Anda di halaman 1dari 4

SURAT KEPUTUSAN

No.

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB

DIREKTUR RSUD PROVINSI NTB

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUDP NTB, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat yang
bermutu tinggi.
b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Gawat Darurat di RSUDP NTB dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RSUDP NTB
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat di
RSUDP NTB.
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Kebijakan
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSUDP NTB dengan Keputusan Direktur
RSUDP NTB.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUDP NTB TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT RSUDP NTB.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSUDP NTB sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

KETIGA : Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSUDP NTB sebagaimana


dimaksud dalam Diktum Kedua harus dijadikan acuan dalam menyelenggarakan
pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSUDP NTB.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Mataram
Pada tanggal :
Direktur RSUDP NTB

dr. H. MAWARDI HAMRY, MPPM

Pembina Tk. I

NIP. 19611106 199603 1 002


Lampiran Sur at K eputusan Direktur RSUDP NTB
Nomor

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT


DARURAT

Kebijakan Umum :
1. Peralatan di IGD harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Pelayanan di IGD harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas IGD wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Setiap petugas atau staf Instalasi Gawat Darurat wajib meningkatkan kompetensinya melalui
pelatihan yang sudah diprogramkan.
5. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD) serta selalu mengacu pada
pencegahan dan pengendalian infeksi.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, etiket, menghormati hak pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien.
7. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu, yang didukung dengan pelayanan radiologi dan laboratorium 24 jam.
8. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
9. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal
satu bulan sekali.
10. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus :

1. Instalasi Gawat Darurat dipimpin oleh Dokter yang memiliki sertifikat PPGD yang masih
berlaku.
2. Pelayanan gawat darurat di RSUDP NTB merupakan pelayanan gawat darurat level II.
3. Pelayanan gawat darurat terutama life saving dilaksanakan tanpa membayar uang muka.
4. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
5. Selain menangani kasus “true emergency” IGD juga melayani kasus “false emergency” pada
ruang pemeriksaan yang terpisah.
6. Observasi dilakukan pada pasien dengan kebutuhan khusus sesuai dengan sumber daya yang
tersedia.
7. Pada pasien “death on arrival” (DOA) tidak dilakukan resusitasi kecuali atas permintaan
keluarga dan harus diberi nomor Rekam Medis.
8. Dokter yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD / ACLS dan BLS yang masih
berlaku.
9. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat yang bertugas harus memilliki sertifikat PPGD / ACLS
yang masih berlaku sebagai Penanggung Jawab Shift.
10. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu tersedia.
11. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triage untuk mendapatkan pelayanan yang tepat
dan sesuai dengan kondisi pasien.
12. Triage di IGD dilakukan oleh dokter jaga IGD atau perawat penaggung jawab shift.
13. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik / terapi / spesimen yang tidak tersedia
di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang
memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena penyakitnya.
14. Bila terjadi bencana, baik yang terjadi di dalam atau di luar Rumah Sakit, IGD siap untuk
melakukan penanggulangan bencana.
15. Setiap petugas / staf IGD wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan.
16. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko tinggi harus mendapat persetujuan tertulis dari
pasien atau keluarganya / penanggung jawabnya, kecuali pada kondisi gawat darurat yang
mengancam kehidupannya.
11. Skrining dan triase :
 Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani
oleh RS.
 Triase dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya.
 Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase berbasis
bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
12. Kegiatan outcare (hotel care, P3k komersiel dan non komersiel) diatur dalam
prosedur tersendiri..

Mataram,
Direktur RSUDP NTB

dr. H. MAWARDI HAMRY, MPPM

Pembina Tk. I

NIP. 19611106 199603 1 002

Anda mungkin juga menyukai