tentang
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumkit Tk. II dr.
Soepraoen, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Instalasi
Gawat Darurat yang bermutu tinggi.
b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumkit Tk. II dr.
Soepraoen dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Kepala Rumkit Tk. II dr. Soepraoen sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumkit Tk. II
dr. Soepraoen.
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan
Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumkit Tk. II dr.
Soepraoen dengan Keputusan Kepala Rumkit Tk. II dr. Soepraoen.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Kepala Rumkit Tk. II dr. Soepraoen tentang Kebijakan
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumkit Tk. II dr. Soepraoen.
Kedua : Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumkit Tk. II dr.
Soepraoen sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Malang
Pada Tanggal : 2014
Kebijakan Umum
1. Peralatan di IGD harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di IGD harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas IGD wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Setiap petugas atau staf Instalasi Gawat Darurat wajib meningkatkan kompetensinya
melalui pelatihan yang sudah diprogramkan.
5. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD)
serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket, menghormati hak pasien, dan
mengutamakan keselamatan pasien.
7. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari
dalam seminggu, yang didukung dengan pelayanan radiologi dan laboratorium 24 jam.
8. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
9. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
10. Setiap bulan wajib membuat laporan.
Kebijakan Khusus
1. Instalasi Gawat Darurat dipimpin oleh Dokter yang memiliki sertifikat PPGD yang
masih berlaku.
2. Pelayanan gawat darurat di RSS merupakan pelayanan gawat darurat level II.
3. Pelayanan gawat darurat terutama life saving dilaksanakan tanpa membayar uang
muka.
4. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-hak
pasien.
5. Selain menangani kasus “true emergency” IGD juga melayani kasus “false emergency”
pada ruang pemeriksaan yang terpisah.
6. Pada pasien “death on arrival” (DOA) tidak dilakukan resusitasi kecuali atas
permintaan keluarga dan harus diberi nomor Rekam Medis.
7. Dokter yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD / ACLS dan BLS yang
masih berlaku.
8. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat yang bertugas harus memilliki sertifikat
PPGD / ACLS yang masih berlaku sebagai Penanggung Jawab Shift.
9. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu tersedia.
10. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triage untuk mendapatkan pelayanan
yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.
11. Triage di IGD dilakukan oleh dokter jaga IGD atau perawat penaggung jawab shift.
12. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik / terapi / spesimen yang tidak
tersedia di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga
bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena
penyakitnya.
13. Bila terjadi bencana, baik yang terjadi di dalam atau di luar Rumah Sakit, IGD siap
untuk melakukan penanggulangan bencana.
14. Setiap petugas / staf IGD wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan.
15. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko tinggi harus mendapat persetujuan
tertulis dari pasien atau keluarganya / penanggung jawabnya, kecuali pada kondisi
gawat darurat yang mengancam kehidupannya.