Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
adapun masalah yang penulis angkat dalam makalah ini yaitu “ Keperwatan Jiwa II ”.
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian
Walaupun makalah ini telah tersusun, namun penulis tetap terbuka hati menerima
saran, masukan maupun kritikan membagun dari semua teman-teman untuk penyempurnaan
Dan akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua………
penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftaar Isi …………………………………………………………………..……….. iii
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan
sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan
yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri,
sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka
gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang
(anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang
mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,
1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah
tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri
rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak
mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai
B. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, kami membatasi penyajian kami pada ruang lingkup yang meliputi :
1. Pengertian harga diri rendah
2. Penyebab harga diri rendah
3. Tanda & gejala harga diri rendah
4. Proses terjadinya masalah
5. Akibat harga diri rendah
6. Rentang Respon
7. Faktor predisposisi dan presipitasi
8. Mekanisme Kuping
9. Pohon Masalah
10. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Perawat mampu mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep
2. Tujuan khusus
Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien selama memberikan asuhan
keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan berusaha menyelesaikan
permasalahan tersebut.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari
referensi yang berkaitan dengan pokok bahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif
terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
1) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu ( korban
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
pemasangan alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal ).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit.
dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik.
2) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau
dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang
maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti :
trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat
sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah adalah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit,
misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah mendapat terapi sinar pada
kanker.
2. Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
a. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih alternatif
tindakan.
b. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan
sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak
menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah penolakan
dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak
tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri
sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan
individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi
sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan
munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
(Keliat, 1998).
F. Rentang Respon
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-kanak
merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Anak-
anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya.
Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang
lain serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak dengan
masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir menilai
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti : pola asuh anak tidak
tepat, misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan individu sering
menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu.
Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Transisi Perkembangan
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang
yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau
menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan
ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau peran berlebihan.
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen, 1991)
H. Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya : pemakaian
obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton televisi.
tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki kelompok
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri atau
identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga, prestasi akademik,
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang keisengan akan
menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain.
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.
mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan
identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-
oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam
mekanisme koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan
penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri
I. Pohon Masalah
A.
Defisit
perawatan diri Isolasi sosial
3. Isolasi social.
DAFTAR PUSTAKA
Byod M.A dan Nihart, M.A 1998 Psychartric Nursing : Contemporaly Pratices.
Philadelphia.