Anda di halaman 1dari 5

Dan kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. karna dihadapan kopi kita semua sama.

Kopi pertama pagi ini. Hangat, pekat, tenang. Seperti dua orang kesepian yang saling meramaikan.

Hanya secangkir kopi yang menyajikan rasa manis, bukan janji janji dari bibir yang terlihat manis

Jadilah seperti kopi pagi ini. Walau sendiri, namun memberi ketenangan dan inspirasi tanpa henti.

Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yang terlalu cepat selesai.

Kopi pertama pagi ini. Hitam. Seperti siluet wajahmu yg tertidur di bahuku, pada sebuah perjalanan.

Jangan terburu-buru dalam menjalani sesuatu nikmati saja apa yang ada, seperti halnya meminum kopi.

Aku ingin menjadi biji kopi, yang hancur lalu di seduh air mata untuk kau nikmati bersama pasanganmu

terdengar lirih bisikanmu di antara bayangmu seperti segelas kopi hangat yang sedang ku aduk pagi ini

Mengaduk kopi, mengadu sepi. Berkisah lagi tentang patah hati, semoga pelukanmu kelak akan melengkapi

Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum.

Kopi pertama pagi ini. Manis, harum, hangat. Seperti tidak sengaja melamunkanmu di tengah perjalanan.

Percaya atau tidak itu terserah anda!! Bagi kami secangkir kopi dapat membuat hidup lebih menyenangkan

Pada sendok yang beradu di dinding gelas, tersaji kopi untuk hadirmu yang kian menjauh.. #LanjutNgopi

Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan terpendam. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama saling bosan.

Kopi pertama pagi ini. Hitam, pahit, dan penuh ampas. Seperti penolakan yang tidak tega untuk disampaikan.

Kopi pertama pagi ini. Semakin pahit diteguk. Seperti kangen yg semakin tidak tuntas, semakin menyebalkan.

Cuma Segelas Kopi yg bercerita kepadaku bahwa yg hitam tak slalu kotor dan yg pahit tak slalu menyedihkan

Cuma Segelas Kopi yang dari cara penakarannya secara tidak langsung merefleksikan kehidupan si peminumnya.

Kopi pertama pagi ini. Pahit-manis. Seperti kata sayang terakhir dari dua orang yang saling berpisah jalan.

Denganmu, patah hati adalah sarapan ku setiap pagi sambil ditemani kopi yg kuseduh dngan air mata ku sendiri

Kopi pertama pagi ini. Pahit. Seperti dua orang yang terlambat dipertemukan, lalu sama-sama saling melewatkan.

Kopi pertama pagi ini. Terlalu manis. Seperti dua orang yg sedang melakukan pendekatan, dengan penuh kepalsuan.

Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya sama seperti kopi banyak yang menyukainya walau pahit
Kopi pertama hari ini. Manis, membekas, bikin deg-degan. Seperti dua orang yang saling menemukan, satu sama lain.

Kopi pertama pagi ini. Perlahan terasa manis. Seperti rindu yang muncul tanpa dipaksa, semakin hari semakin pekat.

Kopi pertama pagi ini. Harum, hitam. Seperti aromamu, di pertemuan kita yang tak sengaja, pada malam yang tak biasa.

inilah pagi.. dimana langit tertutup awan putih pekat seperti kopi yang di aduk kemudian mendingin dengan sendirinya

Di secangkir kopi ku malam ini,ada namamu,dan kemudian aku tersenyum,bukan cuma di kopi,dihatiku pun kamu selalu ada

Ketahuilah orang yang tidak suka dengan kopi perlu di pertanyakan kewarga negaraannya atau bisa juga kemanusiaan nya

Kopi pertama pagi ini. Dingin. Seperti ditinggalkan orang yang tepat, karena sibuk mencoba yg lain di saat bersamaan.

Kopi pertama pagi ini. Pahit, manis, hangat. Seperti dua orang yg bertemu di saat yang salah, lalu saling melewatkan.

Lupakan aku, katamu. Bagaimana bisa? Sedang pahit kopimu yang kautinggalkan di kelu bibirku: merasuk ke dasar jiwaku.

Secangkir kopi tidak pernah mengajarkan kejahatan, dia hanya memberikan rasa pahit dan manis, serta sedikit efek samping

Kopi pertama pagi ini. Manis, hangat, pekat. Seperti dua orang yang garis hidupnya bersinggungan, oleh sebuah kebetulan.

Kopi pertama hari ini. Gelap, hangat, tidak ingin habis. Seperti hening yang kita bagi, tiap perjalanan pulang ke rumahmu.

Kelak kita akan menikmati secangkir kopi, di kedai yang sama, di meja yang sama. namun dengan rasa dan aroma yang
berbeda.

Rasa terlintas ketika halusinasi tak pernah lepas. Nikmat yang tiada terbatas saat bibir menyentuh segelas kopi yang manis

Sementara menunggu kopi tersaji, rinduku resah sendiri, mengaisi embun pagi, berharap menemukan jejak dirimu di sela
bebatu.

Menyeduh kopi dengan air mata yang cukup panas, menghasilkan kepulan masa lalu dari manisnya kenangan, pahitnya
ditinggalkan

Kopiku tak pernah butuh gula. Ia hanya butuh manisnya janji masa lalumu. Sekarang? Hanya ampas yang tersisa. Pahit dan
sakit.

Kopi pertama pagi ini. Manis, seperti pertemuan setelah penantian panjang. Pahit, seperti perpisahan yang terlalu terburu-buru.

Ketika kopi menjadi sahabat sejati, pagi bukan lagi sebuah misteri. Seperti kamu yang slalu ada di hati, slalu mengisi hari-hari.

Kopi pertama pagi ini. Sehitam pupil mata dua orang yg tidak sengaja beradu. Semanis senyum yg menyusul sesudahnya,
tanpa aba-aba.
Malam makin menampakan gelapnya. Bintang selalu menemani nya. Imajinasi liarku makin menjadi, karena secangkir kopi
telah tersaji.

Kopi pertama di bulan Maret. Pahit, seperti ketakutan-ketakutan yg menyertai hubungan yg baru. Manis, seperti melaluinya
tanpa ragu.

Dan kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. karna dihadapan kopi kita semua sama.

Kopi pertama pagi ini. Hangat, pekat, tenang. Seperti dua orang kesepian yang saling meramaikan.

Hanya secangkir kopi yang menyajikan rasa manis, bukan janji janji dari bibir yang terlihat manis

Jadilah seperti kopi pagi ini. Walau sendiri, namun memberi ketenangan dan inspirasi tanpa henti.

Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yang terlalu cepat selesai.

Kopi pertama pagi ini. Hitam. Seperti siluet wajahmu yg tertidur di bahuku, pada sebuah perjalanan.

Jangan terburu-buru dalam menjalani sesuatu nikmati saja apa yang ada, seperti halnya meminum kopi.

Aku ingin menjadi biji kopi, yang hancur lalu di seduh air mata untuk kau nikmati bersama pasanganmu

terdengar lirih bisikanmu di antara bayangmu seperti segelas kopi hangat yang sedang ku aduk pagi ini

Mengaduk kopi, mengadu sepi. Berkisah lagi tentang patah hati, semoga pelukanmu kelak akan melengkapi

Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum.

Kopi pertama pagi ini. Manis, harum, hangat. Seperti tidak sengaja melamunkanmu di tengah perjalanan.

Percaya atau tidak itu terserah anda!! Bagi kami secangkir kopi dapat membuat hidup lebih menyenangkan

Pada sendok yang beradu di dinding gelas, tersaji kopi untuk hadirmu yang kian menjauh.. #LanjutNgopi

Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan terpendam. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama saling bosan.

Kopi pertama pagi ini. Hitam, pahit, dan penuh ampas. Seperti penolakan yang tidak tega untuk disampaikan.

Kopi pertama pagi ini. Semakin pahit diteguk. Seperti kangen yg semakin tidak tuntas, semakin menyebalkan.

Cuma Segelas Kopi yg bercerita kepadaku bahwa yg hitam tak slalu kotor dan yg pahit tak slalu menyedihkan

Cuma Segelas Kopi yang dari cara penakarannya secara tidak langsung merefleksikan kehidupan si peminumnya.

Kopi pertama pagi ini. Pahit-manis. Seperti kata sayang terakhir dari dua orang yang saling berpisah jalan.
Denganmu, patah hati adalah sarapan ku setiap pagi sambil ditemani kopi yg kuseduh dngan air mata ku sendiri

Kopi pertama pagi ini. Pahit. Seperti dua orang yang terlambat dipertemukan, lalu sama-sama saling melewatkan.

Kopi pertama pagi ini. Terlalu manis. Seperti dua orang yg sedang melakukan pendekatan, dengan penuh kepalsuan.

Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya sama seperti kopi banyak yang menyukainya walau pahit

Kopi pertama hari ini. Manis, membekas, bikin deg-degan. Seperti dua orang yang saling menemukan, satu sama lain.

Kopi pertama pagi ini. Perlahan terasa manis. Seperti rindu yang muncul tanpa dipaksa, semakin hari semakin pekat.

Kopi pertama pagi ini. Harum, hitam. Seperti aromamu, di pertemuan kita yang tak sengaja, pada malam yang tak biasa.

inilah pagi.. dimana langit tertutup awan putih pekat seperti kopi yang di aduk kemudian mendingin dengan sendirinya

Di secangkir kopi ku malam ini,ada namamu,dan kemudian aku tersenyum,bukan cuma di kopi,dihatiku pun kamu selalu ada

Ketahuilah orang yang tidak suka dengan kopi perlu di pertanyakan kewarga negaraannya atau bisa juga kemanusiaan nya

Kopi pertama pagi ini. Dingin. Seperti ditinggalkan orang yang tepat, karena sibuk mencoba yg lain di saat bersamaan.

Kopi pertama pagi ini. Pahit, manis, hangat. Seperti dua orang yg bertemu di saat yang salah, lalu saling melewatkan.

Lupakan aku, katamu. Bagaimana bisa? Sedang pahit kopimu yang kautinggalkan di kelu bibirku: merasuk ke dasar jiwaku.

Secangkir kopi tidak pernah mengajarkan kejahatan, dia hanya memberikan rasa pahit dan manis, serta sedikit efek samping

Kopi pertama pagi ini. Manis, hangat, pekat. Seperti dua orang yang garis hidupnya bersinggungan, oleh sebuah kebetulan.

Kopi pertama hari ini. Gelap, hangat, tidak ingin habis. Seperti hening yang kita bagi, tiap perjalanan pulang ke rumahmu.

Kelak kita akan menikmati secangkir kopi, di kedai yang sama, di meja yang sama. namun dengan rasa dan aroma yang
berbeda.

Rasa terlintas ketika halusinasi tak pernah lepas. Nikmat yang tiada terbatas saat bibir menyentuh segelas kopi yang manis

Sementara menunggu kopi tersaji, rinduku resah sendiri, mengaisi embun pagi, berharap menemukan jejak dirimu di sela
bebatu.

Menyeduh kopi dengan air mata yang cukup panas, menghasilkan kepulan masa lalu dari manisnya kenangan, pahitnya
ditinggalkan

Kopiku tak pernah butuh gula. Ia hanya butuh manisnya janji masa lalumu. Sekarang? Hanya ampas yang tersisa. Pahit dan
sakit.
Kopi pertama pagi ini. Manis, seperti pertemuan setelah penantian panjang. Pahit, seperti perpisahan yang terlalu terburu-buru.

Ketika kopi menjadi sahabat sejati, pagi bukan lagi sebuah misteri. Seperti kamu yang slalu ada di hati, slalu mengisi hari-hari.

Kopi pertama pagi ini. Sehitam pupil mata dua orang yg tidak sengaja beradu. Semanis senyum yg menyusul sesudahnya,
tanpa aba-aba.

Malam makin menampakan gelapnya. Bintang selalu menemani nya. Imajinasi liarku makin menjadi, karena secangkir kopi
telah tersaji.

Kopi pertama di bulan Maret. Pahit, seperti ketakutan-ketakutan yg menyertai hubungan yg baru. Manis, seperti melaluinya
tanpa ragu.

Anda mungkin juga menyukai