DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c 0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI
STANDAR PROSEDUR
PenanggungJawab
OPERASIONAL
SOP PENANGGULANGAN Disusun Diperiksa Disahkan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KoordinatorLayanan Management KepalaDinasKesehatanBanyuwangi
SI Representative
No.Dok :
/Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
DinasKesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017 WALUYO
HadiSutoyo NIP. 19601020 198303 1 dr. H.WidjiLestariono
Halaman : 1-2 NIP. 19680808 199312 1 001026 NIP. 19630522 198902 1 002
Langkah-langkah :
1. Menegakkan diagnosa
- Definisi operasional diare adalah gejala penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali sehari), disertai dengan
perubahan bentuk dan konnnsistensi tinja penderita.
- Definisi operasional kolera adalah diare yang secara klinis ditandai dengan buang air
besar mendadak tanpa rasa sakit perut (disertai muntah-muntah), tinja mengucur seperti
air (air cucian beras, berbau amis) sehingga dalam waktu singkat tubuh mengalami
dehidrasi atau shock.
- Penegakan diagnosa dilakukan melalui
Rectal swab kemudian dimasukkan kedalam botol Carry and Blair, disimpan
dalam suhu kamar dan dikirim secepatnya untuk pemeriksaan V.Cholera
Muntahan 1-5 cc diambil dari tempat penampungan kemudian dimasukkan
kedalam botol alkali pepton, disimpan dalam suhu kamar dan dikirim secepatnya
untuk pemeriksaan V.Cholera
Air yang diduga sumber penularan 200 cc diambil dari tempat yang terlindung dari
sinar matahari kemudian dimasukkan kedalam botol alkali pepton pekat, apabila
tidak adalllkali pepton, sampel yang diambil 1 liter disimpan dalam suhu dingin
4◦C dikirim secepatnya untuk pemeriksaan V.Cholera
2. Memastikan KLB
- Telah terjadi KLB jika memenuhi salah satu kriteria berikut:
Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatan, desa/kelurahan
menunjukkan kenaikan yang menyolok selama 3 kali waktu observasi berturut-
turut (harian atau mingguan)
Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatan, desa/kelurahan
menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalam waktu periode (harian, mingguan,
bulanan), dibandingkan dengan angka rata-rata dalam satu tahun yang lalu
Kenaikan menyolok Case Fatality Rate (CFR) di suatu kecamatan, desa/kelurahan
dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan CFR bulan yang lalu
Kenaikan jumlah penderita atau kematian dalam periode waktu (mingguan,
bulanan) di suatu kecamatan, desa/kelurahan dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun yang lalu
Kejadian diare yang ada dibandingkan dengan nila ambang batasnya antara lain
melalui visualisasi grafik maksimal-minimal
- Khusus KLB tersangka kolera, disamping kriteria diatas berlaku ketentuan sebagai
berikut:
Daerah endemis, kenaikan menyolok jumlah penderita dengan gejal klinis kolera
terutama yang menyerang golongan umur diatas 5 tahun atau dewasa
Daerah bebas, terdapat satu atau lebih penderita atau kematian karena diare dengan
gejala klinis kolera dalam satu kecamatan, desa/kelurahan
Apabila ada satu penderita atau kematian karena diare yang dari pemeriksaan usap
duburnya ditemukan V.Cholera
3. Menggambarkan karakteristik KLB
- Distribusi kasus diare menurut waktu (harian, mingguan) digambarkan melalui kurva
epidemik sehingga dapat menentukan atau memperkirakan sumber atau cara penularan
dan mengidentifikasi waktu paparan atau pencarian kasus awal
- Distribusi kasus diare menurut tempat berupa attack rate dalam spot map
- Distribusi kasus menurut orang dengan melihat attack rate perkelompok umur
4. Mengidentifikasi sumber penyebab dan cara penularan
- Mengembangkan hipotesa sementara sebagai dasar untuk melaksanakan penyelidikan
- Melakukan pembuktian hipotesa berdasarkan analisa
5. Mengidentifikasi populasi yang mempunyai peningkatan resiko infeksi
6. Memberikan pelayanan kesehatan sebagai upaya penanggulangan sementara
7. Menyusun laporan dan rekomendasi penanggualangan
- Laporan hasil penyelidikan berisi lama KLB, distribusi kasus, hasil analisis dan
penyusunan rekomendasi penanggulangan
- Rekomendasi penanggulangan KLB secara rinci dijelaskan kebutuhan dana, tenaga,
sarana (logistik) dan bentuk kegiatannya. Beberapa rekomendasi penanggulangan KLB
diare yang dapat diajukan:
Pengobatan masal
Pencegahan berupa chorinasi, lisolisasi dan penyuluhan, pengawasan TPM dan
TTU
Melakukan kerjasama lintas sektor terutama dengan pengelola air bersih
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c 0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PenanggungJawab
SOP PENANGGULANGAN Disusun Diperiksa Disahkan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi
No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 1-3 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002
Langkah-langkah
A. SKD-KLB
Bila ditemukan satu kasus Diptheri dan masih adanya desa/kelurahan dengan cakupan
imunisasi DPT-3 < 90% perlu diwaspadai terjadi KLB. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam kewaspadaan dini KLB Diptheri adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
- Data kesakitan yang dikumpulkan juga termasuk data kesakitan hasil kunjungan
terhadap kontak penderita. Gunakan form Dip-1
- Data cakupan imunisasi DPT 1-3
- Data status gizi bayi dan balita
2. Pengolahan data
- Sebelum diolah, periksa kebenaran data kasus yang tercatat berasal dari pelayanan
puskesmas, RS, Pustu, pelayanan kesehatan swasta agar tidak ada laporan ganda dan
kesalahan pencatatan
- Memisahkan data kasus yang berasal dari luar wilayah, desa/kelurahan,
kabupaten/kota
- Secara rutin data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan peta penyebaran
per penyakit. Pengolahan data dapat menggunakan SIG (Sistim Informasi Geografi)-
PPM, Epi Info, microsoft excel dll
- Membuat grafik mingguan dan grafik pola maksimal dan minimal yang mencakup
data kasus hepatitis 5 tahunan
3. Analisis data
Data yang sudah diolah selanjutnya dilakukan analisis dan intrepretasi dalam
kajian epidemiologi oleh tim surveilans epidemiologi dimasing-masing tingkatan.
Langkah umu dalam melakukan analisis data dengan mengintrepretasikan grafik, tabel,
peta kasus Diptheria sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan. Data dari laporan
mingguan W2 dianalisis menjadi grafik mingguan W2. Grafik ini bisa digunakan
senagai alat SKD-KLB untuk mengetahui peningkatan kasus yang mengarah kepada
KLB yaitu memantau situasi kasus Diptheria. Kemudian melakukan analisis penyakit
menurut waktu, orang dan tempat dan selanjutnya membandingkan situasi penyakit
dengan faktor-faktor determinan timbulnya penyakit Diptheria dan upaya program
berupa target atau sasaran, serta membandingkan dengan informasi yang diperoleh dari
hasil-hasil penelitian atau dari tinjauan kepustakaan.
Tahap akhir dari analisis adalah merumuskan tindak lanjut kegiatan yang sudah
dilaksanakan dan merencanakan tindakan korektif yang direkomendasikan berdasarkan
analisis masalah yang timbul. Beberapa rekomendasi yang dapat diajukan yaitu:
- Pemberian pengobatan propilaksis pada kontak penderita dengan antibiotik
Erytromicin 1000 mg/hari selama 7 hari (untuk dewasa)
- Peningkatan gizi bayi dan balita
- Penyuluhan kepada ibu bayi dan balita
- Pecapaian cakupan imunisasi DPT 1-3 yang merata seluruh desa/kelurahan
4. Penyebarluasan informasi dan penyusunan rekomendasi
- Memberikan umpan balik ada unit pelapor untuk kelengkapan data
- Upaya advokasi dan koordinasi kegiatan hasil kajian SKD-KLB
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL PenanggungJawab
SOP PENANGGULANGAN Disusun Diperiksa Disahkan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi
No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 6-2 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PenanggungJawab
Disusun Diperiksa Disahkan
SOP PENANGGULANGAN KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 8-3 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002
2) Memastikan KLB
Kriteria penentuan KLB Hepatitis adalah:
a) Timbulnya/adanya kasus atau kematian karena Hepatitis di suatu kecamatan,
puskesmas atau desa/kelurahan yang pada tahun sebelumnya tidak
ditemukan/dilaporkan adanya kasus Hepatitis
b) Terjadinya peningkatan jumlah kasus Hepatitis baru atau kematian Hepatitis pada
suatu wilayah selama kurun waktu 3 minggu atau lebih berturut-turut
c) Terjadinya peningkatan kasus baru Hepatitis dua kali atau lebih dibandingkan
dengan minggu yang sama pada periode waktu tahun sebelumnya disuatu desa
atau puskesmas
3) Mengidentifikasi kasus dan mendeskripsikan kasus berdasarkan waktu, orang dan
tempat. Kasus yang dideskripsikan selain yang ditemukan termasuk juga kasus-kasus
tambahan yang ditemukan di lokasi KLB
4) Mengidentifikasi sumber dan cara penularan. Identifikasi dilakukan dengan
memeriksa tempat-tempat yang diduga sebagai sumber penularan misalnya TPM,
sumber-sumber air, tempat-tempat penjual makanan
5) Melakukan upaya penanggulangan sementara misalnya dengan pemberian obat-
obatan simptomatik
6) Melaporkan hasil penyelidikan dan penyusunan rekomendasi penanggulangan KLB.
Laporan hasil penyelidikan berisi lamanya peristiwa KLB, daerah KLB, distribusi
kasus menurut waktu, orang dan tempat, ada paparan faktor-faktor determinan atau
sumber dan cara penularan, sebab-sebab kematian, masalah program yang ditemukan
dan terakhir adanya rekomendasi untuk rencana penanggulangannya. Perencanaan
penanggulangan meliputi perhitungan jumlah populasi dan luasnya wilayah yang
berisiko terjadinya penularan, perincian dana, saran (logistik) dan tenaga yang
dibutuhkan untuk melakukan pengobatan
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c 0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL PenanggungJawab
Disusun Diperiksa Disahkan
SOP PENANGGULANGAN KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 11-3 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002
b) Langkah-langkah penyelidikan
Konfirmasi awal dan pemastian KLB
- Tim epidemiologi Puskesmas melakukan kajian data di register untuk
melihat kemungkinan adanya peningkatan kasus dan adanya laporan
dari tokoh masyarakat atau media massa. Bila kasus ditemukan di
Puskesmas dilakukan wawancara untuk mengetahui adanya kasus
campak di daerah tempat tinggalnya.
- Mengunjungi tempat tinggal kasus dan sekitar rumah yang ditemukan
untuk melihat kemungkinan adanya penularan.
- Melakukan kajian data campak yang ada di Puskesmas atau RS dan
kajian PWS kasus campak mingguan di Kabupaten dan tentukan daerah
mana yang memberikan kontribusi besar peningkatan jumlah kasus
campak.
- Bila hasil konfirmasi awal ini memastikan terjadinya KLB (sesuai
dengan definisi operasional KLB Campak), segera kirim laporan W1.
Pencarian kasus tambahan
- Melakukan pencarian kasus tambahan dari rumah ke rumah dengan
menggunakan form penyelidikan KLB campak sekaligus dengan
pengobatan seperlunya. Bila ditemukan kasus usia sekolah, dilakukan
kunjungan ke sekolah untuk mencari kasus tambahan dan kemungkinan
kasus yang berasal dari luar wilayah KLB.
- Melakukan wawancara dengan mengisi form campak-1 melalui
kunjungan dari rumah ke rumah di sekitar kasus indeks, serta yang
tidak terdapat kasus tetapi mempunyai anak beresiko (< 15 tahun) untuk
mengetahui populasi beresiko.
- Mengambil spesimen darah dari 10-15 penderita campak baru sakit
kurang dari 3 minggu dan beberapa sample urin untuk isolasi virus
campak. Pengambilan spesimen sesuai dengan tata cara pengelolaan
pengambilan spesimen.
- Mewawancarai petugas puskesmas, pustu, bidan desa, petugas praktek
swasta untuk menanyakan adanya kasus campak dan tatalaksana
imunisasi campak dan rantai dingin imunisasi di daerah KLB.
Pengolahan dan analisis data KLB
Penanggulangan KLB Campak
- Penanggulangan KLB campak didasarkan analisis dan rekomendasi
hasil penyelidikan KLB Campak, dilakukan segera mungkin agar
transmisi virus dapat dihentikan dan KLB tidak meluas serta membatasi
jumlah kasus dan kematian.
- Bila kasus indeks ditemukan kurang dari 2 hari dapat segera dilakukan
pemberian imunisasi campak tanpa melihat status imunisasi pada semua
populasi yang beresiko di daerah KLB.
- Pemberian Vit. A dosis tinggi dan obat-obatan simptomatik, obat batuk
dll.
- Pemberian pengobatan segera pada kasus campak dengan komplikasi.
Pembuatan laporan
- Secara formal laporan yang dikirim menggunakan form W-1, dan
pemantauan steiap menggu menggunakan W-2 ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
- Laporan hasil penyelidikan berisi, lamanya peristiwa, lokasi KLB,
distribusi penderita menurut waktu, tempat dan orang, faktor-faktor
resiko meliputi status imunisasi, efikasi vaksin dan status gizi, sebab-
sebab kematian dan masalah program yang ditemukan serta rencana
penanggulangannya.
Catatan:
a) Darah dapat disimpan dulu pada 2-8°C 24 jam sebelum dipisahkan serumnya
b) Darah tidak boleh dibekukan dalam freezer
c) Spesimen harus dikirm dengan es (2-8°C) dengan maksimum lama pengiriman
48 jam
d) Spesimen boleh disimpan dalam lemari es (bukan freezer) maksimal 7 hari
sebelum diperiksa laboratorium
e) Isi formulir C KLB data pasien disertai surat pengantar dan dikirimkan ke
Laboratorium Campak Nasional
f) Tiga tanggal yang penting
Tanggal imunisasi campak terakhir
Tanggal timbulnya rash (kemerahan)
Tanggal pengambilan sampel
2. Spesimen urin untuk isolasi campak
Pada daerah yang belum diketahui Genotype virus campak, maka perlu di ambil
spesimen urin.
Tatalaksana spesimen:
a) Diperlukan 10-50 ml dari urin untuk setiap kasus
b) Saat yang optimal pengambilan sampel adalah hari pertama sampai hari ke
lima timbulnya rash
c) Urine ditampung pada wadah yang steril/bersih
d) Secepatnya pot ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
diikat kuat
e) Masukkan kedalam spesimen carrier yang telah diberi 3-4 buah ice pack
beku, diatur sedemikian rupa sehingga tidak pecah saat terjadi goncangan
saat pengiriman