Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana tanggung jawab PPK, Konsultan Pengawas dan PPHP dalam terjadi

pekerjaan yang diterima tidak sesuai kontrak?

PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa.
Untuk pengawasan pelaksanaan pekerjaan kontruksi, PPK dibantu oleh
konsultan pengawas.
Secara garis besar tugas konsultan pengawas dalam hubugannya dengan PPK
digolongkan sebagai berikut :
a) Membantu peran PPK dalam pengawasan (assist)
Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh konsultan pengawas dan
dilaporkan ke PPK, atas persetujuan PPK maka tanggung jawab
mengenai hasil pekerjaan konstruksi berada di PPK.
Tanggung jawab PPK adalah sebatas kesesuaian output dari konsultan
pengawas telah melakukan pekerjaan sesuai kontrak dan untuk
pekerjaan konstruksi yang telah diawasi oleh konsultan pengawas secara
kondisi yang nyata terlihat tidak ada masalah.
Konsultan pengawas bertanggung jawab secara kualitas atau komposisi
dari setiap detail pekerjaan konstruksi.
b) Mengambil alih peran PPK dalam pengawasan (task)
Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh konsultan pengawas dan
bertanggungjawab penuh atas pengawasannya.
Konsuktan pengawas bersama dengan wakil PPK atau Direksi Teknis
dalam setiap tahapan pekerjaan dibuat check listnya (daftar simak).
Bila semua sama dengan spesifikasi dan persyaratan lainnya dibuatkan
berita acara.
Persetujuan Direksi Teknis atau wakil PPK sangat dominan. Tanpa
persetujuan direksi teknis atau wakil PPK pekerjaan tidak dapat
dilanjutkan.
Direksi Teknis atau wakil PPK terlibat dalam persiapan, mengecek secara
detail seperti saat akan mengecor beton, memastikan besi yang dipakai
sudah sesuai yang disyaratkan (diukur diameternya)

PPK hanya melakukan hal-hal secara administrasi seperti untuk memproses


pembayaran. Mengenai ada tidaknya pekerjaan konstruksi, volume, kualitas
dan kejadian yang telah terjadi adalah tanggung jawab konsultan pengawas
dan direksi teknis atau wakil PPK.
Dalam hal PPK tidak memiliki kompetensi sepenuhnya atau beban kerja yang
banyak, pilihan menggunakan model ini sangat dianjurkan. Konsultan
pengawas bertanggung penuh baik secara kualitas dan outputnya. PPK hanya
bertanggung jawab secara administratif.
Peran konsultan pengawas adalah dalam mutu pekerjaan, dalam hal terjadi
temuan adanya ketidaksesuaian mutu, hal tersebut akan menjadi tanggung
jawab konsultan pengawas.
Konsultan pengawas bekerja berdasarkan daily base atau harian, bahkan kalau
ada pekerjaan konstruksi dikerjakan di hari minggu oleh kontraktor diperlukan
adanya pengawasan dari konsultan pengawas.
Konsultan pengawas mencatat semua aspek yang terjadi di lapangan secara
harian, mingguan dan bulanan. Pengawasan antara lain jumlah bahan, alat,
tenaga kerja, cuaca dan mencatat progress pekerjaan. Laporan harian
dikompilasi menjadi laporan mingguan kemudian laporan bulanan. Laporan-
laporan tersebut dapat diperbandingkan dengan rencana yang telah dibuat
oleh penyedia pelaksana konstruksi seperti dengan Curve S. Bila terjadi
ketidaktepatan progres pekerjaan maka konsultan pengawas harus berinisiatif
melakukan rapat dengan dihadiri PPK untuk mencegah keterlambatan
pekerjaan.
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/ pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
Dalam pekerjaan sudah ada konsultan pengawas maka peran PPHP cenderung
diujung pekerjaan atau diakhir pekerjaan atau ketika suatu pekerjaan telah
mencapai 100%. Peran PPHP tersebut adalah kuantitas atau volume dengan
memperhatikan kondisi yang terlihat saja dalam keadaan baik.
Disimpulkan, dalam hal ada kekurangan volume (kuantitas), hal tersebut
adalah tanggung jawab dari PPHP.
Untuk suatu pekerjaan yang tidak ada konsultan pengawas, peran dari PPHP
bisa meliputi kuantitas dan kualitas. Pekerjaan sederhana seperti pengadaan
ATK, PPHP dapat melihat kualitas barang yang diserahkan.
Namun bila PPHP tidak mempunyai kompetensi untuk suatu pekerjaan yang
akan diterima maka diperlukan adanya dukungan peran dari pihak yang
kompeten atau tim teknis atau ada uji kualitas dari suatu lembaga uji.
Selanjutnya setiap kontrak akan menyebut ruang lingkup yang akan dilakukan
oleh konsultan pengawas. Sehingga tanggung jawab dari konsultan pengawas
terlihat di dalam kontrak yang ditandatangani kedua belah pihak
Tugas dan Wewenang masing-masing anggota Tim Pengelola Keuangan di
suatu Kantor Pemerintah bisa dibaca secara lengkap di PMK-190 Tahun 2012
: http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2012/190~PMK.05~2012Per.HTM
Berikut beberapa diantaranya…

Tugas dan Wewenang KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) :


 Menyusun DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran : Dokumen Pelaksanaan
Anggaran yang digunakan sebagai acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN) …Pasal 9 (1.a);
 Menetapkan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dan PPSPM (Pejabat Penanda
Tangan Surat Perintah Membayar)…(Pasal 9 b,c);
 Menerbitkan Surat Keputusan Pengangkatan Bendahara Pengeluaran , pasal 22 (1),
(2), (3);
 KPA dapat merangkap sebagai PPK atau sebagai PPSPM, pasal 6 (2);
 Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian tagihan
atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pasal
10 (2) c;
 Selengkapnya : PMK-190 Pasal 5 s.d. Pasal 11.

Tugas dan Wewenang PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) :


 Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia
Barang/Jasa (Pasal 13 c);
 Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang Belanja Pegawai, KPA
mengangkat PPABP untuk membantu PPK dalam mengelola administrasi Belanja
Pegawai (Pasal 15);
 Melaksanakan kegiatan swakelola;
 membuat dan menandatangani SPP (Surat Permintaan Pembayaran);
 Mengusulkan revisi POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) / DIPA kepada KPA,
Pasal 13;
 PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang
kepada KPA;
 Selengkapnya : PMK-190 Pasal 12 s.d. Pasal 15;
 Tambahan : PPK dibantu oleh minimal 2 Staf Pengelola Keuangan, Selengkapnya
silahkan dicek pada PMK tentang Standar Biaya (Halaman Penjelasan) : Disini.

Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran :


 Mengelola Uang Persediaan & LS Bendahara (Pasal 24 ayat 1, huruf a);
 Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang dalam
pengelolaannya;
 Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;
 Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;
 Memungut Pajak dan menyetor Pajak ke Bank (Wajib Pajak Bendahara);
 menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN selaku
kuasa BUN;
 Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas uang/surat berharga
yang berada dalam pengelolaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1);
 Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM, Pasal 22
(5);
 Dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, Kepala Satker
dapat menunjuk beberapa BPP (Bendahara Pengeluaran Pembantu) sesuai
kebutuhan, Pasal 25 (1);
 Selengkapnya : PMK 190 Pasal 22 s.d. Pasal 27.

Tugas dan Wewenang PPSPM (Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah


Membayar)
 Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung dari PPK;
 Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
 Menerbitkan SPM (Surat Perintah Membayar) ;
 Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
 Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA;
 Mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP (Uang Persediaan) /TUP
(Tambahan Uang Persediaan), dan sisa dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;
 PPSPM harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas dan
wewenang kepada KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf f yang
paling sedikit memuat: a. jumlah SPP yang diterima; b. jumlah SPM yang diterbitkan;
dan c. jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM;
 Selengkapnya : PMK 190 Pasal 16 s.d. Pasal 18

Anda mungkin juga menyukai