Anda di halaman 1dari 9

SELF REGULATION DAN PERILAKU MENABUNG PADA

MAHASISWA

Juwita Nofita Sari

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

juwita249e@gmail.com

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk sangat besar dan memiliki
kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
selama 30 tahun terakhir, jumlah penduduk Indonesia meningkat hampir dua kali lipat, yaitu
147,49 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 179,37 juta jiwa pada tahun 1990 dan pada tahun
2000 bertambah mencapai 206,26 juta jiwa. Angka tersebut terus mengalami peningkatan dan
mencapai 218,86 juta jiwa pada tahun 2005 hingga peningkatan itu terus meningkat hingga
pada tahun 2011 mencapai 259.940.857 jiwa. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat yang sangat konsumtif, hal tersebut mengakibatkan perilaku untuk menabung
rendah, padahal menabung dapat meninggalkan sikap konsumtif dan boros. Menabung dapat
melatih sikap hemat, melatih sikap mandiri, apabila setiap individu tabungan yang tinggi,
maka dana yang terhimpun dari masayarakat pun akan tinggi.

Hal ini terbukti bahwa saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke dua sebagai negara paling
konsumtif di dunia. Sementara di peringkat pertama adalah Singapura. Hal itu diungkapkan
Heppy Tranggono, Ketua Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) saat berbicara dalam
sosialisasi "Gerakan Beli Indonesia" dan rencana "Kongres Kebangkitan Ekonomi Indonesia"
di Hotel Riyadi Palace, Senin (2/5). Jumlah kepemilikan rekening masyarakat Indonesia
dinilai masih rendah. Bahkan, jumlahnya terendah se-ASEAN. Hal ini didukung menurut
anggota Komisi XI DPR Kemal Aziz Stamboel (2012) bahwa : “jumlah kepemilikan rekening
tabungan masih dibawah 50 persen dari penduduk Indonesia saat ini.” Berdasarkan
penelitiannya, hanya sekitar 19,6 persen masayarakat Indonesia berusia diatas 15 tahun yang
mempunyai rekening tabungan. Padahal, jumlah di Malaysia sudah 66,2 persen, Thailand 72,7
persen, dan singapura 98,2 persen. Menurut pjs Gubernur BI Damin Nasution (2010),
berdasarkan pada data survey perbankan tahun 2010, saat ini setidaknya ada sekitar 40 hingga
50 juta orang yg belum atau enggan menabung (dalam gadinasyin, 2013).

Komisaris Independen PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Aviliani menyebutkan budaya


menabung di masyarakat Indonesia masih rendah karena kecendrungan tingkat konsumsi
masyarakat tinggi. Masyarakat Indonesia banyak menjadi konsumen, ini menunjukkan
mereka kurang memikirkan masa depan dengan menabung. Padahal dengan menabung kita
dapat mengontrol tingkat konsumsi kita sendiri (Wibisono, 2012). Hal ini diperkuat dengan
masyarakat Indonesia disebut menempati urutan terbawah di jajaran negara-negara Asia
Tenggara dalam hal total nominal tabungan dan kebiasaan menabung. Rendahnya akses
perbankan membuat hingga saat ini masyarakat Indonesia belum bisa menabung secara
maksimal. "Secara mikro, tabungan kita paling kecil di Asean. Masyarakat kita bukan orang
yang suka menabung. Kalau ada layanan perbankan yang dekat dengan kita-kita mudah-
mudahan masyarakat bisa lebih terbuka dan gemar menabung," ujar Ketua Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad di Bima, Nusa Tenggara
Barat, Senin (8/6). Rendahnya penggunaan produk keuangan karena minimnya kesadaran
menabung di masyarakat. Hal ini juga kembali diungkapkan oleh Ketua dewan OJK "kita
kurang menabung jadi banyak utangnya, perbankan dalam negeri diharapkan dapat
meningkatkan layanan keuangan, ciptakan produk simpel yang untuk masyarakat kecil,"
ujarnya di Bima, Nusa Tenggara Barat, Senin (8/6). (Sari, 2015).

