Anda di halaman 1dari 12

Chapter I

Introduction to Research

1.1 Definisi Penelitian (Riset/Research)


Penelitian atau riset (research) merupakan proses untuk menemukan
solusi terhadap masalah setelah melakukan studi yang mendalam dan
menganalisis faktor-faktor situasional (Sekaran, 2003). Penelitian juga dapat
kita definisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk mencari
solusi dari suatu permasalahan dengan menarik kesimpulan. Melalui
penelitian kita dapat memperoleh penjelasan dan jawaban atas permasalahan
serta kemudian mencari alternatif solusi yang mungkin dapat digunakan.
Penelitian juga dapat dilakukan di dalam dunia bisnis. Seorang
manajer tentu menghadapi banyak masalah dalam menjalankan sebuah bisnis.
Untuk mengambil sebuah keputusan setiap hari, seorang manajer pasti
terlebih dahulu menyelidiki atau meneliti situasi masalah untuk menghasilkan
sejumlah alternatif solusi. Disadari atau tidak, manajer terus-menerus
menggunakan penelitian saat berusaha menemukan solusi terhadap masalah
sehari-hari. Karena itu, mereka akan terlibat dalam banyak kegiatan penelitian
bisnis. Ini dilakukan agar manajer dapat membuat keputusan yang baik
melalui penelitian yang dilakukannya.
Penelitian bisnis merupakan usaha yang sistematis dan terorganisasi
untuk menyelidiki masalah spesifik yang dihadapi dalam konteks dunia kerja,
yang membutuhkan sebuah solusi (Sekaran, 2003). Maka dalam melakukan
penelitian bisnis, hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi
masalah. Setelah dikenali sejelas dan serinci mungkin, baru manajer dapat
mencari pemecahannya. Menurut Sekaran (2003) ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan menentukan faktor-faktor
yang berkaitan dengan masalah dan memecahkannya dengan mengambil
tindakan korektif yang diperlukan.
1.2 Penelitian Terapan dan Penelitian Dasar
Penelitian dapat dilakukan untuk dua tujuan yang berbeda.
Berdasarkan tujuannya, penelitian dibagi menjadi penelitian terapan atau

1
applied research dan penelitian dasar atau basic/fundamental research.
Keduanya sama-sama mungkin dilakukan dalam hal penelitian bisnis.
Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh manajer dalam lingkungan kerja
dan menuntut solusi tepat waktu (Sekaran, 2003). Misalnya ketika sebuah
produk tidak laku di pasaran, manajer melakukan penelitian untuk
menemukan alasan di balik hal tersebut, dan kemudian mengambil tindakan
perbaikan. Jadi, penelitian terapan dilakukan dengan maksud menerapkan
hasil temuan untuk memecahkan masalah spesifik yang sedang dialami
perusahaan.
Penelitian dasar adalah penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan
pokok pengetahuan dengan berusaha memahami bagaimana masalah tertentu
yang terjadi dalam organisasi dapat dipecahkan (Sekaran, 2003). Dari
penelitian dasar ini, akan diperoleh temuan sebagai pengetahuan yang
mungkin diterapkan oleh organisasi atau perusahaan untuk memecahkan
masalahnya. Misalnya seorang profesor menyelidiki faktor-faktor yang
mempengaruhi absensi karyawan. Setelah mengumpulkan informasi dari
beberapa perusahaan dan menganalisis datanya, profesor tersebut menemukan
beberapa faktor penyebab karyawan absen kerja, seperti jam kerja yang tidak
fleksibel, pelatihan karyawan yang tidak memadai, dan gaya kepemimpinan
manajer. Maka ketika seorang manajer menghadapi masalah absensi
karyawan, ia dapat menggunakan hasil penelitian tersebut untuk membuat
keputusan karena mungkin saja faktor-faktor tersebut relevan dengan kondisi
di perusahaanya. Jadi, tujuan utama penelitian dasar adalah menghasilkan
lebih banyak pengetahuan dan pemahaman terhadap fenomena yang menarik
dan membangun teori-teori berdasarkan hasil penelitian.
Baik penelitian terapan maupun penelitian dasar sama-sama melalui
langkah-langkah penyelidikan yang sistematis untuk tiba pada solusi masalah.
Seorang manajer secara langsung atau tidak langsung akan terlibat dalam
penelitian terapan. Pun manajer juga akan mengikuti perkembangan
pengetahuan baru secara teratur yang bersentuhan dengan publikasi penelitian

