I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |

|V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |

|I , , , |I , , , |I , , , |IV , , , | 16 birama ini pengulangan dari 16 birama


pertama atau sama

|IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |

|I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |

|V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |

Keroncong Asli[sunting | sunting sumber]


Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - B'. Lagu terdiri atas 8 baris, 8
baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 birama
yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE
standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga.
Keroncong asli diawali oleh voorspel atau prelude, atau introyang diambil
dari baris 7 (B3) mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh
alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar;
dan tussenspel atau interlude atauintermezzo di tengah-tengah
setelah modulasi/modulatie/modulation yang standar untuk semua
keroncong asli: Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini:

Pr |V , , , |I , I7 , |IV , V7 , |I , , , | Prelude 4 birama diambil dari baris ke-7


(B3)

(A1) | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |

(A2) |II# , , , | II# , , , | V , , , | Modulasi merupakan ciri keroncong asli


sebanyak 4 birama

In |V , , , | V , , , | V , , , |IV , , , | Interlude 4 birama untuk semua lagu


menjadi standar

(B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |

(B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |

(B3) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |

(B2) | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |

Kadensa Keroncong Dalam Teori Musik Klasik dikenal 4 (empat) jenis


Kadensa, di mana Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni sebagai
penutup pada akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup
sempurna melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi
tersebut. Sedangkan Tierce de Picardy boleh dimasukan dalam Kadensa,
dan pada Masa Keroncong Abadi tercipta satu Kadensa baru, disebut
Kadensa Keroncong dengan rangkaian penutup I-I7-IV-V7-I.
1. Kadensa dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa
Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan
terasa berhenti sempurna.
2. Tetapi kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka
disebut Kadensa Tidak Sempurna atau Setengah Kadensa,
misalnya rangkaian Super Tonik - Dominan Septim.
3. Kalau rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka
disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim - Submedian.
4. Dalam rangkaian IV-I disebut Kadensa Plagal, mempunyai sifat
sendu seperti kalau kita mengucap "Amin" dalam salat.
5. Lagu kunci minor ditutup pada kunci mayor, disebut Tierce de
Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, namun biasanya dipakai
dalam akhir lagu
6. Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik
keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I

Ismail Marzuki (1914-1958) Komponis Ismail Marzuki termasuk hidup


dalam Era Keroncong Abadi, namun lagu-lagunya sangat modern pada
zamannya, misalnya Sepasang Mata Bola ditulis dalam kunci minor
sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong seperti keroncong
beat (1958).
Gambang Keromong Gambang Keromong adalah salah satu gaya
keroncong yang dikembangkan oleh Etnis Tionghoa (gambang adalah alat
musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong adalah istilah lain
dari kempul) yang dikembangkan sekitar tahun 1922 di Kemayoran Jakarta
(tanjidor), namun kemudian berkembang di Semarang sekitar tahun 1949
(ingat lagu Gambang Semarang - Oey Yok Siang). Sebenarnya Gambang
Keromong yang lahir pada Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal
bakal Campursari yang lahir pada Masa Keroncong Modern.
Masa Keemasan (The Golden Age). Pada tahun 1952, Radio Republik
Indonesia (RRI) menyelenggarakan perlombaan Bintang Radio dengan 3
jenis, Keroncong, Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu juga dilombakan
mencipta lagu keroncong, salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini
dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada masa akhir dari Keroncong Abadi
(1920-1960) ini merupakan Masa Keemasan (Golden Age) bagi musik
keroncong.

Masa keroncong modern (1960-2000)[sunting | sunting


sumber]
Perkembangan keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya, namun
muncul berbagai gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi
(termasuk musisinya), dan merupakan pembaruan sesuai dengan
lingkungannya.
Mulai Masa keroncong modern (1960-2000) semua aturan
baku (pakem) Musik Keroncong tidak berlaku, karena mengikuti aturan
baku (pakem) Musik Pop yang berlaku universal, misalnya tangga nada
minor, moda pentatonis Jawa/Cina, rangkaian harmoni diatonik dan
kromatik, akord disonan, sifat politonal atau atonal (pada campursari),
tidak megenal lagi pakem bentuk keroncong asli atau stambul, ada
irama nuansa dangdut (congdut), mulai tahun 1998 musik rap mulai masuk
(Bondan Prakoso), dlsb.
Langgam Jawa[sunting | sunting sumber]
Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal
sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini.
Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara
lain siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala

kendang), saron, dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal
tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh.
Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A - A - B - A atau juga A - B C - D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam Jawa yang terkenal pada
tahun 1958 adalah ciptaanAnjar Any (1936-2008): Yen Ing Tawang Ana
Lintang (Tawang dalam Bahasa Jawa berarti: awang-awang, langit, dan
makna lain nama suatu desa di Magetan, Kalau di Langit Ada Bintang).
Langgam Jawa menjadi terkenal oleh Waljinah yang pernah sebagai juara
tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958.
Keroncong Beat[sunting | sunting sumber]
Dimulai oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudi Pirngadie, di Jakarta
pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau melangkah lebih
bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York World's
Fair Amerika Serikat dengan biola tahun 1964 dengan maksud mau
memperkenalkan lagu pop barat (I left my heart in San Fransico, pada
waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia) dengan
iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak cipta akibat
tanpa izin.
Dengan Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan dengan rangkaian
harmoni keroncong, termsuk kunci Minor) dapat dinyanyikan seperti La
Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berduri, dll.
Campur Sari[sunting | sunting sumber]
Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun
1968 Manthous memperkenalkan gabungan alat gamelan dan musik
keroncong, yang kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini
daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat para
artis musik campursari.
Keroncong Koes-Plus[sunting | sunting sumber]
Koes Plus dikenal sebagai perintis musik rock di Indonesia, pada sekitar
tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong yang rock. Keroncong
Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk
campuran (dalam bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris
Combine form) antara Stambul II dan langgam Keroncong.
Keroncong Dangdut (Congdut)[sunting | sunting sumber]
Keroncong dangdut (Congdut) adalah jawaban atas derasnya pengaruh
musik dangdut dalam musik populer di Indonesia sejak 1980-an. Seiring

dengan menguatnya campur sari di pentas musik populer etnis Jawa,


sejumlah musisi, konon dimulai dari Surakarta, memasukkan
unsur beat dangdut ke dalam lagu-lagu langgam Jawa klasik maupun
baru.Didi Kempot adalah tokoh utama gerakan pembaruan ini. Lagu-lagu
yang terkenal antara lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto.
Masa Kejayaan Musik Keroncong. Pada Masa Keroncong Modern adalah
Masa Kejayaan Musik Keroncong, di mana terdengar di mana-mana musik
Langgam Jawa, Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan terakhir
dengan Congdut dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan Belanda
(2004-2008). Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik
Keroncong, sehingga Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati (2008,
ucapan dia sebelum wafat).

Masa keroncong millenium (2000-kini)[sunting | sunting


sumber]
Walaupun musik keroncong di era millenium (tahun 2000-an) belum
menjadi bagian dari industri musik pop Indonesia, tetapi beberapa pihak
masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok musik Keroncong
Merah Putih[7], kelompok keroncong berbasis Bandung masih cukup aktif
melakukan pertunjukan. Selain itu, Bondan Prakoso dan grupnya Bondan
Prakoso & Fade 2 Black, menciptakan komposisi berjudul "Keroncong
Protol" yang berhasil memadukan musik gaya rap dengan musik latar
belakang irama keroncong. Pada tahun 2008 @ Solo International
Keroncong Festival, Harmony Chinese Music Group membuat suasana
lain dengan memasukan unsur alat musik tradisional Tionghoa dan
menamainya sebagai Keroncong Mandarin [8].

Tokoh keroncong[sunting | sunting sumber]

Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam
membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota
Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari
pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di
sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah(lagu)|Bengawan
Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki "Buaya
Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik
keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL
(1880-1920), yang berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir)
sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan
pindah ke Solo (MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi
lebih lambat.
Asal muasal sebutan "Buaya Keroncong" untuk Gesang berkisar pada
lagu ciptaannya, "Bengawan Solo". Bengawan Solo adalah nama sungai
yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki
habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak
terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian
semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai "Buaya
Keroncong".
Di sisi lain nama Andjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000
lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam keroncong
untuk Langgam Jawa beserta [[Waldjinah99 (Solo), sedangkan R.
Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul,
Yogyakarta) untuk Campursari dan Koes Plus (Solo/Jakarta) untuk
Keroncong Rock, serta Didi Kempot (Solo) untuk Congdut.

Anda mungkin juga menyukai