Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan jenis penelitian dan pengem-


bangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2009:297)
Jenis penelitian pengembangan dilakukan untuk menciptakan suatu produk tertentu
dan menguji keefektifan produk tersebut agar dapat digunakan bagi masyarakat
luas. Penelitian ini dikategorikan penelitian pengembangan dikarenakan adanya
produk terdahulu yang memiliki fitur terbatas, sehingga peneliti & pengembang
bermaksud untuk mengkombinasikan beberapa komponen administrasi pada sistem
informasi. Untuk melakukan penelitian dan mengembangkan produk dibutuhkan
suatu model pengembangan. Model pengembangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Model Pengembangan Perangkat Lunak, yaitu Waterfall.
Menurut Pressman (2015: 42), model waterfall adalah model klasik yang bersifat
sistematis, berurutan dalam membangun perangkat lunak. Nama model ini
sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut juga
dengan “classic life cycle”. Menurut Shalahudin, Rosa (2014: 28) Model ini
melakukan pendekatan secara sistematis dan berurutan, tahap selanjutnya tidak
dapat dilakukan jika tahap sebelumnya selesai. Dalam pengembangannya metode
waterfall memiliki beberapa tahapan yang runtut: analisis, desain, pengodean dan
pengujian.

1. Tahap analisis kebutuhan sistem merupakan tahap dala perancangan kebu-


tuhan sistem yang hendak dibuat dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh
klien dan staf pengembang. Dalam tahap ini klien atau pengguna menjelas-
kan segala kendala dan tujuan serta mendefinisikan apa yang diinginkan
dari sistem.
2. Tahap selanjutnya adalah desain, dalam tahap ini pengembang akan
menghasilkan sebuah arsitektur sistem secara keseluruhan, dalam tahap ini

21
menentukan alur perancangan perangkat lunak hingga pada tahap yang de-
tail.
3. Selanjutnya tahap pengodean, yaitu tahapan dimana keseluruhan desain diu-
bah menjadi kode-kode program. kode program yang dihasilkan masih
berupa modul-modul yang selanjutnya akan di integrasikan menjadi sistem
yang lengkap untuk meyakinkan bahwa persyaratan perangkat lunak telah
dipenuhi.
4. Tahap keempatialah tahap pengujian, pada tahap ini sistem diuji dari segi
fungsionalitas dan usabilitas oleh ahli sistem dan ahli konten sistem serta
beberapa calon pengguna sistem.

Dalam perancangan sistem informasi tidak luput dari tahap pemeliharaan.


Tahap pemeliharaan yang termasuk diantaranya proses pengawasan atas desain
fungsionalitas setiap fitur sistem, hal ini dilakukan agar sistem informasi admin-
istrasi masjid selalu berjalan dengan baik.

Analisis Desain Pengodean Pengujian

Gambar 3.1 Alur Model Pengembangan Waterfall


(Sumber. Shalahudin & Rosa, 2014.)

3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan


Prosedur penelitian dan pengembangan sistem informasi administrasi mas-
jid ini mengadaptasi dari model Waterfall Adapun langkah-langkah yang akan dil-
akukan yaitu: (1) Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (2) Desain Produk (3) Pen-
godean (4) Integrasi Dan Pengujian, (5) Pengoperasian & Pemeliharaan Sistem.
3.2.1 Analisis Kebutuhan perangkat lunak
Pada tahap pertama, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui
adanya potensi masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan
akan memiliki nilai tambah. Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak pada tahap ini
butuh didokumentasikan. Berdasarkan fakta yang ada, terdapat banyak kekurangan

22
dalam kegiatan administrasi dan cara pendistribusian informasi pada masjid Al
Ghozali, diantaranya yaitu:
 Pemberian informasi seringkali dilakukan dengan menempelkan
kertas pada dinding dan papan penguuman, sesekali juga
menggunakan banner dan juga mengumumkannya setelah sholat
ashar berlangsung.
 Seringkali terdapat perubahan jadwal kegiatan masjid yang me-
nyebabkan adanya kesalahan komunikasi antar pengurus masjid
dengan jamaah masjid.
 Sistem pelaporan kepada 59 Donatur dan pendistribusian informasi
dilakukan dengan menggunakan kertas atau media cetak, hal ini
jelas tidak ramah lingkungan jika ditinjau dari issue paperless yang
sedang beredar di Indonesia.
Sistem informasi administrasi yang hendak dirancang ialah sistem yang
berbasis android, sehingga dapat digunakan pada perangkat telepon seluler. Ber-
dasarkan kekurangan dan beberapa masalah pada aktivitas administrasi dan cara
pendistribusian informasi pada masjid Al Ghozali, maka disusunlah sebuah sistem
dengan desain fungsionalitas sebagai berikut:
 Sistem ini dikembangkan dengan sistem operasional terbuka, yaitu
android. Sehingga, sistem ini dapat digunakan pada ponsel degan
sistem operasional Android dan menggunakan emulator android
jika digunakan pada komputer dengan beberapa fitur spesifikasi
komputer tersebut.
 Penginputan konten sistem ini melalui web yakni laman web host-
ing alghozalimalang.com.
 Setiap pengguna memiliki hak akses yang berbeda.
 Berdasarkan aksesnya pengguna sistem android memiliki 3
pengguna yaitu, Administrator (petugas Administrasi), Donatur
dan Jamaah/Umum. Setiap pengguna memiliki hak akses yang
akan dirancang sesuai fungsinya, seperti yang dijelaskan pada
Tabel 3.1

Tabel 3.1 Desain Fungsional Hak Akses Pengguna SIMAS


No. Pengguna Hak Akses
1. Administrator  Mengelola data Jamaah dan Donatur

23
 Mengelola laporan keuangan Masjid
 Mengelola laporan kegiatan Masjid
 Mengelola data Inventarisasi Masjid
 Mengelola jadwal kegiatan
 Mengelola pengumuman terbaru masjid
 Mengelola konten dakwah Islami
 Mengelola undangan acara yang disebar
melalui aplikasi
2. Donatur  Melihat laporan keuangan detail
 Melihat laporan kegiatan Masjid
 Melihat data Inventarisasi Masjid
3. Jamaah  Melihat jadwal kegiatan
 Melihat pengumuman terbaru masjid
 Melihat konten dakwah Islami
 Melihat undangan acara yang disebar me-
lalui aplikasi

3.2.2 Tahap Desain Sistem


Dalam fase ini dan desain sistem disiapkan. Desain perangkat lunak ter-
fokus pada struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi antarmuka, dan
prosedur pengodean ( Shalahudin, Rosa 2014: 29). Desain Sistem membantu dalam
menentukan perangkat keras dan sistem persyaratan dan juga membantu dalam
mendefinisikan arsitektur sistem secara keseluruhan. Dalam tahapan desain sistem
ini perlu dirancang Data Flor Diagram (DFD), Entity Related Diagram (ERD) dan
Desain Antarmuka Sistem atau yang dimaksud Desain Tampilan.

Gambar 3.2 Data Flow Diagram SIAMAS Al Ghozali

24
Adapun rancangan ERD sebagaimana dalam sebuah sistem dijelaskan be-
berapa fungsi dari masing masing entitas. ERD adalah sebuah konsep yang
mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan (database) dan didasarkan pada
persepsi dari sebuah dunia nyata yang terdiri dari sekumpulan objek yaitu disebut
sebagai entity dan hubungan atau relasi antar objek- objek

Gambar 3.3 ERD Sistem Informasi Masjid Al Ghozali

Tahapan yang ketiga yakni, desain produk, dalam desain produk penulis

menggunakan aplikasi android studio dan adobe illustration.

25
Gambar 3.4 Halaman Utama SIAMAS Gambar 3.5 Tampilan Login SIAMAS

Gambar 3.6 Tampilan Menu Ja- Gambar 3.7 Tampilan Menu DONATUR
maah/Umum SIAMAS SIAMAS

26
3.2.3 Pengodean
Dalam pembuatan aplikasi SIAMAS Al Ghozali terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan, yakni desain fungsionalitas dan desain tampilan saat pembuatan
dengan menggunakan proses scripsting (coding). Dalam pembuatan aplikasi ini
peneliti dibantu oleh developer android yang berasal dari komunitas Google Devel-
oper Group Malang. Tahap Pengodean ini menggunakan bahasa pemrograman
yaitu Java, PHP, dan MySQL. Setelah tahap pembuatan akan dilakukan pengujian
untuk mengetahui dari setiap fungsi sistem, apakah sudah berjalan dengan benar.
Sebelum diuji fungsionalitas dan usabilitas nya oleh validator, setiap desain fungsi
akan diperiksa oleh pengembang dan disesuaikan dengan tahap perencanaan desain.

3.2.4 Integrasi dan Pengujian


Pada bagian ini program diuji dan diintegrasikan sebagai suatu sistem yang
lengkap. Seluruh unit yang dikembangkan dalam tahap implementasi diintegrasikan
ke dalam sistem setelah pengujian yang dilakukan masing-masing unit. Setelah
integrasi seluruh sistem diuji untuk mengecek setiap kegagalan maupun kesalahan.
Uji coba dilakukan oleh para ahli yang kompeten di bidang Sistem Informasi dan
bidang Administrasi, diantaranya administrator, jamaah dan beberapa donatur mas-
jid. Teknik pengujian ini menggunakan metode black box, guna memerhatikan in-
put baik output yang dihasilkan juga tepat dan sesuai dengan hasil analitis. Imple-
mentasi dari pengembangan sistem ini meliputi:
a. Komputer dengan spesifikasi, OS (Operation System) : macOS
High Sierra, Prosessor: intel core i5 2,5 GHz (Giga Hartz),
Memory: 6 GB1600 MHz (Mega Hartz), Grafis: intel HD (High
Definition) grapich 1,5 GB (Giga Byte).
b. Ponsel Android dengan spesifikasi, OS: minimal Jelly Bean.
Prosesor dual core 1.2 Ghz, Memori RAM 512 MB, Mega Byte .,
memori internal 2GB.
3.2.5 Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pemeliharaan sangatlah diperlukan untuk sebuah sistem informasi, guna
mengetahui beberapa kesalahan yang mungkin terjadi. Pada tahap ini pemeliharaan

27
dilakukan setelah sistem diimplementasikan secara baik dan benar sesuai desain
fungsionalitasnya. Sistem perlu dipelihara karena beberapa hal, yaitu :
a. Sistem memiliki kesalahan yang dulunya belum terdeteksi, se-
hingga kesalahan-kesalahan sistem perlu diperbaiki.
b. Sistem mengalami perubahan-perubahan karena permintaan baru
dari pemakai sistem.
c. Sistem mengalami perubahan karena perubahan lingkungan luar
(perubahan bisnis).
d. Sistem perlu ditingkatkan.
Setelah sistem siap diuji, sistem akan didistribusikan kepada seluruh
subjek uji coba melalui tautan yang akan terhubung dengan google drive.

3.3 Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba


Sesuai model waterfall, uji coba produk dilakukan dalam dua tahap
yaitu uji coba perseorangan yang dilakukan oleh ahli rekayasa perangkat lunak
dan ahli konten administrasi ( validator). Yang menjadi validator dalam bidang
ini merupakan dosen ahli dan berkompeten dalam bidangnya, diantaranya yaitu
bidang sistem informasi dan administrasi. Uji coba lapangan yang kedua yaitu
dilakukan oleh beberapa donatur, dan jamaah masjid/masyarakat umum. Uji
coba lapangan dilakukan sebelum pengoperasian dan pemeliharaan sistem
secara meluas, tujuannya untuk mengetahui tingkat kelayakan produk. Dalam
desain uji coba ini peneliti menggunakan metode black box yang berarti pen-
gujian yang berfokus pada spesifikasi fungsional dari perangkat lunak, menurut
yusuf (2014:12) tester produk dapat mendefinisikan kumpulan kondisi input
dan melakukan pengujian pada spesifikasi fungsional program dan juga dari
segi administrasi. Kategori error yang akan diketahui melalui black box testing
ialah :

 Fungsi yang hilang atau tak benar.


 Error dari antar-muka.
 Error dari struktur data atau akses eksternal database.
 Error dari kinerja atau tingkah laku.

28
2. Subyek Uji Coba
Subyek uji coba (validator) terdiri dari ahli Sistem Informasi dan Admin-
istrasi, End User (Admin) dan beberapa calon Pengguna Sistem (Jamaaáh/Umum
dan Donatur). Mengenai kriteria dari subyek uji coba tersebut antara lain:
a. Ahli Sistem Informasi & Administrasi
Ahli sistem informasi adalah seseorang yang memiliki kemampuan tentang
komponen komponen sistem, begitupun dalam perancangannya. Sedangkan
ahli administrasi adalah sesorang yang mengerti hakikat dari sebuah kegiatan
administrasi. Dalam hal ini yang akan melakukan pengujian yaitu dosen
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dan Dosen Fakultas Ekonomi Uni-
versitas Negeri Malang.
b. End User (Administrator)
End user adalah pengelola produk sistem informasi administrasi yang akan
dikembangkan. Pada penelitian kali ini yang menjadi administrator dari sistem
tersebut ialah pengurus harian masjid di bidang administrasi, yaitu Ahmad Ba-
soir.
c. Pengguna Sistem Informasi
Sebagian besar pengguna sistem informasi ini adalah jamaáh masjid Al Ghoz-
ali dan para donatur masjid. Menurut data pra penelitian, jumlah donatur pada
Desember 2017 terdapat 59 orang dan jumlah jamaáh yang terdaftar terdapat
300+ jamaáh setiap harinya. Namun tidak semuanya yang akan menjadi subjek
uji coba. Sample dari pengguna akan diambil sebanyak 50 orang. Melalui
pengguna sistem dapat diketahui kelayakan sistem. Untuk menggali kritik dan
saran, guna perbaikan sistem dan pengembangan nya disediakan kolom pen-
dapat pada angket yang disebar melalui google form.

3. Jenis data
Jenis data diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitaif. Jenis data kuali-
tatif berupa kritik, saran, dan pendapat secara umum tentang Sistem Informasi Ad-
ministrasi Masjid yang diperoleh dari ahli sistem informasi, administrator dan para

29
pengguna sistem baik itu jamaáh maupun donatur. Sedangkan data kuantitatif di-
peroleh dari pengisian angket yang dilakukan oleh subjek uji coba dan ahli sistem
informasi (validator) melalui perhitungan skor jawaban pada angket cheklist.

4. Instrumen Pengembangan
Instrumen pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah
angket/kuisioner yang di distribusikan menggunakan tautan yang terhubung
dengan google form. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup, yakni
kuisioner yang telah disediakan pilihan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih jawaban menurut skala likert yang telah dirancang.
a. Form Pengujian
Berisi semua menu dan sub menu juga berisi keterangan validasi
fungsi/non fungsi dari aplikasi. Form pengujian ini harus dijalan-
kan dengan tujuan evaluasi setiap fungsi fitur pada aplikasi. Hasil
dari form pengujian berguna untk tahap penyempurnaan aplikasi.
form ini menggunakan skala likert dalam kategori checklist nya,
dengan demikian form pengujian yang diberikan untuk tiap-tiap
ahli dan responden menggunakan skala likert dengan skor 1 sam-
pai 4. Tiap-tiap skor didefinisikan sebagai berikut:
 Skor 4: Apabila validator menilai sangat baik/ sangat
jelas/ sangat sesuai/ sangat mudah.
 Skor 3: Apabila validator menilai baik/ jelas/ menarik/
sesuai/ mudah.
 Skor 2: Apabila validator menilai tidak baik/ tidak jelas/
tidak menarik/ tidak sesuai/ tidak menarik/ tidak mudah.
 Skor 1: Apabila validator menilai sangat tidak baik/ sangat
tidak jelas/ sangat tidak menarik/ sangat tidak sesuai/ san-
gat tidak mudah.
b. Angket
Angket yang akan disebarkan berisis tentang pertanyaan seputar
kegunaan aplikasi yang dirancang dengan google form dan diisi
oleh calon pengguna aplikasi. Pertanyaan yang diajukan bertujuan

30
mengetahui tanggapan calon pengguna yang diambil sampel
secara acak dan memberikan evaluasi terhadap aplikasi. Angket
ini menggunakan skala likert dalam kategori checklist nya serta
menyediakan kolom kritik dan saran untuk menunjang pengem-
bangan sistem yang lebih baik.

Tabel 3.2 Aspek dan Indikator Sistem Informasi


Dimensi Utama Indikator
Manfaat Produk Mudah digunakan, interaksi jelas dan mudah.
Kualitas Informasi Informasi akurat dan dapat dipercaya, infor-
masi relevan.
Kualitas Interaksi Aman dalam penggunaannya, informasi
pengguna aman, mudah menghubungi
pengembang.

Tabel 3.3 Aspek dan Indikator Sistem Administrasi


Aspek Penilaian Indikator
Kualitas isi dan tujuan Administrasi Kesesuaian produk dengan tujuan Administrasi
Kesesuaian produk dengan konten Admin-
istrasi
Kemampuan produk dalam menunjang
kegiatan administrasi
Kualitas teknis dalam bidang Administrasi Keterbacaan
Mudah digunakan
Kualitas tampilan
Kualitas Interaksi Aman dalam penggunaannya, Dokumen or-
ganisai aman, mudah menghubungi pengem-
bang.

5. Teknik Analisis Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangna adalah kui-
sioner, penilaian angket menggunakan skala likert. Data diperoleh dari penyebaran
angket kepada ahli media sistem informasi dan ahli media dalam bidang admin-
istrasi serta beberapa calon pengguna sistem informasi administrasi masjid. Data
yang diperoleh dari angket dianalisis dengan menggunakan teknik data presentase.
Pengolahan data adalah salah satu hal yang paling berarti dalam kegiatan pengem-
bangan terutama bila diinginkan generalisasi atau kesimpulan tentang masalah yang
diteliti. Dikarenakan proses penghitugan dengan menggunakan skala likert, maka
skor didapat dari tiap-tiap interval dengan pertanyaan yang diberikan responden .
Sebelum melakukan perhitungan dengan menggunakan skala likert, maka terlebih
dahulu dicari interval pengguna kemudian hasil dari proses perhitungan yang telah

31
dilakukan, akan disajikan dlam bentuk tabel. Sugiyono (2012, 176) menyebutkan
bahwa untuk menilai kelayakan/kualitas suatu produk dapat dilakukan dengan cara
membagi jumlah skor hasil penelitian dengan skor ideal.
skor hitung
Presentase kelayakan (%) = × 100%
skor ideal

Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif


yang diungkapkan dalam distribusi skor dan presentase terhadap kategori skala
penilaian yang telah ditentukan. Setelah penyajian dalam bentuk presentase,
langkah selanjutnya mendeskriptifkan dan mengambil kesimpulan tentang masing-
masing indikator. Kesesuaian aspek dalam pengembangan media pembelajaran
dapat menggunakan tabel berikut: Penentuan kesimpulan yang telah dicapai
menggunakan kriteria sebagai pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Kriteria Kelayakan
Presentase Kriteria
86 – 100% Sangat Baik
71 - 85% Baik
71 - 85% Kurang Baik
1 - 50%
Tidak Baik

Tabel 3.4 telah disebutkan persentase pencapaian, skala nilai, dan inter-
prestasi yang digunakan sebagai acuan penilaian data yang dihasilkan dari validasi
ahli media, ahli materi, dan uji kelompok eksperimen. Hasil akhir dari data yang
diperoleh akan berupa presentase. Untuk mendapatkan hasil tersebut digunakan ru-
mus presentase jawaban. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini mengacu
pada desain fungsionalitas dan usabilitas. Presentase hasil validitas SIAMAS Al
Ghozali dihitung dengan persamaan berikut:

∑𝑠
𝑃= × 100%
∑ 𝑠𝑖
Keterangan:
P : Besar Presentase
∑𝑆 : Jumlah Skor yang diperoleh
∑ 𝑺𝒊 : Skor Maksimal yang diharapkan

Besar presentase tersebut lalu digunakan untuk menginterpretasikan validasi item


yang diukur tersebut. Jika benar presentase item tersebut lebih dari atau sama

32
dengan 80%, maka item tersebut dinyatakan valid. Namun jika besar presen-
tasenya kurang dari 80% dinyatakan kurang valid, atau tidak valid, maka perlu
dilakukan perbaikan.

33

Anda mungkin juga menyukai