2
yang terkait dengan bidang kerjanya, yang sebagian mungkin sangat relevan
dan dapat diterapkan dalam organisasinya.
1.3 Pentingnya Penelitian
Prof.Dr.Suryana, M.Si (2010) mengatakan bahwa penelitian merupa-
kan aspek penting dalam kehidupan manusia. Beliau mengemukakan tiga
alasan mengapa penelitian adalah hal yang penting, yaitu:
1) Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang sejalan
dengan perkembangan kehidupan, dimana manusia selalu berusaha untuk
mencoba menemukan, menghasilkan, dan menerapkan berbagai
pengetahuannya termasuk penemuan dibidang teknologi dan inovasi;
2) Penemuan dibidang teknologi dan inovasi telah mendorong rasa ingin tahu
para ilmuwan untuk terus meneliti agar dapat mengembangkan penemuan-
penemuannya; serta
3) Adanya tuntutan praktis di lapangan.

Dalam dunia bisnis, memiliki kemampuan untuk meneliti (research


skills) menjadi sebuah hal yang sangat penting bagi manajer agar mampu
melakukan kontrol dan prediksi atas kinerja organisasi bisnis. Manajer adalah
kunci bagi perusahaan dalam membuat keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan jalannya sebuah bisnis, maka ini menjadi hal yang
sangat penting. Dengan melakukan penelitian, manajer akan memperoleh
pengalaman yang bersifat ilmiah dalam upaya pengambilan keputusan
sehingga punya pondasi yang jelas dan objetif dan tidak berdasarkan perasaan
atau prediksi saja (Sekaran 2003). Jadi, menurut Sekaran, pengetahuan atau
kemampuan untuk melakukan penelitian dapat meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan bagi manajer.
1.4 Pentingnya Etika dalam Penelitian
Etika dalam penelitian bisnis mengacu pada kode etik atau norma
perilaku sosial yang diharapkan ketika melakukan penelitian. Kode etik
berlaku bagi organisasi dan anggota yang mensponsori penelitian, peneliti
yang melakukan penelitian, dan responden yang memberikan data yang
diperlukan. Ketaatan terhadap etika dimulai dengan orang yang melakuakan
penelitian, yang harus melakukannya dengan sungguh-sungguh,

3
memerhatikan indikasi hasil penelitian, melepaskann ego, dan mengejar
kepentingan organisasi. Kode etik juga harus dicerminkan dalam perilaku
peneliti yang melakukan investigasi, pertisipan yang memberikan data, analis
yang memberikan hasil dan seluruh tim penelitian yang menyajikan
intepretasi hasil dan menyarankan solusi alternatif. Dengan demikian,
perilaku etis meliputi setiap langkah dalam proses penelitian¬pengumpulan
data, analisis data, pelaporan, dan penyebaran informasi di Intemet, jika
kegiatan tersebut dilakukan.

4
Chapter II
Scientific Approach to Investigation

2.1 Penelitihan Ilmiah (Scientific Research)


Penelitian ilmiah berfokus pada pemecahan masalah dan mengikuti
metode langkah demi langkah yang logis, terorganisasi, dan ketat untuk
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisannya, dan
menarik kesimpulan yang valid dari hal tersebut. Dengan demikian,
penelitian ilmiah tidak berdasarkan pada firasat, pengalaman, dan intuisi,
tetapi pada tujuan yang jelas dan ketepatan. Istilah penelitian ilmiah mengacu,
baik pada penelitian dasar maupun terapan. Penelitian ilmiah memungkinkan
mereka yang berkepentingan dalam penelitian dan mengetahui tentang
persoalan yang sama atau mirip untuk sampai pada temuan yang dapat
diperbandingkan ketika data dianalisis. Penelitian ilmiah juga membantu
berbagai organisasi lain untuk menerapkan solusi serupa ketika mereka
menghadapi masalah yang sama. Selain itu, investigasi ilmiah cenderung
lebih objektif sehingga menjadi salah satu aspek dalam memecahkan maslaah
yang efektif.
2.2 Ciri-ciri Penelitian Ilmiah
1. Tujuan jelas
Sebuah penelitian dijalankan karena adanya suatu tujuan yang ingin
dicapai. Peneliti dalam memulai penelitian dengan sebuah sasaran atau
tujuan yang jelas. Sehingga penelitian tersebut mempunyai fokus tujuan
yang jelas
2. Ketepatan
Dasar teori yang baik dan desain metodologi yang tepat akan
menambah ketepatan pada sebuah dengan tujuan yang jelas. Ketepatan
mengandung arti kehati-hatian, kecermatan, dan tingkat ketelitian dalam
investigasi penelitian. Ketepatan penelitian memerlukan dasar teori yang
baik dan metodologi yang dipikirkan dengan hati-hati. Faktor tersebut
memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan jenis informasi yang benar
dari sampel yang tepat dengan tingkat bias minimum, dan memfasilitasi
analisis yang sesuai terhadap data yang diperoleh.

5
3. Dapat diuji
Penelitian ilmiah menguji secara logis hipotesis yang disusun
untuk melihat apakah data mendukung perkiraan atau hipotesis yang
dibuat setelah studi yang mendalam terhadap situasi masalah.
4. Dapat ditiru
Pada dasarnya, temuan dan kesimpulan akan lebih diyakini jika
temuan yang mirip muncul berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
organisasi lain yang menggunakan metode serupa. Dengan kata lain, hasil
uji hipotesis tersebut harus didukung lagi ketika jenis penelitian serupa
diulangi dalam keadaan lain yang mirip. Bila hasilnya terulang maka akan
diperoleh keyakinan dalam sifat ilmiah penelitian yang dilakukan. Dengan
kata lain, hipotesis tidak hanya bersifat kebetulan tetapi merupakan
refleksi dari kadaan populasi yang sebenarnya.
5. Ketelitian dan keyakinan
Dalam penelitian jarang menarik kesimpulan “pasti” berdasarkan
hasil dari analisis data. Hal tersebut karena tidak dapat mempelajari
keseluruhan item, peristiwa, atau populasi yang berkaitan dan terpaksa
mendasarkan temuan pada sampel yang diambil dari keseluruhan. Tetapi
peneliti harus mendesain penelitian dalam suatu cara memastikan bahwa
temuan sedekat mungkin dengan realitas sehingga dapat menaruh
kepercayaan dan keyakinan terhadap hasilnya.
Ketelitian (precision) mengacu pada kedekatan temuan dengan
realitas berdasarkan sebuah sampel. Ketelitian mencerminkan tingkat
keakuratan atau keyakinan hasil berdasarkan sample. Keyakinan
(confidende) mengacu pada probabilitas ketepatan stimasi peneliti.
Sehingga tidak cukup hanya teliti tetapi juga penting bahwa 95% waktu
hasil kita benar dan hanya 5% kemungkinan salah. Hal ini juga disebut
sebagai tingkat keyakinan. Semakin tipis batas dala mngestimasi rentang
prediksi da semakin besar keyakinan terhadap hasil penelitian semakin
berguna dan ilmiah penemuan yang bersangkutan.

6
6. Objektifitas
Kesimpulan yang ditarik dari interpretasi hasil analisis harus
objekif, yaitu harus berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari
data actual dan bukan nilai-nilai subjektif atau emosional. Jika organisasi
melaksanakan kesimpulan yang tidak berdasar data atau menyesatkan yang
ditarik dari penelitian maka banyak kerugian yang dideritanya.
7. Dapat digeneralisasi
Dapat digeneralisasi mengacu pada cakupan penerapan temuan
penelitian dalam satu konteks organisasi ke konteks organisasi lainnya.
Semakin luas jangkauan penerapan solusi yang dihasilkan oleh penelitian
semakin berguna penelitian tersebut bagi para pengguna. Semakin
penelitian dapat digeneralisasi semakin besar kegunaan dan nilainya.
Untuk generalisasi yang lebih luas desain sampling harus disusun secara
logis dan sejumlah rincian ain dalam metode pengumpulan data perlu
diikuti secara cermat.
8. Hemat
Kesederhanaan dalam menjelaskan fenomena atau persoalan yang
muncul dan dalam menghasilkan solusi masalah, selalu lebih disukai untuk
kerangka penelitian yang kompleks yang meliputi jumlah faktor yang tidak
dapat dikendalikan. Sifat ekonomis dalam model penelitian dicapai jika
kita memasukkan ke dalam kerangka penelitian lebih sedikir jumlah
variabel yang akan menjelaskan varians secara jauh lebih efisien dibanding
seperangkat variabel kompleks yang hanya akan sedikit menambah varians
yang dijelaskan.
2.3 Proses Penelitian Deduktif dan Induktif
Penelitian ilmiah dimulai dengan tujuan tertentu. Berangkat dari
sebuah masalah, akan ditentukan tujuan yang ingin dicapai dengan
melakukan sebuah penelitian. Penalaran deduktif adalah penerapan teori
umum untuk kasus tertentu contohnya pengujian hipotesis. Sedangkan
penalaran induktif merupakan suatu proses dimana kita mengamati fenomena
tertentu dan atas dasar ini sampai pada kesimpulan umum. Kedua proses
induktif dan deduktif yang sering digunakan dalam penelitian.