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diputuskan oleh pemerintah beberapa
waktu lalu menimbulkan banyak dampak pada masyarakat. Salah satunya terkait dengan
perubahan pengeluaran dalam membeli kebutuhan pokok dan menabung. Perusahaan riset
global yang berlokasi di Indonesia, Kadence International, telah mengeluarkan hasil survei
mengenai pengaruh kenaikan harga BBM di masyarakat, baik untuk membeli kebutuhan
pokok maupun menabung. "Survei ini akan memberikan gambaran dan pemahaman
bagaimana kenaikan harga BBM berpengaruh pada pola pengeluaran rumah tangga
masyarakat Indonesia," kata Managing Director Kadence Indonesia Vivek Thomas di Four
Seasons Hotel, Jakarta, Rabu (26/6) (Tanjung, 2013).

Menabung adalah salah satu kegiatan yang penting untuk dilakukan setiap orang, karena hasil
tabungan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan usaha menjadi lebih
besar daripada sebelumnya atau dapat digunakan untuk menanggulangi bebagai kebutuhan
yang mendesak. Tabungan yang dilakukan perseorang bukan hanya bermanfaat bagi
penabung itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi negara dan masyarakat, karena tabungan
tersebut dapat dijadikan modal dan investasi pinjaman oleh orang lain.

Seiring dengan berjalannya waktu, perilaku menabung mengalami penurunan. Hal ini dapat
dilihat ketika kita memasuki jenjang perkuliahan atau mahasiswa. Pada saat ini, perilaku
menabung pada mahasiswa mengalami kemerosotan. Fenomena ini terjadi dikalangan
mahasiswa di Kota Bandung khususnya mahasiswa FPEB UPI Bandung dapat dilihat bahwa
pengeluaran mahasiswa untuk kebutuhan yang sifanya kesenangan (membeli pulsa, nonton
bioskop, membeli baju atau shopping) lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pengeluaran
mahasiswa untuk tabungan dan kebutuhan pendidikan (membeli buku, alat tulis, dll).
Misalnya saja di program studi ekonomi, rata-rata prosentase pengeluaran untuk kesenangan
yaitu sebesar 35,94% (pulsa sebesar 6,48%, nonton bioskop sebesar 4,92%, beli baju atau
shopping sebesar 24,54%) sedangkan untuk kebutuhan pendidikan yaitu sebesar 12,33%,
untuk kebutuhan kesehatan 2,60%. Begitu pula dengan tabungan yang rata-rata hanya 6,93%.
Hal ini terjadi dikalangan mahasiswa di program pendidikan manajemen bisnis, program
pendidikan manajemen perkantoran, dan program studi pendidikan akuntansi. (dalam
gadinasyin, 2013). Masyarakat indonesia lebih banyak memiliki kartu kredit dari pada
tabungan, hal ini dikarenakan masyarakat indonesia merupakan negara yang konsumtif.
Masyarakat indonesia lebih memilih menghabiskan uangnya untuk berbelanja dari pada
meningkatkan perilaku menabung. Mahasiswa lebih sering menghabiskan uang untuk
membeli barang yang mereka inginkan daripada apa yang mereka butuhkan. Hal ini terbukti
dari prosentase diatas bahwa mahasiswa sering menghabiskan uangnya untuk shopping dari
pada membeli peralatan kuliah, seperti buku dan alat tulis untuk kebutuhan pendidikan.

Sebuah badan penelitian menunjukkan bahwa hutang kartu kredit di kalangan mahasiswa
adalah masalah yang sedang berkembang di Amerika serikat. Menurut survei yang dilakukan
Sallie Mae, 2009 (dalam Kennedy, 2013) 67% dari mahasiswa tahun pertama dilaporkan
memiliki kartu kredit, 39% memiliki kartu kredit sebelum masuk perguruan tinggi.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), sampai dengan Agustus 2014 terdapat 15,8 juta kartu
kredit yang telah dikeluarkan oleh 23 perusahaan penerbit di Indonesia. Rata-rata volume
bulanan transaksi kartu kredit yang dilakukan sebanyak 20,8 juta dengan nominal mencapai
19,9 triliun rupiah. Bahkan, saat ini kredit sudah dianggap sebagai salah satu alternatif
pendapatan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang menggunakan kartu kredit
untuk menutupi kekurangan penghasilannya setiap bulan.

Dalam melakukan kegiatan menabung, seseorang harus dapat mengontrol dirinya dengan
baik agar tercapai dengan tujuan yang diinginkan. Hal tersebut sama seperti pengertian dari
self regulation. Istilah self regulation pertama kali dimunculkan oleh Albert Bandura dalam
teori belajar sosialnya, yang diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengontrol
perilakunya sendiri (Boeree, 2010). Regulalsi diri merupakan motivasi internal, yang
berakibat timbulnya pada keinginan seseorang untuk menentukan tujuan-tujuan hidupnya,
merencanakan strategi yang akan digunakan, serta mengevaluasi dan memodifikasi perilaku
yang akan dilakukan (Cervon & Pervin, 2012). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arsal
(2009), penelitiannya dilakukan pada 60 guru baru yang menulis buku harian selama empat
belas minggu mampu memunculkan self regulation, sehingga individu yang ingin melakukan
perkembangan perlu self regulationnya dengan cara mengontrol atau mengatur aktivitas yang
dilakukan.

Terkait dengan regulasi yang dapat mengontrol perilaku seseorang, DeWall, Baumeisteir,
Stillman, Gailliot (2007) mengadakan penelitian kepada beberapa mahasiswa di Amerika.
Hasilnya menyatakan, regulasi kurang efektif dapat menimbulkan perilaku agresif, sedangkan
mereka yang memiliki self regulation yang efektif akan lebih mampu mengendalikan dirinya.
Hasil penelitian Arjanggi Ruseo dan Titin Suprihatin (2010) pada 48 mahasiswa di semarang,
dimana hasilnya 20,8% mahasiswa mengalami kesulitan meregulasi metekognisi dalam
proses belajar. Selain itu peneliti juga melakukan proses wawancara dengan 18 dosen di
wilayah yang sama dimana hasilnya menyatakan 55,6% mahasiswa mengalami kesulitan
dalam meregulasi metakognisinya dalam proses belajar.

Sedangkan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2006) menyatakan bahwa
keberhasilan seorang anak dalam menjalani proses pendidikannya bukan hanya ditetukan oleh
tingkat IQ, namun kemampuan regulasi diri dapat menjadi salah satu faktor keberhasilan
seseorang dalam menjalani proses pendidikan. Selain itu berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan Maharani (2009) bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi beliefs dengan
regulasi diri dalam belajar, yaitu 67,4% regulasi dan motivasi belajar dapat menunjang proses
perkuliahan yang dijalankan oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan dan sasaran akademik.
Mahasiswa yang memiliki derajat motivasi yang tinggi dan selalu berusaha dalam mencapai
suatu tujuan tidak akan mencapai sasaran akademisnya jika siswa tersebut memiliki regulasi
diri yang rendah (Maharani, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Valle
dkk (2008) menyatakan sejauh mahasiswa berorientasi dalam pembelajaran, seperti mengatur
studi mereka dengan menghubungkan dengan pengetahuan baru dan pengetahuan sebelumnya
mengatur waktu mereka dan lingkungan belajar yang memadai serta bertahan meskipun
mereka menghadapi kesulitan dalam proses balajar.

Perilaku Menabung

Menabung merupakan perilaku yang telah direncanakan yang akan digunakan untuk masa
mendatang. Namun, kesadaran perilaku menabung pada mahasiswa masih sangat kurang
karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang menuntut mahasiswa untuk melakukan kegiatan
membeli barang. Hal ini mengakibatkan individu melakukan pengeluaran uang dan ada juga
hingga melakukan perilaku menabung untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Teori yang
digunakan dalam menganalisis perilaku menabung adalah TPB (theory of planned behavior).

Pada mulanya Fishbein & Ajzen menanamkan teorinya sebagai Teori Tindakan Rasional,
kemudian pada perkembangan yang terakhir, mereka menanamkan teori mereka sebagai teori
tingkah laku yang terencana (Theory of Planned Behavior). Teori ini pada hakekatnya hampir
sama yaitu menggambarkan hubungan diantara keyakinan (beliefs), sikap (attitudes), dan
perilaku (behavior). Hanya dalam teorinya yang baru, mereka menambahkan usnsur
perceived behavior control (keyakinan seseorang tentang sejauh mana taraf kesulitan atau
kemudahan untuk mewujudkan perilaku tersebut). Bahkan menurut mereka perceived
behavior control ini dapat mempengaruhi perilaku secara mandiri atau tak tergantung pada
sikap dan norma-norma subyektif. Sebab orang biasanya memperhitungkan apakah ia mampu
menunjukkan suatu perilaku ketika mereka memformulasikan niat mereka. Jika suatu perilaku
nampaknya melampaui kemampuan (kontrol) mereka, maka mereka mungkin tidak akan
memiliki niat untuk menampilkan perilaku itu. Konsep tentang perceived behavior control ini
sangat mirip dengan self-efficacy dari Bandura yang merujuk pada sejauhmana individu
memiliki keyakinan (belief) bahwa mereka memiliki kecakapan (kemampuan) dan ksempatan
yang dibutuhkan untuk menampilkan suat tindakan (Dayakisni Tri & Hudaniah, 2009)

Gambar 6. The Theory of Planned Behavior


Keyakinan tentang Sikap yang
perilaku & evaluasi mengarah pada
tentang hasilnya perilaku

Keyakinan normative
Norma-norma Niat perilaku Perilaku
& motivasi untuk
subyektif
memenuhi

Keyakinan tentang Sejauh mana kontrol


kemudahan atau terhadap perilaku
kesulitan perilaku itu yang dipersepsikan

Hamidi, Wennberg & Berglund, 2008 (dalam Vemmy, 2012) menyatakan bahwa: the theory
of planned behavior can be used to predict employment status choise intention. TPB dapat
dijadikan sebagai alat untuk memahami intensi. TPB menjelaskan bahwa sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku sebagai variabel yang mendahului intensi dan perilaku. Sikap
terhadap perilaku (attitude towards behavior) adalah suatu sikap yang menguntungkan atau
tidak bagi individu atas perilaku yang dilakukan. Norma subjektif (subjective norm) mengacu
pada tekanan sosial yang dirasakan individu ketika melakukan sesuatu. Kontrol perilaku yang
dirasakan (perceived behavioral control) mengacu pada persepsi individu tentang kemudahan
dan kesulitan melakukan perilaku berdasarkan pengalaman masa lalu. Niat (intention) yang
berkaitan dengan indikasi seberapa susah seseorang mencoba untuk memahami, seberapa
besar usaha dalam merencanakan sesuatu dan melakukan perilaku tertentu.

Dalam konteks ekonomi, tabungan didefinisikan sebagai residual pendapatan setelah


dikurangi konsumsi selama periode tertentu (Browning & Lusardi, 1996; Warneryd, 1999).
Sebaliknya, menabung di konteks psikologis disebut proses tidak menghabiskan uang untuk
digunakan di masa depan (Warneryd, 1999), perilaku menabung adalah kombinasi dari
persepsi kebutuhan masa depan, keputusan menabung dan tindakan penghematan. Di sisi lain,
orang cenderung mendefinisikan tabungan sebagai investasi, menempatkan uang di rekening
bank, berspekulasi dan melunasi hipotik (Warneryd, 1999).
Menurut Ajzen (1991), orang melakukan perilaku tertentu karena mereka membentuk niat
untuk melakukannya. Di TPB tiga konsep yang menentukan niat yang sikap terhadap
perilaku, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dirasakan. Pertama, sikap terhadap
perilaku mengacu pada sejauh mana seseorang membentuk evaluasi positif atau negatif
terhadap perilaku. Sementara itu, subjektif norma mengacu pada tekanan sosial yang
dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Tekanan sosial berasal dari referen
yang menonjol seperti orang tua, pasangan, rekan-rekan dan kolega. Penentu ketiga niat
dirasakan kontrol perilaku yang mengacu pada persepsi orang tentang kemampuan mereka
untuk melakukan perilaku tertentu. Keyakinan perilaku akan mendorong siswa untuk
membentuk sikap positif terhadap perilaku menabung. Sementara itu, siswa dimaksudkan
karena mereka memiliki kemampuan kognitif lebih baik yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan karena mereka percaya bahwa mereka dapat menabung dengan tepat. Selanjutnya,
kontrol perilaku dapat digunakan untuk menjelaskan pengendalian diri siswa dengan tingkat
kontrol diri yang tinggi, siswa akan merasakan kemudahanndalam menabung karena mereka
memiliki kemampuan untuk mengatur keinginan mereka, disiplin dan menunda kepuasan.
Sementara itu, norma subjektif diterapkan dalam menjelaskan bagaimana orang tua dan rekan
mempengaruhi perilaku tabungan siswa. Tekanan sosial biasanya dibuat oleh orang tua dan
rekan, karena itu perilaku mereka dianggap mempengaruhi secara signifikan siswa untuk
menabung. Kesimpulannya, semua penentu (finansial, sosialisasi orang tua, pengaruh teman
sebaya dan pengendalian diri) dapat juga dijelaskan oleh konsep TPB dalam memprediksi
perilaku menabung siswa.

Self Regulation

Teori self regulation dicetuskan pertama kali oleh Bandura dalam teori belajarnya. Manusia
mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi
lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegitan manusia. Ada tiga proses
yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan diri: memanipulasi faktor eksternal,
memonitor dan mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil
pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu: 1. Faktor eksternal dalam self
regulation, faktor ini mempengaruhi diri dengan cara memberi standar untuk mengevalusi
tingkah laku dan faktor eksternal mempengaruhi diri dalam bentuk penguat (re-inforcement).
2. Faktor internal dalam self regulation: pertama, observasi diri. dilakukan berdasarkan faktor
kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri. Kedua, proses
penilaian atau mengadili tingkah laku (judgemental processes). Melihat kesesuaian tingkah
laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan
tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktifitas, dan memberi atribusi
performansi. Ketiga, reaksi diri afektif (self response). Akhirnya berdasarkan pengamatan dan
judment itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi
atau menghukum diri sendiri (Alwisol, 2004).

Hal yang sama juga berlaku pada penghukuman diri. Bandura melihat adanya tiga hal yang
akan muncul akibat penghukuman diri : 1. Kompensasi, yaitu kompleks superioritas, semisal
berkhayal punya harga diri atau kehormatan yang sangat tinggi. 2. Ketidakaktifan seperti sifat
apatis, kebosanan dan depresi. 3. Pelarian, seperti kecanduan narkoba dan alkohol, fantasi-
fantasi televisi, bahkan bunuh diri. (Boeree, 2010).

Menurut pendapat Miller dan Brown (1991) ada 7 komponen dari self regulation yaitu : (1)
receiving (penerimaan informasi), (2) evaluating (pengevaluasian infromasi dan
membandingkan dengan norma-norma), (3) triggering (mendorong berubah), (4) searching
(mencari pilihan), (5) formulating (merumuskan rencana), (6) implemanting (menerapkan
rencana), (7) assesing (menilai efektivitas rencana, mengevaluasi tahap 1 dan 2).

Self Regulation dan Perilaku menabung

Perilaku menabung merupakan tindakan yang terencana untuk memenuhi kebutuhan


seseorang yang akan datang. Orang sering mengabaikan tidakan ini dengan berbagai alasan.
Seseorang yang mempunyai tingkat perilaku menabung rendah sudah pasti tidak dapat
mengontrol keinginannya untuk membeli sesuatu. Sedangkan seseorang yang memiliki
perilaku menabung yang tinggi dapat mengatur segala kebutuhannya dengan baik. Orang
yang mampu melakukan perilaku menabung adalah orang yang memiliki self regulation yang
tinggi. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak mampu melakukan perilaku menabung
adalah orang yang memiliki self regulation yang rendah. Self regulation yang baik dapat
mempengaruhi seseorang untuk menata hidupnya menjadi lebih baik, hal ini dibuktikan
melalui teori yang menyatakan bahwa self regulation yang baik dapat mengontrol perilakunya
sendiri (boeree, 2010). Jadi dengan kata lain perilaku menabung merupakan perilaku yang
baik untuk menata hidupnya dimasa depan.

Pentingnya regulasi dalam diri untuk mencapai sebuah tujuan menjadikan manusia meregulasi
dirinya dengan baik. Semakin efektif regulasi seseorang maka tujuan yang dicapai akan
semakin sempurna, begitu juga sebaliknya. Diantaranya adalah fase forethought
(perencanaan) yang berpengaruh pada tahap pencarian strategi untuk mencapai suatu tujuan,
perfomance orvolitional control (pelaksanaan) merupakan proses perencanaan dari tahap
sebelumya dan merupakan pengaruh dari respon (feedback) dari pengalaman yang akan
berpengaruh pada fase berikutnya, dan self reflection (proses evaluasi) berdampak pada
penetapan langkah-langkah yang akan dilakukan berikutnya. Dimana ketiga fase ini akan
terus berulang yang kemudian membentuk siklus (Susanto, 2006)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian adalah ada hubungan self
regulation terhadap perilaku menabung. Semakin baik self regulation pada diri seseorang
maka semakin tinggi pula perilaku menabungnya, dan sebaliknya jika self regulation kurang
baik maka tingkat perilaku menabungnya semakin rendah.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakkan penelitian kuantitatif yaitu pendekatan yang hasil


penelitiannya disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik.
Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat
hubungan antar dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau
manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. (Arikunto, 2013)
Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang
dengan populasi sebanyak 26.000 mahasiswa. Mahasiswa termasuk masa beranjak dewasa
yang kini digunakan untuk merujuk masa transisi menuju dewasa dengan rentang usia
berkisar 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
menggunakan random sampling dengan tujuan peneliti mencampur subjek-subjek didalam
populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peniliti memberi hak
yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
(Arikunto, 2013). Jumlah sampel yang digunakan dari total populasi 26.000 mahasiswa
dengan dengan taraf kesalahan 5% maka pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 344
mahasiswa. Penelitian ini menggunakan tabel penentuan sampel yang dikembangkan oleh
Isac dan Michael (Sujarweni, 2014).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat adalah perilaku menabung
dan veriabel bebas adalah self regulation.

Perilaku menabung merupakan perilaku yang terencana untuk mencapai sebuah tujuan,
bagaimana peran dari sikap, norma, dan kontrol perilaku mempengaruhi seseorang untuk
melakukan perilaku menabung.

Self Regulation merupakan suatu pengontrolan diri individu, yang di dalamnya terdiri dari
sikap, emosi dan norma. Self Regulation sangat mempengaruhi seseorang dalam mengontrol
dirinya dalam berperilaku. Dalam penelitian ini menggunakan skala self regulation yang
disusun oleh Miller & Brown (1991) dan skala saving behavior yang diadaptasi dari skala
saving behavior yang disusun oleh Thung, dkk (2012).

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

prosedur penelitian ini ada 3 tahapan, yaitu pertama tahap persiapan, kedua tahap
pelaksanaan, ketiga tahap analisa. Pada tahap persiapan peneliti menetukan subjek dan tempat
penelitian. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan 2 instrument berupa skala Likert yang diadaptasi dari
skala self regulation yang disusun oleh Miller & Brown (1991) dan skala saving behavior
yang diadaptasi dari skala saving behavior yang disusun oleh Thung, dkk (2012). Setelah
semua skala terisi, peneliti melakukan input data (scoring) dan menganalisisnya. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji korelasi product
moment dari Pearson untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel bebas dan
terikat. Proses analisis data ini dipercepat dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for
Windows versi 21.0

REFERENSI

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behaviour. Organizational Behaviour and Human
Decision Processes, 50, 179-211.
Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Arjanggi. R & Suprihatin. T. (2010). Metode pembelajaran tutor teman sebaya meningkatkan
hasil belajar berdasarkan regulasi diri. Makara, Sosial Humaniora, 4. (2). 91-97.
Arsal, Z. (2009). The effect of diares on self regulation strategies of preservice sciennce
teachers. International Journal of Environmental and Science Education, 5, 85-103
Boere, G. (2010). Personality theories : melacak kepribadian anda bersama psikolog dunia.
Jogjakarta: Prismasarphie
Browning, M., & Lusardi, A. (1996). Household saving: Micro theories and micro facts.
Journal of Economic Literature, 34, 1797-1855.
Cervone., Daniel., & Lawrence, A. Pervin. (2012). Kepribadian : teori dan penelitian.
Jakarta: Salemba Humanika
Dayakisni Tri, & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial. Malang: UMM Press
DeWall C. N., Baumeister Roy F., Stillman Tyler F., Gailliot Matthew T. (2007). Effects of
self-regulation and its depletion on aggression. Journal of Experimental Social
Psychology 43 (2007) 62–76
Gadinasyin, V.P (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menabung (Studi pada
kalangan mahasiswa fakultas pendidikan ekonomi dan bisnis universitas pendidikan
indonesia). Skripsi, Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Jakarta
Kencana, Kristin, “Self efficacy dan Prokastinasi Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul
yang sedang menyusun skripsi”, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul,
Jakarta, 2012.
Kennedy, B. P. (2013). The theory of planned behavior and financial literacy: A
predictivemodel for credit card debt. A dissertation doctor of psychology, Marshall
University, United States.
Kompasiana. (2014, 21 November). Bijak dalam Menyikapi Kredit Konsumtif. Diakses 15
Desember 2014, dari http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/11/21/bijak-
dalam-menyikapi-kredit-konsumtif-704999.html
Maharani, A (2009). Inventarisasi keyakinan motivasi dan self regulated learning sebagai
petunjuk metode pengajaran dan perlakuan lainnya. Jurnal Pendidikan Inovatif, 4, 84-
87.
Maharani, A (2010). Penelitian tindakan kelas tentang penilaian keyakinan motivasi dan
pembelajaran regulasi diri pada mahasiswa managemen dipertemuan pertama
perkuliahan. Jurnal Universitas Paramadina, 7, 276-286.

Miller, W. R., & Brown, J. M. (1991). Self-regulation as a conceptual basis for the prevention
and treatment of addictive behaviours. In N. Heather, W. R. Miller & J. Greeley
(Eds.), Self-control and the addictive behaviours (pp. 3-79). Sydney: Maxwell
Macmillan Publishing Australia.

Puspitasari, N. F. (2015). Hubungan antara penghindaran ketidakpastian dengan intensi


menabung pada pegawai negeri sipil (pns). Skripsi, Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang
Santrock, John W.(2012). Life-span development. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sari. (2015). Indonesia Peringkat Bontot Di Asean Dalam Hal Menabung. Diakses di
http://www.merdeka.com/uang/indonesia-peringkat-bontot-di-asean-dalam-hal-
menabung.html. Pada tanggal 01 September 2015 pukul 20.00 WIB.

Sihombing, S.O (2004). Hubungan sikap dan perilaku memilih satu merek: komparasi antara
theory of planned behavior dan theory of trying. Disertasi, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta
Suaramerdeka.com. (2011, 3 Mei). Indonesia Negara Konsumtif Kedua di Dunia. Diakses 15
Desember 2014, dari
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/05/03/84640
Sujarweni, . (2014). Spss untuk openelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Susanto, H. (2006). Mengembangkan kemampuan self regulasi untuk meningkatkan
keberhasilan akademik siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 5 (07)

Tanjung. (2013). Harga Bbm Naik, Masyarakat Mulai Kurangi Menabung. Diakses di
http://www.merdeka.com/uang/harga-bbm-naik-masyarakat-mulai-kurangi-
menabung.html. Pada tanggal 01 September 2015 pukul 20.00 WIB.

Valle, Antonio, dkk. (2008). Self-regulated profiles and academic achievement. Psicothema
Journal. 20, 724-731.
Vemmy, C. (2012). Faktor- faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha siswa SMK.
Jurnal Pendidikan Vokasi, 2 (1)
Warneryd, K. E. (1999). The psychology of saving: A study on economic psychology.
Cheltenham, UK: Edward Elgar.
Wibisono. (2012). Budaya Menabung Masyarakat Indonesia Masih Rendah. Diakses di
http://www.antaranews.com/berita/295397/pengamat-budaya-menabung-masyarakat-
indonesia-masih-rendah. Pada tanggal 01 September 2015 pukul 20.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai