Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c  0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI

STANDAR PROSEDUR
PenanggungJawab
OPERASIONAL
SOP PENANGGULANGAN Disusun Diperiksa Disahkan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KoordinatorLayanan Management KepalaDinasKesehatanBanyuwangi
SI Representative

No.Dok :
/Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
DinasKesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017 WALUYO
HadiSutoyo NIP. 19601020 198303 1 dr. H.WidjiLestariono
Halaman : 1-2 NIP. 19680808 199312 1 001026 NIP. 19630522 198902 1 002

SOP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIARE PROGRAM SURVEILANS


KE PROVINSI JAWA TIMUR

Pelaksana : Pengelola Surveilans


Penanggungjawab : KepalaDinas Kesehatan
Alat-alat yang dibutuhkan :
1. Coldboxatauvaksin carrier
2. Cool pack / kotakdingincair
3. Alatpemantaupaparansuhubeku (Freeze Tagᴿ)

Langkah-langkah :
1. Menegakkan diagnosa
- Definisi operasional diare adalah gejala penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali sehari), disertai dengan
perubahan bentuk dan konnnsistensi tinja penderita.
- Definisi operasional kolera adalah diare yang secara klinis ditandai dengan buang air
besar mendadak tanpa rasa sakit perut (disertai muntah-muntah), tinja mengucur seperti
air (air cucian beras, berbau amis) sehingga dalam waktu singkat tubuh mengalami
dehidrasi atau shock.
- Penegakan diagnosa dilakukan melalui
 Rectal swab kemudian dimasukkan kedalam botol Carry and Blair, disimpan
dalam suhu kamar dan dikirim secepatnya untuk pemeriksaan V.Cholera
 Muntahan 1-5 cc diambil dari tempat penampungan kemudian dimasukkan
kedalam botol alkali pepton, disimpan dalam suhu kamar dan dikirim secepatnya
untuk pemeriksaan V.Cholera
 Air yang diduga sumber penularan 200 cc diambil dari tempat yang terlindung dari
sinar matahari kemudian dimasukkan kedalam botol alkali pepton pekat, apabila
tidak adalllkali pepton, sampel yang diambil 1 liter disimpan dalam suhu dingin
4◦C dikirim secepatnya untuk pemeriksaan V.Cholera

2. Memastikan KLB
- Telah terjadi KLB jika memenuhi salah satu kriteria berikut:
 Angka kesakitan dan atau kematian di suatu kecamatan, desa/kelurahan
menunjukkan kenaikan yang menyolok selama 3 kali waktu observasi berturut-
turut (harian atau mingguan)
 Jumlah penderita dan atau kematian di suatu kecamatan, desa/kelurahan
menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dalam waktu periode (harian, mingguan,
bulanan), dibandingkan dengan angka rata-rata dalam satu tahun yang lalu
 Kenaikan menyolok Case Fatality Rate (CFR) di suatu kecamatan, desa/kelurahan
dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan CFR bulan yang lalu
 Kenaikan jumlah penderita atau kematian dalam periode waktu (mingguan,
bulanan) di suatu kecamatan, desa/kelurahan dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun yang lalu
 Kejadian diare yang ada dibandingkan dengan nila ambang batasnya antara lain
melalui visualisasi grafik maksimal-minimal
- Khusus KLB tersangka kolera, disamping kriteria diatas berlaku ketentuan sebagai
berikut:
 Daerah endemis, kenaikan menyolok jumlah penderita dengan gejal klinis kolera
terutama yang menyerang golongan umur diatas 5 tahun atau dewasa
 Daerah bebas, terdapat satu atau lebih penderita atau kematian karena diare dengan
gejala klinis kolera dalam satu kecamatan, desa/kelurahan
 Apabila ada satu penderita atau kematian karena diare yang dari pemeriksaan usap
duburnya ditemukan V.Cholera
3. Menggambarkan karakteristik KLB
- Distribusi kasus diare menurut waktu (harian, mingguan) digambarkan melalui kurva
epidemik sehingga dapat menentukan atau memperkirakan sumber atau cara penularan
dan mengidentifikasi waktu paparan atau pencarian kasus awal
- Distribusi kasus diare menurut tempat berupa attack rate dalam spot map
- Distribusi kasus menurut orang dengan melihat attack rate perkelompok umur
4. Mengidentifikasi sumber penyebab dan cara penularan
- Mengembangkan hipotesa sementara sebagai dasar untuk melaksanakan penyelidikan
- Melakukan pembuktian hipotesa berdasarkan analisa
5. Mengidentifikasi populasi yang mempunyai peningkatan resiko infeksi
6. Memberikan pelayanan kesehatan sebagai upaya penanggulangan sementara
7. Menyusun laporan dan rekomendasi penanggualangan
- Laporan hasil penyelidikan berisi lama KLB, distribusi kasus, hasil analisis dan
penyusunan rekomendasi penanggulangan
- Rekomendasi penanggulangan KLB secara rinci dijelaskan kebutuhan dana, tenaga,
sarana (logistik) dan bentuk kegiatannya. Beberapa rekomendasi penanggulangan KLB
diare yang dapat diajukan:
 Pengobatan masal
 Pencegahan berupa chorinasi, lisolisasi dan penyuluhan, pengawasan TPM dan
TTU
 Melakukan kerjasama lintas sektor terutama dengan pengelola air bersih
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c  0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PenanggungJawab
SOP PENANGGULANGAN Disusun Diperiksa Disahkan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi

No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 1-3 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002

SOP PENANGGULANGAN DIPTHERI PROGRAM SURVEILANS


TINGKAT KABUPATEN / KOTA

Pelaksana : Pengelola Surveilans

Penanggungjawab : KepalaDinas Kesehatan

Alat-alat yang dibutuhkan :


1. Lemaries
2. Cool pack / kotakdingincair
3. Alatpemantauanpaparansuhubeku (Freeze Tagᴿ)
4. Alatpemantaupaparansuhupanas(Vaccine Cold Chain Monitor, VCCMᴿ)
5. Thermometer
6. Grafikcatatansuhu
7. Petunjukpembacaan VVM (poster, leafler)

Langkah-langkah
A. SKD-KLB
Bila ditemukan satu kasus Diptheri dan masih adanya desa/kelurahan dengan cakupan
imunisasi DPT-3 < 90% perlu diwaspadai terjadi KLB. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam kewaspadaan dini KLB Diptheri adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
- Data kesakitan yang dikumpulkan juga termasuk data kesakitan hasil kunjungan
terhadap kontak penderita. Gunakan form Dip-1
- Data cakupan imunisasi DPT 1-3
- Data status gizi bayi dan balita

2. Pengolahan data
- Sebelum diolah, periksa kebenaran data kasus yang tercatat berasal dari pelayanan
puskesmas, RS, Pustu, pelayanan kesehatan swasta agar tidak ada laporan ganda dan
kesalahan pencatatan
- Memisahkan data kasus yang berasal dari luar wilayah, desa/kelurahan,
kabupaten/kota
- Secara rutin data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan peta penyebaran
per penyakit. Pengolahan data dapat menggunakan SIG (Sistim Informasi Geografi)-
PPM, Epi Info, microsoft excel dll
- Membuat grafik mingguan dan grafik pola maksimal dan minimal yang mencakup
data kasus hepatitis 5 tahunan
3. Analisis data
Data yang sudah diolah selanjutnya dilakukan analisis dan intrepretasi dalam
kajian epidemiologi oleh tim surveilans epidemiologi dimasing-masing tingkatan.
Langkah umu dalam melakukan analisis data dengan mengintrepretasikan grafik, tabel,
peta kasus Diptheria sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan. Data dari laporan
mingguan W2 dianalisis menjadi grafik mingguan W2. Grafik ini bisa digunakan
senagai alat SKD-KLB untuk mengetahui peningkatan kasus yang mengarah kepada
KLB yaitu memantau situasi kasus Diptheria. Kemudian melakukan analisis penyakit
menurut waktu, orang dan tempat dan selanjutnya membandingkan situasi penyakit
dengan faktor-faktor determinan timbulnya penyakit Diptheria dan upaya program
berupa target atau sasaran, serta membandingkan dengan informasi yang diperoleh dari
hasil-hasil penelitian atau dari tinjauan kepustakaan.
Tahap akhir dari analisis adalah merumuskan tindak lanjut kegiatan yang sudah
dilaksanakan dan merencanakan tindakan korektif yang direkomendasikan berdasarkan
analisis masalah yang timbul. Beberapa rekomendasi yang dapat diajukan yaitu:
- Pemberian pengobatan propilaksis pada kontak penderita dengan antibiotik
Erytromicin 1000 mg/hari selama 7 hari (untuk dewasa)
- Peningkatan gizi bayi dan balita
- Penyuluhan kepada ibu bayi dan balita
- Pecapaian cakupan imunisasi DPT 1-3 yang merata seluruh desa/kelurahan
4. Penyebarluasan informasi dan penyusunan rekomendasi
- Memberikan umpan balik ada unit pelapor untuk kelengkapan data
- Upaya advokasi dan koordinasi kegiatan hasil kajian SKD-KLB

B. Penyelidikan Epidemiologi KLB


1. Persiapan penyelidikan
Dalam persiapan selain menyiapkan rencana kerja, kebutuhan sarana (logistik), tenaga
dan dana operasional juga termasuk kegiatan konfirmasi awal yang dilakukan oleh
petugas puskesmas
2. Menetapkan diagnosis
Diagnosis diptheria ditegakan melalui adanya gejala klinis yang timbul dan ditunjang
pemeriksaan laboratorium
3. Penetapan KLB
a. Timbulnya/adanya kasus atau kematian karena Hepatitis di suatu Kecamatan,
Puskesmas atau desa/kelurahan yang pada tahun sebelumnya tidak
ditemukan/dilaporkan adanya kasus Diptheria
b. Terjadinya peningkatan jumlah kasus Diptheria baru atau kematian Diptheria pada
suatu wilayah selama kurun waktu 3 minggu atau lebih berturut-turut
c. Terjadinya peningkatan kasus baru Diptheria dua kali atau lebih dibandingkan
dengan minggu yang sama pada periode waktu tahun sebelumnya disuatu desa atau
puskesmas
4. Mengidentifikasi kasus dan mendeskripsikan kasus menurut waktu, orang dan tempat
5. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
6. Merumuskan rekomendasi cara penanggulangan dan pengendalian KLB. Rekomendasi
yang dapat diajukan antara lain:
- Pemberian pengobatan profilaksis pada kontak penderita
- Peningkatan cakupan imunisasi DPT 1-3 sehingga merata pada semua
desa/kelurahan sekitar KLB
- Peningkatan status gizi bayi dan balita
7. Menyusun laporan hasil kegiatan yang berisi, lama KLB, deskripsi penderita menurut
waktu, orang dan tempat, pembahasan penyebab KLB, permasalahan yang timbul dalam
melaksanakan program imunisasi, perbaikan gizi, sistim surveilens dan kesimpulan serta
rekomendasi upaya penanggulangan dan pengendalian KLB Diptheria.
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c  0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL PenanggungJawab
SOP PENANGGULANGAN Disusun Diperiksa Disahkan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi

No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 6-2 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002

SOP PENANGGULANGAN KLB DBD PROGRAM SURVEILANS


TINGKAT KABUPATEN/KOTA

I. Penyelidikan Epidemiologi KLB DBD


A. Definisi operasional KLB DBD adalah
1) Timbulnya/adanya kasus atau kematian karena DBD di suatu kecamatan, puskesmas
atau desa/kelurahan yang pada tahun sebelumnya tidak ditemukan/dilaporkan adanya
kasus DBD
2) Terjadinya peningkatan jumlah kasus DBD baru atau kematian DBD pada suatu
wilayah selam krurun waktu 3 minggu atau lebih berturut-turut
3) Terjadinya peningkatan jumlah kasus DBD dua kali atau lebih dibandingkan dengan
minggu yang sama pada periode waktu tahun sebelumnya disuatu desa atau
puskesmas
B. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan bila dari hasil pengamatan SKD-KLB atau
PWS mingguan kasus DBD ditemukan indikasi adanya peningkatan kasus atau
kematian dan penyelidikan pra KLB menunjukkan terjadinya KLB. Selain itu adanya
laporan peningkatan kasus atau kematian DBD dari masyarakat.
C. Langkah-langkah penyelidikan
1) Puskesmas
- Melakukan penyelidikan awal untuk memastikan benar tidaknya telah terjadi KLB
DBD dengan cara:
 Melakukan review register atau data mingguan untuk melihat kemungkinan
adanya kasus pada desa KLB
 Mengunjungi lokasi KLB dan melakukan penyelidikan kasus dari rumah ke
rumah yang dilaporkan ada kasus dan memberikan pengobatan sebelumnya
- Diagnosa DBD berdasarkan laboratorium
- Bila hasil penyelidikan menunjukkan adanya KLB (sesuai dengan definisi
operasional KLB DBD), segera mengirim laporan W-1 ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota
- Selanjutnya dilakukan penyelidikan epidemiologi KLB bersama tim kabupaten/kota
atau tim propinsi maupun pusat apabila diperlukan.
2) Dinas Kabupaten/Kota atau Propinsi
- Melakukan kajian data kasus DBD yang ada dipuskesmas atau RS dan kajian
mingguan di Kabupaten/Kota dan tentukan puskesmas mana yang memberikan
kontribusi besar peningkatan jumlah kasus DBD di suatu Kabupaten/Kota
- Melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan melakukan pelacakan kasus ke lapangan
dimulai dari kasus indeks dan pencarian kasus tambahan
- Melakukan pemeriksaan jentik
- Mengumpulkan data hasil program
- Membuat laporan hasil penyelidikan. Laporan hasil penyelidikan berisi lamanya
peristiwa KLB, daerah KLB, distribusi kasus menurut waktu, orang dan tempat, ada
paparan faktor-faktor determinan, sebab-sebab kematian dan masalah program yang
ditemukan dan terakhir adanya rekomendasi untuk rencana penanggulangannya
- Perencanaan penanggulangan meliputi perhitungan jumlah populasi dan luasnya
wilayah yang berisiko terjadinya penularan, perincian dana, sarana (logistik) dan
tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan:
 Pengobatan penderita
 Abatisasi massal
 Penyemprotan
 PSN
 Penyuluhan
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c  0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PenanggungJawab
Disusun Diperiksa Disahkan
SOP PENANGGULANGAN KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 8-3 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002

SOP PENAGGULANGAN KLB HEPATITIS PROGRAM SURVEILANS


TINGKAT KABUPATEN/KOTA

A. Penyelidikan KLB Hepatitis


1) Menegakkan diagnosa
Definisi operasional kasus hepatitis adalah semua penderita dengan gejala satu atau
lebih seperti perubahan warna air kencing (warna teh), demam, mual, muntah, mata
dan kulit kuning dan nyeri perut
Hepatitis adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh beberapa jenis
virus. Hepatitis dibagi menjadi A, B, C, D dan E. Secara klinis dan patologi
kelimanya sukar dibedakan tetapi dengan memperhatikan lamanya masa inkubasi dan
cara terjadinya penularan kelima hepatitis masih dapat dikenal perbedaannya.

Tabel 2. Pola Epidemiologis Penyakit Hepatitis


PENYAKIT GEJALA KLINIS POPULASI CARA MASA
BERISIKO PENULARAN INKUBASI
Hepatitis A - Mendadak Semua - Dari orang 15-30 hari
- Demam orang ke orang, (28-30 hari
- Tidak enak makanan dan
badan minuman
- Nafsu makan yang
menurun terkontamina
- Mual si
- Nyeri perut - Melalui
- Kulit kuning transfusi
- Urine warna darah
gelap
- Feses berubah
warna
- Fungsi hati ada
perubahan
- anoreksia
Hepatitis B - Demam ringan Semua gol - Parenteral 45-160 hari
- Nyeri perut umur melalui (2-3 bulan)
- Mual muntah skarifikasi
- Nyeri sendi - Peralatan
- Kuning toilet
- Bisa spi - Jarum suntik
chionosis - Transfusi
darah
- Produk darah
yang
terkontamina
si
Hepatitis C - Mual muntah Semua gol - Darah dan 2 mgg – 6
- Nyeri sendi umur plasma yang bulan (6-9
- Kuning mencemari minggu)
- Anoreksia syringe
- Sakit perut
Hepatitis D - Mendadak Semua gol - Darah dan 2-10 minggu
- Demam umur cairan beku pada simpase
- Nyeri sendi yang
- Mual terkontamina
- Nyeri perut si
- Anoreksia - Jarum suntik
- Hubungan
seks
Hepatitis E - Mendadak - Semua - Air yang 64 hari (rata-
- Demam gol umur terkontamina rata 26-42
- Tidak enak - Simpanse si hari)
badan - Dari orang
- Nafsu makan ke orang
hilang dengan fecal
- Mual oral
- Nyeri perut
- Kulit kuning
- Urine warna
gelap
- Fungsi hati ada
perubahan

2) Memastikan KLB
Kriteria penentuan KLB Hepatitis adalah:
a) Timbulnya/adanya kasus atau kematian karena Hepatitis di suatu kecamatan,
puskesmas atau desa/kelurahan yang pada tahun sebelumnya tidak
ditemukan/dilaporkan adanya kasus Hepatitis
b) Terjadinya peningkatan jumlah kasus Hepatitis baru atau kematian Hepatitis pada
suatu wilayah selama kurun waktu 3 minggu atau lebih berturut-turut
c) Terjadinya peningkatan kasus baru Hepatitis dua kali atau lebih dibandingkan
dengan minggu yang sama pada periode waktu tahun sebelumnya disuatu desa
atau puskesmas
3) Mengidentifikasi kasus dan mendeskripsikan kasus berdasarkan waktu, orang dan
tempat. Kasus yang dideskripsikan selain yang ditemukan termasuk juga kasus-kasus
tambahan yang ditemukan di lokasi KLB
4) Mengidentifikasi sumber dan cara penularan. Identifikasi dilakukan dengan
memeriksa tempat-tempat yang diduga sebagai sumber penularan misalnya TPM,
sumber-sumber air, tempat-tempat penjual makanan
5) Melakukan upaya penanggulangan sementara misalnya dengan pemberian obat-
obatan simptomatik
6) Melaporkan hasil penyelidikan dan penyusunan rekomendasi penanggulangan KLB.
Laporan hasil penyelidikan berisi lamanya peristiwa KLB, daerah KLB, distribusi
kasus menurut waktu, orang dan tempat, ada paparan faktor-faktor determinan atau
sumber dan cara penularan, sebab-sebab kematian, masalah program yang ditemukan
dan terakhir adanya rekomendasi untuk rencana penanggulangannya. Perencanaan
penanggulangan meliputi perhitungan jumlah populasi dan luasnya wilayah yang
berisiko terjadinya penularan, perincian dana, saran (logistik) dan tenaga yang
dibutuhkan untuk melakukan pengobatan
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
JL. Adi Sucipto No. 84c  0333-424794 – 413173 Fax : 424794
dinkeskb@banyuwangikab.go.id
BANYUWANGI

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL PenanggungJawab
Disusun Diperiksa Disahkan
SOP PENANGGULANGAN KoordinatorLayanan Management Kepala Dinas Kesehatan
SI Representative Banyuwangi
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

No.Dok : /Dinkes/VII/Dok/2017
No. Rev :
Dinas Kesehatan
KabupatenBanyuwangi Tanggal : April 2017
Hadi Sutoyo WALUYO dr. H.Widji Lestariono
Halaman : 11-3 NIP. 19680808 199312 1 001 NIP. 19601020 198303 1 026 NIP. 19630522 198902 1 002

SOP PENANGGULANGAN KLB CAMPAK PROGRAM SURVEILANS


TINGKAT KABUPATEN/KOTA

A. Penyelidikan Epidemiologi KLB Campak


1. Untuk kasus Campak, termasuk kriteria KLB bila:
a) Timbulnya/adanya kasus atau kematian karena campak di suatu Kecamatan,
Puskesmas, atau desa/kelurahan, dusun, yang pada tahun sebelumnya tidak
ditemukan/dilaporkan adanya kasus campak.
b) Terjadinya peningkatan jumlah kasus campak baru atau kematian campak
pada suatu wilayah (Desa, Puskesmas, Kecamatan) selama kurun waktu 3
minggu atau lebih berturut-turut.
c) Terjadinya peningkatan jumlah kasus baru campak dua kali (2x) atau lebih
dibandikan dengan minggu yang sama pada periode waktu tahun sebelumnya
di suatu daerah.
2. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan KLB harus segera dilakukan agar penanggulangan dapat segera
dilaksanakan bila, hasil pengamatan SKD KLB/PWS kasus campak ditemukan
indikasi adanya peningkatan kasus dan hasil konfirmasi awal menunjukkan
terjadi KLB atau adanya laporan peningkatan kasus atau kematian campak dari
masyarakat, media massa dll.
a) Persiapan penyelidikan dan penanggulangan
Persiapan lapangan
 Persiapan formulir penyelidikan
 Persiapan sarana pemeriksaan laboratorium
 Persiapan tim epidemiologi, apabila diperlukan mengikut sertakan dokter
ahli anak RS

b) Langkah-langkah penyelidikan
 Konfirmasi awal dan pemastian KLB
- Tim epidemiologi Puskesmas melakukan kajian data di register untuk
melihat kemungkinan adanya peningkatan kasus dan adanya laporan
dari tokoh masyarakat atau media massa. Bila kasus ditemukan di
Puskesmas dilakukan wawancara untuk mengetahui adanya kasus
campak di daerah tempat tinggalnya.
- Mengunjungi tempat tinggal kasus dan sekitar rumah yang ditemukan
untuk melihat kemungkinan adanya penularan.
- Melakukan kajian data campak yang ada di Puskesmas atau RS dan
kajian PWS kasus campak mingguan di Kabupaten dan tentukan daerah
mana yang memberikan kontribusi besar peningkatan jumlah kasus
campak.
- Bila hasil konfirmasi awal ini memastikan terjadinya KLB (sesuai
dengan definisi operasional KLB Campak), segera kirim laporan W1.
 Pencarian kasus tambahan
- Melakukan pencarian kasus tambahan dari rumah ke rumah dengan
menggunakan form penyelidikan KLB campak sekaligus dengan
pengobatan seperlunya. Bila ditemukan kasus usia sekolah, dilakukan
kunjungan ke sekolah untuk mencari kasus tambahan dan kemungkinan
kasus yang berasal dari luar wilayah KLB.
- Melakukan wawancara dengan mengisi form campak-1 melalui
kunjungan dari rumah ke rumah di sekitar kasus indeks, serta yang
tidak terdapat kasus tetapi mempunyai anak beresiko (< 15 tahun) untuk
mengetahui populasi beresiko.
- Mengambil spesimen darah dari 10-15 penderita campak baru sakit
kurang dari 3 minggu dan beberapa sample urin untuk isolasi virus
campak. Pengambilan spesimen sesuai dengan tata cara pengelolaan
pengambilan spesimen.
- Mewawancarai petugas puskesmas, pustu, bidan desa, petugas praktek
swasta untuk menanyakan adanya kasus campak dan tatalaksana
imunisasi campak dan rantai dingin imunisasi di daerah KLB.
 Pengolahan dan analisis data KLB
 Penanggulangan KLB Campak
- Penanggulangan KLB campak didasarkan analisis dan rekomendasi
hasil penyelidikan KLB Campak, dilakukan segera mungkin agar
transmisi virus dapat dihentikan dan KLB tidak meluas serta membatasi
jumlah kasus dan kematian.
- Bila kasus indeks ditemukan kurang dari 2 hari dapat segera dilakukan
pemberian imunisasi campak tanpa melihat status imunisasi pada semua
populasi yang beresiko di daerah KLB.
- Pemberian Vit. A dosis tinggi dan obat-obatan simptomatik, obat batuk
dll.
- Pemberian pengobatan segera pada kasus campak dengan komplikasi.
 Pembuatan laporan
- Secara formal laporan yang dikirim menggunakan form W-1, dan
pemantauan steiap menggu menggunakan W-2 ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
- Laporan hasil penyelidikan berisi, lamanya peristiwa, lokasi KLB,
distribusi penderita menurut waktu, tempat dan orang, faktor-faktor
resiko meliputi status imunisasi, efikasi vaksin dan status gizi, sebab-
sebab kematian dan masalah program yang ditemukan serta rencana
penanggulangannya.

B. Pengambilan, Penyimpanan, dan Pengiriman Sampel Laboratorium Campak


1. Spesimen (serum/darah) untuk pemeriksaan serologi
a) Siapkan label identitas pasien lekatkan pada syringe atau tabung vacutainer
dan tabung serum
b) Darah di ambil 3-5 ml dengan menggunakan syringe atau vacutainer lalu di
centrifuge 3000 rpm selama 10 menit
c) Bila tidak ada centrifuge, diamkan selama 30 menit – 1 jam sampai serum
terpisah
d) Serum di ambil dengan menggunakan pipet steril, masukkan ke dalam tabung
serum
e) Selanjutnya tabung serum dimasukkan dalam plastik, yang telah diberu
tissue/kertas yang bisa menyerap, ikat yang rapat/selotip lalu masukkan
dalam wadah primer (box plastik).
 Masukkan wadah primer kedalam spec.carrier dan diberi ice pack 3-4
buah, tata sedemikian rupa sehingga tidak pecah saat terjadi goncangan

Catatan:
a) Darah dapat disimpan dulu pada 2-8°C 24 jam sebelum dipisahkan serumnya
b) Darah tidak boleh dibekukan dalam freezer
c) Spesimen harus dikirm dengan es (2-8°C) dengan maksimum lama pengiriman
48 jam
d) Spesimen boleh disimpan dalam lemari es (bukan freezer) maksimal 7 hari
sebelum diperiksa laboratorium
e) Isi formulir C KLB data pasien disertai surat pengantar dan dikirimkan ke
Laboratorium Campak Nasional
f) Tiga tanggal yang penting
 Tanggal imunisasi campak terakhir
 Tanggal timbulnya rash (kemerahan)
 Tanggal pengambilan sampel
2. Spesimen urin untuk isolasi campak
Pada daerah yang belum diketahui Genotype virus campak, maka perlu di ambil
spesimen urin.
Tatalaksana spesimen:
a) Diperlukan 10-50 ml dari urin untuk setiap kasus
b) Saat yang optimal pengambilan sampel adalah hari pertama sampai hari ke
lima timbulnya rash
c) Urine ditampung pada wadah yang steril/bersih
d) Secepatnya pot ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
diikat kuat
e) Masukkan kedalam spesimen carrier yang telah diberi 3-4 buah ice pack
beku, diatur sedemikian rupa sehingga tidak pecah saat terjadi goncangan
saat pengiriman

Anda mungkin juga menyukai