7
Jawaban atas persoalan dapat ditemukan entah dengan proses deduksi
atau induksi, atau kombinasi keduanya. Deduksi adalah proses dimana kita
tiba pada suatu kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari sebuah
fakta yang diketahui. Misalnya, kita mengetahui bahwa semua pekerja akan
dapat meningkatkan produktivitasnya jika ada kenaikan gaji yang teratur. Jika
produktivitas para pekerja di PT X meningkat, maka mungkin kita bisa
menyimpulkan bahwa ada kenaikan gaji secara teratur di perusahaan tersebut.
Hipotesis ini lah yang kemudian diuji dengan teori yang sudah ada . Induksi,
di sisi lain merupakan proses dimana kita mengamati fenomena tertentu dan
berdasarkan hal tersebut kita tiba pada suatu kesimpulan. Misalnya kita
melihat bahwa proses produksi merupakan ciri utama dari pabrik manufaktur.
Karena itu, kita menyimpulkan bahwa pabrik eksis untuk tujuan produksi.
Kesimpulan ini kemudian dapat dijadikan sebagai teori atau pemahaman
umum. Baik proses deduktif maupun induktif digunakan dalam investigasi
ilmiah.
2.4 Metode Hipotesis Deduktif
Metode hipotesis deduktif sangat berguna dalam menyelesaikan
masalah dasar yang bersifat manajerial karena menggunakan pendekatan
yang sistematis. Metode ini memiliki tujuh langkah yang tersusun secara
sistematis yang sangat membantu dalam melakukan penelitian menggunakan
metode hipotesis deduktif. Tujuh langkah yang termasuk dalam metode
penelitian hipotetis-deduktif antara lain:
1. Pengamatan
Pengamatan adalah tahap pertama, di mana seseorang merasakan
bahwa perubahan tertentu sedang terjadi, atau bahwa beberapa perilaku
sikap, dan perasaan baru sedang mengemuka dalam lingkungan seseorang.
Ketika fenomena yang diamati tersebut tampaknya mempunyai
konsekuensi penting, maka akan ke langkah selanjutnya.
2. Pengumpulan informasi awal
Pengumpulan informasi awal meliputi mencari informasi secara
mendalam mengenai hal yang diamati. Pengumpulan informasi ini dapat
dilakukan dengan wawancara, melakukan penelitian perpustakaan, atau

8
memperoleh informasi lewat sumber lainnya, investigator akan
mengetahui bagaimana persoalan tersebut ditangani dalam situasi lain.
Informasi tersebut akan memberikan wawasan tambahan mengenai faktor
lain yang bisa saja berlaku dalam situasi tertentu.
3. Perumusan teori
Perumusan teori yaitu usaha untuk menggabungkan semua
informasi dalam cara yang logis, sehingga faktor-faktor yang berkaitan
dengan masalah dapat dikonseptualisasi dan diuji. Pada langkah ini,
variabel kritis diuji kontribusidan pengaruhnya dalam menjelaskan
mengapa masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut dapat diselesaikan.
4. Penyusunan hipotesis
Penyususunan hipotesis adalah langkah logis selanjutnya setelah
perumusan teori. Dari jaringan asosiasi teori di antara variabel, hipotesis
atau perkiraan tertentu yang dapat diuji pun bisa dihasilkan. Misalnya,
seseorang mungkin menyusun hipotesis bahwa jika sejumlah item ditaruh
dirak-rak ketidakpuasan konsumen akan sangat berkurang. Pengujian
hipotesis disebut penelitian deduktif. Tidak jarang, hipotesis yang tidak
dirumuskan secara orisinil dihasilkan melalui proses induksi. Yaitu setelah
data diperoleh beberapa gagasan kreatif muncul dan berdasarkan hal
tersebut, hipotesis baru pun bisa dihasilkan untuk diuji kemudian.
Biasanya, dalam penelitian pengujian hipotesis melalui penelitian deduktif
dan hipotesis yang dihasilkan dengan induksi keduannya adalah lazim.
5. Pengumpulan data ilmiah lebih lanjut
Setelah menyusun hipotesis, data yang terkait dengan setiap variabel
dalam hipotesis perlu dikumpulkan. Pengumpulan data lebih lanjut adalah
diperlukan untuk menguji hipotesis yang dihasilkan dalam studi. Data pada
setiap variabel dalam kerangka teoritis di mana hipotesis dihasilkan juga
harus dikumpulkan. Data tersebut kemudian menjadi dasar untuk analisis
lebih lanjut.
6. Analisis data
Dalam langkah analisis data, data yang dikumpulkan dianalisis
secara statistik untuk melihat apakah hipotesis terbukti. Analisis kuantitatif

9
dan kualitatif terhadap data dapat dilakukan jika sejumlah perkiraan
terbukti. Data kualitatif mengacu pada informasi yang diperoleh dalam
bentuk naratif melalui wawancara dan pengamatan.
7. Deduksi
Deduksi adalah proses tiba pada kesimpulan dengan
menginterpretasikan arti dari hasil analisi data. Berdasarkan deduksi
tersebut, peneliti dapat mengajukan rekomendasi mengenai bagaimana
masalah yang diteliti dapat dipecahkan.
2.5 Perspektif Alternatif dalam Penelitian
Penelitian ilmiah dilakukan untuk mencari tahu kebenaran terhadap
suatu hal yang terjadi dalam kehidupan ini. Dalam melakukan penelitian, para
peneliti biasanya memandang suatu masalah dengan perspeksi yang berbeda
untuk dapat menemukan kebenaran yang dicarinya. Pandangan ini disebut
perspektif atau paradigma dalam penelitian.
Dalam metode penelitian, paradigma-paradigma tersebut kemudian
memunculkan pendekatan-pendekatan berbeda yang digunakan oleh peneliti.
Sekaran (2003) membaginya ke dalam empat perspektif, yaitu positivisme,
konstruksionisme, realisme krisis, dan pragmatisme. Berikut adalah
penjelasan mengenai paradigma-paradigma tersebut.
1) Positivisme (Positivism)
Dalam pandangan penganut positivisme (positivist), ilmu
pengetahuan dan penelitian ilmiah dilihat sebagai jalan untuk mendapatkan
kebenaran. Positivist memperhatikan rigor atau ketepatan dan dapat
disalinnya penelitian mereka, keandalan observasi, serta kemampuan
generalisasi temuan. Mereka menggunakan pemikiran deduktif untuk
menempatkan teori yang dapat mereka uji dengan pengukuran yang tetap
pada desain sebelum penelitian dan objektivitas.
2) Kostruksionisme (Constructionism)
Constructionist bertujuan untuk memahami aturan yang digunakan
masyarakat untuk mengerti dunia dengan menginvestigasi apa yang terjadi
dalam pikiran masyarakat. Metode penelitian dari para peneliti
constructionist sering kali merupakan kualitatif alami. Constructionist

10
sering kali lebih memikirkan pemahaman kasus spesifik daripada
generalisasi temuan mereka. Tidak terdapat realitas objektif yang harus
digeneralisasi.
3) Realisme Kritis (Critical Realism)
Realisme kritis merupakan sebuah kombinasi dari kepercayaan
dalam realitas eksternal (kebenaran objektif) dengan penolakan terhadap
klaim bahwa realitas eksternal dapat diukur secara objektif. Observasi
(terutama observasi fenomena yang tidak dapat diamati dan diukur secara
langsung, seperti kepuasan, motivasi, dan budaya) akan selalu menjadi
subjek untuk interpretasi. Berdasarkan pandangan critical realist,
mengukur fenomena dan pengumpulan data seperti emosi, perasaan, dan
sikap sering kali bersifat subjektif, pembicaraan secara umum, tidak
sempurna dan memiliki kekurangan.
4) Pragmatisme (Pragmatism)
Pragmatist tidak mengambil posisi tertentu dalam membuat
penelitian yang baik. Mereka menganggap penelitian dalam fenomena
yang dapat diamati dan makna subjektif dapat menghasilkan pengetahuan
yang berguna, tergantung pada masalah-masalah penelitian dari studi.
Fokus dari pragmatisme adalah dalam hal praktis, penelitian yang
diterapkan di mana sudut pandang berbeda dalam penelitian dan subjek
dalam studi yang membantu dalam penyelesaian masalah (bisnis).
Pragmatisme mendeskripsikan penelitian sebagai suatu proses di mana
konsep-konsep dan makna (teori) adalah generalisasi dari tindakan pada
masa lalu dan pengalaman-pengalaman, dan interaksi dengan lingkungan.
Untuk para pragmatist, prespektif-prespektif yang berbeda, ide-ide, dan
teori-teori membantu dalam meningkatkan pemahaman tentang dunia.
Pragmatisme menyokong eklesitisme dan pluralisme. Ciri penting lain dari
pragmatisme adalah pandangan terhadap kebenaran sekarang bersifat
sementara dan berubah dari waktu ke waktu.

11
Referensi

Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business 4th Edition. USA:
International Ed., John Willey & Son

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai