Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,

adapun masalah yang penulis angkat dalam makalah ini yaitu “ Keperwatan Jiwa II ”.

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kemudian

bermamfat bagi kita semua

Walaupun makalah ini telah tersusun, namun penulis tetap terbuka hati menerima

saran, masukan maupun kritikan membagun dari semua teman-teman untuk penyempurnaan

penyusunan berikut nya

Dan akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua………

Makassar 10 Juni 2015

penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftaar Isi …………………………………………………………………..……….. iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Batasan Masalah………………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 2
D. Metode Penulisan …………………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian ………………………………………………………………...….. 3
B. Penyebab Harga Diri Rendah ……………………………………………….. 4
C. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah………………………………………. 5
D. Proses Terjadinya Masalah……………………………………………...…… 5
E. Akibat Harga Diri Rendah…………………………………………………… 6
F. Rentang Respon…………………………………………………..………….. 6
G. Factor Predisposisi Dan Presipitasi………………………………..….……… 7
H. Mekanisme Kuping…………………………………………….…..………… 8
I. Pohon Masalah………………………………………………………….…… 10
J. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul………….…………….…… 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ……………………………………………………….…………. 11
B. Data yang perlu di kaji ………………………………………….…….…… 12
C. Diagnose ……………………………………………...…….....…………… 12
D. Rencana Tindakan Keperawatan ………………….………….…………… 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………… 12
B. Saran…………………………………………………………………...…… 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan

melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan

sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan

yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri,

sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka

gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.

Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang

(anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan

sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi

stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan

memunculkan gangguan kejiwaan.

Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang

mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,

termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,

1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah

tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri

rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak

mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai

mencederai diri (Townsend, 1998).

B. Batasan Masalah

Dalam makalah ini, kami membatasi penyajian kami pada ruang lingkup yang meliputi :
1. Pengertian harga diri rendah
2. Penyebab harga diri rendah
3. Tanda & gejala harga diri rendah
4. Proses terjadinya masalah
5. Akibat harga diri rendah
6. Rentang Respon
7. Faktor predisposisi dan presipitasi
8. Mekanisme Kuping
9. Pohon Masalah
10. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Tujuan umum

Perawat mampu mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep

diri : harga diri rendah.

2. Tujuan khusus

Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien selama memberikan asuhan

keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan berusaha menyelesaikan

permasalahan tersebut.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari
referensi yang berkaitan dengan pokok bahasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri

sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif

terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi

banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.

Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri

sendiri (Keliat, 1998).

Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara

langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, MC, 1998).

Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara

langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998).

Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:

1) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai

suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu ( korban

perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba ).

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:

a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan,

pemasangan alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan

perineal ).

b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/

penyakit.

c. Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan

dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien

gangguan fisik.
2) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau

dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan

menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang

maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada

klien gangguan jiwa.

B. Penyebab Harga Diri Rendah

Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab

personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.

Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti :

trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat

sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).

C. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah adalah:

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit,

misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah mendapat terapi sinar pada

kanker.

2. Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,

menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri.


3. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya tidak tahu apa-apa

atau saya orang bodoh.

4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang

lain, suka menyendiri.

a. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih alternatif

tindakan.

b. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin

mengakhiri kehidupan.

D. Proses terjadinya Masalah

Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima

tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan

gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan

sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak

menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.

Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah penolakan

dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak

tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan

kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri

sendiri.

Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan

individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau

kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi

sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang

lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )

E. Akibat Harga Diri Rendah

Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan

interaksi sosial : menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun

munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

(Keliat, 1998).

F. Rentang Respon

Respons adaptif Respons Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depolarisasi


Diri Positif Rendah Identitas

G. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

1. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-kanak

merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Anak-

anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya.

Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan

kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang

lain serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak dengan

masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir menilai

dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen, 1991)

2. Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan

individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi

konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah

penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti : pola asuh anak tidak

tepat, misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan

kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab

terhadap diri sendiri (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan individu sering

menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu.

Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Transisi Perkembangan

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap

perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang

berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.

b. Transisi Peran situasi.

Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang

yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau
menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan

ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau peran berlebihan.

c. Transisi Peran Sehat-Sakit

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat

perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri

yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen, 1991)

H. Mekanisme Koping

Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri

dibagi dua yaitu:

1. Koping jangka pendek

a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya : pemakaian

obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton televisi.

b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut kelompok

tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki kelompok

tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.

c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri atau

identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga, prestasi akademik,

kelompok anak muda.

d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang keisengan akan

menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain.

2. Koping jangka panjang

Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.

Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.


Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja

mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan

identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi

anak tidak baik”.

Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-

oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam

mekanisme koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.

Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan

penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri

criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.

I. Pohon Masalah

A.

Resti menciderai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan
Gangguan
pemeliharaan
kesehatan
Gangguan sensori
persepsi: Halusinasi
Perilaku
Kekerasan

Defisit
perawatan diri Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

Gangguan citra Gangguan Gangguan


tubuh identitas diri peran
J. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Harga diri rendah kronis.

2. Koping individu tidak efektif.

3. Isolasi social.

4. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.

5. Risti perilaku kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA

Antai Ontong, Deborah, 1994.Psychaiatric Nursing : Biological and Behavioral concept.

Balitbang. 2007 . Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor.

Byod M.A dan Nihart, M.A 1998 Psychartric Nursing : Contemporaly Pratices.

Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai