Tentang
MENETAPKAN :
Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal :
3. Pasien prioritas 3
Pasien yang termasuk kriteria ini adalah pasien sakit kritis, yang
tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh
penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di
ICU pada kriteria ini sangat kecil, sebagai contoh adalah pasien
dengan keganasan metastatic disertai penyulit infeksi, pericardial
tamponade, sumbatan jalan napas, dan pasien penyakit jantung dan
penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
Pengelolaan pada pasien kriteria ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
4. Pasien prioritas 4
`Pasien dalam prioritas ini bukan merupakan indikasi masuk ICU.
Pasien yang termasuk kriteria ini adalah pasien dengan keadaan
yang “terlalu baik” ataupun “terlalu buruk” untuk masuk ICU.
6. Selain Kriteria masuk di atas, ada beberapa kasus yang tidak dapat
diterima masuk ke dalam perawatan IRI dikarenakan keterbatasan
fasilitas untuk perawatan pasien yang memerlukan ruang isolasi khusus,
seperti:
a. Pasien dengan penyakit menular TB Paru yang belum menjalani
Terapi Obat Anti TBC (OAT) kurang dari 2 bulan
b. Pasien dengan Gangren / berbau
c. Pasien dengan luka diabetes yang berbau akibat gas ganggren
d. Pasien yang gaduh gelisah dan teriak – teriak
e. Pasien dengan HIV / AIDS
f. Pasien dengan penyakit SARS, Avian Influenza atau lainnya yang
memerlukan isolasi dan Alat perlindungan diri khusus
7. Indikasi pasien keluar Instalasi Rawat Intensif apabila pasien sudah tidak
ada kegawatan dan tidak ada gangguan hemodinamik
a. Pasien bisa keluar selain indikasi keluar tersebut adalah apabila
pasien/keluarga menolak untuk untuk dirawat di ruang Instalasi Rawat
Intensif
8. Pasien yang masuk Instalasi Rawat Intensif adalah dari IGD, Poliklinik,
Ruang Rawat Inap, kamar operasi, rujukan/pindahan dari rumah sakit
lain sesuai dengan kriteria masuk Instalasi Rawat Intensif
9. Untuk penggunaan Bed pasien di ruang HCU disesuaikan dengan jumlah
pasien yang masuk. Apabila ada pasien non-bedah lebih dari 4 pasien
maka pasien selanjutnya bisa dirawat di bed HCU bedah dengan
menyisakan 2 Bed kosong di HCU bedah. Begitu juga sebaliknya.
10. DPJP utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran dan
dibantu sepenuhnya oleh perawatan Instalasi Rawat Intensif yang
bertugas, kewenagan tersebut tetap mempertimbangakan dan
memperhatikan saran dokter spesialis lain yang merawat pasien di
Instalasi Rawat Intensif
11. DPJP utama pasien ICU adalah dokter spesialis anestesi dan terapi
intensif atau intensives. DPJP utama pasien CVCU adalah spesialis
Jantung dan Pembuluh Darah. DPJP utama pasien HCU bedah adalah
dokter spesialis Bedah (bedah, orthopedi, urologi, obstetric dan
genikologi, dll), HCU non-bedah adalah dokter spesialis penyakit dalam,
dll.
12. Semua kondisi pasien yang dirawat wajib dilaporkan kepada dokter
penanggung jawab utama dan konsultan.
13. Cara pengisian status Instalasi Rawat Intensif berdasarkan juknis
pengisian status Instalasi Rawat Intensif
14. Tersedianya obat – obat emergency yang diletakkan di troly emergency
dan apabila sudah dipakai maka dibonkan ke pasien pengguna obat
tersebut dan dilaporkan ke farmasi untuk diiisi kembali.
15. Tersedianya alkes, cairan yang penunjang kebutuhan emergency
16. Pemeriksaan laboratorium Instalasi Rawat Intensif terpusat di
laboratorium dan bisa dialkukan 24 jam.
17. Pemeriksaan radiolagi yang khususnya fotothorax dan EKG maka
pemeriksaannya dilakukan di ruang Instalasi Rawat Intensif, kecuali
untuk pemeriksaan USG ada permintaan khusus juga bisa dilakukan di
Instalasi Rawat Intensif
18. Tersedianya APAR di ruang Instalasi Rawat Intensif
19. Pelaksanaan keselamatan kerja, kebakaran dan bencana dikelola oleh
TIM K3 RS dr. Soepraoen Malang.
Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal :